HPK Bintang
HPK Bintang
MITRA SEHAT
TENTANG
PANDUAN
PELAYANAN KEROHANIAN
A. LATAR BELAKANG
Sakit bukan hanya masalah fisik semata tetapi lebih luas dari itu yaitu
menyangkut masalah psiko juga, dengan demikian kepedulian terhadap
mereka yang sakit seharusnya perlu dilihat secara utuh dan menyeluruh
dari segi bio,psiko,social,spiritual ( Komprehensip ).Menyadari hal
itu,maka mulai mengembangkan pola pelayanan terpadu yang disebut
Pola Pelayanan Holistik
Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh
setiap manusia. Apabila seseorang dalam keadaan sakit, maka hubungan
dengan Tuhannya pun semakin dekat, mengingat seseorang dalam
kondisi sakit menjadi lemah dalam segala hal,tidak ada yang mampu
membangkitkannya dari kesembuhan, kecuali Sang Pencipta. Dalam
pelayanan kesehatan.Dengan demikian, terdapat keterkaitan antara
keyakinan dengan pelayanan kesehatan, dimana kebutuhan dasar manusia
yang diberikan melalui pelayanan kesehatan tidak hanya berupa aspek
biologis, tetapi juga aspek spiritual. Aspek spiritual dapat membantu
membangkitkan semangat pasien dalam proses penyambuhan.
B. DEFINISI
Pelayanan ini sangat berarti sebagai upaya meningkatkan rasa Pelayanan
kerohanian pasien adalah suatu usaha bimbingan percaya untuk
mendampingi dan menemui pasien berobat rawat masing.
C. RUANG LINGKUP
1. Panduan ini berlaku untuk semua pasien dan keluarga yang dirawat di
RSUD Sejiran Setason.
2. Pelaksana panduan ini adalah Petugas Bimbingan Rohani RSUD
Sejiran setason. Yang tugasnya adalah, sebelum mengunjungi pasien
petugas bimbingan rohani diharapka memperhatikan jadwal
kunjungan dan mendata pasien yang baru, kemudian mempersiapkan
data kunjungan dan buku tuntunan rohani bagi orang sakit yang akan
dibagikan / diberikan kepada pasien yang akan dikunjungi.
3. Ketika yang sakit adalah pasien bayi dan anak maka kunjungan
bimbingan rohani ditujukan kepada keluarga pasien.
D. TATA LAKSANA
a. Petugas mendatangi pasien kemudian memberikan informasi dan
menawarkan pelayanan rohani kepada pasien dan keluarga.
RSU MITRA
SEHAT
Ditetapkan Oleh
STANDAR Tanggal Terbit : Direktur RSU MITRA
OPERASIONAL
SEHAT
PROSEDUR
2. Tujuan Khusus:
1. Pimpinan RS
3. Rawat Inap
CONTOH FORMULIR
PERMINTAAN PELAYANAN KEROHANIAN
IDENTITAS PASIEN :
TANGGAL LAHIR :
NO.RM :
AGAMA :
PERMINTAAN TANGGAL/JAM :
TANGGAL/JAM KEDATANGAN :
NO.TLPN/HP :
TANJUNG MORAWA,
TANGGAL:
(PERAWAT) (PASIEN/KELUARGA
MITRA SEHAT
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Kesatu : Keputusan Direktur Rumah Sakit mitra sehat
Provinsi Sumatera utara tentang Hak Pasien Dan
Keluarga, Pelayanan Kebutuhan Privasi Pasien
Kedua : Panduan pelayanan kebutuhan privasi pasien sesuai
yang tercantum dalam lampiran keputusan ini
Ketiga : Penjelasan mengenai Hak pasien dan keluarga lebih
lanjut dilakukan oleh staf Rumah Sakit RSU mitra
sehat yang kompeten dalam hal ini tenaga medis dan
tenaga perawat yang telah diberikan kewenangan
oleh direktur.
Keempat : Pembinaan dan pengawasan Hak pasien dan
keluarga Rumah Sakit Umum mitra sehat
dilaksanakan oleh Kepala Seksi Pelayanan dan
Direktur Rumah Sakit mitra sehat.
A. Pendahuluan
Rahasia kedokteran diatur dalam beberapa peraturan/ketetapan yaitu:1.
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1966 dan Peraturan Pemerintah Nomor 33
Tahun 1963 untuk dokter gigi yang menetapkan bahwa tenaga kesehatan termasuk
mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksaaan,
pengobatan, dan/atau perawatan diwajibkan menyimpan rahasia kedokteran. Pasal
22 ayat (1) b Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan diatur bahwa bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melaksanakan
tugas profesinya berkewajiban untuk menjaga kerahasiaan identitas dan data
kesehatan pribadi pasien. Kode Etik Kedokteran dalam pasal 12 menetapkan:
setiap dokter wajib merahasiakan sesuatu yang diketahuinya tentang seorang
penderita bahkan juga setelah penderita itu meninggal dunia. Rahasia kedokteran
dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien, memenuhi permintaan
aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum, permintaan pasien
sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan.
Dan pasal 51 huruf c Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 adanya
kewajiban merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan
juga setelah pasien itu meninggal dunia. Berkaitan dengan pengungkapan rahasia
kedokteran tersebut diatur dalam pasal 10 ayat (2) Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 269/Menkes/Per/III /2008 Tentang Rekam Medis sebagai berikut: Informasi
tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat
pengobatan dapat dibuka dalam hal :
a. untuk kepentingan kesehatan pasien;
b. memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum
atas perintah pengadilan;
c. permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri;
d. permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang-undangan; dan
e. untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan audit medis, sepanjang tidak
menyebutkan identitas pasien.
B. PENGERTIAN
Privasi merupakan tingkatan interaksi atau keterbukaan yang dikehendaki
seseorang pada suatu kondisi atau situasi tertentu. tingkatan privasi yang diinginkan
itu menyangkut keterbukaan atau ketertutupan, yaitu adanya keinginan untuk
berinteraksi dengan orang lain, atau justru ingin menghindar atau berusaha supaya
sukar dicapai oleh orang lain.
Adapun definisi lain dari privasi yaitu sebagai suatu kemampuan untuk
mengontrol interaksi, kemampuan untuk memperoleh pilihan pilihan atau
kemampuan untuk mencapai interaksi seperti yang diinginkan. privasi jangan
dipandang hanya sebagai penarikan diri seseorang secara fisik terhadap pihak pihak
lain.
Privasi pasien adalah merupakan hak pasien yang perlu di lindungi dan di jaga
,selama dalam rumah sakit .
a. Faktor Privasi
Ada perbedaan jenis kelamin dalam privasi, dalam suatu penelitian pria lebih
memilih ruangan yang terdapat tiga orang sedangkan wanita tidak
memeprmasalahkanisi dalam ruangan itu. Menurut Maeshall prbedaan dalam
latar belakang pribadi akan berhubungan dengan kebutuhan privasi.
b. faktor situasional
Kepuasan akan kebutuhan privasi sangat berhubungan dengan seberapa besar
lingkungan mengijinkan orang-orang di dalamnya untuk mandiri.
c. faktor budaya
Pada penelitian tiap-tiap budaya tidak ditemukan perbedaan dalam banyaknya
privasi yang diinginkan tetapi berbeda dalam cara bagaimana mereka
mendapatkan privasi. Misalnya rumah orang jawa tidak terdapat pagar dan
menghadap ke jalan, tinggal dirumah kecil dengan dindidng dari bamboo terdiri
dari keluarga tunggal anak ayah dan ibu.
