Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN HEMOROID

I. KONSEP TEORI
A. DEFINISI HEMOROID
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam plexus hemoroidalis yang tidak
merupakan keadaan patologik
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid
sangat umum terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe
hemoroid berdasarkan luasnya vena yang terkena
Jadi, hemoroid adalah terjadinya distensi atau pelebaran pada pembuluh darah
vena di daerah anus yang berasal dari plexus hemoroidalis.

B. ETIOLOGI
1. Faktor predisposisi :
a. Herediter atau keturunan
Dalam hal ini yang menurun dalah kelemahan dinding pembuluh darah,
dan bukan hemoroidnya.
b. Anatomi
Vena di daerah masentrorium tidak mempunyai katup. Sehingga darah
mudah kembali menyebabkan bertambahnya tekanan di pleksus
hemoroidalis.
c. Makanan misalnya, kurang makan-makanan berserat
d. Pekerjaan seperti mengangkat beban terlalu berat
e. Psikis
2. Faktor presipitasi :
a. Faktor mekanis (kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan tekanan
intraabdominal) misalnya, mengedan pada waktu defekasi.
b. Fisiologis
c. Radang
d. Konstipasi menahun
e. Kehamilan
f. Usia tua
g. Diare kronik
h. Pembesaran prostat
i. Fibroid uteri
j. Penyakit hati kronis yang disertai hipertensi portal

C. MANIFESTASI KLINIK
Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri, dan sering menyebabkan
perdarahan berwarna merah terang pada saat defekasi. Hemoroid eksternal
dihubungkan dengan nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang disebabkan
oleh trombosis. Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Ini dapat
menimbulkan iskemia pada area tersebut dan nekrosis. Hemoroid internal tidak
selalu menimbulkan nyeri sampai hemoroid ini membesar dan menimbulkan
perdarahan atau prolaps

D. KLASIFIKASI
Hemoroid dapat diklasifikasikan atas hemoroid eksterna dan interna.
Hemoroid interna adalah pleksus vena hemoroidalis superior diatas garis
mukokutan dan ditutupi oleh mukosa
1. Hemoroid interna dibagi lagi menjadi empat tingkat:
a. Tingkat I: Varises satu atau lebih v.hemoroidales interna dengan gejala
perdarahan berwarna merah segar pada saat buang ari besar.
b. Tingkat II: Varises dari dua atau lebih v.hemoroidales interna yang keluar
dari dubur pada saat defekasi tetapi masih bisa masuk kembali dengan
sendirinya.
c. Tingkat III: Seperti tingkat dua tetapi tidak dapat masuk spontan, harus
didorong kembali.
d. Tingkat IV: Telah terjadi inkarserasi.
2. Hemoroid eksterna
Hemoroid eksterna jarang sekali berdiri sendiri, biasanya perluasan
hemoroid interna. Tapi hemoroid eksterna dapat di klasifikasikan menjadi
2 yaitu:
a. Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus
dan sebenarnya hematom, walaupun disebut sebagai trombus ekterna
akut.
Tanda-tanda yang sering timbul adalah :
1. Sering rasa sakit dan nyeri
2. Rasa gatal pada daerah hemoroid

Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung-ujung


saraf kulit merupakan reseptor rasa sakit.

b. Kronik
Hemoroid ekterna kronik atau skin tag terdiri atas satu lipatan atau
lebih dari kulit anus yang berupa jaringan penyambung sedikit
pembuluh darah.

E. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan hemoroid terdiri dari penatalaksanaan medis dan
penatalaksanaan bedah.
1. Penatalaksanaan Medis
Ditujukan untuk hemoroid interna derajat I sampai III atau semua derajat
hemoroid yang ada kontraindikasi operasi atau klien yang menolak operasi.
a. Non-farmakologis
Bertujuan untuk mencegah perburukan penyakit dengan cara
memperbaiki defekasi. Pelaksanaan berupa perbaikan pola hidup,
perbaikan pola makan dan minum, perbaikan pola/cara defekasi.
Perbaikan defekasi disebut Bowel Management Program (BMP) yang
terdiri atas diet, cairan, serat tambahan, pelicin feses, dan perubahan
perilaku defekasi (defekasi dalam posisi jongkok/squatting). Selain itu,
lakukan tindakan kebersihan lokal dengan cara merendam anus dalam air
selama 10-15 menit, 2-4 kali sehari. Dengan perendaman ini, eksudat/sisa
tinja yang lengket dapat dibersihkan. Eksudat/sisa tinja yang lengket
dapat menimbulkan iritasi dan rasa gatal bila dibiarkan.
b. Farmakologi
Bertujuan memperbaiki defekasi dan meredakan atau menghilangkan
keluhan dan gejala. Obat-obat farmakologis hemoroid dapat dibagi atas
empat macam, yaitu:
1) Obat yang memperbaiki defekasi. Terdapat dua macam obat yaitu
suplement serat (fiber suplement) dan pelicin tinja (stool softener).
Suplemen serat komersial yang yang banyak dipakai antara lain
psylium atau isphaluga Husk (ex.: Vegeta, Mulax, Metamucil,
Mucofalk) yang berasal dari kulit biji plantago ovate yang
dikeringkan dan digiling menjadi bubuk. Obat ini bekerja dengan
cara membesarkan volume tinja dan meningkatkan peristaltik usus.
Efek samping antara lain ketut dan kembung. Obat kedua adalah
laxant atau pencahar (ex.: laxadine, dulcolax, dll).
2) Obat simptomatik
Bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal,
nyeri, atau kerusakan kulit di daerah anus. Jenis sediaan misalnya
Anusol, Boraginol N/S dan Faktu. Sediaan yang mengandung
kortikosteroid digunakan untuk mengurangi radang daerah hemoroid
atau anus. Contoh obat misalnya Ultraproct, Anusol HC,
Scheriproct.
3) Obat penghenti perdarahan
Perdarahan menandakan adanya luka pada dinding anus atau
pecahnya vena hemoroid yang dindingnya tipis. Psyllium, citrus
bioflavanoida yang berasal dari jeruk lemon dan paprika berfungsi
memperbaiki permeabilitas dinding pembuluh darah.
4) Obat penyembuh dan pencegah serangan
Menggunakan Ardium 500 mg dan plasebo 32 tablet selama 4 hari,
lalu 22 tablet selama 3 hari. Pengobatan ini dapat memberikan
perbaikan terhadap gejala inflamasi, kongesti, edema, dan prolaps.
5) Minimal Invasif
Bertujuan untuk menghentikan atau memperlambat perburukan
penyakit dengan tindakan-tindakan pengobatan yang tidak terlalu
invasif antara lain skleroterapi hemoroid atau ligasi hemoroid atau
terapi laser. Dilakukan jika pengobatan farmakologis dan non-
farmakologis tidak berhasil.
2. Penatalaksanaan Tindakan Operatif
Ada 2 prinsip dalam melakukan operasi hemoroid :
a. Pengangkatan pleksus dan mukosa.
b. Pengangkatan pleksus tanpa mukosa. Teknik pengangkatan dapat
dilakukan menurut 3 metode :
1) Metode Langen-beck (eksisi atau jahitan primer radier) Dimana
semua sayatan ditempat keluar varises harus sejajar dengan sumbu
memanjang dari rectum.
2) Metode White head (eksis atau jahitan primer longitudinal)
Sayatan dilakukan sirkuler, sedikit jauh dari varises yang menonjol.
3) Metode Morgan-Milligan Semua primary piles diangkat.
3. Penatalaksanaan Tindakan non-operatif
Dilakukan pada hemoroid derajat I dan II
a. Diet tinggi serat untukmelancarkan buang air besar
b. Mempergunakan obat-obat flebodinamik dan sklerotik.
c. Rubber band ligation yaitu mengikat hemoroid dengan karet elastis kira-
kira 1 minggu.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur). Pada
pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba
sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri.
Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps,
selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat
dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan
kemungkinan karsinoma rektum.
a. Pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi atau rectoscopy.
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol
keluar. Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita
dalam posisi litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus
sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas
panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol
ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran
hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata.
Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain dalam
anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus diperhatikan.
b. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan
disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi,
karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang
menyertai. Feses harus diperiksa terhadap adanya darah samar.
c. Rontgen (colon inloop) dan/atau kolonoskopi.
Pemeriksaan darah, urin, feses sebagai pemeriksaan penunjang.

