Anda di halaman 1dari 34

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan

dengan penyulit kelahiran prematur terjadinya infeksi korioamnionitis sampai

sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan

infeksi pada ibu. Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya

selaput ketuban sebelum persalinan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan

maupun jauh sebelum waktunya melahirkan, pada keadaan normal 8-10%

perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini (Prawirohardjo,

2008).

Ketuban pecah dini (KPD) di Indonesia secara global menyebabkan 80%

kematian ibu. Pola penyebab langsung dimana-mana yaitu perdarahan (25%)

biasanya perdarahan pasca persalinan, sepsis (15%) hipertensi dalam kehamilan

(12%), partus macet (8%) komplikasi abortus tidak aman (13%), ketuban pecah

dini (4%) dan sebab-sebab lainnya (8%) (Wikjosastro, 2008).

Menurut EASTMAN insidens PROM (Premature Rupture of the Membrane) ini

kira-kira (12 %) dari semua kejadiannya mencapai sekitar(24%). Menurut

Wahyuni (2009) kejadian ketuban pecah dini di indonesia sebanyak 35,70% -

55,30% dari 17.665 kelahiran. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil

aterm akan mengalami ketuban pecah dini. Kejadian KPD berkisar 5-10% dari

semua kelahiran, dan KPD preterm terjadi 1% dari semua kehamilan. 70% kasus

KPD terjadi pada kehamilan cukup bulan. KPD merupakan penyebab kelahiran

prematur sebanyak 30%.


2

Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan

ruangan dalam rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi asenden. Salah

satu fungsi selaput ketuban adalah melindungi atau menjadi pembatasan dunia

luar dan ruangan dalam rahim, sehingga mengurangi kemungkinan infeksi.

Makin lama periode laten, makin besar kemungkinan infeksi dalam rahim.

Persalinan prematuritas dan selanjutnya meningkatkan kejadian kesakitan dan

kematian ibu dan bayi janin dalam rahim. Oleh karena itu, tata laksana ketuban

pecah dini memerlukan tindakan yang rinci, sehingga dapat menurunkan kejadian

persalinan prematur dan infeksi dalam rahim.

Dalam kehamilan air ketuban merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi

kehidupan janin dalam kandungan. Kekurangan atau pun kelebihan air ketuban

sangat mempengaruhi keadaan janin. Oleh karena itu penting mengetahui

keadaan air ketuban selama kehamilan demi keselamatan janin. Namun dalam

kehamilan kadang kala terjadi pecah ketuban sebelum waktunya atau yang sering

disebut dengan ketuban pecah dini.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan penatalaksanaan asuhan keperawatan pada ibu hamil

dengan komplikasi KPD

2. Tujuan Khusus
a. Memapu melakukan pegkajian
b. Mampu membuat diagnose keperawatan
c. Mampu membuat nersing care plan
d. Mampu membuat dokumentasi dan evaluasi
e. Mampu melakukan observasi janin dan ibu pada pemberian tokolitik
f. Mampu mengidentifikasi kegawatan janin dalam kandungan dengan

tokolitik
3

g. Mampu menurunkan reaksi cemas selama proses penatalaksanaan

hospitalisasi pada ibu hamil dengan KPD.

BAB II
KONSEP DASAR

A. Adaptasi Maternal

Kehamilan adalah suatu keadaan fisiologis yang normal, dan selama kehamilan

berlangsung banyak perubahan yang terjadi dalam tubuh seorang wanita untuk

itu diperlukan waktu untuk beradaptasi dengan berbagai perubahan yang terjadi

dalam dirinya. Perubahan-perubahan yang terjadi selama kehamilan umumnya

menimbulkan ketidaknyamanan dan kekhawatiran bagi sebgaian besar ibu hamil.

Perubahan perubahan fisiologis selama kehamilan diantaranya 1) sistem

reproduksi; Ukuran, pada kehamilan cukup bulan, ukuran uterus adalah 30 x 25 x

20 cm dengan kapasitas lebih dari 4.000 cc. Hal ini memungkinkan bagi

adekuatnya akomodasu pertumbuhan janin. Pada saat ini Rahim kolennya


4

menjadi higroskopik, dan endometrium menjadi desidua. Berat uterus naik dari

30 gram menjadi 1.000 gram pada akhir bulan, posisi Rahim dalam kehamila.

Vaskularisasi, arteri uterin dan ovakuria bertambah dalam diameter, panjang, dan

dan anak-anak cabangnya, pembuluh darah vena mengembang dan bertambah.

Servik uteri, bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak, kondisi ini yang

disebut dengan tanda Goodell. Ovarium ovulasi berhenti namun masih terdapat

korpus estrogen terjadi hipervaskularisasi pada vagina dan vulva, sehingga pada

bagian tersebut terlihat lebih merah atau kebiruan, kondisi ini yang disebut

dengan tanda chadwik (sulistyawati, 2011).

2) Sistem urinaria, selama kehamilan, ginjal bekerja lebih berat. Gijal menyaring

darah yang volumenya meningkat (sampai 30-50% atau lebih), yang puncaknya

terjadi pada usia kehamilan 16-24 minggu sampai sesaat sebelum persalinan

(pada saat ini aliran darah ke ginjal berkurang akibat penekanan Rahim yang

membesar). 3) sistem kardiovaskuler selama kehamilan, jumlah darah yang

dipompa oleh jantung setiap menitnya atau biasa disebut sebagai curah jantung

(cardiac output) meningkat sampai 30-50%. Peningkatan ini terjadi pada usia

kehamilan 6 minggu dan mencapai puncaknya pada usia kehamilan 16-28

minggu. Oleh karena curah jantung yang meningkat, maka dengut jantung pada

saat istirahat juga meningkat (dalam keadaan normal 70 kali/menit menjadi 80-90

kali/menit). Pada ibu hamil dengan penyakit jantung, ia dapat jatuh dalam

keadaan decompensate cordis (Sulistiyawari, 2011).


