Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
HIPERTENSI
A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi dua, yaitu :
1) Hipertensi primer atau essensial
Merupakan bagian terbesar (90%) dari penderita hipertensi yang ada di
masyarakat. Hipertensi jenis ini belum dapat diketahui pasti penyebabnya.
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi ini diketahui penyebabnya karena :
a) Kelainan ginjal, seperti glomerulonefritis akut (GNA), glomerulonefritis
kronis (GNC), pyelonefritis kronis (PNC), dan penyempitan arteri renalis.
b) Kelainan hormon, seperti diabetes mellitus, pil KB, dan pheochromocytoma.
c) Kelainan neurologis, seperti polineuritis dan polimyelitis.
d) Penyebab lain seperti penggunaan obat-obatan, keadaan preeklampsia, dan
koarktasio aorta.
Faktor Predisposisi
Adapun faktor predisposisi hipertensi yang dikemukakan oleh Bustan
(2007) antara lain :
1) Faktor genetik
Hal ini menunjukkan hipertensi dapat diwariskan melalui garis
keturunan. Beevers (2002) mengatakan bahwa hal tersebut termasuk
pengaruh ras atau suku, misalnya pada orang kulit hitam (Afro-Karibia dan
Asia Selatan) lebih banyak beresiko daripada orang kulit putih. Masyarakat
ini mengalami peningkatan sensitivitas terhadap garam karena tingkat
hormon rennin dan angiotensin II yang dimiliki lebih rendah. Walaupun
diberikan pengobatan, kebanyakan hasilnya kurang efektif karena sebagian
obat-obatan yang menurunkan tekanan darah bekerja dengan cara
menghambat pengaruh hormon-hormon tersebut sehingga tidak dapat bekerja
dengan baik pada masyarakat keturunan ras ini.
Selain itu, menurut McGowan, (2001), dua kelainan yang sudah
dikenal berhubungan dengan faktor genetik yaitu familial
hypercholesterolemia dan familial combined hyperlipidemia yang keduanya
cukup banyak dijumpai. Orang dengan hiperkolesterolemia turunan telah
mewarisi ketidaknormalan genetika dalam pemrosesan kolesterol LDL.
Kondisi ini cenderung terdapat pada populasi orang Kanada, Perancis,
Afrikaner di Afrika Selatan, Finlandia, Libanon, dan Yahudi Ashkenazi.
Sementara penyakit genetik kedua yaitu hiperlipidemia gabungan turunan
merupakan kelainan kolesterol turunan yang paling umum. Hubungan
genetiknya belum dapat diketahui secara pasti, namun yang jelas telah
diketahui bahwa, jika seseorang memiliki hiperlipidemia gabungan turunan,
maka kurang lebih separuh dari anggota keluarga dekatnya juga memiliki
kelainan yang sama. Kedua kondisi kelainan genetik diatas dapat
meningkatkan resiko terjadinya penyakit jantung tidak terkecuali hipertensi.
2) Umur
Tekanan darah meningkat sesuai umur dan gejalanya mulai dirasakan
sejak berumur 40 tahun.
Menurut Amiruddin, dkk., (2007) penyakit hipertensi pada kelompok
umur paling dominan berumur 31-51 tahun. Hal ini dikarenakan seiring
bertambahnya usia, tekanan darah cenderung meningkat. Yang mana
penyakit hipertensi umumnya berkembang pada saat umur seseorang
mencapai paruh baya yakni meningkat khususnya yang berusia lebih dari 40
tahun bahkan pada usia lebih dari 60 tahun ke atas.
Sedangkan teori dasar yang dapat mendukung kondisi tersebut telah
diutarakan oleh Price dan Wilson (2005) yaitu peningkatan pembentukan
plak fibrosa atau plak ateromatosa pada pembuluh darah terjadi pada usia 30
sampai mendekati 50 tahun. Pembentukan plak ini akhirnya menimbulkan
penyempitan pada lumen maka resistensi terhadap aliran darah akan
meningkat dan membahayakan aliran darah miokardium.
3) Urban/rural
Orang yang berada di kota lebih banyak beresiko daripada orang di
desa. Daerah perkotaan yang identik dengan kehidupan glamor, serba ada,
aktivitas padat, serta pola hidup masa kini yang praktis dapat merupakan
suatu resiko meningkatnya hipertensi. Berbeda dengan keadaan tersebut,
pedesaan lebih menjanjikan kehidupan yang tenang daripada di kota.
4) Geografis
Penduduk sekitar daerah pantai lebih beresiko daripada penduduk di
pegunungan. Menurut Amiruddin, dkk., (2000) daerah pesisir pantai
merupakan daerah yang lebih berpotensi dengan kandungan natrium
sehingga penduduk pun mengkonsumsi garam dalam jumlah yang lebih
tinggi daripada penduduk di daerah pegunungan yang kemungkinan lebih
banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan.
5) Seks
Lebih banyak wanita yang menderita hipertensi dibandingkan dengan
pria. Pria memang lebih awal menderita penyakit jantung termasuk
hipertensi. Namun, lebih banyak wanita menderita hipertensi dan penyakit
jantung lainnya, bahkan tidak sedikit yang akhirnya meninggal setelah
menopause. Hal ini dikarenakan tingkat estrogen darah yang menurun tajam
pada masa tersebut. Adapun estrogen sangat berpengaruh terhadap kesehatan
jantung. McGowan, (2001) menguraikan bahwa estrogen melindungi dari
penyakit jantung dengan berbagai cara antara lain :
a) Meningkatkan HDL dan menurunkan LDL yang merupakan 50%
efek proteksi dari estrogen.
b) Menurunkan tingkat lipopotein (a) yang merupakan salah satu faktor
resiko penyakit jantung prematur. Tingkat Lp(a) ini ditentukan secara
genetik dan tidak dapat diubah dengan diet ataupun latihan. Obat
yang dapat menguranginya hanyalah estrogen dan niacin.
c) Estrogen adalah zat antioksidan yang mirip dengan vitamin E dan C
yang melindungi LDL agar tidak teroksidasi, karena LDL yang
teroksidasi dapat memasuki plak aterosklerosis sehingga
menyebabkan penyumbatan.
d) Estrogen adalah pelebar nadi jantung yang sangat kuat.
e) Estrogen dapat menghambat platelet, atau sel penggumpal darah agar
tidak mengumpul dan menyebabkan penghambatan pada nadi
jantung.
Pada wanita yang telah mengalami menopause, dianjurkan agar dapat
mengikuti terapi penggantian estrogen sehingga dapat menurunkan resiko
terjadinya penyakit jantung dan hipertensi.
6) Perubahan gaya hidup
Gaya hidup di dalamnya mencakup :
Kegemukan atau obesitas.
Kurang aktivitas dan olah raga.
Emosi dan stress (terutama pada orang dengan personality tipe A)
Minum banyak alkohol dan kopi.
Merokok.
Makan banyak garam dan lemak.
7) Pengaruh penyakit lain
Keturunan.
Penyakit ginjal.
Penyakit pembuluh darah.
Kelainan hormon.
C. KLASIFIKASI HIPERTENSI
Berikut adalah tabel klasifikasi tekanan darah untuk dewasa berusia lebih
dari atau sama dengan 18 tahun menurut petunjuk dari WHO-ISH :
TABEL
KLASIFIKASI TEKANAN DARAH UNTUK DEWASA BERUSIA
LEBIH DARI ATAU SAMA DENGAN 18 TAHUN
Sistolik Diastolik
No. Kategori
(mmHg) (mmHg)
1. Optimal < 120 < 80
2. Normal < 130 < 85
3 Normal tinggi 130 139 85 89
Hipertensi derajat 1 (ringan) 140 159 90 99
4.
Subgrup : perbatasan 140 149 90 94
5. Hipertensi derajat 2 (sedang) 160 179 100 109
6. Hipertensi derajat 3 (berat) 180 110
Hipertensi Sistolik 140 < 90
7.
Subgrup : perbatasan 149 149 < 90
Sumber : Joewono, 2003, Ilmu Penyakit Jantung; modifikasi dari WHO-ISH Guidelines for The Management
of Hypertension, 1999.
Selain pengelompokan yang telah dijelaskan di atas, ada pula dikenal tentang
White Coat Hypertension dan Masked Hypertension. White coat hipertensi
merupakan peningkatan tekanan darah pada pengukuran di tempat pelayanan
kesehatan atau praktik dokter sedangkan dalam kehidupan sehari-hari tekanan darah
dalam batas normal. Hal ini berkebalikan dengan Masked Hypertension yang
menunjukkan tekanan darah yang normal saat pengukuran di pelayanan kesehatan
namun meningkat secara sporadis ketika pasien berada di komunitas.
D. PATOFISIOLOGI
Pada tahap awal, biasanya tanpa keluhan. Bila simtomatik, maka biasanya
disebabkan oleh :
1) Peninggian tekanan darah itu sendiri, seperti berdebar-debar, rasa melayang
(dizzy), dan impoten.
2) Perubahan vaskular seperti cepat capek, sesak napas, sakit dada, sakit kepala,
pusing, muntah, gelisah, bengkak pada kaki atau perut. Gangguan vaskular
lainnya adalah epistaksis, hematuria, pandangan kabur, edema pupil, perdarahan
pada retina.
3) Penyakit dasar seperti pada hipertensi sekunder: polidipsia, poliuria, dan
kelemahan otot pada aldosteronisme primer, nokturia, azotemia. Peningkatan
berat badan dengan emosi yang labil pada sindrom Cushing. Pheochromocytoma
dapat muncul dengan keluhan episode sakit kepala, palpitasi, banyak keringat dan
rasa melayang saat berdiri (postural dizzy).
4) HVK sebagai respon peningkatan beban kerja ventrikel, dan dapat terjadi gagal
jantung kiri bila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan beban kerja.
5) Bila sampai melibatkan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke dengan
manifestasi hemiplegia.
F. EVALUASI DIAGNOSTIK
G. PENATALAKSANAAN
6) Inhibitor ACE
Captopril (Capoten) bekerja dengan menghambat konversi angiotensin
I menjadi angiotensin II dan menurunkan tahanan perifer total.
7) Antagonis kalsium
a. Nifedipine (Procardea; Adalat): menghambat masukan ion kalsium
ke dalam sel melalui membran. Efek vasodilatasinya pada arteriol
koroner dan perifer. Dapat menurunkan kerja jantung dan
konsumsi energy, serta meningkatkan pengiriman oksigen ke
jantung.
b. Diltiazem (Cardizem) : menghambat pemasukan ion kalsium ke
dalam sel dan menurunkan afterload jantung.
c. Varapamil (Calan; Isoptin) : menghambat aliran masuk ion
kalsium ke dalam sel, serta memperlambat kecepatan hantaran
impuls jantung.
Upaya Pencegahan
H. KOMPLIKASI
A. PENGKAJIAN
1) Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner,
penyakit serebrovaskuler, episode palpitasi, perspirasi.
Tanda : kenaikkan TD; hipotensi postural; denyut nadi jelas dari karotis,
jugularis, radialis, melambat di femoralis, dan lemah atau tidak
teraba pada popliteal, tibialis posterior dan pedalis; takikardia,
berbagai disritmia; distensi vena jugularis; perubahan warna
kulit, suhu dingin, CRT mungkin lambat (vasokonstriksi perifer);
kulit pucat, sianosis, diaphoresis (kongesti, hipoksemia),
kemerahan (feokromositoma).
3) Integritas Ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,
faktor stres multipel.
Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue perhatian,
tangisan yang meledak, otot muka tegang.
4) Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu.
5) Makanan / Cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi
garam, lemak dan kolesterol.
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema.
6) Neurosensori
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut, gangguan
penglihatan, episode epistaksis.
Tanda : perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan
retinal optik.
7) Nyeri / Ketidaknyamanan
Gejala : angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital
berat, nyeri abdomen.
8) Pernapasan
Gejala : dispnea berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea
nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat
merokok.
Tanda : distress respirasi / penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi
napas tambahan, sianosis.
9) Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi, cara jalan.
Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi postural.
10) Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala : faktor resiko keluarga; hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung, DM, penyakit ginjal.
Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon.
11) Pola Persepsi
Tanda : memahami tentang penyakitnya, mampu berpartisipasi dalam
perawatan, ketidakpatuhan dalam menjalankan perawatan bila
tidak menerima penyakit yang dialami.
Anamnesis
Hipertensi umumnya asimtomatik. Kadang disertai nyeri kepala, malaise,
atau gejala lain yang menunjukkan diagnosis penyebab.
Cari tahu berapa lama dan sejak kapan klien mengalami hipertensi
(misalnya pengukuran di tempat praktik dokter umum, selama kehamilan,
dalam catatan rumah sakit, di klinik).
Hipertensi bisa menyebabkan gagal jantung, gagal ginjal, gangguan
penglihatan, stroke, dll.
Penyebab hipertensi yang lebih jarang yang memiliki gejala spesifik
adalah :
- Cushings syndrome ( berat badan bertambah, hirsutisme, mudah
memar).
- Pheochromocytoma (gejala paroksismal: palpitasi, kolaps, dan
merona merah/flushing).
- Penyakit ginjal (hematuria mikroskopik/proteinuria dan gejala
gagal ginjal).
Riwayat penyakit dahulu: riwayat stroke, TIA, penyakit jantung, penyakit
ginjal serta riwayat faktor resiko vaskular lainnya.
Riwayat keluarga: terdapat penyebab hipertensi turunan yang sangat jarang
(misalnya Liddle syndrome) namun terdapat pula komponen genetik
umum untuk terjadinya hipertensi.
Riwayat penggunaan obat-obatan: pengobatan sekarang atau yang pernah
dijalani klien, intoleransi kien terhadap obat, riwayat konsumsi alkohol.
Riwayat sosial: metode nonfarmakologis yang dijalani klien (olahraga,
penurunan BB, pengurangan konsumsi alkohol, penurunan masukan
natrium dari makanan).
Pemeriksaan Fisik
Pengukuran tekanan darah: ulangi beberapa kali dan cari perbedaan
postural dalam pengukuran,
Adanya nyeri kepala, gangguan penglihatan.
Periksa nadi, perlambatan denyut radialis-femoralis (koarktasio).
Periksa HVK (denyut apeks kuat, bergeser jika ada dilatasi sekunder).
Periksa tampilan Cushingoid.
Periksa defisit neurologis (TIA, CVA).
Periksa tanda-tanda gagal jantung :
1. Gagal jantung sebelah kiri
Menyebabkan pengumpulan cairan di paru-paru (edema
pulmoner), yang menyebabkan sesak napas yang hebat, cepat letih
(fatigue), gelisah/cemas, takikardi, aritmia
2. Gagal jantung sebelah kanan
Cenderung mengakibatkan pengumpulan darah yang mengalir
ke bagian kanan jantung, sehingga hal ini menyebabkan
pembengkakan di kaki, pergelangan kaki, tungkai, perut (ascites)
dan hati (hepatomegali), mual muntah, keletihan, takikardi,
nocturia.
Periksa urin untuk mencari darah dan protein.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. PERENCANAAN
Kriteria Hasil :
1. Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.
2. Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan.
3. Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.
Kriteria Hasil :
3. Mencapai kestabilan hemodinamik.
4. Tidak menunjukkan aritmia.
5. Mempertahankan keseimbangan cairan.
6. Melakukan aktivitas sehari-hari dengan tingkat mobilitas dan kemandirian
maksimum.
Kriteria Hasil :
1. Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan.
2. Klien dapat melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat
diukur.
3. Klien menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi.
Kriteria Hasil :
1. Klien dapat mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan obesitas.
2. Klien dapat menunjukkan perubahan pola makan terkait pilihan, kuantitas
dan kualitas makanannya.
3. Klien dapat mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan
pemeliharaan kesehatan optimal.
4. Klien dapat mempertahankan program latihan atau olahraga yang tepat
secara individual.
Intervensi dan Rasional :
1. Kaji pemahaman klien tentang hubungan langsung antara hipertensi dan
obesitas.
R/ Obesitas merupakan salah satu faktor tekanan darah yang tinggi karena
disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan
dengan peningkatan massa tubuh.
2. Bantu klien mengidentifikasi masalah perasaan yang berhubungan dengan
makan dan lingkungan tempat klien makan.
R/ Penurunan berat badan permanen dimulai dengan latihan faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap penambahan berat badan.
3. Diskusikan pentingnya menurunkan masukan kalori, batasi masukkan
lemak, garam dan gula sesuai indikasi.
R/ Kesalahan kebiasaan makan menunjang atherosclerosis dan obesitas yang
merupakan predisposisi hipertensi dan komplikasinya.
4. Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan.
R/ Motivasi penurunan berat badan adalah internal. Individu harus
berkeinginan untuk menurunkan berat badan, bila tidak maka program tidak
akan berhasil
5. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.
R/ Identifikasi kekuatan/kelemahan dalam program diet terakhir, bantu
menentukan kebutuhan individu untuk penyesuaian/penyuluhan.
6. Tetapkan rencana penurunan berat badan yang realistic dengan klien,
misalnya penurunan 0,5 kg/minggu.
R/ Penurunan masukan kalori sebanyak 500 kalori/hari secara teori dapat
menurunkan berat badan 0,5 kg/minggu. Penurunan berat badan yang
lambat mengindikasikan kehilangan lemak melalui kerja otot dan umumnya
dengan cara mengubah kebiasaan makan.
7. Instuksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari makanan yang
mengandung lemak jenuh tinggi.
R/ Hindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam
mencegah perkembangan aterogenesis.
8. Bantu klien memilih program latihan (berjalan, jogging, kebugaran,
berenang, dll) yang sesuai dengan usia dan kondisi fisik.
R/ Aktivitas dan olahraga merupakan alternatif yang membantu menurun-
kan berat badan dan menghilangkan stres.
9. Rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi.
R/ Memberikan konseling dan bantuan pemenuhan kebutuhan diet
individual.
Kriteria Hasil :
1. Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.
2. Mengungkapkan pengetahuan dan keterampilan penatalaksanaan
perawatan dini.
3. Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang
perlu diperhatikan.
4. Mempertahankan tekanan darah dalam parameter normal.
Kriteria Hasil :
1. Klien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mendasari penolakannya
untuk menaati penanganan.
2. Petugas pemberi perawatan menyadari hak klien untuk otonomi.
3. Klien menyetujui untuk mematuhi kesepakatan bersama untuk mencapai
tujuan terkait kesehatan.
4. Anggota keluarga dan pendukung lainnya membantu memodifikasi
perilaku ketidakpatuhan klien.
Intervensi dan Rasional :
1. Lakukan pendekatan pada klien dengan cara yang tidak menghakimi.
R/ Demonstrasikan penghargaan positif pada klien tanpa mengenal kondisi.
2. Dengarkan alasan ketidaktaatan klien.
R/ Mendengarkan secara aktif dapat mengungkapkan keluhan yang dapat
tidak dinyatakan oleh kata-kata dan membantu proses pengajaran individual.
3. Identifikasi area perilaku spesifik ketidakpatuhan klien.
R/ Bantu menyusun intervensi yang tepat.
4. Kaji kebutuhan perawatan kesehatan, status sosioekonomi, asuransi dan
sumber-sumber keluarga yang tersedia.
R/ Penentuan apakah klien memenuhi kriteria untuk menerima bantuan
pemerintah atau sumber-sumber di komunitas.
5. Gunakan penerjemah bahasa bila diperlukan.
R/ Kekurangcakapan berbahasa dapat merupakan suatu penghambat usaha
klien untuk bertahan dalam proses penanganan jangka panjang.
6. Identifikasi faktor-faktor yang mendasari perilaku tidak patuh.
R/ Alasan tidak patuh dapat berentang panjang dan termasuk kurang
pengetahuan, melupakan, merasakan lebih baik atau lebih buruk, dan
mendapat anjuran yang kontradiksi dari keluarga, teman, atau pun pemberi
perawatan kesehatan sendiri.
7. Tekankan keuntungan menaati penanganan.
R/ Tingkatkan pemahaman bahwa menaati program yang dianjurkan dapat
membantu menurunkan faktor resiko, mencegah komplikasi, dan mengelola
beberapa penyakit kronis.
8. Beri dorongan klien mengeksplorasi dan mengklarifikasi nilainya untuk
membantu meningkatkan ketidaksadaran terhadap nilai menjadi sadar.
R/ Konflik nilai klien dapat diatasi dengan pemahaman yang lebih baik
(apakah keputusan berdasarkan nilainya atau kabar angin, pendapat dan
prasangka).
9. Hargai keputusan klien terhadap program yang dianjurkan.
R/ Otonomi klien harus dihormati.
10. Lakukan kerja sama dengan klien berdasarkan kesepakatan bersama.
R/ Melibatkan klien atau pun pemberi perawatan sendiri dalam komitmen
formal dan memberi klien rasa pengendalian diri.
11. Gunakan sistem pendukung untuk mendorong atau menguatkan perilaku
negosiasi.
R/ Dukungan dari keluarga klien dapat membantu menumbuhkan
kepatuhan.
12. Berikan penguatan/penghargaan positif untuk perilaku patuh.
R/ Mendukung klien melanjutkan dan meningkatkan perilaku kepatuhan
tersebut
Kriteria Hasil :
1. Klien mengungkapkan kepercayaan dirinya terhadap penyakit dan
penatalaksanannya.
2. Klien memperlihatkan rasa percaya kepada anggota pemberi perawatan
kesehatan.
3. Klien mendiskusikan strategi-strategi mengelola program terapeutiknya.
4. Klien dan keluarga dapat merencanakan penggabungan komponen
program terapeutik dalam pola kehidupan sehari-hari.
5. Klien dapat memilih aktivitas untuk memenuhi tujuan program
penanganan atau pencegahan.
Beevers, D.G., 2002, Seri Kesehatan; Bimbingan Dokter Pada Tekanan Darah,
Penerbit Dian Rakyat, Jakarta.
Bustan, M.N., 2007, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta.
Carpenito L.J., 1999, Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Penerbit EGC,
Jakarta.
DAngelo, R., Yang, C. M., 2008, The Ultimate Guide To Heart Attack Treatment,
Penerbit Prestasi Pustakaraya, Jakarta.
Doenges, Moorhouse, Geissler, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit EGC,
Jakarta.
Gleadle J., 2007, At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Joewono, B.S., 2003, Ilmu Penyakit Jantung, Airlangga University Press, Surabaya.
PDSPDI, 2006, Editor: Sudoyo A., dkk., 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
Pusat Penerbitan IPD FKUI, Jakarta.
Sanif Edial, 2008, Jurnal Kardiologi; Pengaruh Pola Tekanan Darah 24 Jam
Terhadap Morbiditas dan Mortalitas Kardiovaskuler, dlm
http://www.jantunghipertensi.com/hipertensi/66.html
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah; Edisi 8
Volume 2, Penerbit EGC, Jakarta.
Tan Hoan Tjay, Rahardja Kirana, 2002, Obat-Obat Penting; Khasiat, Penggunaan
dan Efek-efek Sampingnya, Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta.
Taylor C.M., Ralph S.S., 2010, Diagnosis Keperawatan dengan Rencana Asuhan,
Penerbit EGC, Jakarta.
Mansjoer, A., dkk., 2000, Kapita Selekta Kedokteran; Edisi Ketiga Jilid 1, Penerbit
Media Aesculapius.
McGowan, M.P., 2001, Heart Fitness for Life, Penerbit RajaGrafindo Persada,
Jakarta.