C. TUJUAN
Guna mengetahui kebutuhan pasien akan privasinya selama dalam rumah sakit
Sebagai bentuk kepedulian RS yang diterapkan untuk melindungi hak-hak asasi
pasien (hak privasi)
D. TATA LAKSANA
Untuk Rawat Inap
1. Pada semua tindakan atau pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter atau
perawat di ruang konsultasi pastikan privasi pasien terlindungi
dengan :pintu dan tirai ruang konsultasi tertutup
2. Memastikan seluruh staff rumah sakit tidak membicarakan hal-hal yang
menyakut pasien di area umum
E. Penutup
Pelayanan Kebutuhan Privasi Pasien dilakukan kepada semua pasien yang
ada di Rumah Sakit Islam Sultan Agung baik rawat jalan ataupun rawat inap, baik
dengan tanggungan pembiayaan oleh asuransi atau pasien yang membiayai diri
sendiri. Ketentuan yang ada dalam panduan pelayanan kebutuhan privasi pasien ini
harus ditaati dan dipatuhi oleh seluruh tenaga kesehatan dan staf yang bekerja di
Rumah Sakit Umum Mitra Sehat.
SPO PELAYANAN SESUAI KEBUTUHAN PRIVASI PASIEN
KEBIJAKAN Setiap petugas rumah sakit wajib mengedepankan hak pasien dan
keluarga dalam melakukan pelayanan terhadap pasien (SK No.
/SK-DIR/ RSKIA-AB/ X/ 2015)
MITRA SEHAT
TENTANG
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Direktur
RSU MITRA
SEHAT
Ditetapkan
Tanggal Terbit
STANDAR
Direktur RSU MITRA SEHAT
PROSEDUR
OPERASIO
NAL
PENGERTIAN Perlindungan terhadap barang milik pasien pada saat pasien tidak mampu
bertanggung jawab atas barang miliknya.
TUJUAN Memberikan rasa aman terhadap barang milik pasien pada saat dilakukan
tindakan perawatan di rumahsakit.
KEBIJAKAN Peraturan Direktur No. 383 Tahun 2015 tentang Panduan Perlindungan
Harta Milik Pasien Rumah Sakit Umum Daerah Kelet Provinsi Jawa Tengah.
1. Ucapkan salam.
PROSEDUR 2. Perkenalkandiridanjelaskantugasdanperananda.
3. Pastikan identitasdiri pasiendanataukeluarganya.
4. Jelaskantentangtanggungjawabrumahsakitterhadapbarangmilikpasien
yang diberlakukanterhadappasienemergensi, pasienbedahrawatsehari,
pasienrawatinap, danpasien yang
tidakmampumengamankanbarangmiliknya, sertapasien yang
tidakmampumembuatkeputusanmengenaibarangpribadinya.
5. Perawat menghubungi security di nomor 555
6. Perawat melaporkan kepada security kebutuhan perlindungan hak milik
pasien.
7. Security datang keruangan yang menelpon dengan membawa formulir
serah terima barang milik pasien.
8. Keluarga / pasien / penanggungjawab mengisi formulir serah terima
barang milik pasien lengkap dengan tanda tangan.
9. Security meninggalkan lembar salinan formulir serah terima barang di
ruangan yang menelpon.
10.Security menyimpan barang milik pasien di loker terkunci di pos security.
11. Pengambilan barang kembali dapat dilakukan oleh pasien sendiri, atau
pihak keluarga selaku penanggungjawab disertai denganmenyerahkan
identitas diri dan mencantumkan nomor telepon.
12. Beri ucapan terima kasih dan semoga anda puas.
1. Pimpinan RS
2. Kepala unit pelayanan
Unit Terkait
3. Kepala unit pengamanan
4. Staf pelaksana pelayanan
5. Staf pelaksana pengamanan
CONTOH:
FORMULIR PENYIMPANAN BARANG BERHARGA MILIK PASIEN
NOMER RM:.
Kondisi Barang
Saat Dititipkan Saat Diserahkan
No. Jenis Harta/Benda Jumlah
Tanggal ... Tanggal .
Baik Buruk Baik Buruk
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
, ..........................................
.......
Catatan: Dalam Keadaan khusus pasien tidak sadar : saksi minimal dua orang dari phak pengantar
dan dari RS
TENTANG
Menimbang :
a. bahwa pasien mempunyai hak untuk dilindungi dari kekerasan fisik dari
pengunjung, pasien dan staf
b. bahwa untuk melindungi pasien dari kekerasan fisik rumah sakit yang
melakukan langkah-langkah pencegahan terhadap kekerasan fisik
c. bahwa untuk maksud diatas tersebut pada butir b perlu ditetapkan dengan
Surat Keputusan Direktur RSU. Permata Madina Panyabungan
Mengingat :
1. Undang-undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Menetapkan :
Kesatu Keputusan Direktur RSU. Permata Madina Panyabungan tentang
Perlindungan Pasien dari Kekerasan Fisik
Kelima Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan akan
diadakan perbaikan seperlunya apabila dikemudian hari terdapat
kekeliruan atau kekurangan didalam keputusan ini
PENGERTIAN
TUJUAN :
TATA LAKSANA :
Tatalaksana dari perlindungan terhadap kekerasan fisik pada pasien sebagai
berikut
Tata laksana perlindungan terhadap pasien usia lanjut dan gangguan kesadaran:
1. Ruang perinatologi harus dijaga minimal satu orang perawat atau bidan,
ruangan tidak boleh ditinggalkan tanpa ada perawat atau bidan yang
menjaga.
2. Perawat meminta surat pernyataan secara tertulis kepada orang tua
apabila akan dilakukan tindakan yang memerlukan pemaksaan.
3. Perawat memasang pengamanan tempat tidur pasien.
4. Pemasangan CCTV diruang perinatologi untuk memantau setiap orang
yang keluar masuk dari ruang tersebut.
5. Perawat memberikan bayi dari ruang perinatologi hanya kepada ibu
kandung bayi bukan kepada keluarga yang lain.
DOKUMENTASI
PENUTUP
No. dokumen :
No.
Halaman:
Revisi :
./0/04/RSU MS/2016 1
0
RSU MITRA
SEHAT
TUJUAN
PROSEDUR
OPERASIONAL
(Dr. Victor Eka Harianto)
PENGERTIAN Hak pasien untuk mendapatkan penjelasan mengenai masalah yang terkait
dengan kesehatan yang dideritanya melalui konsultasi dokter lain.
TUJUAN Membantu pasien untuk memahami informasi yang diberikan dengan proses
penyakit tertentu.
KEBIJAKAN 1. Semua pasien berhak untuk mendapatkan penjelasan mengenai
masalah kesehatan atau proses penyakit yang dideritanya kepada
dokter DPJP maupun dokter lain.
2. Petugas kesehatan Rumah Sakit wajib mendukung pasien dalam
mendapatkan hak second opinion.
1. Pimpinan rs
UNIT TERKAIT
2. Dpjp
3. Staf keprawatan
4. UGD
5. Ruang rawat inap
CONTOH DAFTRA PENGUNJUNG PASIEN RAWAT INAP RSU MITRA SEHAT
Tanjung morawa,..2016
(KA UNIT KEAMANANA)
Tanjung morawa,.2016
(KA Unit Keamanan)
PENGERTIAN
TUJUAN :
TATA LAKSANA :
Tata laksana perlindungan terhadap pasien usia lanjut dan gangguan kesadaran:
6. Ruang perinatologi harus dijaga minimal satu orang perawat atau bidan,
ruangan tidak boleh ditinggalkan tanpa ada perawat atau bidan yang
menjaga.
7. Perawat meminta surat pernyataan secara tertulis kepada orang tua
apabila akan dilakukan tindakan yang memerlukan pemaksaan.
8. Perawat memasang pengamanan tempat tidur pasien.
9. Pemasangan CCTV diruang perinatologi untuk memantau setiap orang
yang keluar masuk dari ruang tersebut.
10. Perawat memberikan bayi dari ruang perinatologi hanya kepada ibu
kandung bayi bukan kepada keluarga yang lain.
DOKUMENTASI
PENUTUP
Dengan ditetapkan nya buku panduan perlindungan terhadap kekerasan fisik,
usia lanjut penderita cacat, anak, dan yang beresiko disakiti maka setiap personil
rumah sakit dapat melaksanakan prosedur perlindungan terhadap kekerasan fisik
dengan baik dan benar serta melayani pasien dengan memuaskan.
