BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Mata
Otot siliaris adalah suatu cincin melingkar otot polos yang melekat ke lensa
melalui ligamentum suspensorium.
Ketika otot siliaris melemas, ligamentum suspensorium menegang, dan
ligamentum ini menarik lensa menjadi lebih gepeng dan kurang refractive.
Sewaktu otot ini berkontraksi, kelilingnya berkurang sehingga tegangan pada
ligamentum suspensorium berkurang. Ketika tarikan ligamentum
suspensorium pada lensa berkurang, lensa menjadi lebih bulat. Meningkatnya
kelengkungan lensa menjadi lebih bulat akan meningkatkan kekuatan lensa
dan lebih membelokkan berkas sinar. Pada keadaan normal, otot siliaris akan
melemas dan lensa menggepeng untuk melihat jauh, tetapi otot ini
berkontraksi agar lensa menjadi lebih konveks dan lebih kuat untuk melihat
dekat. otot siliaris dikontrol oleh sistem saraf otonom, dengan stimulasi
simpatis menyebabkan relaksasi dan stimulasi simpatis menyebabkan
berkontraksi (Sherwood, 2011).
b. Titik Dekat
Titik terdekat ke mata tempat suatu benda dapat difokuskan dengan jelas
disebut titik dekat mata. Titik dekat akan semakin jauh seiring dengan
pertambahan usia, mula-mula lambat lalu semakin cepat seiring penuaan, dari
sekitar 9 cm pada usia 10 tahun menjadi sekitar 83 cm pada usia 60 tahun.
Penurunan ini terutama disebabkan oleh peningkatan kekerasan lensa
ataupenurunan kemampuan kelengkungan lensa sehingga akomodasi menjadi
berkurang. Pada saat seseorang mencapai usia 40-45 tahun, hilangnya
akomodasi biasanya telah menimbulkan kesulitan membaca atau bekerja
dengan benda dekat (presbiopi) (Ganong, 2008).
c. Respon Dekat
Selain akomodasi, sumbu penglihatan berkonvergensi dan pupil
berkonstriksi pada saat seseorang melihat benda yang dekat. Respon tiga
bagian ini yakni akomodasi, konvergensi sumbu penglihatan, dan konstriksi
pupil disebut respon dekat (Ganong, 2008).
Seorang pengamat membaca teks yang disajikan pada computer akan terjadi
peningkatan penggunaan otot siliaris karena berbagai alasan, termasuk kondisi
kontras berkurang menyebabkan kesulitan dalam membawa sebuah bayangan
benda ke fokus dan kebiasaan kerja pada jarak pandang dekat yang lama (Sullivan
J. M., 2008).
Beberapa gejala lain kelelahan mata adalah penglihatan kabur, penglihatan
ganda, miopia sementara, dan kesulitan terhadap penurunan respon akomodasi
dan sistem kontrol vergence (Sullivan J. M., 2008).
Pandangan kabur dan salah fokus terjadi karena ketidakmampuan mekanisme
akomodasi untuk mempertahankan fokus pada benda yang dekat. Hal ini
terjadinya oleh karena mekanisme akomodasi yang lama untuk mempertahankan
fokus pada benda yang dekat (Sullivan J. M., 2008).
2) Jenis Kelamin
Perempuan memiliki faktor resiko lebih besar daripada laki-laki karena
penurunan akomodasi yang lebih besar pada perempuan. Hal lain terjadi
karena pengaruh hormonal. Sekresi komponen lipid oleh kelenjar Meibom dan
Zeis antara lain dipengaruhi oleh hormon androgen seperti testosteron yang
dapat meningkatkan sekresi, sedangkan hormon estrogen akan menekan
sekresi kelenjar tersebut sehingga perempuan lebih rentan terkena sindroma
dry eye (Anggraini Y., Agus F., dan Iit F., 2013).
3) Kelainan Refraksi
Kelainan refraksi adalah bayangan benda yang tidak tepat jatuh di retina
dapat didepan ataupun di belakang retina dan bayangan tidak jatuh pada satu
titik fokus (Dian Nourmayanti, 2009).
Seseorang yang memiliki kelainan refraksi memiliki faktor resiko yang
lebih besar terkena kelelahan mata karena otot-otot akomodasi pada orang
dengan kelainan refraksi harus bekerja lebih keras untuk mempertahankan
fokus matanya pada objek di layar monitor agar tetap tajam pada jarak dekat
(Anggraini Y., Agus F., dan Iit F., 2013).
Penelitian di Amerika Serikat mengatakan bahwa pada pasien yang
mengalami kelainan refraksi dilarang menggunakan kontak lensa saat bekerja
di depankomputer dikarenakan mata akan lebih cepat mengalami kelelahan.
Pada saat bekerja didepan komputer mata akan lebih sedikit berkedip. Hal ini
membuat mata menjadi kering dan akan bergesekan dengan kontak lensa.
4) Istirahat Mata
Bila bekerja dengan lama atau beberapa jam didepan komputer gunakan
sistem 20-20-20 yaitu ambil waktu 20 detik istirahat dengan melihat objek
dengan jarak minimal 20 kaki setiap 20 menit bekerja dan kedipkan mata
sesering mungkin (Hazarika A. dan Prodip Kumar Singh, 2014).
5) Durasi Bekerja
Penelitian University of North Caroline at Asheville dalam penelitian Iis
Faizah Hanum (2008) mengelompokkan beban kerja pekerja komputer atas
dasar lama waktu kerja sebagai berikut:
1. Pekerja komputer dengan beban kerja berat adalah pekerja komputer
dengan lama waktu kerja lebih dari 4 jam sehari secara terus-menerus.
2. Pekerja komputer dengan beban kerja sedang adalah pekerja komputer
dengan lama waktu kerja lebih dari 2-4 jam sehari secara terus-menerus.
3. Pekerja komputer dengan beban kerja ringan adalah pekerja komputer
dengan lama waktu kerja lebih dari <2 jam sehari secara terus-menerus.
Mata akan berakomodasi dan berkonvergensi agar dapat melihat dan
memfokuskan benda yang dekat. Bila dalam waktu yang lama otot-otot mata
akan bekerja lebih keras dan dapat menyebabkan mata lelah (Nourmayanti D.,
2009).
6) Masa Kerja
Encyclopedia of Occupational Health and Safety dalam Yeni Anggaini
(2013) menyatakan adanya gangguan mata setelah pekerja bekerja dengan
lama kerja berkisar > 4 tahun. Pekerja yang sudah lama bekerja akan
mempunyai risiko lebih besar untuk terjadinya kelelahan mata karena lebih
lama terpapar oleh faktor risiko.
7) Tingkat Pencahayaan
Menurut standar ISO 9241 bagian ke-6 tahun 1999 dalam E-facts 13:
Office Ergonomics yang diterbitkan oleh European Agency for Safety and
Health at Work dalam Iwan setiawan (2012), tingkat pencahayaan untuk
perkantoran dan pengguna komputer adalah 300-500 lux.
8) Ergonomik komputer
1. Penggunaan Anti-glare Screen
Pada saat menggunakan komputer sering sekali mata memperoleh
pantulan sinar. Silau akibat pantulan sinar tersebut dapat menyebabkan
otot-otot mata terusmenerus fokus pada monitor.
Anti-glare screen merupakan suatu alat yang dipasang pada monitor
untuk mengurangi cahaya yang masuk kedalam bola mata sehingga dapat
mengurangi gejala-gejala yang timbul dan menyebabkan kelelahan mata
(Faizah I., 2008).
2. Monitor
a) Pilih monitor yang memiliki radiasi yang kecil
b) Gunakan monitor dengan lebar monitor 5-10 inci
c) Gunakan komputer sebatas dengan mata dengan bagian atas komputer
sejajar dengan mata
d) Pindahkan layar komputer bila berhadapan dengan jendela
e) Sesuaikan kontras monitor sesuai dengan kenyaman mata
f) Tingkatkan ukuran teks (Hazarika A. dan Prodip Kumar Singh, 2014).
5. Meja Komputer
a) Memiliki ruang yang cukup dengan lengan tangan sehingga tangan
dapat leluasa bergerak.
b) Memiliki ketinggian yang sesuai sehingga keyboard dan mouse dapat
diletakkan dengan posisi yang sejajar dengan siku tangan dengan
monitor dapat diletakkan sejajar dengan mata.
c) Memiliki ukuran yang cukup sehingga dapat diletakkan komputer dan
dokumen (Hazarika A. dan Prodip Kumar Singh, 2014).
6. Posisi Duduk
Salah Benar