G. KOMPLIKASI
Komplikasi penyakit ini adalah perdarahan hebat, abses, fistula para anal, dan
inkarserasi. Untuk hemoroid eksterna, pengobatannya selalu operatif.
Tergantung keadaan, dapat dilakukan eksisi atau insisi trombus serta
pengeluaran trombus. Komplikasi jangka panjang adalah struktur ani karena
eksisi yang berlebihan.

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
Pengkajian fokus keperawatan yang perlu diperhatikan pada penderita hemoroid
pre dan post hemoroidektomi menurut Smeltzer dan Bare (2002) dan Price dan
Wilson (2006) ada berbagai macam, meliputi:
1. Demografi
Hemoroid sangat sering dijumpai dan terjadi pada sekitar 35% penduduk
yang berusia lebih dari 25 tahun. Laki-laki maupun perempuan bisa
mengalami hemoroid. Karena faktor pekerjaan seperti angkat berat,
mengejan pada saat defekasi, pola makan yang salah bisa mengakibatkan
feses menjadi keras dan terjadinya hemoroid, kehamilan.
2. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit diare kronik, konstipasi kronik, kehamilan, hipertensi
portal, pembesaran prostat, fibroid uteri, dan tumor rektum.
3. Pengkajian pasien hemoroid menurut Smeltzer dan Bare (2002) dijelaskan
dalam pola fungsional Gordon, meliputi :
a) Pola persepsi kesehatan dan management kesehatan Konsumsi
makanan rendah serat, pola BAB yang salah (sering mengedan saat
BAB), riwayat diet, penggunaan laksatif, kurang olahraga atau
imobilisasi, kebiasaan bekerja contoh : angkat berat, duduk atau berdiri
terlalu lama
b) Pola nutrisi dan metabolik
Mual, muntah, anoreksia, penurunan berat badan, membran mukosa
kering, kadar hemoglobin turun.
c) Pola eliminasi
Pola eliminasi feses : konstipasi, diare kronik dan mengejan saat BAB.
d) Pola aktivitas dan latihan
Kurang olahraga atau imobilisasi, kelemahan umum, keterbatasan
beraktivitas karena nyeri pada anus sebelum dan sesudah operasi.
e) Pola istirahat dan tidur
Gangguan tidur (insomnia/ karena nyeri pada anus sebelum dan
sesudah operasi).
f) Pola persepsi sensori dan kognitif
Pengkajian kognitif pada pasien hemoroid pre dan post
hemoroidektomi yaitu rasa gatal, rasa terbakar dan nyeri, sering
menyebabkan perdarahan berwarna merah terang pada saat defekasi
dan adanya pus.
g) Pola hubungan dengan orang lain
Kesulitan menentukan kondisi, misal tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam bekerja.
h) Pola reproduksi dan seksual
Penurunan libido.
i. Pola persepsi dan konsep diri
Pasien biasanya merasa malu dengan keadaannya, rendah diri, ansietas,
peningkatan ketegangan, takut, cemas, trauma jaringan, masalah
tentang pekerjaan.
4. Pemeriksaan fisik
a) Keluhan umum : malaise, lemah, tampak pucat.
b) Tingkat kesadaran : komposmentis sampai koma.
c) Pengukuran antropometri : berat badan menurun.
d) Tanda vital : tekanan darah meningkat, suhu meningkat, takhikardi,
hipotensi.
e) Abdomen : nyeri pada abdomen berhubungan dengan saat defekasi.
f) Kulit : Turgor kulit menurun, pucat
g) Anus : Pembesaran pembuluh darah balik (vena) pada anus, terdapat
benjolan pada anus, nyeri pada anus, perdarahan.
5. Pemeriksaan penunjang
Menurut Sjamsuhidajat dan Jong (2005), pemeriksaan penunjang pada
penderita hemoroid yaitu :
a) Colok dubur, apabila hemoroid mengalami prolaps, lapisan epitel
penutup bagian yang menonjol ke luar ini mengeluarkan mucus yang
dapat dilihat apabila penderita diminta mengedan. Pada pemeriksaan
colok dubur hemoroid intern tidak dapat diraba sebab tekanan vena
didalamnya tidak cukup tinggi, dan biasanya tidak nyeri. Colok dubur
diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum.
b) Anoskop, diperlukan untuk melihat hemoroid intern yang tidak
menonjol ke luar. Anoskop dimasukkan dan di putar untuk mengamati
keempat kuadran. Hemoroid intern terlihat sebagai stuktur vascular
yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengedan
sedikit, ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps
akan lebih nyata
c) Proktosigmoidoskopi, perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa
keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan
ditingkat yang lebih tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan
fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses harus diperiksa
terhadap adanya darah samar.

B. DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien hemoroid pre dan post
operasi hemoroidektomi menurut Carpenito-Moyet (2007), Smeltzer & Bare
(2002), NANDA (2007) :
1. Cemas berhubungan dengan krisis situasi akibat rencana pembedahan.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan interupsi mekanis pada kulit
atau jaringan anal.
3. Resiko perdarahan berhubungan dengan trauma jaringan sekunder pada luka
di anus yang masih baru.
4. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi, tekanan dan sensitivitas pada area
rektal/ anal sekunder akibat penyakit anorektal, trauma jaringan dan reflek
spasme otot spingter ani sekunder akibat operasi.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan, adanya saluran invasive.
6. Resiko konstipasi berhubungan dengan nyeri saat defeksi.

C. INTERVENSI
Fokus intervensi pada pasien pre dan post operasi hemoroid menurut Doenges
(2000), Carpenito-Moyet (2007), dan NANDA (2007) :
1. Cemas berhubungan dengan krisis situasi sekunder akibat rencana
pembedahan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan cemas berkurang.
Kriteria hasil : Menunjukkan perasaan dan mengidentifikasi cara yang sehat
dalam berhadapan dengan mereka. Tampil santai, dapat beristirahat/ tidur
cukup melaporkan penurunan rasa takut dan cemas yang berkurang ke
tingkat yang dapat diatasi.
Rencana tindakan :
a) Identifikasi tingkat rasa takut yang mengharuskan dilakukannya
penundaan prosedur pembedahan
Rasional : rasa takut yang berlebihan atau terus-menerus akan
mengakibatkan reaksi stress yang berlebihan.
b) Validasi sumber rasa takut. Sediakan informasi yang akurat dan faktual.
Rasional : mengidentifikasi rasa takut yang spesifik akan membantu
pasien untuk menghadapinya secara realistis.
c) Catat ekspresi yang berbahaya/ perasaan tidak tertolong, preokupasi
dengan antisipasi perubahan/ kehilangan, perasaan tercekik.
Rasional : pasien mungkin telah berduka terhadap kehilangan yang
ditunjukkan dengan antisipasi prosedur pembedahan/ diagnosa/prognosa
penyakit.
d) Cegah pemajanan tubuh yang tidak diperlukan selama pemindahan
ataupun pada ruang operasi.
Rasional : pasien akan memperhatikan masalah kehilangan harga diri
dan ketidakmampuan untuk melatih kontrol.
e) Berikan petunjuk/ penjelasan yang sederhana pada pasien yang tenang.
Tinjau lingkungan sesuai kebutuhan.
Rasional : ketidakseimbangan dari proses pemikiran akan membuat
pasien menemui kesulitan untuk memahami petunjuk-petunjuk yang
panjang dan berbelit-belit.
f) Instruksikan pasien untuk menggunakan tekhnik relaksasi.
Rasional : mengurangi perasaan tegang dan rasa cemas.
g) Berikan obat sesuai indikasi
Rasional : dapat digunakan untuk menurunkan ansietas.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan interupsi mekanis pada
kulit/jaringan anal.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan integritas kulit membaik.
Kriteria hasil :
a) Mencapai penyembuhan luka.
b) Mendemonstrasikan tingkah laku/ teknik untuk meningkatkan
kesembuhan dan mencegah komplikasi.