5

4) sistem gastrointestinal perubahan sistem pencernaan yang disarankan ibu

hamil adalah sebagai berikut : trimester pertama, pada bulan-bulan pertama

kehamilan, terdapat perasaan mual (nausea). Hal ini karena kadar hormone

estrogen yang meningkat. Tonus otot-otot traktus digestivus menurun sehingga

motilitas seluruh traktus digestivus juga berkurang. Makanan lebih lama berada

dalam usus. Hal ini mungkin baik untuk reabsorbsi , tetapi menimbulkan

konstipasi yang memang merupakan salah satu keluhan utama wanita hamil.

Tidak jarang dijumpai adanya gejala muntah (emesis) pada bulan-bulan pertama

kehamilan. Biasanya terjadi pada pagi hari, dikenal sebagai morning sickness.

Apabila emesis terjadi terlalu sering dan terlalu banyak dikeluarkan (hyperemesis

gravidarum) maka keadaan ini patologik.

Hipersaliva sering terjadi sebagai kompensasi dari mual dan muntah yang terjadi.

Pada beberapa wanita ditemukan adanya ngidam makanan yang mungkin

berkaitan dengan persepsi individu waita tersebut mengenai apa yang bisa

mengurangi rasa mual dan muntah. Kondisi lainnya adalah pica (mengidam)

yang sering dikaitkan dengan anemia akibat defisiensi zat besi (Hanifa

Wiknjosastro, 2010). Trimester kedua dan ketiga biasanya terjadi konstipasi

karena pengaruh hormone progesterone yang meningkat. Selain itu, perut

kembung juga terjadi karena adanya tekana uterus yang membesar dalam rongga

perut yang mendesak organ-organ dalam perut khususnya saluran pencernaan,

usus besar, kea rah atas dan lateral. Hemoroid cukup sering terjadi pada

kehamilan, sebagaian besar hal ini terjadi pada kehamilan akibat konstipasi dan

naiknya tekana vena-vena dibawah uterus termasuk vena honoroidal. Panas perut

karena terjadi nya aliran balik asam gastrik kedalam esofagus bagian bawa
6

(Surnarsih, 2011).

5) metabolism pada metabolism mineral yang terjadi adalah sebagai berikut

kalsium dibutuhkan rata-rata 1,5 gram sehari, sedangkan untuk pembentukan

tulang terutama di trimester akhir dibutuhkan 30-40 gram. Fosfor, dibutuhkan

rata-rata 2 gr/hari. Air, wanita hamil cenderung mengalami retensi air

(sulistiyawati, 2011). 6) sistem musculoskeletal, estrogen dan progesterone

memberi efek maksimal pada relaksasi otot dan ligament pelvis pada akhir

kehamilan. Relaksasi ini digunakan oleh pelvis untuk meningkatkan kemampuan

menguatkan posisi janin pada akhir kehamilan dan pada saat kelahiran. Ligament

pada sismfisis pubis dan sakroiliaka kan menghilang karena berelaksasi sebagai

efek dari estrogen. Sismfisis pubis melebar sampai 4 mm pada usia kehamilan 32

minggu dan sakrooksigeus tidak teraba, diikuti terabanya koksigis sebagai

pengganti bagian belakang (Sunarsih, 2011).

7) sistem integumen, perubahan sistem integument yang dirasakan ibu hamil

adalah sebagai berikut : trimester pertama, palmar eritema (kemerahan ditelapak

tangan) dan spider nevi, linea alba/nigra. Trimester kedua dan ketiga, chloasma

dan perubahan warna areola, striae gravidarum (bulan 6-7) (Sunarsih, 2011).

8) payudara organ target untuk proses laktasi banyak perubahan sebagai

persiapan setelah janin lahir. Beberapa perubahan yang dapat diamati oleh ibu

adalah sebagai berikut : selama kehamilan payudara bertamabah besar, tegang

dan berat, dapat teraba nodul-nodul, akibat hipertropi kelenjar elveoli, bayangan

vena-vena lebih membiru, hiperpigementasi pada areola dan putting susu, kalau
7

diperas akan keluar asir susu jolong (kolostrum) berwarna kuning.

9) sistem endokrin, selama siklus menstruasi normal, hiposisi anterior

memproduksi LH dan FSH. Follicle stimulating hormone (FSH) merangsang

foliker de graff untuk menjadi mantang dan berpindah kepermukaan ovarium

dimana ia dilepaskan. Folikel yang kososng dikenal sebagai korpus luteum

dirangsang oleh LH untuk memproduksi progesterone. Progesterone dan estrogen

merangsang poliferasi dari desdua ( lapisan dalam uterus) dlaam upaya

memeprsiapakan implantasi jika kehamilan terjadi. Plasenta yang terbentuk

secara sempurna dan berfungsi 10 minggu setelah pembuahan yang terjadi akan

mengambil alih tugas korpus luteum untuk memproduksi estrogen dan

progesterone (sunarsih, 2011).

10) indeks masa tubuh (IMT) dan berat badan, peningkatan berat badan selama

kehamilan juga mencakup prodeksi konsepsi (janin, plasenta dan cairan

amniotik), dan hipertropi beberapa jaringan maternal (uterus, payudara, darah,

cadanagn lemak, cairan ekstraseluler, dan ekstravaskuler). Sebgagian besar

protein terdapat pada janin, tetapi terdapat juga pada uterus, darah, plasenta dan

payudara. Sebaliknya, sebagian besar deposit lemak terdapat pada jaringan

adipose maternal, terutama regiogluteal dan paha atas, dan juga janin yang

merupakan satu-satunya hal penting utama lainnya.

11) sistem pernapasan,ruang abdomen yang memebesar oleh karena

meningkatnya ruang Rahim dan pembentukan hormon progesterone

menyebabkan paru-paru berfungsi sedikit berbeda dari biasanya. Wanita hamil

bernafas lebih cepat dan lebih dalam karena memerlukan lebih banyak oksigen
8

untuk janin dan untuk dirinya ( Sulistyawati, 2011).

12) sistem neurologi, perubahan fisiologis spesifik akibat kehamilan dapat

menyebabkan timbulnya gejala neurologis dan neuromuscular sebagai berikut :

komfresi saraf panggul atau stasis vascular akibat pemebsaran uterus dapat

menyebabkan carpal tunel syndrome selama trimester akhir kehamilan. Edema

menekan saraf median dibawah ligamentum karpalis pergelangan tangan.

Sindrom ini ditandai oleh parestesia (sensasi abnormal seperti rasa terbakar atau

gatal akibat gangguan pada sistem saraf sensori) dan nyeri pada tangan yang

menjalar kesiku.

Tangan yang dominan biasanya banyak terkena, akroestesia (rasa baal dan gatal

ditangan) yang timbul akibat posisi bahu yang memebungkuk dirasakan oleh

beberapa wanita selama hamil. Keadaan ini berkaitan dengan tarikan pada

segmen pleksus brakhialis , nyeri kepala pada tegangan umum timbul pada ibu

merasa cemas dan tidak pasti tentang kehamilannya. Nyeri kepala juga dapat

dihubungkan dengan gangguan penglihatan seperti kesalahan refraksi, sinusitis,

atau migren, nyeri kepala ringan, rasa ingin pingsan dan bahkan sinkop sering

terjadi pada awal kehamilan. Ketidak stabilan vasomotor, hipotensi pastural, atau

hipoglikemia mungkin merupakan keadaan yang betanggung jawab atas gejala

ini. Hipokalsemia dapat menyebabkan timbulnya masalh neuromuscular, seperti

kram otot atau tetani (sulistiyawati, 2011).

B. Ketuban Pecah Dini


9

1. Pengertian Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum

waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun

jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD yang memanjang adalah yang

terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan (Yatini, Mufdlilah dan

Hidayat, 2009).

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai

persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi in partu. Sebagian besar

ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37 minggu,

sedangkan kurang dari 36 minggu tidak terlalu banyak. Ketuban pecah dini

merupakan kontroversi obstetri (Manuaba IBG, 2010).

2. Penyebab ketuban pecah dini

Penyebab dari premature rupture of the membrane (PROM) tidak atau belum

jelas, maka preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan

infeksi. Menurut Manuaba.IBG (2010) penyebab ketuban pecah dini sebagai

berikut:

a. Servik inkompeten

b. Overdistensi uterus

c. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan

genetic).

d. Pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban (infeksi genitalia,

meningkatnya enzim proteolitik).

e. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase

laten. Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi. Dan
10

makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa

menimbulkan morbiditas janin, sehingga komplikasi ketuban pecah dini

makin meningkat.

Penyebab umum ketuban pecah dini adalah grandemulti, over distensi

(hidramnion, kehamilan ganda), disproporsi sefalopelvik, kehamilan letak

lintang, sungsang, atau pendular abdomen. Mekanisme ketuban pecah dini

menurut Prawirohardjo,S (2011), ketuban pecah dalam persalinan secara

umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput

ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang

menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput

ketuban rapuh.Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degrasi

ekstraselular matriks. Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme

kolagen menyebabkan aktifitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput

ketuban pecah. Faktor resiko untuk ketuban pecah dini yaitu:

a. Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen

b. Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan

struktur abnormal antara lain merokok.

Degedrasi kolagen dimediasi oleh matriks metaloproteinase (MMP) yang

dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease. Mendekati

waktu persalinan keseimbangan antara MMP dan TIMP-1 mengarah pada

degedrasi proteolitik dari matriks ekstraselular dan membrane janin. Aktivitas

degedrasi preteolitik ini meningkat menjelang persalinan. Pada penyakit

periodontitis dimana terdapat peningkatan MMP, hal ini cenderung terjadi

ketuban pecah dini. Pada kehamilan muda, selaput ketuban sangat kuat, pada
11

trimester ketiga selaput ketuban mudah pecah.

3. Tanda dan gejala

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui

vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak,

mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan

bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus

diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin

yang sudah terletak dibawah, biasanya menganjal atau menymbat

kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut,

denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang

terjadi.

4. Patofisiologi

Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut :

selaput ketuban tidak kuat sebagai kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi.

Bila terjadi pembukaan servik maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah

pecah dan mengualkan air ketuban. Kolagen terdapat pada lapisan kompakta

amnion, fibrblas, jaringan retiluler korion dan trofoblas. Sintesis maupun

degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktivitas dan inhibisi

interluking -1 dan prostaglandin. Jika ada infeksi atau imflamasi, terjadi

peningkatan aktivitas IL-1 dan prostaglandin, mengahsilkan kolagenase

jaringan, sehingga terjadi depolimeresasi kolagen pada selaput korion atau

amnion, menyebabkan selaput ketuban tipis lemah dan mudah pecah spontan.

Patofisologi pada intrapartum : acending infection, pencahnya ketuban


12

menyebabkan ada hubungan langsung antar ruang intamnion dengan dunia

luar. Infeksi intramnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau dengan

penjalaran melalui infeksi, melalui dinding uterus, selaput janin, kemudian

keruang intramnion. Atau juga jika ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi

intrauterine menjalar melalui plasenta (sirkulai petomaternal) tindakan

iatrogenic traumatic atau hygiene buruk, misalnya pemeriksan dalam yang

terlalu sering dan predisposisi infeksi.


13

5. Pathway keperawatan

Kala 1 persalinan Klien mengaku sudah Kesiapan


merencanakn kehamilan sejak meningkatkan proses
lama kehamilan-persalinan

HIS yang berulang Gangguan pada kala 1


persalinan

Peningkatan
Kanalis Kelainan Infeksi Serviks
kontraksi dan
servikal letak janin genetalia inkompeten
pembukaan selalau (sungsang)
servik uteri membuka
akibat Dilatasi
Proses
kelainan Tidak ada berlebih
biomeka
Mengiritasi nervus servik uteri serviks
bagian nik
pudendalis (abortus dan bakteri
terendah
riwayat meneglu
yang Selaput
kurates) arkan
menutupi ketuban
Stimulus nyeri enzim
pintu atas menonjol
proteolit dan mudah
Mudahnya panggul ik pecah
Nyeri Akut pengeluaran yang
air ketuban menghlangi Selaput
tekanan ketuban
Rasa mulas dan ingin terhadap Gemeli
mudah
mengejan membrane hidramnion
pecah
bagian
bawah
Pasien melapor tidak Ketegangan
nyaman uterus berlebih

Ketuban Pecah Dini


Gangguan rasa nyaman Serviks tidak
bisa menahan
tekanan
intrauterus
Air ketuban terlalu Pasien tidak Tidak adanya
banyak keluar mengetahui penyebab perlindungan dunia luar
dan akibat KPD dengan daerah rahim
Distoksia atau
partus kering Defisiensi Mudahnya mikroorganisme masuk secara
pengetahuan asendens
Laserasi las
pada jalan
lahir Resiko infeksi

Kecemasan ibu Ansietas


terhadap janin dan
dirinya
14

6. Diagnosis Ketuban Pecah Dini

Diagnosis KPD secara tepat sangat penting untuk menentukan penanganan

selanjutnya, oleh karna itu usaha untuk menegakkan diagnosis KPD harus

dilakukan dengan cepat dan tepat. Cara-cara yang dipakai untuk menegakkan

diagnosis menurut Fadlun dan feryanto (2011) adalah:

a. Secara klinik

1) Adanya cairan yang berisi mekonium (kotoran janin), verniks kaseosa

(lemak putih), rambut lanugo (bulu-bulu halus) di mana bila terinfeksi

akan tercium bau.

2) Pemeriksaan inspekulo, lihat dan perhatikan apakah memang air

ketuban keluar dari kanalis servikalis pada bagian yang sudah pecah

atau terdapat cairan ketuban pada forniks posterior.

3) USG: volume cairan amnion berkurang/ oligohidramnion.

4) Terdapat infeksi genital (sistemik)

5) Gejala chorioamnionitis

b. Maternal

Demam (takikardi), uterine tenderness, cairan amnion yang keruh dan

berbau, leukositosis (peningkatan sel darah putih), leukosit esterase (LEA)

meningkat, kultur darah/urine.

c. Fetal

Takikardi, kardiotografi, profilbiofisik, volume cairan ketuban berkurang.

d. Cairan amnion

Tes cairan amnion, di antaranya dengan kultur/ gram stain, fetal fibronection,

glukosa, leukosit esterase (LEA), dan sitokin. Jika terjadi chorioamnionitis,

maka angka mortalitas neonatal empat kali lebih besar, angka distres
15

pernapasan, sepsis neonatal, dan pendarahan intraventrikular tiga kali lebih

besar.

1) Dilakukan tes valsava, tes nitrazin, dan tes fren

Nilai normal PH cairan vagina adalah 4,5-5,5 dan normal PH cairan

amnion 7,0-7,5

2) Dilakukan uji kertas lakmus/tes nitrazize.

a) Jadi biru (basa): air ketuban.

b) Jadi merah (asam): urine.

7. Pengaruh KPD terhadap Ibu dan Janin

Pengaruh ketuban pecah dini menurut Mochtar, R (2011) terhadap ibu dan

janin adalah meningkatnya mortalitas dan morbiditas perinatal. Pengaruh

KPD terhadap janin dan ibu yaitu:

a. Terhadap ibu

Karena jalan lahir telah terbuka, maka dapat terjadi Infeksi intrapartal

apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam persalinan. Jika terjadi infeksi

dan kontraksi saat ketuban pecah, dapat menyebabkan sepsis, dan selain

itu juga dapat dijumpai Partus lama/dry labour, Perdarahan postpartum,

Infeksi puerperalis/masa nifas, meningkatkan tindakan operatif obstetric

(khususnya SC) .Ibu akan merasa lelah terbaring di tempat tidur, partus

akan menjadi lama sehingga ibu, nadi cepat dan nampaklah gejala-gejala

infeksi. Hal tersebut akan meninggikan angka morbiditas dan mortalitas

pada maternal.
16

b. Terhadap janin

Walaupun ibu belum menunjukkan gejala-gejala infeksi tetapi janin

mungkin sudah terkena infeksi. Karena infeksi intrauterine lebih dahulu

terjadi (amnionitis, vaskulitis) sebelum gejala pada ibu

dirasakan.komplikasi yang sering dialami oleh janin adalah hipoksia dan

asfiksia sekunder (kekurangan oksigen pada bayi). Mengakibatkan

kompresi tali pusat, prolaps uteri, dry labour/partus lama, skor APGAR

rendah, ensefalopati, cerebral palsy, perdarahan intrakranial,gagal ginjal,

distress pernapasan.sehingga meningkatkan Morbiditas dan mortalitas

perinatal.

Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan

ruangan dalam rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi asenden. Dan

semakin lama periode laten, makin besar kemungkinan infeksi sehingga

meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu dan bayi atau janin dalam

rahim (Yulaikhah, 2008, Hal .116). Tanda adanya infeksi bila suhu ibu > 38C,

air ketuban keruh dan bau, leukosit darah > 15.000/mm, perlunakan uterus

dan takikardia janin (>180 kali/menit) (Mochtar, 2011).

8. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, baud

an pH nya. Cairan vagina ini kecuali air ketuban mungkin urine atau

secret vagina. Sekert vagina ibu hamil pH : 4-5 dengan kertas nitrajin

tidak berubah warna, tetap kuning. Teslakumus (tes nitrazin), jika kertas
17

lakumus berubah menjadi biru menunjukan adanya air ketuban (alkalis).

pH air ketuban 7-7,5 , darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes

positif yang palsu. Mikroskopis (tes pakis), dengan meneteskan air

ketuban pada gelas objek dan dibeiarkan kering. Pemeriksaan

mikroskopik menunjukan gambaran daun pakis.

b. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)

Pemriksaan ini dimaksudkan untuk melihan jumlah cairan ketuban dalam

kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit,

namun sering terjadi kesalahan pada penderita oligo hidramnion.

Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan caranya,

namun pada umumnya KPD sudah bisa terdiaognosis dengan anamnesa

dan pemeriksaan sederhana.

9. Penatalaksanaa KPD

Ketuban pecah dini termasuk dalam beresiko tinggi, kesalahan dalam

mengelola KPD akan membawa akibat meningkatnya angka morbiditas dan

mortalitas pada ibu maupun bayinya. Penatalaksanaan KPD masih dilemma

bagi sebahagian ahli kebidanan. Kasus KPD yang cukup bulan, kalau segera

mengakhiri kehamilan akan menaikkan insidensi bedah sesar, dan kalau

menunggu persalinan spontan akan menaikkan insidensi chorioamnionitis

(Yatini, Mufdillah dan Hidayat, 2009).

Penatalaksanaan ketuban pecah dini menurut Prawirohardjo,S (2008) dibagi

menjadi konservatif dan aktif, diantaranya :


18

a. Konservatif

Rawat di Rumah Sakit, berikan antibiotik (ampisillin 4 x 500 mg atau

eritromisin bila tidak tahan ampisilin dan metronidazol 2 x 500 mg

selama 7 hari). Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air

ketuban masih keluar atau air ketuban sampai tidak keluar lagi. Jika usia

kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu dan tidak ada tanda-tanda infeksi

tes busa negatif beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan

kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu. Jika usia

kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi berikan

tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam. Jika

usia kehamila 32-37 minggu, ada infeksi beri antibiotik dan lakukan

induksi, nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi

intrauterine). Pada usia kehamilan 32-37 minggu berikan steroid untuk

memacu kematangan paru janin, dan bila memungkinkan periksa kadar

lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari

dosis tunggal selama 2 hari, deksa metason I.M 5 mg setiap 6 jam

sebanyak 4 kali.

b. Aktif

Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio

sesarea, dapat pula diberikan misoprostol 25 g 50 g intravaginal tiap

6 jam maksimal 4 kali. Bila tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis

tinggi dan persalinan diakhiri. Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan

serviks, kemudian di induksi, bila tidak berhasil akhiri dengan seksio

sesarea dan bila skor pelvik > 5, induksi persalinan.


19

c. Penatalaksanaan Agresif

1) Jel prostaglandin atau Misoprostol (meskipun tidak disetujui

penggunaannya) dapat diberikan setelah konsultasi dengan dokter

2) Mungkin dibutuhkan rangkain induksi Pitocin bila serviks tidak

berespon.

3) Beberapa ahli menunggu 12 jam untuk terjadinya persalinan. Bila

tidak ada tanda, mulai pemberian pitocin.

4) Berikan cairan per IV, pantau janin

5) Peningkatan risiko seksio sesaria bila induksi tidak efektif

6) Bila pengambilan keputusan bergantung pada kelayakan serviks untuk

diinduksi, kaji nilai Bishop setelah pemeriksaan speculum. Bila

diputuskan untuk menunggu persalinan, tidak ada lagi pemeriksaan

yang dilakukan, baik manupulasi dengan tangan maupun spekulum,

sampai persalinan dimulai atau induksi dimulai

7) Periksa hitung darah lengkap bila ketuban pecah. Ulangi pemeriksaan

pada hari berikutnya sampai pelahiran atau lebih sering bila ada tanda

infeksi.

8) Lakukan NST setelah ketuban pecah; waspada adanya takikardia janin

yang merupakan salah satu tanda infeksi

9) Mulai induksi setelah konsultasi dengan dokter bila:

a) Suhu tubuh ibu meningkat signifikan

b) Terjadi takikardia janin

c) Lokia tampak keruh

d) Iritabilitas atau nyeri tekan uterus yang signifikan

e) Kultur vagina menunjukkan kenaikan sel darah putih


20

10) Induksi oxytocin/prostagl andin persalinan dapat dilakukan dengan

waktu yaitu:

a) Setelah 6 jam PRM.

b) Setelah 12 jam PRM.

c) Setelah 24 jam PRM.


21

BAB III
LAPORAN KASUS KEPERAWATAN

A. Data Fokus

Nama klien : Ny. D Perawat : Tita Arpiani


Usia : 36 thn Tanggal : 14-12-2016
No. RM : 616551
Diagnosa : G2P1A0 hamil 36 minggu
dengan KPD

DATA FOKUS

Data Subjektif Data Objektif


- Klien mengatakan mulas sejak Keadaan umum : Baik
2 hari yang lalu dan cairan Kesadaran : compos mentis
banyak keluar. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital :
- Klien mengatakan setelah TD : 120/80 mmHg TB : 165 cm
diperiksa di puskesmas kec. N : 96x/menit BB : 71 kg
x
Meruya, ternyata air P : 20 /menit
ketubannya peca, lalu klien S : 37,5oC
disarankan ke klinik dr. Pemeriksaan fisik (Head To Toe)
Syarifah Sp. OG untuk Kepala dan Leher
dilakukan pemeriksaan USG, Normo cepal, pertumbuhan rambut
dank lien harus di rujuk ke merata, rambut tidak rontok, kulit
RSUD Cengkareng. kepala bersih.
- Klien mengatakan berharap Konjungtiva anemis, sclera putih,
untuk melahirkan normal. septum (+/+), bibir lembab, mukosa
- Klien mengatkan setelah di mulut lembab, lidah bersih, caries (-).
USG pada pukul 16:00 WIB, dr. Tidak ada pembengkakan kelenjar
Syarifah Sp. OG menyarankan tiroid dan kelenjar getah bening.
untuk SC cito karena air Dada, jantung, paru-paru, payudara
ketubannya kurang. Pernapasan vesikuler, BJ I dan BJ II :
- Klien mengatakan cemas DBN, pembesaran mammae (+/+),
karena akan menjalankan aerola mammae (+/+), month gemeri
operasi sacio caesaria. (+/+), nipel eksverted (+/+).
Abdomen
Tinggi fundus uteri 36 cm, O , puki Fe
(+), DJJ : 135 x/ menit.
Leopold :
L. I : 36 cm teraba bokong.
L. II : Puki
L. III : O
L. IV : PAP
Perineum dan genitalia
Tes lakmus (+) KPD
22

Ekstremitas
Atas : simetris, edema (-)/(-), terpasang
IVFD dengan penplon, stop NaCL 0,9
% dripp bicasma 3 amp jam 14:00
WIB.
Bawah : edema (+)/(+) grade 2.

Data penunjang
USG : janin intrauterine tafsiran 2400
gram, ICA 4.
Laboratorium : leukosit 13,6 ribu/L
Obat-obatan : cefotaxim 1 gram IV
bolus 3x1.
Penatalaksanaan
Konsul dr. Syarifah Sp. OG klien
disarankan SC cito.

B. Analisa Data
23

Nama klien : Ny. D Perawat : Tita Arpiani


Usia : 36 thn Tanggal : 14-12-2016
No. RM : 616551
Diagnosa : G2P1A0 hamil 36
minggu dengan KPD

ANALISA DATA

Data Fokus Masalah


DS : Resiko infeksi
- Klien mengatakan mulas sejak 2
hari yang lalu dan cairan banyak
keluar.
DO :
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : compos mentis
- Hasil pemeriksaan TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 96 x/menit
S : 20 x/menit
P : 37,5oC
- Tinggi fundus uteri 36 cm, O ,
puki Fe (+), DJJ : 135 x/ menit.
- Tes lakmus (+) KPD
- Hasil USG : ICA 4, UK 36
minggu, tafsiran BBJ 2400
gram.
DS : Ancietas
- Klien mengatakan cemas karena
akan melakukan operasi SC
yang pertamakalinya.
DO :
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : compos mentis
- Hasil pemeriksaan TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 96 x/menit
S : 20 x/menit
P : 37,5oC
- G2P1Ao
- Usia anak pertama 7 tahun.
- Rencana operasi SC cito atas
indikasi ICA 4.

C. Diagnosa Keperawatan
24

Nama klien : Ny. D Perawat : Tita Arpiani


Usia : 36 thn Tanggal : 14-12-2016
No. RM : 616551
Diagnosa : G2P1A0 hamil 36
minggu dengan KPD

DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan
1 Ancietas berhubungan dengan penatalakasanaan partus SC cito atas
indikasi KPD pada kehamilan 36 minggu pada stadium ICA 4.
2 Resiko infeksi berhubungan dengan hilangnya barrier pertahanan bayi,
masuknya mikroorganisme fatogen kedalam jalan lahir, lahir sekunder
terhadap KPD.
25

D. Rencana Asuhan Keperawatan

Nama klien : Ny. D Perawat : Tita Arpiani


Usia : 36 thn Tanggal : 14-12-2016
No. RM : 616551
Diagnosa : G2P1A0 hamil 36 minggu dengan KPD

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Evaluasi


1 Ancietas berhubungan Tujuan : setelah diberikan 1. Kaji status tanda-tanda kecemasan klien
dengan penatalakasanaan penatalaksanaan keperawatan 2. Monitos tandaa-tanda vital
partus SC cito atas selama 124 jam diharapkan 3. Identifikasi tingkat kecemasan
indikasi KPD pada infeksi tidak terjadi. 4. Gunakan pendekatan yang
kehamilan 36 minggu menyenangkan
pada stadium ICA 4. Kriteria hasil : 5. Jelaskan semua prosedur operasi casio
- Keadaan umum baik caesaria dan apa yang dirasakan selama
- Kesadaran compos prosedur dilakukan
mentis 6. Anjurkan klien melakukan tehnik
- Tanda-tanda vital relaksasi napas dalam.
dalam batas normal
- Asepten positif untuk
tindakan SC Cito.

2 Resiko infeksi Tujuan : setelah diberikan 1. Kaji status tanda-tanda infeksi klien
26

berhubungan dengan penatalaksanaan keperawatan 2. Monitor tanda-tanda vital


hilangnya barrier selama 524 jam diharapkan 3. Monitor hasil pemeriksaan lab leukosit
pertahanan bayi, infeksi tidak terjadi. 4. Tetapkan tehnik cuci tangan 6 langkah
masuknya Kriteria hasil : dan 5 moment.
mikroorganisme fatogen - Keadaan umum baik 5. Tingkatkan intake nutrisi, kolaborasi diet
kedalam jalan lahir, lahir - Kesadaran compos protein dan vitamin C
sekunder terhadap KPD. mentis 6. Kolaborasi dengan dokter pemberian
- Tanda-tanda vital antibiotic Cefitaxime IV 31.
dalam batas normal
- Leukosit dalam batas
normal
- Tidak ada tanda-tanda
infeksi : calor, dolor,
rubor, tumor dan
functiolaesa.
27

E. Catatan Perkembangan

Nama klien : Ny. D Perawat : Tita Arpiani


Usia : 36 thn Tanggal : 14-12-2016
No. RM : 616551
Diagnosa : G2P1A0 hamil 36
minggu dengan KPD

CATATAN KEPERAWATAN

No Tanggal/waktu Dx Implentasi Paraf


1 14-12-2016 - Serah terima klien dari dinas pagi
14:00 WIB ke dinas sore.
14:30 WIB 1.2 - Mengkaji keadaan umum klien
14:35 WIB 1.2 - Mengkaji tingkat kesadaran
14:45 WIB 1.2 - Melakukan pemeriksaan TTV
TD : 120/80 mmHg
S : 36,9oC
N : 82x/menit
P : 19x/menit
15:00 WIB 1 - Mengkaji tingkat kecemasan
klien
15:30 WIB 2 - Mengakaji tanda-tanda infeksi :
TRDCFL
16:00 WIB 1 - Menjelaskan prosedur sacio
caesaria dan apa yang dirasakan
selama prosedur.
16:30 WIB 1 - Menganjurkan tehnik relaksasi
nepas dalam
17:30 WIB 2 - Meningkatkan intake nutrisi
dengan kolaborasi pemberian diet
protein dan vitamin C
18:15 WIB 2 - Memberikan obat injeksi IV bolus
cefotaxime 1 gram.
18:25 WIB - Memasang infus RL+bricasma 3
amp 20tpm.
20:30 WIB - Serah terima klien dari dinas sore
kedinas malam.

F. Evaluasi Keperawatan
28

Nama klien : Ny. D Perawat : Tita Arpiani


Usia : 36 thn Tanggal : 14-12-2016
No. RM : 616551
Diagnosa : G2P1A0 hamil 36
minggu dengan KPD

EVALUASI
SOAP DAN SOAPIER

Tanggal/waktu Dx SOAP Paraf


14/12/2016 1 S:
21:00 - Pasien mengatakan perasaann masih
cemas
O:
- Keadaan umum: baik
- Kesadaran: composmentis
- Hasil pemeriksaan TTV
TD : 120/80 mmHg
S : 36,9oC
N : 82x/menit
P : 19x/menit
- Abdomen
L. I : 36 cm teraba bokong.
L. II : Puki
L. III : O
L. IV : PAP
- Terpasang RL+bricasma 3 amp 20tpm
- Hasil visiti dokter Pro SC CITO
A:
- G2P1A0, hamil 36 minggu SC cito atas
indikasi ICA 4 tunggal hidup
P:
- Jelaskan hasil pemeriksaan fisik
- Bersama dokter owner menjelaskan
pentingnya persalinan cito operasi
- Beri kesempatan keluarga dan klien
untuk bertanya.
- Beri respon positif ketika klien dan
keluarga bertanya.
I:
- Menjelaskan hasil pemeriksaan fisik
- Bersama dokter owner menjelaskan
pentingnya persalinan cito operasi
- Memberi kesempatan keluarga dan
klien untuk bertanya.
- Memberi respon positif ketika klien
dan keluarga bertanya
E:
29

- Klien dan keluarga acepten untuk


tindakan SC cito
- Pro transfer ke ruang VK
R:
- klien diterima bidan VK untuk
penatalaksaan SC cito.

BAB IV
30

PEMBAHASAN

Kehamilan selain membahagiakan juga ada saatsaat kritis yang perlu mendapat

perhatian kita semua. Terutama pada kehamilan yang mengalami ketuban pecah

sebelum waktunya. Banyak komplikasi yang bisa terjadi akibat keterlambatan ibu

hamil datang pada tim medis atau kesehatan. Keterlambatan ini bisa disebabkan

banyak hal, antara lain kurangnya pengetahuan ibu mengenai bahaya akibat ketuban

pecah dini atau sebelum waktunya (Kompasiana, 2015).

Ketuban pecah dini atau ketuban pecah sebelum waktunya adalah keadaan dimana

air ketuban mengalir dan merembes atau keluar terus menerus dari jalan lahir dan

tidak disertai tanda persalinan. Ketuban yang pecah pada kehamilan muda maupun

pada kehamilan tua tetap sama sama beresiko infeksi pada bayi. Idealnya selaput

ketuban yang melindungi janin dalam rahim baru robek atau pecah setelah kehamilan

cukup bulan dan di ikuti adanya tanda - tanda di mulainya proses untuk bersalin.

Keutuhan selaput ketuban ini sangat penting bagi perlindungan janin dalam Rahim

(Prawihardjo, 2011).

Banyak sekali faktor yang bisa menyebabkan ketuban pecah sebelum waktunya,

secara teori disebutkan bahwa akibat berkurangnya kekuatan selaput ketuban

menahan tekanan yang berasal dari dalam kandungan, Infeksi pada jalan lahir ibu,

benturan atau trauma fisik maupun psikis, kehamilan yang menyababkan timbulnya

tekanan atau distensi abdomen, misalnya coital, mengangkat beban berat, kurang

minum, menggendong dan mencuci yang banyak.


31

Apa bila telah terjadi distensi abdomen akan terpompa sehingga akan terjadi bocor

atau air ketubannya bisa pecah. Jika Ketuban sudah pecah, berarti selaput yang

melindungi janin sudah robek, dan air ketuban berkurang jumlahnya. Idealnya cairan

ketuban ini sekitar > 500 cc sampai dengan 1000 cc (Kompasiana, 2015).

Dampak KPD ketuban pecah belum waktunya kemungkinan nya ada dua yaitu

selamat dan tidak selamat. Ketika bayi selamat karena ada penatalaksanaan tokolitik

untuk pematangan paru, dan ketika bayi sudah berada di lingkungan luar diberikan

penatalaksanaan menghangatkan bayi dengan incubator atau metode kanguru, yakni

mendekapkan bayi ke dada ibu secara langsung bersentuhan kulit. Selanjutnya ketika

tidak selamat dikarenakan selaput ketuban yang robek menjadi pintu masuk bagi

kuman-kuman, ibu menjadi demam dan bayi terinfeksi hal tersebut bahkan dapat

menyebabkan kematian.

BAB V
PENUTUP
32

A. Kesimpulan

Asuhan keperawatan ibu hamil dengan ketuban pecah dini pada kasus ini pertama

dilakukan pengkajian dari data subjektif dan objektif, yaitu Klien mengatakan

mulas sejak 2 hari yang lalu dan cairan banyak keluar dan cemas karena akan

melakukan operasi SC yang pertamakalinya, keadaan umum baik, kesadaran

compos mentis, hasil pemeriksaan TTV TD : 120/80 mmHg, N : 96 x/menit,

S : 20 x/menit, P : 37,5oC, tinggi fundus uteri 36 cm, O , puki Fe (+), DJJ :

135 x/ menit, tes lakmus (+) KPD, hasil USG : ICA 4, UK 36 minggu, tafsiran

BBJ 2400 gram, G2P1Ao, usia anak pertama 7 tahun, serta rencana operasi SC cito

atas indikasi ICA 4.

Fokus masalah tersebut mengidentifikasi diagnose ancietas berhubungan dengan

penatalakasanaan partus SC cito atas indikasi KPD pada kehamilan 36 minggu

pada stadium ICA 4 dan Resiko infeksi berhubungan dengan hilangnya barrier

pertahanan bayi, masuknya mikroorganisme fatogen kedalam jalan lahir, lahir

sekunder terhadap KPD. Nersing care plan dari diagnose tersebut adalah Kaji

status tanda-tanda kecemasan klien, monitor tandaa-tanda vital, identifikasi

tingkat kecemasan, gunakan pendekatan yang menyenangkan, jelaskan semua

prosedur operasi casio caesaria dan apa yang dirasakan selama prosedur

dilakukan, anjurkan klien melakukan tehnik relaksasi napas dalam. Setelah

diberikan penatalaksaan asuhan keperawatan klien dan keluarga acepten untuk

tindakan SC cito kemudian pro transfer ke ruang VK. klien diterima bidan VK

untuk penatalaksaan SC cito.

B. Saran
33

1. Kepada Pihak Rumah Sakit

Kepada pihak rumah sakit agar tetap mempertahankan kualitas pelayanan dan

tetap memberikan pelayanan yang optimal.

2. Kepada Pasien

Sebaiknya para ibu hamil lebih menjaga kehamilannya, terutama lebih

menjaga setiap aktifitas yang dilakukan dan diharapkan selalu

memperhatikan nasihat maupun saran dari tenaga kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA
34

Fadlun, dkk. (2011). Ilmu kandungan dan patologis. Jakarta : Salemba Medika.

Hanifa, & Wiknjosastro. (2010). Ilmu kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

http://www.kompasiana.com/waspada-ketuban-pecah-sebelum
waktunya_550023f1a33311237050ff36 diterbitkan tanggal 26 juni 2015.

Muaba, IBG. (2010). Penyakit kandungan KB. Jakarta : EGC

Mochtar, R. (2011). Synopsis obstetric fisiologi. Jakarta : EGC.

Prawirohardjo, S. (2011). Ilmu kadungan, edisi III. Jakarta : PT Bina Pustaka

Sulistiyawati, Ari. (2011). Asuhan pada masa kehamilan. Jakarta : Salemba medika.

Sunarsih. (2011). Asuhan kehamilan. Jakarta : Salemba Medika.

Yatini, Mufdlilah & Hidayat. (2009). Antenatalcare (ANC) fokus. Yogyakarta : Nuha
medika.

Anda mungkin juga menyukai