No. dokumen :
No.
Halaman:
Revisi :
./0/04/RSU MS/2016 1
0
RSU MITRA
SEHAT
5. Korban criminal Ditempatkan ditempat tidak mudah diakses oleh banyak orang
Tanjung morawa,..2016
1. PENDAHULUAN
1.1. Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang tepat waktu,
akurat, lengkap, tidak ragu-ragu dan dimengerti oleh penerima
instruksi akan mengurangi kesalahan-kesalahan dan akan
meningkatkan keselamatan pasien. Komunikasi dapat dilakukan
secara elektronik, lisan atau tertulis.
3. RUANG LINGKUP
3.1. Kebijakan ini berlaku untuk semua staf klinis dan semua bagian.
Semua instruksi klinis (termasuk tapi tidak terbatas pada instruksi
pemberian obat, diet, terapi fisik/bicara) yang diberikan secara
lisan atau per telepon, pemeriksaan cito, nilai kritikal dan
pemeriksaan diagnostik lain termasuk pencitraan,
elektrokardiogram, tes laboratorium yang membutuhkan respon
segera. Hal ini mencakup semua tes yang dilaporkan secara
verbal atau via telepon. .
4. TANGGUNG JAWAB
4.1. Direktur Utama (CEO) dari RS Sehat Sejahtera bertanggung
jawab untuk memastikan bahwa mekanisme, implementasi,
monitoring dan perbaikan secara keseluruhan dari kebijakan ini
telah berjalan sesuai dan kebijaksanaan ini yang dijalankan
dengan menghormati hak pasien, dapat diakses dan dimengerti
oleh seluruh staf terkait.
jawab mereka
4.2.2. Melakukan implementasi dari kebijakan ini didalam bagian
4.3. Kepala Unit yang terlibat dalam ruang lingkup kebijakan ini
bertanggung jawab untuk implementasi dari kebijakan ini dalam
ruang lingkup pengelolaan mereka dan harus memastikan bahwa:
4.3.1. Semua staf baru dan lama mempunyai akses dan
indisipliner.
4.4.3. Setiap anggota staf dapat mengisi incident report bila
5. KEBIJAKAN
5.1. Pembacaan ulang
5.1.1. Verifikasi pembacaan ulang instruksi yang lengkap dan hasil
6. IMPLEMENTASI
6.1. Semua staff baru akan dilatih pada saat program pengenalan &
program orientasi
8. REFERENSI
No. dokumen :
No.
Halaman:
Revisi :
1
/0/04/RSU MS/2016 0
RSU MITRA
SEHAT
Ditetapkan Oleh
STANDAR Tanggal Terbit : Direktur Rsu Mitra Sehat
OPERASIONAL
PROSEDUR
TENTANG
KEBIJAKAN CARA MEMPEROLEH SECOND OPINION DIDALAM ATAU DILUAR RS
Menimbang :: 1. a) Bahwa didalam rangka upaya meningkatkan pelayanan di RSU
MITRASEHAT,dipandangperluadanyaketentuanyang
mengikat,pengelola(direktur RSU MITRA SEHAT)staf medis dan
non medis yang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan dan ketiganya disebut sebagai peraturan internal
rumah sakit.
b) bahwa peraturan RS tidak terpisahkan dengan peraturan internal
lainnya seperti peraturan internal staf medis dan non medis.
c) bahwa untuk melaksanakan peruturan ini,maka dipandang perlu
dibuat melalui surat keputusan direktur RSU MITRA
1. Undang-undang Republik Indonesia No23 tahun 1992 tentang
kesehatan (LNRI tahun 1992 nomor 100 tambahan LNRI
nomor 3495)
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1999
tentang pemerintah daerah (LNRI tahun 1999 nomor
Mengingat : 60,tambahan LNRI nomor 3839).
3. Peraturan pemerintah nomor 105 tahun 2000 tentang
pengelolaan dan pertanggung jawaban keuangan daerah
4. Peraturan Walikota deli serdang nomor 5 tahun 2011 tanggal
21 maret 2011 tentang penetapan tariff pelayanan RSU MITRA
SEHAT.
5. Peraturan menteri dalam negeri nomor 59 tahun 2007 tentang
pedoman pengelolaan keuangan daerah.
6. Peraturan daerah kota tanjung morawa nomor 3 tahun 2004
tentang pembentukan,tugas,fugsi,susunan organisasi dan tata
kerja RSU MITRA SEHAT.
: MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : : Memberlakukan peraturan RSU MITRASEHAT sebagai mana tertuang
dalam lampiran.
Kedua : : Peraturan internal RSU MITRA SEHAT ini tidak boleh bertentangan
dengan ketentuan perundang undangan yang berlaku.
Ketiga : : Peraturan internal ini dapat direvisi kembali apabila dibutuhkan karena
tidak sesuai lagi dengan keadaan.
PANDUAN
A. DEFINISI
1. Opini Medis adalah pendapat, pikiran atau pendirian dari seorang dokter
atau
ahli medis terhadap suatu diagnosa, terapidan rekomendasi medis lain
terhadap penyakit seseorang.
2. Meminta Pendapat Lain( Second Opinion ) adalahpendapat medis yang
diberikan oleh dokter lain terhadap suatu diagnosa atau terapi maupun
rekomendasi medis lain terhadap penyakit yang diderita pasien. Mencari
pendapat lain bisa dikatakan sebagai upaya penemuan sudut pandang lain
dari dokter kedua setelah pasien mengunjungi atau berkonsultasi dengan
dokter pertama. Second opinion hanyalah istilah, karena dalam realitanya di
lapangan, kadang pasien bisa jadi menemui lebih dari dua dokter untuk
dimintakan pendapat medisnya. Meminta pendapat lain atau second opinion
juga diatur dalam Undang Undang no. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit,
bagian empat pasal 32 poin H tentang hak pasien, disebutkan bahwa "Setiap
pasien memiliki hak meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya
kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam
maupun di luar Rumah Sakit".
B. RUANG LINGKUP
Perbedaan diagnosis dan penatalaksaan penyakit oleh dokter sering terjadi
di belahan dunia manapun. Di negara yang paling maju dalam bidang
kedokteranpun,
para dokter masih saja sering terjadi perbedaan dalam diagnosis maupun proses
terapi, sehingga menimbulkan keraguan pada pasien dan keluarganya.Begitu juga
di
Indonesia, perbedaan pendapat para dokter dalam mengobati penderita adalah hal
yang biasa terjadi. Perbedaan dalam penentuan diagnosis dan penatalaksanaan
mungkin tidak menjadi masalah serius bila tidak menimbulkan konsekuensi yang
berbahaya dan merugikan bagi penderita. Tetapi bila hal itu menyangkut kerugian
biaya yang besar dan ancaman nyawa maka harus lebih dicermati. Sehingga
sangatlah penting bagi pasien dan keluarga untuk mendapatkan second opinion
dokter
lain tentang permasalahan kesehatannya sehingga mendapatkan hasil pelayanan
kesehatana yang maksimal.
Dengan semakin meningkatnya informasi dan teknologi maka semakin
terbuka wawasan ilmu pengetahuan dan informasi tentang berbagai hal dalam
kehidupan ini. Demikian juga dalam pengetahuan masyarakat tentang wawasan dan
pengetahuan tentang permasalahan kesehatannya.Informasi yang sepotong-
sepotong
atau salah dalam menginterpretasikan informasi seorang pasien akan berakibat
pasien
atau keluarganya merasa tindakan dokter salah atau tidak sesuai standar. Hal ini
jugamembuat pasien dan keluarganya mempertahankan informasi yang didapat
tanpa
mempertimbangkan masukan dari dokter tentang fakta yang sebenarnya terjadi.