Rencana tindakan :

a. Beri penguatan pada balutan sesuai indikasi dengan teknik aseptik yang
ketat.
Rasional : lindungi luka dari kontaminasi, mencegah akumulasi cairan
yang dapat menyebabkan eksoriasi.
b. Periksa luka secara teratur, catat karakteristik dan integritas kulit.
Rasional : pengenalan akan adanya kegagalan proses penyembuhan
luka/ berkembangnya komplikasi secara dini dapat mencegah terjadinya
kondisi yang lebih serius.
c. Kaji jumlah dan karakteristik cairan luka.
Rasional : menurunnya cairan, menandakan adanya evolusi dan proses
penyembuhan.
d. Ingatkan pasien untuk tidak menyentuh daerah luka.
Rasional : mencegah kontaminasi luka.
e. Irigasi luka dengan debridement sesuai kebutuhan.
Rasional : membuang luka eksudat untuk meningkatkan penyembuhan.

3. Resiko perdarahan berhubungan dengan trauma jaringan sekunder pada luka


di anus yang masih baru.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien tidak mengalami
perdarahan.
Kriteria hasil : Nilai Ht dan Hb berada dalam batas normal, pasien tidak
mengalami perdarahan, tanda-tanda vital berada dalam batas normal :
tekanan darah 120 mmHg, nadi : 80-100x/ menit, pernapasan : 14 25 x/
mnt, suhu: 36 - 370C 0,50C
Rencana tindakan :
a) Kaji pasien untuk menemukan bukti-bukti perdarahan atau hemoragi.
Rasional : Untuk mengetahui tingkat keparahan perdarahan pada pasien
sehingga dapat menentukan intervensi selanjutnya.
b) Monitor tanda vital
Rasional : Untuk mengetahui keadaan vital pasien saat terjadi
perdarahan.
c) Pantau hasil lab berhubungan dengan perdarahan.
Rasional : Banyak komponen darah yang menurun pada hasil lab dapat
membantu menentukan intervensi selanjutnya.
d) Siapkan pasien secara fisik dan psikologis untuk menjalani bentuk
terapi lain jika diperlukan.
Rasional : Keadaan fisik dan psikologis yang baik akan mendukung
terapi yang diberikan pada pasien sehingga mampu memberikan hasil
yang maksimal.
e) Awasi jika terjadi anemia
Rasional : Untuk menentukan intervensi selanjutnya.
f) Kolaborasi dengan dokter mengenai masalah yang terjadi dengan
perdarahan: pemberian transfusi, medikasi.
Rasional : mencegah terjadinya komplikasi dari perdarahan yang terjadi
dan untuk menghentikan perdarahan.
4. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi, tekanan dan sensitivitas pada area
rektal/ anal sekunder akibat penyakit anorektal, trauma jaringan dan refleks
spasme otot sfingter ani sekunder akibat operasi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang, Kriteria
hasil :
a) Menyatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol/ dihilangkan.
b) Feses lembek, tidak nyeri saat BAB.
c) Tampak rileks, dapat istirahat tidur.
d) Ikut serta dalam aktivitas sesuai kebutuhan.

