Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh

terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat.

Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan syaraf pusat terdapat

sistem aktivasi (bersifat simpatis) dan inhibisi (parasimpatis). Istilah kelelahan

biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi

semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja

serta ketahanan tubuh. Kelelahan diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu kelelahan

otot dan kelelahan umum. Kelelahan otot adalah kelelahan tremor pada otot atau

rasa nyeri pada otot. Sedangkan kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya

kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena monotoni, intensitas dan

lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan sebab-sebab mental, status kesehatan dan

keadaan gizi (Tarawaka, 2015)

Faktor penyebab kelelahan kerja ditempat kerja yaitu waktu kerja,

penjadwalan dan perencanaan, waktu istirahat yang tidak memadai, lamanya

waktu terjaga, waktu pemulihan cukup antara shift, insentif pembayaran yang

dapat menyebabkan bekerja shift lagi, kondisi lingkungan, jenis pekerjaan yang

dilakukan, tuntutan pekerjaan yang dilakukan (misalnya, jangka waktu, tenggang

waktu dan intensitas), budaya organisasi, kehidupan sosial, waktu tempuh, dan

kesehatan serta kesejahteraan (misalnya, gizi, diet, olahraga, nyeri, dan penyakit)

(Kuswana, 2016)

1
Selain faktor penyebab kelelahan kerja diatas banyak dijumpai faktor

penyebab lain ditempat kerja. Hal tersebut dibuktikan dari beberapa hasil

penelitian yang menyimpulkan faktor yang berhubungan dengan penyebab

kelelahan kerja pada pekerja. Hasil penelitian yang dilakukan ahmad dan

amanatun (2015) mengenai beban kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja

industri keripik melinjo di desa benda indramayu dengan jumlah sampel 30

pekerja, diketahui bahwa hasil analisis responden yang mengalami beban kerja

ringan terdapat 15 pekerja (50%) yang merasa tidak lelah dan pekerja 5 pekerja

(16,7%) merasa lelah, dan beban kerja berat terdapat 2 pekerja (6,7%) merasa

tidak lelah dan 8 pekerja (26,7%) merasa lelah. Hasil penelitian menunjukan

bahwa ada hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja dan

didapatkan hasil nilai p-value sebesar 0,004.

Penelitian yang dilakukan oleh Sakinah, dkk (2013) tentang hubungan

beban kerja dan waktu kerja dengan kelelahan kerja pada tenaga kerja di Industri

pembuatan batubata kelurahan Tangkit kabupaten Muaro Jambi tahun 2012

dengan jumlah sampel sebanyak 45 orang, berdasarkan uji statistik yang

dilakukan diketahui bahwa responden dengan jam tidak sesuai mengalami

kelelahan ringan sebanyak 4 orang (15,4%), kelelahan menengah sebanyak 11

orang (42,3%), dan kelelahan berat sebanyak 11 orang (42,3%). Dan responden

dengan jam kerja sesuai mengalami kelelahan ringan sebanyak 9 orang (47,4%),

kelelahan menengah sebanyak 3 orang (15,8%), dan kelelahan berat sebanyak 7

orang (36,8%). Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara waktu

kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja dan didapatkan p-value sebesar 0,04.

2
Penelitian yang dilakukan oleh Tasmi dkk (2015) tentang hubungan status

gizi dan asupan energi dengan kelelahan kerja pada pekerja di PT. Perkebunan

Nusantara I pabrik kelapa sawit pulau tiga tahun 2015 dengan jumlah sampel

sebanyak 61 orang, diketahui bahwa responden dengan status gizi kurang yang

mengalami lelah ringan adalah sebanyak 4 orang (6,6%), lelah sedang sebanyak

16 orang (26,2%)dan lelah berat sebanyak 8 orang (13,1%). Dan responden

dengan status gizi normal yang mengalami lelah ringan adalah sebanyak 7 orang

(11,5%), lelah sedang sebanyak 11 orang (18,0%) dan lelah berat sebanyak 4

orang (6,6%). Dan responden dengan status gizi lebih yang mengalami lelah

ringan adalah sebanyak 7 orang (11,5%), lelah sedang sebanyak 4 orang (6,6%)

dan lelah berat sebanyak 0 orang (0%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada

hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja pada pekerja di PTPN 1I PKS

pulau tiga tahun 2015 dengan p-value sebesar 0,002.

Berdasarkan survey awal dan wawancara yang sudah dilakukan terhadap 4

orang pemilik usaha kilang padi yang ada di Kutacane, Aceh Tenggara yaitu

kilang padi Nacara, Mitra Usaha, Usaha Tani dan kilang padi Makmur bahwa

kilang padi yang mereka kelola merupakan industri kelas menengah. Kilang padi

memproses padi menjadi beras pangan. Kilang padi yang mereka kelola telah

berjalan selama kurang lebih 15 tahun dengan jumlah pekerja sebanyak kurang

lebih 40 orang dan masing-masing kilang padi memiliki pekerja sekitar 8 - 12

orang pekerja. Proses kerja pada kilang padi ini yaitu menyangkut padi dari rumah

warga atau dari sawah dengan cara menyorong atau memundak kemudian

ditimbang lalu dinaikan ke mobil truk atau mobil angkutan barang, setelah muatan

3
mobil angkutan barangnya penuh lalu membawanya ke kilang padi lalu

memindahkan padi ke gudang penyimpanan padi. Setelah padi dipindahkan

selanjutnya dilakukan proses penjemuran padi sampai padi kering dan kemudian

dimasukan kekarung/goni sebelum digiling untuk memudahkan memasukan padi

ke bak mesin penggiling (huller). Proses selanjutnya pengemasan beras atau

pengkarungan beras yang sudah di giling dengan berat 15kg - 30 kg beras lalu

dipindahkan ke tempat penyimpanan beras.

Berdasarkan wawancara terhadap 10 orang pekerja mengatakan bahwa

pekerja memulai pekerjaan mulai pukul 08.00 wib sampai dengan pukul 18.00

wib dengan waktu istirahat 2 jam yaitu pukul 11.30 wib 12.30 wib dan pukul

15.00 wib 16.00 wib. Hari kerja para pekerja dimulai dari hari senin sampai

sabtu dengan rata-rata waktu kerja 8 jam per hari. Hal ini dapat meningkatan

terjadinya tingkat kelelahan kerja karena tidak sesuai dengan UU RI No.13 Tahun

2003 tentang ketenagakerjaan mengenai waktu kerja yang ditetapkan dengan lama

kerja 8 jam perhari.

Hasil survey awal dan wawancara yang dilakukan terhadap pekerja 10

didapati hasil bahwa beban kerja dengan metode pengukuran tidak langsung yaitu

dengan menghitung denyut nadi selama kerja diketahui bahwa beban kerja yang

dialami pekerja tergolong kategori sangat berat karena 7 dari 10 pekerja memiliki

laju denyut jantung/nadi 150 denyut/menit sampai 175 denyut/menit. Dengan

semakin tinggi beban kerja yang dialami pekerja maka akan mempersingkat

waktu kemampuan tenaga kerja (menimbulkan kelelahan). Hal tersebut

4
disebabkan oleh berat padi yang dipikul seorang pekerja yaitu 80 kg sampai 100

kg.

Hasil pengukuran kuesioner kelelahan subyektif yang telah diisi responden

atau pekerja diketahui bahwa yang kategori sering merasakan perasaan berat

kepala sebanyak 6 orang dan 4 orang mengatakan kadang-kadang mersakannya,

kategori sering merasakan perasaan lelah pada seluruh badan sebanyak 8 orang

dan 2 orang mengatakan kategori kadang-kadang merasakannya, kategori seing

merasakan kaku dibagian bahu sebanyak 6 orang dan 4 orang kategori kadang-

kadang merasakanyaa, kategori sering mengalami nyeri punggung sebanyak 7

orang dan 3 orang kategori kadang-kadang merasakannya, kategori sering

merasakan mengantuk saat bekerja sebanyak 3 orang dan 7 orang mengatakan

kategori kadang-kadang merasakannya, kategori sering merasakan perasaan sulit

mengontrol sikap sebanyak 7 orang dan 3 orang kategori kadang-kadang

merasaknnya, kategori sering merasakan sulit memusatkan perhatian sebanyak 1

orang dan 4 orang mengatakan kategori kadang-kadang mersakannya, kategori

sering merasakan sesak nafas saat bekerja sebanyak 3 orang dan 5 orang kategori

kadang-kadang merasakannya, kategori sering merasakan berat dikaki sebanyak 4

orang dan 6 orang mengatakan kategori kadang-kadang merasakannya. Untuk

mengatasi kelelahan kerja yang terjadi, pekerja melakukan pergantian bidang

kerja dengan pekerja lain dan istirahat 5 menit setelah 1 jam kerja. Dari hasil

analisis pada kuesioner kelelahan kerja subyektif yang telah diisi ke 10 orang

pekerja tersebut diketahuihasilnya termasuk kategori kelelahan sedang dan

dibutuhkan tindakan perbaikan dikemudian hari.

5
Penilaian status gizi berdasarkan pengukuran IMT terhadap 10 pekerja, 3

pekerja termasuk kategori kurus, 6 pekerja termasuk kategori normal dan 1

pekerja termasuk kategori gemuk. Berkaitan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Tasmi, dkk dengan adanya pekerja dengan IMT kategori kurus atau disebut

gizi kurang disimpulkan bahwa semakin buruk gizi seseorang pekerja semakin

tinggi perasaan lelah dikarenakan beban kerja yang mereka kerjakan yaitu

mengangkut padi dari sawah dan rumah warga ke mobil truk dan

memindahkannya kekilang serta juga melakukan penjemuran dikilang padi

dengan rata-rata berat padi berkisar 80 kg keatas per karung/goni.

Berdasarkan fakta dan penjabaran di atas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Kelelahan Kerja pada Pekerja Kilang Padi di Kutacane, Aceh Tenggara Tahun

2017.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka dapat dirumuskan masalah yang

akan diteliti yaitu apakah ada hubungan antara beban kerja, waktu kerja, status

gizi yang mempunyai hubungan terhadap kejadian kelelahan kerja pada pekerja

kilang padi di Kutacane, Aceh Tenggara tahun 2017.

6
1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan kelelahan kerja pada pekerja kilang padi di Kutacane, Aceh

Tenggara tahun 2017.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan beban kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja

kilang padi di Kutacane, Aceh Tenggara tahun 2017.

2. Untuk mengetahui hubungan waktu kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja

kilang padi di Kutacane, Aceh Tenggara tahun 2017.

3. Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kelelahan kerja pada pekerja

kilang padi di Kutacane, Aceh Tenggara tahun 2017.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka

meningkatkan upaya pencegahan kelelahan kerja pada pekerja kilang padi di

wilayah penelitian.

1.4.2. Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi nyata dalam

meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat pekerja khususnya pada wilayah

penelitian.

7
1.4.3. Bagi Akademik

Dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan

pengetahuan masyarakat khususnya di Universitas Prima Indonesia di bidang

kesehatan dan keselamatan kerja, disamping itu juga dapat dijadikan bahan

rujukan bagi penelitian selanjutnya.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Penggiling Padi

Penggilingan padi adalah setiap perusahaan yang digerakkan dengan

tenaga motor penggerak (mesin huller) dan ditujukan serta digunakan mengolah

padi/gabah menjadi beras sosoh. Beras adalah hasil utama dari proses

penggilingan gabah sosoh tanaman padi (Oryza sativa l.) yang seluruh lapisan

sekamnya terkelupas dan seluruh atau sebagian lembaga dan lapisan bekaulnya

telah dipisahkan (Peraturan Menteri Pertanian, 2007).

Proses kerja pada kilang padi memiliki beberapa tahapan sebelum gabah

diolah menjadi menjadi beras, yaitu sebagai berikut :

1. Pengangkutan padi

Gambar 2.1. Proses Pengangkutan Padi

Pada tahap pertama sebelum padi diolah menjadi beras, pekerja melakukan

pekerjaan yaitu mengangkut padi dari rumah-rumah warga atau juga dari sawah

9
langsung ke mobil pengangkut. Proses kerja yang dilakukan pekerja yaitu

menyorong padi dari rumah warga atau mengangkat langsung seperti memundak

padi yang sudah dikarungi kemudian ditimbang sebelum dinaikkan ke mobil

angkutan barang. Berat padi yang dibawa pekerja pergoni bisa mencapai 80 kg

100 kg.

2. Pemindahan Padi

Gambar 2.2. Proses Pemidahan Padi

Padi yang sudah diangkut pekerja dari rumah warga atau sawah kemudian

dibawa kekilang lalu diturunkan kemudian dipindahkan kepenyimpanan padi

sebelum dilakukan proses penjemuran dengan cuaca yang cerah.

10
3. Penjemuran Padi

Gambar 2.3. Proses Penjemuran Padi

Setelah cuaca baik atau cerah padi yang diangkut sebelumnya atau yang

disimpang digudang penyimpanan padi kemudian dijemur kering supaya pada

proses penggilingan mendapat kualitas beras bagus dan super. Pada proses ini

pekerja mengangkat padi dari gudang penjemuran lalu menyerak ke tempat

penjemuran yang sudah disediakan kemudian setiap 1 jam penjemuran padi bolak-

balik atau proses pengaoran seperti pada gambar diatas supaya kering padi merata.

4. Penggiligan padi

Gambar 2.4. Proses Penggilingan Padi

11
Tahap selanjut, padi yang sudah kering dimasukkan kedalam karung lalu

diangkut kedalam bak penngilingan padi untuk diolah menjadi beras. Pada proses

kerjanya padi yang sudah dikarungkan diangkat oleh petugas bagian penggiligan

seperti pada gambar yang tertera diatas. Setelah padi digiling kemudian

menghasilkan beras lalu dikemas kedalam karung beras yang bermuatan 15 kg

30 kg.

5. Penyimpanan Beras

Gambar 2.5. Proses Penyimpanan Beras

Pada tahap terakhir, padi yang sudah digiling menjadi beras dipindahkan

dan disimpan ketempat penyimpanan beras.

1.2. Defenisi Kelelahan

Kata lelah (fatigue) menunjukkan keadaan tubuh fisik dan mental yang

berbeda, tetapi semuanya berakibat pada penurunan daya kerja dan berkurangnya

ketahanan tubuh untuk bekerja (Sumamur, 2013).

12
Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar terhindar dari

kerusakan lebih lanjut sihingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Istilah

kelelahan biasanya mnunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu,

tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas

kerja serta ketahanan tubuh (Tarwaka, 2015).

1.3. Jenis-Jenis Kelelahan

Kelelahan dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu kelelahan otot dan

kelelahan umum (Sumamur, 2013).

1. Kelelahan Otot

Menurut teori kimia secara umum menjelaskan bahwa terjadinya kelelahan

adalah akibat berkurangnya cadangan energi dan meningkatnya sistem

metabolisme sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot, sedangkan perubahan

arus listrik pada otot dan syaraf adalah penyebab sekunder. Menurut teori syaraf

pusat menjelaskan bahwa perubahan kimia merupakan penunjang proses.

Perubahan kimia yang terjadi mengakibatkan dihantarkannya rangsangan syaraf

melalui syaraf sensoris ke otak yang disadari sebagai kelelahan otot. Rangsangan

aferen ini menghambat pusat-pusat otak dan mengendalikan gerakan sehingga

frekuensi potensial kegiatan pada sel syaraf menjadi berkurang. Berkurangnya

frekuensi tersebut akan menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dan

gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat. Dengan demikian semakin lambat

gerakan seseorang akan menunjukkan semakin lelah kondisi otot seseorang

(Tarwaka, 2015).

13
2. Kelelahan Umum

Kelelahan umum ditunjukkan oleh hilangnya kemauan untuk bekerja,

yang penyebabnya adalah keadaan persarafan sentral atau kondisi psikis-

psikologis. Akar masalah kelelahan umum adalah monotoninya pekerjaan,

intensitas dan lamanya kerja mental dan fisik yang tidak sejalan dengan kehendak

tenaga kerja yang bersangkutan, keadaan lingkungan yang berbeda dari estimasi

semula, tidak jelasnya tanggungjawab, kekhawatiran yang mendalam dan konflik

batin serta kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja. Pengaruh dari keadaan

yang menjadi sebab kelelahan tersebut seperti terkumpul dalam tubuh dan

mengakibatkan perasaan lelah. Perasaan lelah demikian yang berkadar tinggi

dapat menyebabkan seseorang tidak mampu lagi bekerja sehingga berhenti

sebagaimana halnya kelelahan fisiologis yang mengakibatkan tenaga kerja yang

bekerja fisik menghentikan kegiatannya oleh karena merasa lelah bahkan

bersangkutan tertidur oleh karena kelelahan (Sumamur, 2013).

Kelelahan kerja pada pekerja kilang padi termasuk jenis kelelahan umum

yang disebabkan oleh monotoninya pekerjaan, intensitas dan lamanya kerja

mental dan fisik.

2.4. Gejala Kelelahan

Kelelahan mudah dicegah atau ditiadakan dengan berhenti bekerja dan

beristirahat. Jika tenaga mulai merasa lelah dan tetap ia dipaksa untuk terus

bekerja, kelelahan akan semakin bertambah dan kondisi lelah demikian sangat

mengganggu kelancaran pekerja dan juga berefek buruk kepada tenaga kerja yang

14
bersangkutan (Sumamur, 2013). Suatu gejala atau perasaan atau tanda kelelahan

dapat diketahui apabila :

1. Perasaan berat dikepala,

2. Menjadi lelah seluruh badan,

3. Kaki merasa berat,

4. Menguap,

5. Merasa kacau pikiran,

6. Mengantuk,

7. Merasa berat pada mata,

8. Kaku dan canggung dalam gerakan,

9. Tidak seimbang dalam berdiri,

10. Mau berbaring,

11. Merasa susah berfikir,

12. Lelah bicara,

13. Gugup,

14. Tidak dapat berkonsentrasi,

15. Tidak dapat memfokuskan perhatian terhadap sesuatu,

16. Cenderung untuk lupa,

17. Kurang percaya diri,

18. Cemas terhadap sesuatu,

19. Tidak dapat mengontrol sikap,

20. Tidak dapat tekun dalam melakukan pekerjaan,

21. Sakit kepala,

15
22. Kekakuan di bahu,

23. Merasa nyeri di punggung,

24. Merasa pernafasan tertekan,

25. Merasa haus,

26. Suara serak,

27. Merasa pening,

28. Spasme kelopak mata,

29. Tremor pada anggota badan,

30. Merasa kurang sehat.

Gejala perasaan atau tanda kelelahan 1-10 menunjukkan melemahnya

kegiatan 11-20 menunjukkan melemahnya motivasi dan 20-30 gambaran

kelelahan fisik sebagai akibat dari keadaan umum yang melelahkan (Sumamur,

2013).

2.5. Resiko Kelelahan

Annis dan McConville dalam Tarwaka (2015) berpendapat bahwa saat

kebutuhan metabolisme dinamis dan aktivitas melampaui kapasitas energi yang

dihasilkan oleh tenaga kerja, maka interaksi otot akan terpengaruh sehingga

kelelahan sehingga kelelahan seluruh badan terjadi. Reaiko timbul dari efek

kelelahan tersebut :

1. Motivasi kerja turun,

2. Performansi kerja rendah,

3. Kualitas kerja rendah,

16
4. Banyak terjadi kesalahan,

5. Produktivitas kerja rendah,

6. Penyakit akibat kerja,

7. Cedera,

8. Terjadi kecelakaan akibat kerja,

9. Dan lain-lain (Tarwaka, 2015).

2.6. Cara Mengatasi Kelelahan Kerja

1. Sesuai kapasitas kerja fisik,

2. Sesuai kapasitas kerja mental,

3. Redesain stasiun kerja ergonomis,

4. Sikap kerja alamiah,

5. Kerja lebih dinamis,

6. Kerja lebih bervariasi,

7. Redesain lingkungan kerja,

8. Reorganisasi kerja,

9. Kebutuhan kalori seimbang,

10. Istirahat setiap 2 jam kerja dengan sedikit kudapan,

11. Dan lain-lain (Tarwaka, 2015).

17
2.7. Faktor Penyebab Terjadinya Kelelahan Kerja

2.7.1. Beban Kerja

Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban mungkin fisik,

mental dan atau sosial. Seorang tenaga kerja yang secara fisik bekerja berat seperti

halnya buruh bongkar-muat barang dipelabuhan memikul lebih banyak beban

fisik dari pada beban mental atau pun sosial (Sumamur, 2013). Beban kerja

adalah suatu perbedaan antara kapasitas atau kemampuan pekerja dengan tuntutan

pekerjaan yang harus dihadapi. Pada umumnya, tingkat intensitas pembebanan

kerja optimum akan dapat dicapai, apabila tidak ada tekanan dan ketegangan yang

berlebihan baik secara fisik maupun mental. Yang dimaksud dengan tekanan

disini, adalah berkenaan dengan bebebrapa aspek dari aktivitas manusia, tugas-

tugas, organisasi, dan dari lingkungan yang terjadi akibat adanya reaksi individu

pekerja karena tidak mendapatkan keinginan yang sesuai.Sedangkan ketegangan

merupakan konsekuensi logis yang harus diterima oleh individu yang

bersangkutan sebagai akibat dari tekanan yang diterima (Tarwaka, 2015).

Kerja fisik adalah kerja yang memerlukan energi fisik pada otot manusia

yang akan berfungsi sebagai sumber tenaga. Penilaian beban kerja fisik dapat

dilakukan dengan dua metode secara objektif, yaitu metode penilaian langsung

dan metode tidak langsung. Metode pengukuran langsung yaitu dengan mengukur

energi yang dikeluarkan (energy expenditure) melalui asupan oksigen selama

bekerja. Semakin berat beban kerja akan semakin banyak energi yang diperlukan

atau dikonsumsi. Meskipun metode dengan menggunakan asupan oksigen lebih

akurat, namun hanya dapat mengukur untuk waktu kerja yang singkat diperlukan

18
peralatan cukup mahal. Sedangkan metode pengukuran tidak langsung adalah

dengan menghitung denyut nadi selama kerja. Kecepatan denyut jantung/nadi

memiliki hubungan yang sangat erat dengan aktivitas fungsi faal manusia lainnya.

Pengukuran denyut jantung/nadi selama kerja merupakan suatu metode

untuk menilai cardiovascular strain.Pengukuran dilakukan secara manual dengan

stopwatch dengan metode 10 denyut.Teknik pengukuran dimulai dengan menekan

tombol on pada stopwatch pada saat bersamaan dengan denyut pertama dan

mematikan stopwatch tepat pada detak jantung ke 10. Dari pengukuran tersebut

dapat dihitung denyut nadi kerja sebagai berikut :

10 denyut
Denyut Nadi (denyut/menit) = x 60
waktu penghitungan (detik)

Kategori beban kerja kerja berdasarkan laju denyut jantung/nadi :

Denyut Jantung/Nadi (denyut/menit) Tingkat dan Kategori Beban Kerja

75 100 0. Ringan

100 125 1. Sedang

125 150 2. Berat

150 175 3. Sangat berat

> 175 4. Sangat berat sekali

Berat ringannya beban kerja yang diterima oleh seorang tenaga kerja dapat

digunakan untuk menentukan berapa lama seorang tenaga kerja dapat melakukan

aktivitas pekerjaannya sesuai dengan kemampuan dan kapasitas kerja yang

bersangkutan. Dimana semakin berat beban kerja, maka akan semakin pendek

19
waktu kerja seseorang untuk bekerja tanpa kelelahan dan gangguan fisiologis

yang berarti atau sebaliknya (Tarwaka, 2015).

2.7.2. Waktu Kerja

Waktu kerja adalah lamanya seseorang mampu bekerja dengan

baik.Lamanya seseorang bekerja dengan baik dalam sehari pada umumnya 6-10

jam.Sisanya dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga dan masyarakat,

istirahat, tidur, dan lain-lain. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan

lama kerja tersebut biasanya tidak disertai efisiensi, efektifitas dan produktivitas

yang optimal, bahkan biasanya terlihat penurunan kualitas dan hasil kerja serta

bekerja dengan waktu yang berkepanjangan timbul kecenderungan untuk

terjadinya kelelahan, gangguan kesehatan, penyakit dan kecelakaan serta

ketidakpuasan (Sumamur, 2013).

Menurut Undang-Undang RI no. 13 tahun 2003 pasal 77 yaitu

1. Setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja,

2. Waktu kerja sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) meliputi :

a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu

untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu, atau

b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1(satu) minggu

untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.

3. Ketentuan waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku

bagi sektor usaha atau pekerjaan tertentu.

20
4. Ketentuan mengenai waktu kerja pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu

sebagaimana dalam ayat (3) diatur dengan keputusan Menteri (UU No. 13

Tahun 2003).

Untuk menentukan lamanya bekerja seorang tenaga kerja bekerja dengan

tingkat pengerahan tenaga/energy, perlu diperhatikan kenyataan, bahwa

pengerahan tenaga maksimal dengan seluruh kapasitas erobik dapat berlangsung

hanya selama 4 menit, pengerahan tenaga/energy dengan 1/3 x kapasitas erobik

dapat berlangsung 480 menit (8 jam), sedangkan lamanya pengerahan tenaga/

energy pada suatu tingkat tertentu dapat dicari dari suatu grafik yang merupakan

garis linear menggambarkan hubungan antara lamanya bekerja dengan tingkat

pengerahan tenaga kerja dimaksud. Waktu pemulihan yang menunjukkan lamanya

waktu bekerja yang diperlukan untuk beristirahat (Sumamur, 2013).

2.7.3. Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

penggunaan zat-zat gizi. Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan

transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zar-zat yang tidak

digunakan, untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal

dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Setiap zat gizi yang terkandung di

dalam makanan mempunyai fungsi khusus (spesifik) bagi tubuh manusia. Secara

umum, fungsi utama zat gizi dalam makanan bagi tubuh dapat dibedakan menjadi

3 macam yaitu :

1. Sebagai sumber energi (zat pembakar),

2. Untuk pertumbuhan dan pembangunan jaringan tubuh,

21
3. Sebagai pengatur proses di dalam tubuh.

Penilaian status gizi dapat dilakukan melalui IMT (Indeks Massa Tubuh)

yaitu dengan rumus :

Berat Badan (kg)


IMT =
Tinggi Badan (m)x Tinggi Badan (m)

Berdasarkan rumus diatas diambil kesimpulan, batas ambang IMT untuk

Indonesia adalah sebagai berikut :

Kondisi BB Kategori IMT


Kurus sekali Kekurangan berat badan tingkat berat < 17
Kurus Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 18,4
Normal Normal 18,5 25,0

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 27,0


Obesitas Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0

(Tribowo & Pusphadani, 2013).

2.8. Pengukuran Kelelahan

Sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat kelelahan secara

langsung. Pengukuran-pengukuran yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya

hanya berupa indikator yang menunjukkan terjadinya kelelahan akibat kerja.

Grandjean (1993) mengelompokkan metode pengukuran kelelahan dalam

beberapa kelompok sebagai berikut:

1. Kualitas dan Kualitas Kerja

Pada metode ini, kualitas output digambarkan sebagai suatu jumlah proses

kerja (waktu yang digunakan dalam setiap item) atau proses operasi yang

dilakukan setiap unit waktu. Namun demikian banyak factor yang harus

22
dipertimbangkan seperti; target produksi; faktor sosial; dan perilaku psikologis

dalam kerja.Sedangkan kualitas output (kerusakan produk, penolakan produk)

atau frekuensi kecelakaan dapat menggambarkan terjadinya kelelahan, tetapi

faktor tersebut bukanlah merupakan causal factor.

2. Uji Psiko-motor (Psychomotor test)

Pada metode ini melibatkan fungsi persepsi, interprestasi dan reaksi motor.

Salah satu cara dapat digunakan adalah dengan pengukuran waktu reaksi. Waktu

reaksi adalah jangka waktu dan pemberian suatu rangsang sampai kepada suatu

saat kesadaran atau dilaksanakan kegiatan.Dalam uji waktu reaksi dapat

digunakan nyala lampu, denting suara, sentuhan kulit atau goyangan badan.

Terjadinya pemanjangan waktu reaksi merupakan petunjuk adanya pelambatan

pada proses faal syaraf dan otot.

3. Uji hilangnya kelipan (flicker-fusion test)

Dalam kondisi yang lelah, kemampuan tenaga kerja untuk melihat kelipan

akan berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang waktu yang diperlukan

untuk jarak antara dua kelipan. Uji kelipan, di samping untuk mengukur kelelahan

juga menunjukkan keadaan kewaspadaan tenaga kerja.Alat uji hilang kelipan atau

flicker-fusion test.

4. Pengukuran kelelahan secara subjektif (subjective of fatigue)

Subjective self rating dari industrial fatigue research committee (IFRC)

Jepang, merupakan salah satu kuesioner yang dapat untuk mengukur tingkat

kelelahan subjektif. Kuesioner tersebut berisi 30 daftar pertanyaan yang terdiri

dari; 10 pertanyaan tentang pelemahan kegiatan (pertanyaan no. 1 s/d 10); 10

23
pertanyaan tentang pelemahan motivasi (11 s/d 20) dan; 10 pertanyaan tentang

gambaran kelelahan fisik (21 s/d 30). Penilaian kelelahan dengan kuesioner

kelelahan subjektif, yaitu :

No. Daftar Pertanyaan Skoring


0 1 2 3
1 Apakah saudara ada perasaan berat di kepala?
2 Apakah saudara merasa lelah pada seluruh badan?
3 Apakah saudara merasa berat di kaki?
4 Apakah saudara sering menguap pada saat bekerja?
5 Apakah pikiran saudara kacau pada saat bekerja?
6 Apakah saudara merasa mengantuk?
7 Apakah saudara merasa ada beban pada bagian mata?
8 Apakah gerakan saudara terasa canggung dan kaku?
9 Apakah saudara merasakan pada saat berdiri tidak stabil?
10 Apakah saudara merasa ingin berbaring?
11 Apakah saudara merasa susah berfikir?
12 Apakah saudara merasa malas untuk berbicara?
13 Apakah saudara merasa gugup?
14 Apakah saudara merasa tidak dapat berkonsentrasi?
15 Apakah saudara merasa sulit memusatkan perhatian?
16 Apakah saudara merasa mudah melupakan sesuatu?
17 Apakah saudara merasa kepercayaan diri berkurang?
18 Apakah saudara merasa cemas?
19 Apakah saudara merasa sulit untuk mengontrol sikap?
20 Apakah saudara merasa tidak tekun dalam pekerjaan?
21 Apakah saudara merasakan sakit dibagian kepala?
22 Apakah saudara merasakan kaku dibagian bahu?
23 Apakah saudara merasakan nyeri dibagian punggung?
24 Apakah saudara merasa sesak nafas?

24
25 Apakah saudara merasa haus?
26 Apakah suara saudara terasa serak?
27 Apakah saudara merasa pening?
28 Apakah saudara merasa ada yang mengganjal di kelopak
mata?
29 Apakah anggota badan saudara merasa gemetar?
30 Apakah saudara merasa kurang sehat?
Jumlah Skor Pada Masing-Masing Kolom :
Total Skor Kelelahan Individu

Keterangan : Skor 0 = tidak pernah merasakan

Skor 1 = kadang-kadang merasakan

Skor 2 = sering merasakan

Skor 3 = sering sekali merasakan.

Selanjutnya setelah melakukan wawancara dan pengisian kuesioner, maka

langkah berikutnya adalah menghitung jumlah skor pada masing-masing kolom

dari ke-30 pertanyaan yang diajukan dan menjumlahkannya menjadi total skor

individu. Berdasarkan desain penilaian kelelahan subjektif dengan menggunakan

4 skala likert tersebutakan diperoleh skor terendah adalah 0 dan skor individu

tertinggi adalah 90.

Klasifikasi tingkat dan kategori kelelahan subjektif berdasarkan total skor

individu :

25
Total skor Tingkat Kategori kelelahan Tindakan perbaikan
kelelahan
0 21 0 Rendah Belum diperlukan adanya
tindakan perbaikan.
22 44 1 Sedang Mungkin diperlukan
tindakan perbaikan
dikemudian hari.
45 67 2 Tinggi Diperlukan tindakan
segera.
68 90 3 Sangat tinggi Diperlukan tindakan
menyeluruh sesegera
mungkin.

(Tarwaka, 2015).

Pada penelitian ini akan menggunakan metode pengukuran kelelahan

secara subjektif, karena jangkauan biaya dan mempersingkat waktu kerja peneliti.

2.9.Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Beban Kerja

Waktu Kerja Kelelahan Kerja

Status Gizi
Skema 2.6. Kerangka Konsep Penelitian.

2.10. Hipotesis Penelitian

1. H0 : Tidak ada hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada

pekerja kilang padi di Kutacane, Aceh Tenggara tahun 2017.

Ha : Ada hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja

kilang padi di Kutacane, Aceh Tenggara tahun 2017.

26
2. H0 : Tidak ada hubungan antara waktu kerja dengan kelelahan kerja pada

pekerja kilang padi di Kutacane, Aceh Tenggara tahun 2017.

Ha : Ada hubungan antara waktu kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja

kilang padi di Kutacane, Aceh Tenggara tahun 2017.

3. H0 : Tidak ada hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja pada

pekerja kilang padi di Kutacane, Aceh Tenggara tahun 2017.

Ha : Ada hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja pada pekerja

kilang padi di Kutacane, Aceh Tenggara tahun 2017.

27
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

3.1.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik Observasionalyaitu penelitian yang

melakukan mencari hubungan antar- variabel. Peneliti berupaya mencari

hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya yaitu dengan

analisis terhadap data (Sastroasmoro, 2011).

3.1.2. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini adalah cross-sectional yaitu peneliti melakukan

observasi atau pengukuran variabel pada satu saat tertentu (Sastroasmoro, 2011).

Observasi atau pengukuran penelitian ini dilakukan dimana variabelindependen

dengan variabel dependen diteliti secara bersamaan untuk mengetahui faktor-

faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada pekerja kilang padi di

Kutacane, Aceh Tenggarah Tahun 2017.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di 4 (empat) kilang padi di Kutacane,

Aceh Tenggarah yaitu kilang padi Nacara, Mitra Usaha, Usaha Tani dan kilang

padi Makmur. Alasan pemilihan lokasi ini karena :

28
a. Belum pernah diadakan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan

dengan kelelahan kerja pada pekerja kilang padi.

b. Jumlah sampel yang dibutuhkan mencukupi untuk dijaikansebagai objek

penelitian.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan agustus 2017.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2011), populasi dalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pekerja yang berada di 4 (empat) kilang

padi yaitu kilang padi Nacara, Mitra Usaha, Usaha Tani dan kilang padi Makmur

sebanyak 40 orang.

3.3.2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 2011). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi

sebanyak 40 orang (total sampling)yaitu :

1. Kilang padi Nacara : jumlah pekerja sebanyak 12 orang.

2. Kilang padi Mitra Usaha : jumlah pekerja sebanyak 10 orang.

3. Kilang padi Usaha Tani : jumlah pekerja sebanyak 10 orang.

4. Kilang padi Makmur : jumlah pekerja sebanyak 8 orang.

29
3.4. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder, sebagai

berikut :

3.4.1. Data Primer

Data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti, atau data yang diukur

langsung oleh peneliti dari objek pengamatan melalui Kuesioner yaitu :

1. Identitas Responden

Untuk mengetahui status gizi pekerja melalui IMT dengan pengukuran

berat badan berdasarkan timbangan berat badan dan tinggi badan berdasarkan

meteran tinggi badan.

2. Pertanyaan Umum

Pertanyaan ini berisikan tentang lama kerja dan waktu istirahat untuk

mengetahui waktu kerja atau lama kerja dalam sehari.

3. Kecepatan Laju Denyut Jantung/Nadi

Untuk mengetahui beban kerja yang dialami pekerja dengan menghitung

laju denyut nadi selama bekerja dengan stopwatch dengan metode 10 denyut.

4. Kuesioner Kelelahan Subyektif

Dilakukan pengisian kuesioner yang telah disediakan terhadap responden

untuk mengetahui tingkat kelelahan yang dialami.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang ada di kilang padi Kutacane, Aceh

Tenggara yang berkaitan dengan jumlah pekerja dan data-data lainnya yang

berkaitan dengan penelitian ini.

30
3.5. Defenisi Operasional Variabel

Defenisi operasional dan aspek pengukuran variabel penelitian adalah

sebagai berikut :

Tabel 3.1. Defenisi Operasional Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan


Kelelahan Kerja pada Pekerja Kilang Padi di Kutacane, Aceh
Tenggara tahun 2017.

No Variabel Defenisi Parameter Alat ukur Skala Hasil Ukur


Operasional
A. Independen
1. Beban Beban yang Kecepatan stopwatch Ordinal a. Ringan bila laju
kerja ditanggung denyut dengan denyut
pekerja sesuai jantung. metode 10 jantung/nadi
dengan jenis denyut (denyut/menit)
pekerjaannya. dan 75-100 (kode
kuesioner. 0).
b. Sedang bila
laju denyut
jantung/nadi
(denyut/menit)
100-125 (kode
1).
c. Berat bila laju
denyut
jantung/nadi
(denyut/menit)
125-150 (kode
2).
d. Sangat berat
bila laju denyut
jantung/nadi
(denyut/menit)
150-175 (kode
3).
e. Sangat berat
sekali bila laju
denyut
jantung/nadi

31
(denyut/menit)
> 175 (kode 4).
2. Lama kerja Waktu yang 1.Lama jika Kuesioner Rasio a. Lama (kode 1)
digunakan 8 jam b. Tidak lama
pekerja selama kerja (kode 2)
bekerja dalam sehari.
sehari. 2.Tidak lama
jika 8 jam
kerja
sehari.
3. Gizi kerja Keadaan gizi 1.Berat Badan Timbanga Interval a. Kurus sekali
pekerja yang 2. Umur n berat (kode 1)
diukur melalui 3. Tinggi badan dan b. Kurus (kode 2)
indeks massa Badan meteran c. Normal (kode
tubuh. tinggi 3)
badan dan d. Gemuk (kode 4)
kuesioner. e. Obesitas (kode
5)
B. Dependen
1. Kelelahan Penurunan 1. Rendah Pengisian Interval a. Kelelahan
kerja daya tahan jika skor kuesioner rendah (kode
tubuh saat individu 0 kelelahan 0)
bekerja 21 subyektif b. Kelelahan
2. Sedang jika sedang (kode
skor 1)
individu 22 c. Kelelahan
44 tinggi (kode 2)
3. Tinggi jika d. Kelelahan
skor sangat tinggi
individu 45 (kode 3)
67
4. Sangat
tinggi jika
skor
individu
68 90

32
3.6. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Beban Kerja

Beban kerja adalah suatu perbedaan antara kapasitas atau kemampuan

pekerja dengan tuntutan pekerjaan yang harus dihadapi (Tarwaka, 2015). Beban

kerja dapat diukur dengan metode pengukuran tidak langsung yaitu dengan

menghitung denyut nadi selama kerja. Hasil pengukuran pada metode ini dapat

dikelompokkan menjadi 5, yaitu :

a. Ringan bila laju denyut jantung/nadi (denyut/menit) 75-100 (kode 0).

b. Sedang bila laju denyut jantung/nadi (denyut/menit) 100-125 (kode 1).

c. Berat bila laju denyut jantung/nadi (denyut/menit) 125-150 (kode 2).

d. Sangat berat bila laju denyut jantung/nadi (denyut/menit) 150-175 (kode 3).

e. Sangat berat sekali bila laju denyut jantung/nadi (denyut/menit) > 175 (kode

4).

2. Lama Kerja

Waktu kerja adalah lamanya seseorang mampu bekerja dengan baik

(Sumamur, 2013). Menurut Undang-Undang RI no. 13 tahun 2003 pasal 77

a. Lama, apabila responden bekerja 8 jam dalam sehari (kode 1).

b. Tidak lama, apabila responden bekerja 8 jam kerja (kode 2).

3. Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan melalui batas ambang IMT (Indeks

Massa Tubuh) yaitu dengan rumus :

a. Kurus sekali jika IMT responden < 17 (kode 1).

33
b. Kurus jika IMT responden 17,0 18,4 (kode 2).

c. Normal jika IMT responden 18,5 25,0 (kode 3).

d. Gemuk jika IMT responden25,1 27,0 (kode 4).

e. Obesitas jika IMT responden > 27,0 (kode 5).

4. Kelelahan kerja

Kata lelah (fatigue) menunjukkan keadaan tubuh fisik dan mental yang

berbeda, tetapi semuanya berakibat pada penurunan daya kerja dan berkurangnya

ketahanan tubuh untuk bekerja (Sumamur, 2013). Kelelahan kerja dapat

dikelompokkan menjadi 4 (empat), yaitu :

a. Kelelahan rendah (kode 0)

Apabila hasil pengisian kuesioner kelelahan subyektif menunjukkan hasil

skor 0 21.

b. Kelelahan sedang (kode 1)

Apabila hasil pengisian kuesioner kelelahan subyektif menunjukkan hasil

skor 22 44.

c. Kelelahan tinggi (kode 2)

Apabila hasil pengisian kuesioner kelelahan subyektif menunjukkan hasil

skor 45 67.

d. Kelelahan sangat tinggi (kode 3)

Apabila hasil pengisian kuesioner kelelahan subyektif menunjukkan hasil

skor 68 90.

34
3.7. Metode Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2010) pengolahan data dilakukan dengan beberapa

tahapan, yaitu:

1. Editing (Pemeriksaan Data)

Dilakukan pengecekan data yang terkumpul, bila terdapat kesalahan dan

kekurangan pada pengumpulan data maka akan diperbaiki dengan

pendataan ulang.

2. Coding (Pemberian Tanda)

Pengolahan data dengan cara pemberian kode atau tanda pada setiap data

yang telah dikumpulkan untuk mempermudah memasukkan data kedalam

tabel.

3. Tabulating (Penyusunan Data)

Mengolah data kedalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk

mempermudah analisa data, pengolahan data serta pengambilan

kesimpulan.

4. Scoring (Pemberian Skor/Nilai)

Tahap ini meliputi pemberian nilai pada masing-masing pertanyaan dan

penjumlahan hasil skor.

5. Entry (Pemasukan Data)

Data yang sudah diberikan kode, selanjutnya data dimasukkan atau di

input kedalam computer untuk dilakukan tahapan analisis program SPSS.

35
6. Cleaning (Pembersihan Data)

Merupakan kegiatan pergerakan kembali terhadap data yang sudah

dimasukkan, bila terdapat kesalahan dalam memasukkan data yaitu

melihat distribusi frekuensi dan variabel-variabel yang diteliti.

3.8. Metode Analisa data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan komputer dengan perangkat

lunak statistic SPSS. Adapun model analisis data yang dilakukan adalah sebagai

berikut:

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian

dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi sehingga menghasilkan distribusi

dan presentase dari setiap variabel.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan

variabel independen dan dependen antara faktor yang berhubungan dengan

kelelahan kerja yakni menggunakan uji yaitu Chi-Square (X2) pada tingkat

kepercayaan 95% ( = 0,05). Dasar pengambilan keputusan dapat dilakukan

berdsarkan perbandingan nilai signifikan sebagai berikut :

a. P> 0,05 maka H0 diterima, Ha ditolak.

b. P< 0,05 maka H0 ditolak, Ha diterima.

36

Anda mungkin juga menyukai