C. TATA LAKSANA
Second opinion atau mencari pendapat lain yang berbeda adalah merupakan
hak seorang pasien dalam memperoleh jasa pelayanan kesehatannya. Hak yang
dipunyai pasien ini adalah hak mendapatkan pendapat lain (second opinion) dari
dokter lainnya. Untuk mendapatkan pelayanan yang optimal, pasien tidak usah ragu
untuk mendapatkan second opinion tersebut. Memang biaya yang dikeluarkan
akan
menjadi banyak, tetapi paling tidak bermanfaat untuk mengurangi resiko
kemungkinan komplikasi atau biaya lebih besar lagi yang akan dialaminya.
Misalnya,
pasien sudah direncanakan operasi caesar atau operasi usus buntu tidak ada
salahnya melakukan permintaan pendapat dokter lain.
Dalam melakukan second opinion tersebut sebaiknya dilakukan terhadap
dokter yang sama kompetensinya. Misalnya, tindakan operasi caesar harus minta
second opinion kepada sesama dokter kandungan bukan ke dokter umum. Bila
pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan dokter sangat banyak dan mahal, tidak
ada salahnya minta pendapat ke dokter lain yang kompeten. Hak pasien
untukmeminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang
mempunyai Surat Ijin Praktek (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit.
Manfaat yang bisa didapatkan dari second opinion adalah pasien lebih
teredukasi mengenai masalah kesehatan yang dihadapinya. Terdapat kondisi yang
meragukan bagi pasien pada saat meminta pendapat lain, misalnya ketika dokter
pertama menyarankan operasi, tidak mengherankan jika pendapat dari dokter lain
akan berbeda, oleh karena setiap penyakit memiliki gejala klinis yang berbeda ketika
hadir di ruang periksa sehingga mempengaruhi keputusan dokter.
Untuk mendapatkan second opinion, pasien dan keluarganya menghubungi
perawat atau langsung kepada dokter yang merawatnya kemudian mengemukakan
keinginannya untuk mendapatkan pendapat lain atau second opinion. Dokter yang
merawat berkewajiban menerangkan kepada pasien dan keluarganya hal yang perlu
dipertimbangkan dalam mendapatkan second opinion (terdapat dalam panduan ini).
Apabilakeputusanmengambilpendapatlaintelahdisepakati, makaformulir Permintaan
Pendapat Lain (Second Opinion) diisiolehpasienatauwalinyadandiketahuiolehDokter
(DPJP) sertasaksi.
D. DOKUMENTASI
1. Panduan Hak & Kewajiban Pasien
2. Formulir Permintaan Pendapat Lain (Second Opinion)
Rujukan
1. Undang-undang RI No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Kementerian Kesehatan RI. Standard Akreditasi Rumah Sakit. Tahun 2011.
CARA MEMPEROLEH SECOND OPINION DI DALAM DAN LUAR
RS
1. Pimpinan rs
Petugas saksi
Saya yang menyatakan
(.) () (.)
Tanggal/waktu pengembalian dokumen yang dipinjam:
Petugas peminjam
(..) (.)
MITRA SEHAT
Jln.SEI MERAH NO.300
Desa Dagang Kerawang telp.085277611545
SUMUT
Tentang
: MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : KEBIJAKAN PENJELASAN HAK PASIEN DALAM PELAYANAN
Kedua : Kebijakan penjelasan hak pasien dalam pelayanan di Rumah Sakit Islam
PKU Muhammadiyah Rogojampi di maksud dalam Diktum Kesatu
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
Ketiga : Kebijakan penjelasan hak pasien dalam pelayanan di Rumah Sakit Islam
PKU Muhammadiyah Rogojampi sebagaimana di maksud dalam Diktum
Kedua harus dijadikan acuan dalam memberikan pelayanan di Rumah
Saki Islam PKU Muhammadiyah Rogojampi
Keempat Peraturan ini berlaku sejak tanggal di tetapkan dan apabila dikemudian
hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan dilakukan perbaikan
sebagaimana mestinya.
1. Direktur
RSU Mitra Sehat
A. LATAR BELAKANG
B.TUJUAN
Adapun tujuan dari panduan hak pasien dalam pelayanan
adalah agar pasien mengetahui sejauh mana pasien dalam
pelayanan.
C. MANFAAT
Membantu kelancaran proses pelayanan,bahwa hak pasien
adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sbb:
1. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib
dan peraturan yang berlaku di RS
2. Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi,adil,dan
jujur
3. Pasien berhak memperoleh pelayanan medis yang bermutu
sesuai dengan standar profesi kedokteran/kedokteran gigi
dan tanpa diskriminasi
4. Pasien berhak memperoleh asuhan keperawatan sesuai
standar profesi keperawatan
5. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai
dengan keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang
berlaku RS
6. Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas
menentukan pendapat klinis dan pendapat etisnya tanpa
campur tangan dari pihak luar
7. Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang
terdaftar di RS tersebut9second opinion) terhadap penyakit
yang dideritanya sepengetahuan dokter yang merawat
8. Pasien berhak atas privasi dan kerahasian penyakit yang
dideritanya termasuk data-data medisnya
9. Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi:
a) Penyakit yang dideritanya
b) Tindakan medis apa yang hendak dilakukan
c) Kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan
tersebut dan tindakan untuk mengatasinya
d) Alternatif terapi lainnya
e) Diagnosanya
f) Perkiraan biaya pengobatan
TENTANG
KEBIJAKAN TENTANG PANDUAN PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN
Direktur RUMAH SAKIT UMUM MITRA SEHAT:
Menimbang : 1 Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan di RSU MITRA SEHAT
perlu di buat peraturan tentang bagaimana kebijakan penjelasan hak pasien
dalam pelayanan dan pengobatan
2 bahwa dalam memandu dan mendukung hak pasien dan keluarga dalam
pelayanan dan pengobatan diperlukan suatu panduan.
3 bahwa panduan dalam memandu dan mendukung hak pasien dan
keluarga perlu ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur RSU MITRA
SEHAT
: MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : KEBIJAKAN TENTANG PANDUAN PERSETUJUAN TINDAKAN
KEDOKTERAN
Kedua : Kebijakan penjelasan hak pasien dalam pelayanan dan pengobatan di
Rumah Sakit Umum Mitra Sehat di maksud dalam Diktum Kesatu
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
Ketiga : Kebijakan penjelasan hak pasien dalam pelayanan di Rumah Sakit Umum
Mitra Sehat sebagaimana di maksud dalam Diktum Kedua harus dijadikan
acuan dalam memberikan pelayanan di Rumah Sakit Umum Mitra Sehat.
Keempat Peraturan ini berlaku sejak tanggal di tetapkan dan apabila dikemudian hari
terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan dilakukan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Tanjung morawa
Pada tanggal :
Direktur
RSU MITRA SEHAT
KEBIJAKAN SK direktur
RSU MITRA
SEHAT
1. Dasar
Panduan ini bertujuan agar dijadikan acuan bagi seluruh dokter, dokter gigi dan seluruh
tenaga kesehatan Rumah Sakit Rawamangun dalam melaksanakan ketentuan tentang
persetujuan tindakan kedokteran.
3. Pengertian
Ayah :
- Ayah Kandung
- Termasuk Ayah adalah ayah angkat yang ditetapkan berdasarkan
penetapan pengadilan atau berdasarkan hukum adat.
Ibu :
- Ibu Kandung
- Termasuk Ibu adalah ibu angkat yang ditetapkan berdasarkan
penetapan pengadilan atau berdasarkan hukum adat.