Rencana tindakan :

a) Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0-10)


Rasional : Mengetahui perkembangan hasil prosedur.
b) Bantu pasien untuk tidur dengan posisi yang nyaman : tidur miring.
Rasional : posisi tidur miring tidak menekan bagian anal yang
c) mengalami peregangan otot untuk meningkatkan rasa nyaman.
d) Gunakan ganjalan pengapung dibawah bokong saat duduk.
Rasional : untuk meningkatkan mobilisasi tanpa menambah rasa nyeri.
e) Gunakan pemanasan basah setelah 12 jam pertama : kompres rectal
hangat atau sit bath dilakukan 3-4x/ hari.
f) Rasional : meningkatkan perfusi jaringan dan perbaikan odema dan
meningkatkan penyembuhan (pendekatan perineal).
g) Dorong penggunaan teknik relaksasi : latihan nafas dalam, visualisasi,
pedoman, imajinasi.
Rasional : menurunkan ketegangan otot, memfokuskan kembali
perhatian dan meningkatkan kemampuan koping.
h) Beri obat-obatan analgetik seperti diresepkan 24 jam pertama.
Rasional : memberi kenyamanan, mengurangi rasa sakit.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan, adanya saluran invasive.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien tidakmengalami
infeksi.
Kriteria hasil :
Memperlihatkan pengetahuan tentang faktor resiko yang berkaitan dengan
infeksi dan melakukan tindakan pencegahan yang tepat untuk mencegah
infeksi. Bebas dari proses infeksi nosokomial selama perawatan di rumah
sakit.
Rencana tindakan :
a) Kaji status nutrisi, kondisi penyakit yang mendasari.
Rasional : mengidentifikasi individu terhadap infeksi nosokomial
b) Cuci tangan dengan cermat
Rasional : kurangi organisme yang masuk ke dalam individu
c) Rawat luka dengan teknik aseptik/ antiseptik
Rasional : kurangi organisme yang masuk ke dalam individu
d) Batasi pengunjung
Rasional : melindungi individu yang mengalami defisit imun dan
infeksi.
e) Batasi alat-alat invasive untuk benar-benar perlu saja
Rasional : melindungi individu yang mengalami defisit imun dan
infeksi.
f) Dorong dan pertahankan masukan TKTP
Rasional : kurangi kerentanan individu terhadap infeksi
g) Beri therapy antibiotik rasional sesuai program dokter.
Rasional : mencegah segera terhadap infeksi
h) Observasi terhadap manifestasi klinis infeksi (demam,
drainase,purulen)
Rasional : deteksi dini proses infeksi.
6. Resiko konstipasi berhubungan dengan nyeri saat defekasi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien bisa BAB 1x sehari
dengan konsistensi lembek.
Kriteria hasil, individu akan :
a) Menggambarkan program defekasi terapeutik.
b) Melaporkan atau menunjukkan eliminasi yang membaik (lunak,namun
tidak berdarah defekasi lebih 3x dalam seminggu)
c) Menjelaskan rasional intervensi

Rencana tindakan :

a) Ajarkan pasien/ keluarga tentang pentingnya segera berespon terhadap


perasaan defekasi.
Rasional : dengan distensi kronik feses akan lebih keras dalam rectum.
b) Rekomendasikan perubahan diit untuk meningkatkan bulk (tinggi serat
1x sehari) dan cairan 8-10 gelas/ hari.
Rasional : meningkatkan penyerapan cairan dalam usus sehingga feses
lembek.
c) Anjurkan mencoba supositoria daripada oral dalam 1 jam setelah
sarapan.
Rasional : meningkatkan reflek gastro kolik bila lambung kosong
d) Tingkatkan tingkat aktivitas secara adekuat
Rasional : latihan yang tidak adekuat merupakan faktor utama dalam
perubahan konsistensi feses.
e) Hindari sarapan yang mengandung asam lemak
Rasional : memperlambat rangsangan reflek dan memperlambat
pencernaan.
f) Tingkatkan penggunaan obat konstipasi 2x sehari bila diperlukan.
Rasional : Melancarkan Buang Air Besar.
DAFTAR PUSTAKA

Price, S. A. 2012. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi


6,Volume I. Jakarta: EGC
Sjamsuhidajat R, W. d. 2013. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta: EGC.
Sudoyo, A. W. 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI
Dermawan, T. R. 2010. Keperawatan Medikal Bedah (Sistem Pencernaan).
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Carpenito, L. J. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, Penerjemah
Monica Ester. Jakarta: EGC
Carpenito, L. J. 2012. Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Corwin, E. J. 2010. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai