Anda di halaman 1dari 6

EPISTIMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI PENGETAHUAN FILSAFAT

Pengetahuan adalah sesuatu yang sangat vital dan krusial dalam masa kehidupan manusia.
Berbagai kajian telah dilakukan untuk kepentingan pengembangan pengetahuan. Pada
dasarnya manusia menyukai kemajuan. Manusia juga ingin belajar dari segala gejala
perubahan. Oleh karena itu, berita-berita tentang perkembangan atau kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi juga menarik perhatian setiap manusia. Salah satunya dimulai
dengan pengkajian Landasan Pendidikan sebagai manefestasi dari ilmu pengetahuan. Adapun
cakupan landasan pendidikan adalah landasan hukum, landasan filsafat, landasan sejarah,
landasan sosial budaya, landasan psikologi, dan landasan ekonomi. Dalam makalah ini hanya
akan dibahas mengenai pengetahuan filsafat, yaitu ontologi filsafat, epistimologi filsafat dan
aksiologi filsafat.
Filsafat ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam tentang sesuatu sampai ke
akar-akarnya. Sesuatu dapat berarti terbatas dan dapat pula berarti tidak terbatas. Filsafat
membahas segala sesuatu yang ada di alam ini yang sering dikatakan filsafat umum.
Sementara itu filsafat yang terbatas ialah filsafat ilmu, filsafat pendidikan, filsafat seni,
filsafat agama, dan sebagainya.
Filsafat disebut pula sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat eksistensial, artinya sangat
erat hubungannya dengan kehidupan kita sehari-hari. Bahkan filsafat menjadi dasar bagi
motor penggerak kehidupan, baik sebagai makhluk individu atau pribadi maupun makhluk
kolektif dalam masyarakat.
Oleh karena itu kita perlu mempelajari filsafat hingga keakar-akarnya. Khususnya pada
ontologi, epistemologi dan aksiologi, sebab dengan mempelajari hal tersebut manusia hidup
dapat mengembangkan berbagai aspek kehidupan dengan berlandaskan filsafat sebagai dasar
berfikir sehingga terbuka wawasan pemikiran yang filosofis.

A. Pengetahuan Filsafat
Filsafat ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam tentang sesuatu sampai ke
akar-akarnya. Sesuatu dapat berarti terbatas dan dapat pula berarti tidak terbatas. Filsafat
membahas segala sesuatu yang ada di alam ini yang sering dikatakan filsafat umum.
Sementara itu filsafat yang terbatas ialah filsafat ilmu, filsafat pendidikan, filsafat seni,
filsafat agama, dan sebagainya.
Ilmu filsafat akan membahas berbagai latar belakang ilmu dan penyikapannya. Sumber
dasar dari berbagai cabang filsafat adalah ilmu. Untuk itu dasar dasar ilmu sangat penting
sebelum menjurus lebih dalam mengenai pengetahuan filsafat yang lebih mendalam.
B. Ontologi Pengetahuan Filsafat
Kata Ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Ontos berarti yang berada (being) dan
Logos berarti pikiran (logic). Jadi, Ontologi berarti ilmu yang membahas tentang hakikat
sesuatu yang ada/berada atau dengan kata lain artinya ilmu yang mempelajari tentang yang
ada atau dapat dikatakan berwujud dan berdasarkan pada logika. Sedangkan, menurut
istilah adalah ilmu yang membahas sesuatu yang telah ada, baik secara jasmani maupun
secara rohani. Disisi lain, ontologi filsafat adalah cabang filsafat yang membahas tentang
prinsip yang paling dasar atau paling dalam dari sesuatu yang ada.
Objek kajian Ontologi disebut ada maksudnya berupa benda yang terdiri dari alam ,
manusia individu, umum, terbatas dan tidak terbatas (jiwa). Di dalam ontologi juga
terdapat aliran yaitu aliran monoisme yaitu segala sesuatu yang ada berasal dari satu sumber
(1 hakekat).
1. Hakikat Pengetahuan Filsafat.