Suami :
- Seorang laki-laki yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang
perempuan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Istri :
- Seorang perempuan yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang
perempuan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
- Apabila yang bersangkutan mempunyai lebih dari 1 (satu) istri
persetujuan/ penolakan dapat dilakukan oleh salah satu dari mereka.
h. Wali, adalah orang yang menurut hukum menggantikan orang lain yang belum
dewasa untuk mewakilinya dalam melakukan perbuatan hukum, atau orang yang
menurut hukum menggantikan kedudukan orang tua.
i. Induk semang, adalah orang yang berkewajiban untuk mengawasi serta ikut
bertanggung jawab terhadap pribadi orang lain, seperti pemimpin asrama dari anak
perantauan atau kepala rumah tangga dari seorang pembantu rumah tangga yang
belum dewasa.
j. Gangguan Mental, adalah sekelompok gejala psikologis atau perilaku yang secara
klinis menimbulkan penderitaan dan gangguan dalam fungsi kehidupan seseorang,
mencakup Gangguan Mental Berat, Retardasi Mental Sedang, Retardasi Mental
Berat, Dementia Senilis.
k. Pasien Gawat Darurat, adalah pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat
atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan
menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
Penjelasan harus diberikan secara lengkap dengan bahasa yang mudah dimengerti
atau cara lain yang bertujuan untuk mempermudah pemahaman. Penjelasan tersebut
dicatat dan didokumentasikan dalam berkas rekam medik oleh dokter atau dokter gigi
yng memberikan penjelasan dengan mencantumkan:
Tanggal
Waktu
Nama
Tanda tangan
Pemberi penjelasan dan penerima
Dalam hal dokter atau dokter gigi menilai bahwa penjelasan yang akan diberikan
dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien atau pasien menolak diberikan
penjelasan, maka dokter atau dokter gigi dapat memberikan penjelasan kepada
keluarga terdekat dengan didampingi oleh seorang tenag kesehatan lain sebagai saksi.
(3) Penjelasan tentang risiko dan komplikasi tindakan kedokteran adalah semua risiko
dan komplikasi yang dapat terjadi mengikuti tindakan kedokteran yang dilakukan,
kecuali:
a. Resiko dan komplikasi yang sudah menjadi pengetahuan umum;
b. Risiko dan komplikasi yang sangat jarang terjadi atau dampaknya sangat
ringan;
c. Risiko dan komplikasi yang tidak dapat dibayangkan sebelumnya
(unforeseeable).
Penjelasan diberikan oleh dokter atau dokter gigi yang merawat pasien atau salah satu
dokter gigi dari tim dokter yang merawatnya.
Dalam hal dokter atau dokter gigi yang merawatnya berhalangan untuk memberikan
penjelasan secara langsung, maka pemberian penjelasan harus didelegasikan kepada
dokter atau dokter gigi lain yang kompeten. Tenaga kesehatan tertentu dapat
membantu memberikan penjelasan sesuai dengan kewenangannya. Tenaga kesehatan
tersebut adalah tenaga kesehatan yang ikut memberikan pelayanan kesehatan secara
langsung kepada pasien.
Demi kepentingan pasien, persetujuan tindakan kedokteran tidak diperlukan bagi
pasien gawat darurat dalam keadaan tidak sadar dan tidak didampingi oleh keluarga
pasien yang berhak memberikan persetujuan atau penolakan tindakan kedokteran
Cara pasien menyatakan persetujuan dapat dilakukan secara terucap (oral consent),
tersurat (written consent), atau tersirat (implied consent).
Setiap tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi harus memperoleh
persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan.
Persetujuan tertulis dibuat dalam bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir
persetujuan tindakan kedokteran.
Sebelum ditandatangani atau dibubuhkan cap ibu jari tangan kiri, formulir tersebut sudah
diisi lengkap oleh dokter atau dokter gigi yang akan melakukan tindakan kedokteran atau
oleh tenaga medis lain yang diberi delegasi, untuk kemudian yang bersangkutan
dipersilahkan membacanya, atau jika dipandang perlu dibacakan dihadapnnya.
Persetujuan secara lisan diperlukan pada tindakan kedokteran yang tidak mengandung
risiko tinggi. Dalam hal persetujuan lisan yang diberikan dianggap meragukan, maka
dapat dimintakan persetujuan tertulis.
(1) Penolakan tindakan kedokteran dapat dilakukan oleh pasien dan/atau keluarga
terdekatnya setelah menerima penjelasan tentang tindakan kedokteran yang akan
dilakukan
(2) Jika pasien belum dewasa atau tidak sehat akalnya maka yang berhak memberikan
atau menolak memberikan persetujuan tindakan kedokteran adalah orang tua,
keluarga, wali atau kuratornya.
(3) Bila pasien yang sudah menikah maka suami atau istri tidak diikut sertakan
menandatangani persetujuan tindakan kedokteran, kecuali untuk tindakan keluarga
berencanan yang sifatnya irreversible; yaitu tubektomi atau vasektomi.
(4) Jika orang yang berhak memberikan persetujuan menolak menerima informasi dan
kemudian menyerahkan sepenuhnya kepada kebijakan dokter atau dokter gigi maka
orang tersebut dianggap telah menyetujui kebijakan medis apapun yang akan
dilakukan dokter atau dokter gigi.
(5) Apabila yang bersangkutan, sesudah menerima informasi, menolak untuk
memberikan persetujuannya maka penolakan tindakan kedokteran tersebut harus
dilakukan secara tertulis. Akibat penolakan tindakan kedokteran tersebut me
(6) Penolakan tindakan kedokteran tidak memutuskan hubungan dokter pasien.
(7) Persetujuan yang sudah diberikan dapat ditarik kembali (dicabut) setiap saat, kecuali
tindakan kedokteran yang direncanakan sedah sampai pada tahapan pelaksanaan yang
tidak mungkin lagi dibatalkan
(8) Dalam hal persetujuan tindakan kedokteran diberikan keluarga maka berhak menarik
kembali (mencabut) adalah anggota keluarga tersebut atau anggota keluarga lainnya
yang kedudukan hukumannya lebih berhak sebagai wali.
(9) Penarikan kembali (pencabutan) persetujuan tindakan kedokteran harus diberikan
secara tertulis dengan menandatangani format yang disediakan.
9. Penutup
Nama :
Ruangan/Poliklinik:
HAMBATAN BELAJAR:
1. Tdk Ada 2. Pandangan Terbatas 3. Hambatan Bahasa: Tidak Ya: ____________
4. Kognisi Terbatas 5. Pendengaran Terbatas 6. Hambatan Emosi 7. Keterbatasan Fisik
8. Pertimbangan Budaya dlm perawatan: Tidak Ya: ________ 9. Tdk bisa membaca
Verbal TertulisDemonstrasiLain-lain:
Evaluasi Pembelajaran
Hambatan Belajar
PenerimaEdukasi
TandaTa TandaTan
ngan/ gan/
Tgl/ TOPIK EDUKASI namaEd namaPen KETERANGAN/
ukator erimaEdu
Jam
kasi CATATAN
Penjelaskan tentang kondisi Edukasi Point 1 sd 4
medis dan diagnosis pasti dilakukanoleh DPJP
CONTOH
Nama : (L/P)
Umur : Tahun
Alamat :
Bukti diri/KTP :
Yang tujuan,sifat dan perlunya tindakan kedokteran tersebut diatas,serta resiko yang dapat
ditimbulkan telah cukup dijelaskan oleh dokter dan telah saya mengerti sepenuhnya.
Demikian pernyataan penolakan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan
Tanjung morawa,..2016
Yang bersangkutan
(..)
TENTANG
KEBIJAKAN TENTANG PENJELASAN HAK PASIEN DALAM PELAYANAN
: MEMUTUSKAN
Kedua : Kebijakan tentang penjelasan hak pasien dalam pelayanan ini dimaksudkan
sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan pasien di RS MITRA
SEHAT
Direktur
RSU MITRA SEHAT
PANDUAN
BAB I
PENDAHULUAN
1) LATAR BELAKANG
Bahwa sudah tidak bisa dipungkiri lagi dimana kemajuan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi sangat berpengaruh pada perkembangan kebutuhan
manusia,yang salah satunya dibidang teknologi informasi menjadi kebutuhan pokok setiap
orang dalam rangka pengembangan pribadi dilingkungan sosialnya.
Dibidang pelayanan kesehatan dirumah sakit ada 3 pelaku utama yang berperan
masing masing mempunyai hak dan kewajiban,ketiga pelaku tersebut adalah:
pasien,dokter dan rumah sakit.pengaturan hak dan kewajiban tersebut telah ditentukan
dalam berbagai peraturan perundang undangan.
Mengacu kepada UUtersebut,maka sudah seharusnya pelaku utama pelayanan
kesehatan dirumah sakit yaitu:pasien,dokter,dan rumah sakit secara terbuka mengetahui
hak dan kewajiban masing-masing yang mungkin selama ini belum diketahui secara utuh.
2) TUJUAN
Adapun tujuan dari panduan hak pasien dalam pelayanan adalah agar pasien
mengetahui sejauh mana hak pasien dalam pelayanan.
3) MANFAAT
Membantu kelancaran proses pelayanan
Bahwa hak pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai pasien.
Menetapkan:
Pertama : Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan
peraturan yang berlaku di RSU MITRA SEHAT.
Kedua : Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi,adil dan jujur.
Ketiga : Pasien berhak memperoleh pelayanan medis yang bermutu sesuai
dengan standar profesi kedokteran/kedokteran gigi dan tanpa
distriminasi.
Keempat : Pasien berhak memperoleh asuhan keperawatan sesuai standar profesi
keperawatan
Kelima : Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di RS
Keenam : Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan
pendapat klinis dan pendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak
luar.
Ketujuh : Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di
rumah sakit tersebut(second opinion)terhadap penyakit yang
dideritanya sepengetahuan dokter yang merawat.
Kedelapan : Pasien berhak atas privasi dan kerahasian penyakit yang dideritanya
termasuk data-data medisnya.
Kesembilan: Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi:
1. Penyakit yang diderita
2. Tindakan medis apa yang hendak dilakukan
3. Kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan
untuk mengatasinya
4. Alternative terapi lainnya
5. Diagnosanya
6. Perkiraan biaya pengobatan
Kesepuluh : Pasien berhak menyetujui/memberikan izin atas tindakan yang akan
dilakukan oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.
Kesebelas : Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap
dirinya dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung
jawab sendiri sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang
penyakitnya.
Keduabelas : Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
Ketigabelas : Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaan yang
dianutnya selama ini tidak menggangu pasien lainnya.
Keempatbelas : Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan dirumah sakit
Kelimabelas : Pasien berhak mengajukan usul,saran,perbaikan atas perlakuan
rumah sakit terhadap dirinya.
Keenambelas :Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun
spiritual.
Ditetapkan Oleh
STANDAR
Tanggal Terbit : Direktur Rsu Mitra
OPERASIONAL
Sehat
PROSEDUR
Dr.Victor Eka Harianto
PENGERTIAN Pemberian penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang hak-
haknya dalam memperoleh pelayanan di rumah sakit terkait
TUJUAN Untuk memberikan penjelasan hak pasien dan keluarga dalam
memperoleh pelayanan
KEBIJAKAN Tentang penjelasan hak pasien dalam pelayanan
PROSEDUR 1. Ucapkan salam
2. Pastikan identitas pasien
3. Memberikan informasi yang sebenar-benarnya kepada
pasien dan kelurga atas keadaanyang dialami pasien
4. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang
haknya dalam memperoleh pelayanan rumah sakit
5. Memberikan layanan yang manusiawi, adil, jujur dan
tanpa diskriminasi
6. Memberikan pelayanan kesehatan bermutu sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur operasiona
7. Memberikan layanan yang efektif dan efisen sehingga
pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi
8. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya dan peraturan yang berlaku di rumah sakit
9. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya
kepada dokter lain ( second opinion ) yang memiliki Surat
Ijin Praktek (SIP ) baik di dalam maupun di luar rumah
sakit.
10. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang
diderita termasuk data-data medisnya.
11. Memberikan persetujuan dan kerahasiaan penyakit yang
akan dilakukan pleh tenaga kesehatan terhadap penyakit
yang dideritanya.
12. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara
tindakan medis,tujuan tindakan medis,alternative
tindakan,resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan
13. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
14. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang
dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien
lainnya.
15. Memperoleh keadaaan dan keselamatan diirnya selama
dalam perawatan di RS.mengajukan usul,saran,perbaikan
atas perlakuan RS terhadap dirinya.
16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesui
dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya.
Ruangan/Poliklinik:
HAMBATAN BELAJAR:
8. Pertimbangan Budaya dlm perawatan: Tidak Ya: ________ 9. Tdk bisa membaca
Verbal TertulisDemonstrasiLain-lain:
Evaluasi Pembelajaran
Hambatan Belajar
PenerimaEdukasi
TandaTa TandaTan
ngan/ gan/
Tgl/ TOPIK EDUKASI namaEd namaPen KETERANGAN/
ukator erimaEdu
Jam
kasi CATATAN
Penjelaskan tentang kondisi Edukasi Point 1 sd 4
medis dan diagnosis pasti dilakukanoleh DPJP
HakPasiendankeluarga untuk
berpartisipasi dalam keputusan
pelayanannya
RUMAH SAKIT UMUM
MITRA SEHAT
: MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : KEBIJAKAN PENJELASAN HAK PASIEN DALAM PELAYANAN
DAN PENGOBATAN
Kedua : Kebijakan penjelasan hak pasien dalam pelayanan di RSU MITRA
SEHAT di maksud dalam Diktum Kesatu sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Keputusan ini.
Ketiga : Kebijakan penjelasan hak pasien dalam pelayanan di RSU MITRA
SEHAT sebagaimana di maksud dalam Diktum Kedua harus dijadikan
acuan dalam memberikan pelayanan di RSU MITRA SEHAT.
Keempat Peraturan ini berlaku sejak tanggal di tetapkan dan apabila dikemudian
hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan dilakukan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Pada Tanggal :
Direktur
PANDUAN
BAB I
PENDAHULUAN
4) LATAR BELAKANG
Bahwa sudah tidak bisa dipungkiri lagi dimana kemajuan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi sangat berpengaruh pada perkembangan kebutuhan
manusia,yang salah satunya dibidang teknologi informasi menjadi kebutuhan pokok setiap
orang dalam rangka pengembangan pribadi dilingkungan sosialnya.
Dibidang pelayanan kesehatan dirumah sakit ada 3 pelaku utama yang berperan
masing masing mempunyai hak dan kewajiban,ketiga pelaku tersebut adalah:
pasien,dokter dan rumah sakit.pengaturan hak dan kewajiban tersebut telah ditentukan
dalam berbagai peraturan perundang undangan.
Mengacu kepada UUtersebut,maka sudah seharusnya pelaku utama pelayanan
kesehatan dirumah sakit yaitu:pasien,dokter,dan rumah sakit secara terbuka mengetahui
hak dan kewajiban masing-masing yang mungkin selama ini belum diketahui secara utuh.
5) TUJUAN
Adapun tujuan dari panduan hak pasien dalam pelayanan adalah agar pasien
mengetahui sejauh mana hak pasien dalam pelayanan.
6) MANFAAT
Membantu kelancaran proses pelayanan
Bahwa hak pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai pasien.
Menetapkan:
Pertama : Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan
peraturan yang berlaku di RSU MITRA SEHAT.
Kedua : Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi,adil dan jujur.
Ketiga : Pasien berhak memperoleh pelayanan medis yang bermutu sesuai
dengan standar profesi kedokteran/kedokteran gigi dan tanpa
distriminasi.
Keempat : Pasien berhak memperoleh asuhan keperawatan sesuai standar profesi
keperawatan
Kelima : Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di RS
Keenam : Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan
pendapat klinis dan pendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak
luar.
Ketujuh : Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di
rumah sakit tersebut(second opinion)terhadap penyakit yang
dideritanya sepengetahuan dokter yang merawat.
Kedelapan : Pasien berhak atas privasi dan kerahasian penyakit yang dideritanya
termasuk data-data medisnya.
Kesembilan: Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi:
7. Penyakit yang diderita
8. Tindakan medis apa yang hendak dilakukan
9. Kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan
untuk mengatasinya
10. Alternative terapi lainnya
11. Diagnosanya
12. Perkiraan biaya pengobatan
Kesepuluh : Pasien berhak menyetujui/memberikan izin atas tindakan yang akan
dilakukan oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.
Kesebelas : Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap
dirinya dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung
jawab sendiri sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang
penyakitnya.
Keduabelas : Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
Ketigabelas : Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaan yang
dianutnya selama ini tidak menggangu pasien lainnya.
Keempatbelas : Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan dirumah sakit
Kelimabelas : Pasien berhak mengajukan usul,saran,perbaikan atas perlakuan
rumah sakit terhadap dirinya.
Keenambelas :Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun
spiritual.
Ditetapkan Oleh
STANDAR Direktur Rsu Mitra
Tanggal Terbit :
OPERASIONAL Sehat
PROSEDUR
1. Pimpinan RS
Unit Terkait : 2. DPJP
3. Staf keperawatan
4. Pasien dan keluarga
Saya memahami perlunya dan manfaat pengobatan tersebut sebagaimana telah dijelaskan
seperti diatas kepada saya,termasuk resiko dan komplikasi yang mungkin timbul.
Saya bertanggung jawab secara penuh atas segala akibat yang mungkin timbul sebagai akibat
tidak dilakukannya pengobatan tersebut.
Yang menyatakan
Saksi:
(.) (.) ()
A. PENGERTIAN
Resusitasi merupakansegala bentuk usaha medis, yang dilakukan
terhadap mereka yang berada dalam keadaan darurat atau kritis, untuk
mencegah kematian.
Do Not Resusitation (DNR) adalah sebuah perintah untuk tidak
dilakukan Resusitasi, yang merupakan pesan untuk tenaga kesehatan
ataupun masyarakat umum untuk tidak mencoba CPR (cardiopulmonary
resusitation) atau Resusitasi Jantung Paru (RJP) jika terjadi permasalahan
darurat pada jantung pasien atau pernapasan berhenti.
Perintah ini ditulis atas permintaan pasien atau keluarga tetapi harus
ditandatangani oleh dokter yang berlaku. DNR merupakan salah satu
keputusan yang paling sulit, adalah masalah etika yang menyangkut perawat
ataupun dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Hal ini akan berhadapan
dengan masalah moral atau pun etik, apakah akan mengikuti sebuah perintah
'jangan dilakukan resusitasi' ataupun tidak. Bagaimana tidak jika tiba-tiba
pasien henti jantung sebagai perawat yang sudah handal dalam melakukan
RJP membiarkan pasien mati dengan begitu saja tapi masalahnya jika kita
memiliki hati dan melakukan RJP pada pasien tersebut, kita bisa dituntut oleh
pasien dan keluarga pasien tersebut. Ini adalah sebuah dilema. Jika terjadi
kedaruratan jantung pasien atau pernapasan berhenti.
Salah satu alasan utama orang menandatangani perintah DNR adalah
karena apa yang terjadi ketika staf rumah sakit mencoba untuk melakukan
RJP. Situasi ini umumnya disebut sebagai "kode." Hal ini kadang-kadang
diberikan nama samaran yang berbeda di rumah sakit yang berbeda. Pada
pasien biasa ketika kode staf pasien suatu kawanan seluruh tim resusitasi
ruangan. Dada akan dikompresi dengan tangan untuk mensimulasikan detak
jantung dan sirkulasi darah. Sebuah tabung dimasukkan ke dalam mulut dan
tenggorokan dan Pasien diletakkan pada ventilator untuk bernafas untuk
Pasien. Jika hati Pasien dalam irama mematikan Pasien terkejut dengan
jumlah besar listrik untuk tersentak kembali ke irama. Obat yang diberikan
dan secara manual dipompa melalui
sistem dengan penekanan dada. Jika semua ini berhasil, hati Pasien
mulai untuk mengalahkan sendiri lagi dan pasien berakhir di ventilator untuk
membuatnya / napasnya. Ini tidak biasanya datang tanpa konsekuensi.
Salah satu konsekuensi potensial utama dilakukan RJP adalah
kekurangan oksigen ke organ-organ tubuh. Meskipun penekanan dada
sedang dilakukan untuk mengedarkan darah melalui tubuh, masih belum
seefektif detak jantung biasa. Meskipun oksigen dipompa ke paru-paru
mekanik, penyakit itu sendiri dapat mencegah beberapa oksigen dari
mencapai aliran darah. Semakin lama RJP berlangsung, semakin besar
kemungkinan kerusakan pada organ-organ. Tapi jika tidak dilakukan RJP
akan berdampak dari kerusakan otak, kerusakan ginjal, hati, atau kerusakan
paru-paru. Apa pun bisa rusak berhubungan dengan kurangnya oksigenasi.
Ada juga kemungkinan trauma tubuh dari penekanan dada. Hal ini
sangat normal untuk mendengar retak tulang rusuk dan tulang. Dibutuhkan
banyak kekuatan untuk kompres jantung dengan sternum dan tulang rusuk
duduk di sampingnya. Terutama orang tua biasanya mengalami kerusakan
dari ini. Kejutan listrik juga dapat traumatis dalam dan dari dirinya sendiri.
Jadi bahkan jika Pasien bangkit kembali, kemungkinan Pasien
pemulihan dan kelangsungan hidup dapat berpotensi jauh lebih rendah
daripada mereka sebelum resusitasi tersebut. Biasanya Pasien berakhir pada
ventilator setelah RJP. Jika Pasien memiliki organ yang rusak, kerusakan
terutama otak, ada kemungkinan Pasien mungkin bukan karena ventilator
tapi karena terlambatnya oksigen masuk ke otak.
Pasien DNR biasanya sudah memberikan tanda utuk melarang
melakukan Resusitasi biasanya terdapat pada baju, di ruaang perawatan
ataupun di pintu masuk, sudah ada tandan tulisan DNR. Pasien DNR tidak
benar-benar mengubah perawatan medis yang diterima. Pasien masih
diperlakukan dengan cara yang sama. Semua ini berarti bahwa jika tubuh
pasien meninggal (berhenti bernapas, atau jantung berhenti berdetak) tim
medis tidak akan melakukan CPR/RJP.
Menjadi DNR tidak berarti obat berhenti untuk diberikan. Ketika dokter
dan perawat berhenti berfokus pada pengobatan dan mulai fokus pada
tindakan penghiburan adalah sesuatu yang disebut Perawatan Paliatif
B. TUJUAN
Untuk menyediakan suatu proses dimana pasien bisa memilih prosedur yang
nyaman dalam hal bantuan hidup oleh tenaga medis emergensi dalam kasus
henti jantung henti nafas.
6. Dekomposisi.
7. Lividitas dependen.
8. Jelas trauma kepala atau tubuh yang masif yang tidak memungkinkan
untuk hidup (pastikan pasien tidak memiliki tanda-tanda vital)
7. Bila pasien dalam henti jantung saat tiba di UGD, mulai BHD sambil
menghubungi
kontrol medik.
9. Bila mungkin, letakkan telapak tampak segera atau leads EKG untuk
memastikan irama asistol atau agonal dan lampirkan strip kopi pada
laporan.
RSU MITRA
SEHAT
PENOLAKAN RESUSITASI
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
.../0/04/RSU
MS/2016
Ditetapkan,
SPO Terbit Tanggal
Hak Pasien Direktur Rsu Mitra Sehat
Dan Keluarga
Pasien
(Dr. Victor Eka Harianto)
Identitas Pasien:
Nama Lengkap :
Tempat dan Tanggal Lahir :
No RM :
RSU MITRA
SEHAT
PANDUAN
PENDAHULUAN
A. DEFINISI
1. Kondisi Terminal adalahsuatu kondisi yang disebabkan oleh cedera atau
penyakit dimana terjadi kerusakan organ multiple yang dengan
pengetahuan dan teknologi kesehatan terkini tak mungkinlagi
dapatdilakukan perbaikansehingga akan menyebabkan kematian dalam
rentang waktu yang singkat. Pengaplikasianterapi untuk
memperpanjang/mempertahankan hidup hanya akan berefek dan
memperlama proses penderitaan/sekarat pasien.