1
Filsafat dapat dijabarkan dari perkataan philosophia. Kata philos berarti cinta, dan kata
shopos berarti kebijaksanaan atau pengetahuan yang mendalam. Perkataan ini berasal dari
bahasa Yunani yang berarti cinta akan kebijaksanaan ( love of wisdom ). Jadi sudut praktis
yang sesungguhnya dari barang-barang, mengenai arti dan nilai hidup itu, arti dan nilai
manusia itu.
Menurut Hatta bahwa pengertian filsafat lebih baik tidak dibicarakan lebih dulu, nanti
bila orang telah banyak mempelajari filsafat orang itu akan mengerti dengan sendirinya apa
filsafat itu. Hatta, Alam Pikiran Yunani, 1966. 1 : 3 dalam rumahafid.wordpress.com).
Langeveld juga berpendapat seperti itu, dikatakan bahwa setelah orang berfilsafat sendiri,
barulah ia maklum apa filsafat itu, makin dalam ia berfilsafat akan semakin mengerti ia apa
filsafat itu. Langeveld, Menuju ke Pemikiran Filsafat, 1961 : 9 dalam
rumahafid.wordpress.com
Dua pendapat di atas benar, akan tetapi tidak salah juga bila mengetahui apa filsafat itu
pengertian filsafat yang pertama yaitu mendefinisikan filsafat sebagai sejenis pengetahuan
yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan akal
pikiran belaka. Poedjawijatna, Pembimbing ke Alam Filsafat, 1974 : 11 dalam
rumahafid.wordpress.com)
Pengertian filsafat selanjutnya bahwa filsafat sejenis pengetahuan yang menyelidiki
segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia, sehingga
dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakekatnya sejauh yang dapat dicapai
akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.
Hasbullah Bakry, Sistematik Filsafat, 1971 : 11 dalam rumahafid.wordpress.com)
Dari dua pengertian antara Poedjawijatna dan Hasbullah Bakry dapat diambil kesimpulan
bahwa filsafat itu pengetahuan yang diperoleh dari berpikir.
Menurut filosof lain mendefinisikan filsafat sebagai pemikiran teoritis tentang susunan
kenyataan sebagai keseluruhan. D. C. Mudler, Pembimbing ke dalam Ilmu Filsafat, 1966 :
10 dalam rumahafid.wordpress.com) dan kesimpulan filsafat yang dapat diambil filsafat
adalah pengetahuan yang logis dan tidak empiris.
Dengan demikian, dapatlah kita berikan definisi atau batasan filsafat itu sebagai berikut :
Filsafat adalah pengetahuan yang mempelajari sebab-sebab yang pertama atau prinsip-
prinsip yang tertinggi dari segala sesuatu yang dicapai oleh akal budi manusia.
Dari definisi ini jelas yang menjadi objek materialnya ialah segala sesuatu yang
dipermasalahkan filsafat. Sedangkan sudut pandangnya ialah mencapai sebab-sebab yang
terdalam dari segala sesuatu, ada yang mutlak ada yaitu penyebab pertama atau causa prima
yaitu Allah itu sendiri.
1. Struktur Filsafat.
Struktur filsafat bisa disebut juga sistematika filsafat. Layaknya ilmu pengetahuan pada
umumnya filsafat juga memiliki struktur, diantaranya :
Logika
Logika adalah cabang filsafat yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita. Dengan
mempelajari logika diharapkan dapat menerapkan asas bernalar sehingga dapat menarik
kesimpulan dengan tepat.
Epistemologi
Epistemologi adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan
sumber pengetahuan, asal pengetahuan, sifat, metode, dan kesahihan pengetahuan. Dengan
belajar epistemologi dan filsafat ilmu diharapkan dapat membedakan antara pengetahuan dan
ilmu serta mengetahui dan menggunakan metode yang tepat dalam memperoleh suatu ilmu
serta mengetahui kebenaran suatu ilmu itu ditinjau dari isinya.
Etika

2
Etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia
dalam hubungannya dengan baik buruk. Dengan belajar etika diharapkan dapat membedakan
istilah yang sering muncul seperti etika, norma dan moral.
Estetika
Estetika adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang keindahan. Dengan belajar
estetika diharapkan dapat membedakan antara berbagai teori-teori keindahan, pengertian seni,
penggolongan seni, dan nilai seni.
Metafisika
Metafisika adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada. Dengan belajar
metafisika orang justru akan mengenal Tuhannya.
C. Epistemologi pengetahuan filsafat
Epistemologi, (dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos (kata/ pembicaraan/
ilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, karakter dan jenis
pengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan dibahas
dalam bidang filsafat, misalnya tentang apa itu pengetahuan, bagaimana karakteristiknya,
macamnya, serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan.
Epistemologi atau Teori Pengetahuan yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu
pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas
pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut
diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya;
metode induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis dan metode
dialektis.
Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan:
a. Empirisme
Empirisme adalah suatu cara/metode dalam filsafat yang mendasarkan cara
memperoleh pengetahuan dengan melalui pengalaman. John Locke, Bapak Empirisme
Britania, mengatakan bahwa pada waktu manusia di lahirkan akalnya merupakan jenis
catatan yang kosong (tabula rasa),dan di dalam buku catatan itulah dicatat pengalaman-
pengalaman inderawi . Menurut Locke, seluruh sisa pengetahuan kita diperoleh dengan jalan
menggunakan serta memperbandingkan ide-ide yang diperoleh dari penginderaan serta
refleksi yang pertama-pertama dan sederhana tersebut.
Ia memandang akal sebagai sejenis tempat penampungan,yang secara pasif menerima
hasil-hasil penginderaan tersebut. Ini berarti semua pengetahuan kita betapapun rumitnya
dapat dilacak kembali sampai kepada pengalaman-pengalaman inderawi yang pertama-tama,
yang dapat diibaratkan sebagai atom-atom yang menyusun objek-objek material. Apa yang
tidak dapat atau tidak perlu di lacak kembali secara demikian itu bukanlah pengetahuan, atau
setidak-tidaknya bukanlah pengetahuan mengenai hal-hal yang faktual.
b. Rasionalisme
Rasionalisme berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak pada akal. Bukan karena
rasionalisme mengingkari nilai pengalaman, melainkan pengalaman paling-paling dipandang
sebagai sejenis perangsang bagi pikiran. Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran
dan kesesatan terletak di dalam ide kita, dan bukannya di dalam diri barang sesuatu. Jika
kebenaran mengandung makna mempunyai ide yang sesuai dengan atau menunjuk kepada
kenyataan, maka kebenaran hanya dapat ada di dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh
dengan akal budi saja.
c. Fenomenalisme
Bapak Fenomenalisme adalah Immanuel Kant. Kant membuat uraian tentang
pengalaman. Barang sesuatu sebagaimana terdapat dalam dirinya sendiri merangsang alat
inderawi kita dan diterima oleh akal kita dalam bentuk-bentuk pengalaman dan disusun
secara sistematis dengan jalan penalaran. Karena itu kita tidak pernah mempunyai

3
pengetahuan tentang barang sesuatu seperti keadaannya sendiri, melainkan hanya tentang
sesuatu seperti yang menampak kepada kita, artinya, pengetahuan tentang gejala
(Phenomenon).
Bagi Kant para penganut empirisme benar bila berpendapat bahwa semua pengetahuan
didasarkan pada pengalaman, meskipun benar hanya untuk sebagian. Tetapi para penganut
rasionalisme juga benar, karena akal memaksakan bentuk-bentuknya sendiri terhadap barang
sesuatu serta pengalaman.
d. Intusionisme
Menurut Bergson, intuisi adalah suatu sarana untuk mengetahui secara langsung dan
seketika. Analisa, atau pengetahuan yang diperoleh dengan jalan pelukisan, tidak akan dapat
menggantikan hasil pengenalan secara langsung dari pengetahuan intuitif.
Salah satu di antara unsur-unsur yang berharga dalam intuisionisme Bergson ialah,
paham ini memungkinkan adanya suatu bentuk pengalaman di samping pengalaman yang
dihayati oleh indera. Dengan demikian data yang dihasilkannya dapat merupakan bahan
tambahan bagi pengetahuan di samping pengetahuan yang dihasilkan oleh penginderaan.
Kant masih tetap benar dengan mengatakan bahwa pengetahuan didasarkan pada
pengalaman, tetapi dengan demikian pengalaman harus meliputi baik pengalaman inderawi
maupun pengalaman intuitif.
Hendaknya diingat, intusionisme tidak mengingkati nilai pengalaman inderawi yang biasa
dan pengetahuan yang disimpulkan darinya. Intusionisme setidak-tidaknya dalam beberapa
bentuk-hanya mengatakan bahwa pengetahuan yang lengkap di peroleh melalui intuisi,
sebagai lawan dari pengetahuan yang nisbi-yang meliputi sebagian saja-yang diberikan oleh
analisis. Ada yang berpendirian bahwa apa yang diberikan oleh indera hanyalah apa yang
menampak belaka, sebagai lawan dari apa yang diberikan oleh intuisi, yaitu kenyataan.
Mereka mengatakan, barang sesuatu tidak pernah merupakan sesuatu seperti yang menampak
kepada kita, dan hanya intuisilah yang dapat menyingkapkan kepada kita keadaanya yang
senyatanya.
e. Dialektis
Yaitu tahap logika yang mengajarkan kaidah-kaidah dan metode penuturan serta
analisis sistematik tentang ide-ide untuk mencapai apa yang terkandung dalam pandangan.
Dalam kehidupan sehari-hari dialektika berarti kecakapan untuk melekukan perdebatan.
Dalam teori pengetahuan ini merupakan bentuk pemikiran yang tidak tersusun dari satu
pikiran tetapi pemikiran itu seperti dalam percakapan, bertolak paling kurang dua kutub.
Metode lain yang dapat digunakan untuk memperoleh pengetahuan filsafat :
a. Metode Analisis.
Metode ini melakukan pemeriksaan secara konseptual atas istilah-istilah yang kita
pergunakan dan pernyataan-pernyataan yang kita buat. Di dalam ilmu pengetahuan alam.
setiap saat kita menyaksikan berbagai macam benda. Dan keberadaanya dapat diketahui
bahwa setiap benda selalu menempati ruang dan waktu tertentu, berbentuk, berbobot dan
berjumlah (volume). Metode analisis mi sering disebut sebagai metode aposteriori karena
bertitik tolak dan segala sesuatu atau pengetahuan yang adanya itu timbul sesudah
pengalaman, agar sampai kepada suatu pengetahuan yang adanya di atas atau di luar
pengalaman sehari-hari.
b. Metode Sintesis.
Sebaliknya, metode mi dibantu dengan peralatan deduktif yang mencoba menjabarkan
sifat-sifat umum yang secara niscaya ada pada segala sesuatu ke dalam hal-hal dan keadaan-
keadaan konkret khusus tertentu. Sifat-sifat umum yang mengenai kejiwaan manusia
misalnya, dapat dijabarkan ke dalam bermacam-macam jenis dan bentuk tingkah laku.
Dalam studi filsafat, kedua metode di atas lebih dipergunakan secara dialektik.
Artinya digunakan secara berkesinambungan dalam suatu rentetan sebab-akibat.

4
Obyek Pengetahuan Filsafat
Pada dasarnya setiap ilmu mempunyai dua macam obyek, yaitu obyek material dan obyek
formal. Obyek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan, seperti tubuh
adalah obyek material ilmu kedokteran. Adapun obyek formalnya adalah metode untuk
memahami obyek material tersebut, seperti pendekatan induktif dan deduktif.
Filsafat sebagai proses berfikir yang sistematis dan radikal juga memiliki obyek material
dan obyek formal. Obyek material filsafat adalah segala yang ada, baik mencakup ada yang
tampak maupun ada yang tidak tampak. Ada yang tampak adalah dunia empiris, sedang ada
yang tidak tampak adalah alam metafisika. Sebagian filosuf membagi obyek material filsafat
atas tiga bagian, yaitu: yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam alam pikiran, dan yang
ada dalam kemungkinan. Adapun obyek formal filsafat adalah sudut pandang yang
menyeluruh, radikal, dan rasional tentang segala yang ada.
D. Aksiologi Pengetahuan Filsafat
Aksiologi filsafat adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai secara umum.
Dalam hal ini ilmu dapat dimanfaatkan sebagai sarana atau alat dalam meningkatkan taraf
hidup manusia dengan memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, dan kelestarian
atau keseimbangan alam.
Untuk melihat kegunaan filsafat dapat dilihat pada tiga hal, yaitu:
1. Filsafat sebagai kumpulan teori
Filsafat berisi kumpulan teori-teori yang di bahas secara luas dan mendalam. Teori-teori
yang di kemukakan oleh filsuf dapat dijadikan acuan bagi pemecahan masalah-masalah
berikutnya. Teori-teori tersebut telah teruji secara ilmiah yang bersifat empiris, logis dan
sistematis.
2. Filsafat sebagai metode pemecahan masalah
Kegunaan filsafat ialah sebagai metode dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah
bahkan sebagai metode dalam memandang dunia. Sesuai sifatnya, filsafat menyelesaikan
masalah secara mendalam dan universal. Mendalam berarti mencari asal masalah dan
universal berarti melihat masalah dalam hubungan seluas-luasnya agar dapat diselesaikan
secara efektif
3. Filsafat sebagai pandangan hidup
Kali ini dengan topik dan cara orang umum menilai dan netralisasi filsafat. Terdapat tiga
cara orang menilai yaitu menilai berdasarkan ketidaktahuan, menilai dengan pendapat
sebagai ukuran dan menilai dengan menggunakan pendapat pakar sebagai alat ukur. Cara
yang terbaik adalah yang ketiga yaitu mempelajari secara luas dan mendalam, lantas
mengemukakan pendapat berdasarkan pendapat pakar.
Mengenai netralitas filsafat dijelaskan bahwa terdapat kemungkinan netralnya filsafat
yaitu pada logika. Untuk membuktikannya adalah dengan menganggap logika esensinya
sama dengan matematika. Jika matematika netral, logika juga netral.
Kegunaan lain dari pengetahuan filsafat :
1. Kegunaan filsafat sebagai akidah
Akidah seorang muslim haruslah kuat, dengan kuat akidah akan kuat pula
keislamannya secara keseluruhan. Untuk memperkuatnya diperlukan untuk mengamalkan
keseluruhan ajaran Islam secara sungguh-sungguh dan mempertajam pengetahuan islam
sendiri. Namun dapatkah filsafat memperkuat pemahaman kita tentang Tuhan ? Kant
menyatakan bahwa Tuhan tidak dapat dipahami melalui akal, Tuhan dapat dipahami melalui
suara hati yang disebut moral. Menurut kant akal teoritis tidak melarang kita mempercayai
tuhan, kesadaran moral kita memerintahkan untuk mempercayaiNya.
2. Kegunaan filsafat bagi Hukum
Hukum Islami yang dijadikan aturan beramal ada di dalam fiqih sebagai kumpulan
hukum yang dibuat berdasarkan kaidah-kaidah hukum yang digunakan untuk menetapkan

5
hukum tersebut. Ternyata kaidah-kaidah pembuatan hukum (ushul fiqih) itu dibuat
berdasarkan teori-teori filsafat. Jadi memang benar filsafat sebagai metodologi berguna bagi
pengembangan hukum dalam hal ini hukum Islami.
3. Kegunaan Filsafat bagi Bahasa.
Bahasa berfungsi sebagai alat untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran. Tatkala
bahasa berfungsi sebagai alat berfikir ilmiah, muncul problem yang serius dan ini
diselesaikan antara lain dengan bantuan filsafat. Bahasa sering tidak mampu membebaskan
diri dari gangguan pemakainya, kerusakan bahasa tersebut biasanya disebabkan oleh tidak
digunakannya kaidah logika, logika itu filsafat. Kekeliruan dalam berbahasa melahirkan
kekeliruan dalam berfikir. Untuk itu filsafat sangat berperan dalam menentukan kualitas
bahasa. Tanpa peran serta filsafat (logika) kekeliruan dalam bahasa tidak mungkin dapat
diperbaiki.

Kesimpulan
1. Filsafat ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam tentang sesuatu sampai ke
akar-akarnya
2. Ontologi pengetahuan filsafat : filsafat dapat dijabarkan dari perkataan philosophia kata
philos berarti cinta, dan kata shopos berarti kebijaksanaan atau pengetahuan yang
mendalam. Perkataan ini berasal dari bahasa Yunani yang berarti cinta akan
kebijaksanaan ( love of wisdom ). Jadi sudut praktis yang sesungguhnya dari barang-
barang, mengenai arti dan nilai hidup itu, arti dan nilai manusia itu.
3. Epistemologi pengetahuan filsafat : teori pengetahuan yang berhubungan dengan hakikat
dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung
jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia
4. Aksiologi filsafat adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai secara umum.
Dalam hal ini ilmu dapat dimanfaatkan sebagai sarana atau alat dalam meningkatkan taraf
hidup manusia dengan memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, dan kelestarian
atau keseimbangan alam

DAFTAR PUSTAKA
Mudyahardjo, Redja. 2001. Filsafat Ilmu Pendidikan: Suatu Pengantar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Surajiyo. 2010. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara
Bahtiar, Amsal. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo
Burhanuddin, Salam.2003.Pengantar Filsafat.Jakarta:PT Bumi Aksara

________________

Oleh:
1. Athari Isep Hanani
2. Erma Ardiyani
3. Irma Nurfitri Steviana
4. Muhammad Nasirin
5. Sigit Ainun Nazib
6. Ulfiya Cahayani

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu dengan dosen pengampu Afid
Burhanuddin, M.Pd.

Anda mungkin juga menyukai