2. Pasien Tahap Terminaladalah pasiendengankondisi terminal yang
makin lama makin memburuk
3. Pasien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit baik
dalam keadaan sehat maupun sakit.
4. Mati Klinis adalah henti nafas (tidak ada gerak nafas spontan) ditambah
henti sirkulasi (jantung) total dengan semua aktivitas otakterhenti, tetapi
tidak ireversibel.
5. Mati Biologis adalah proses mati/ rusaknya semua jaringan, dimulai
dengan neuron otak yang menjadi nekrotik setelah kira-kira 1 jam tanpa
sirkulasi, diikuti oleh jantung, ginjal, paru dan hati yang menjadi nekrotik
selama beberapa jam atau hari.
6. Mati Batang Otak adalah keadaan dimana terjadi kerusakan seluruh isi
saraf/neuronalintrakranial yang tidak dapat pulih termasuk batang otak
dan serebelum.
7. Alat Bantu Napas (Ventilator ) adalahalatyang digunakan untuk
membantu sebagian atau seluruh proses ventilasiuntuk mempertahankan
peroksigenasi.
8. Witholding life supportadalah penundaan bantuan hidup
9. Withdrowing life support adalah penghentian bantuan hidup
10. Mengelola Akhir Kehidupan (End of Life) adalah pelayanan tindakan
penghentian bantuan hidup(Withdrowinglife support) atau penundaan
bantuan hidup (Witholding life support)
11. 11.Iforemed consent dalam profesi kedokteran adalah:pernyataan
setuju (consent atau iji dari sesorang(pasien) yang diberikan secar
bebas,rasional tanpa paksaan terhadap tindakan kedokteran yang akan
dilakukan terhadapnya sesdudah mendapatkan informasi yang cukup
tenang kedokteran yang dimaksud
12. Donasi organ adalah tindakan memberikan organ tubuh dari donor
kepada resipien.
B.RUANG LINGKUP
1. Aspek keperawatan
Banyak masalah yang melingkupi kondisi terminal pasien yaitu mulai dari
titik yang actual dimana pasien dinyatakan kritis sampai diputuskan
meninggal dunia atau mati,seseorang dinyatakan meniggal/mati apabila
fungsi jantung dan paru-paru berhenti.kematian sistemik auat kematian
system tubuh lainnyaterjadi dalam beberapa menit dan otak merupakan
organ besar pertama yang menderita kehilangan fungi yang ireversibel
selajutnya organ organ lain akan mati,respon pasien dalam kondisi
terminal sangat individual tergantung kondisi fisik,psikologis,social yang
dialami,sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap individu juga
berbeda.hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang ditujukan oleh
pasien terminal
B. ANGER(FASE KEMARAHAN)
Ini adalah fase dimana pasien akan mulai menawar untuk dapat hidup
sedikit lebih lama lagi dikurangi penderitanya,mereka bisa menjanjijkan
macam-macam hal kepada TUHAN,TUHAN kalau ENGKAU menyakan
kasihmu dan keajaiban.kesembuhan MU,maka aku akan
mempersembahkan seluruh hidupku untuk melayaniMU.
D. DEPRESION(FASE DEPRESI)
g) Problem kulit dan mobilitas :sering kali tirah baring lama menimbulkan
maslah pada kulit sehingga pasien terminal memerlukan perubahan posisi
yang sering
2. Perawatan paliatif
3. Aspek medis
Kebanyakan kalangan dalam dunia kedokteran dan hukum sering ini
mendefinisikan kematian dalam pengertian mati otak(MO)walaupun
jantung mungkin masih berdenyut dan ventilasi
buatan(ventilator)dipertahankan akan tetapi banyak pulayang memakai
konsep mati btang otak(MBO) sebagai pengganti aMO dalam penentuan
mati dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang
kedokteran maka banyak pilihan pengobatan yang berguna memberikan
bantuan hidup terhadap pasien tahap terminal,pilihan ini sering kali
menimbulkan dilemma terutama bagi keluarag pasien karena mereka
menyadari bahwa tindakan tersebut bukan upaya penyembuhan dan hanya
akan menambah penderitaan pasien.keluarga menginginkan sebuah proses
dimana berbagai itervensi medis(mis; pemakaian ventilator )tidak lagi
diberikan kepada pasien dengan harapan bahwa pasien akan meninggal
akibat penyakit yang mendasarinya.ketika keluarga/wali meminta dokter
menghentikan bantuan hidup(withholding life support)terhadap pasien
tersebut.maka dokter memiliki legalitas dimata hukum dengan syarat
sebelum keputusan penghentian atau penundaan bantuan hidup
dilaksanakan,tim dokter telah memberikan informasi kepada keluarga
tentang kondisi terminal pasien dan pertimbangan keputusan keluarga/wali
tertulis dalam informed concent.
C.TATA LAKSANA
1) Aspek keperawatan
I. Asesmen keperawatan
1.Pernapsan(breath)
2. Kardiovaskuler(blood)
3. Persyrafan(brain)
4. Perkemihan(blader)
6. Musculoskeletal/inergumen
e. Apakah ada luka atau tidak bila dimana lokasinya dan apa
jenis lukanya
g. Apakah ada fraktur atau tidak bila ada dimana lokasinya dan
apa jenis frakturnya
1) Intervensi keperawtan
2.Aspek medis
2.1.intervensi medis
c. Pemberian nutrisi
1) Feeding tube :sering pasien sakit terminal tidak bisa mendapatkan
makanan lewat mulut langsung,sehingga perlu dilakukan
pemasangan feeding tube untuk memenuhi nutrisi pasien tersebut
d. Tindakan dialysis
e. Pemberian antibiotic
Pasien terminal memiliki resiko infeksi berat 5-10 kali lebih tinggi
dibandingkan pasein lainnya.infeksi berat ini paling sering ditemukan
pada saluran pernapasan,saluran kemih,peredaran darah ataut daerah
trauma/operasi.infeksi tersebut menyebabkan peningkatan morbiditas
dan mortalitas,pemanjangan masa perawatan dan pembengkakan
biaya perawatan,penyebab meningkatnya resiko infeksi ini bersifat
multifactorial,meliputi penurunan fungsi imun,gangguan fungsi
barrierusus,penggunaan antibiotic
spectrum,luas,katekolamin,penggunaan preparat darah atau alat
kesehatan yang digunakan (seperti ventilator).pada menderitanya
penyakit terminal dengan pronose yang buruk hendaknya
diiformasikan lebih dini untuk menolak atau menerima bila dilakukan
resusitasi maupun ventilator.
a. Informed consent
1. Diagnosa
3. Prognosis:
2.3.donasi organ
D.DOKUMENTASI
No. dokumen :
No.
Halaman:
Revisi :
/0/04/RSU MS/2016 1 /2
0
RSU MITRA
SEHAT
Ditetapkan Oleh
PENGERTIAN Usaha bimbingan yang diberikan oleh pihak Rumah Sakit yang
bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang
menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat
mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi
dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-
masalah lain, fisik, psikososial dan untuk mendampingi pasien rawat inap,
agar mampu memahami arti dan makna hidup sesuai dengan keyakinan
dan agama yang dianut masing masing.
Pengertian
Tujuan umum
Secara umum, tujuannya adalah menangani semua keluhan dari
pasien agar bisa diselesaikan secara professional dan kekeluargaan.
Tujuan khusus
Agar pasien yang tidak puas bisa mendapat jawaban dan
penjelasan dari pihak rumah sakit.
Tata Laksana
Pasien complain di jam kerja.