Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NIM : 1414142006
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2017
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Hasil Kerja Praktek Balai Besar Veteriner dengan Judul Uji Cemaran
Mikroba Bakteri Escherichia coli terhadap Bahan Pangan Asal Hewan Di
Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) yang disusun oleh :
nama : Maulyda Awwaliyah.P
NIM : 1414142006
telah diperiksa secara seksama oleh Dosen Pembimbing Kerja Praktek, maka dinyatakan
diterima.
Mengetahui
Dosen Pembimbing Kerja Praktek
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 3
1.3 Tujuan ...................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 4
2.1 Cemaran Mikroba .................................................................... 4
2.2 Bahan Pangan Asal Hewan ...................................................... 6
2.3 Escherichia coli ........................................................................ 8
BAB III METODE KERJA .......................................................................... 11
3.1 Waktu dan Tempat ................................................................... 11
3.2 Alat dan Bahan ......................................................................... 11
3.3 Metode Kerja............................................................................ 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 13
4.1 Hasil ................ ........................................................................ 13
4.2 Pembahasan.. ........................................................................ 13
Bab V PENUTUP ............................................................ 16
5.1 Kesimpulan. ..................................................................... 16
5.2 Saran ........................................................................ 17
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai berdasarkan rumusan masalah,
adalah untuk mengetahui tingkat cemaran mikroba pada pangan asal hewan yang ada
di Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(Sumber : www.textbookofbacteriology.net)
Escherichia coli adalah mikroba normal di dalam saluran pencernaan manusia
dan hewan, termasuk sapi. Sapi diketahui sebagai reservoir utama dari Verocytotoxin-
producing Escherichia coli O157, dan merupakan sumber penularan utama dari agen
ini ke manusia. Kebanyakan E.coli tidak berbahaya tetapi beberapa spesies E.coli
seperti tipe O157:H7 dapat mengakibatkan keracunan makanan pada manusia yaitu
diare berdarah karena eksotoksin yang dihasilkan yaitu bernama verotoksin
(Anggraeni, 2012). Strain E. coli O157:H7 penting terkait dengan gejala
haemorrhagic colitis (HC) dan haemolytic uraemic syndrome (HUS) pada manusia.
Sekitar 2-10% kasus infeksi E. coli O157:H7 menyebabkan kematian (Baehaqi, 2014).
Bakteri ini menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan hemoragik kolitik
dan hemolitik uremik. Hemoragik kolitik menyebabkan perut kram yang diikuti diare
berdarah setelah waktu inkubasi 3-8 hari, sedangkan hemolitik uremik menyebabkan
gagal ginjal dan anemia (Fardiaz,1983). Galur E.coli yang dapat menimbulkan
sindroma patogen dapat dibagi menjadi empat kategori yaitu : (a) Enteropathogenic
E.coli (EPEC), (b) Enteroinvasive E.coli (EIEC), (c) Enterotoxigenic E.coli (ETEC),
(d) Enterohemorrhagic E.coli (EHEC) atau dikenal juga dengan E.coli O157:H7.
Semua tipe tersebut berasosiasi dengan foodborne disease (Bhunia A, 2008).
Bahan pangan asal ternak yang telah terkontaminasi bakteri E.coli berarti produk
tersebut berpotensi menjadi rusak dan turun mutunya serta membahayakan kesehatan
manusia yang mengkonsumsinya. Mountney menyatakan bahwa populasi mikroorganisme
yang terdapat pada bahan pangan asal ternak dapat mengakibatkan kerusakan secara
organoleptik seperti terjadi perubahan warna, bau, dan timbulnya lendir pada permukaan
sampel (Taha SR, 2012).
Escherichia coli merupakan mikroflora yang paling mendominasi saluran
pencernaan manusia dan hewan . Bakteri tersebut berpotensi patogenik baik di dalam
maupun di luar saluran pencernaan . Di dalam saluran pencernaan dapat menyebabkan
diare . Di luar saluran pencernaan dapat menginfeksi saluran urinari, dari asimtomatik
sampai urosepsis .Dapat menyebabkan neonatal meningitis,pneumonia dan infeksi pada
permukaan tubuh dan luka . E. coli terdiri dari banyak serotipe, sekitar 160 serotipe .
Berdasarkan sifat antigen virulensi yang dimiliki oleh serotipe E. coli dalam menimbulkan
penyakit, bakteri ini dapat dikelompokkan menjadi enteropatogenik, enterohemorrhagik,
enterotoksigenik, entero-agregatif, enteroinvasif, uropatogenik dan lain-lain . Dosis E. coli
untuk dapat menimbulkan gejala infeksi pada hospes tergantung pada sifat virulensi
tersebut (Soemari, 2001).
BAB III
METODE KERJA
4.1 Hasil
No. Kode Sampel Hasil Uji Jumlah Cemaran SNI
1. A 01 Positif 2,8 102 cfu/gr 1 101 cfu/gr
2. A 02 Positif 3,1 102 cfu/gr 1 101 cfu/gr
3. A 03 Negatif - 1 101 cfu/gr
4. A 04 Positif 2,6 102 cfu/gr 1 101 cfu/gr
4.2 Pembahasan
Pada pengujian cemaran mikroba Escherichia coli, sampel yang digunakan
adalah daging ayam yang pada masing-masing sampel diberi kode sampel. Pengujian
cemaran mikroba Escherichia coli dilakukan selama 3 hari. Pada hari pertama
pengujian, langkah-langkah yang dilakukan yaitu menimbang sampel 25 gr lalu
menambahkan 225 mL Buffered Pepton Water (BPW) kemudian mendistomacher
dengan kecepatan sedang selama 1-2 menit dan diperoleh larutan dengan pengenceran
101 . Selanjutnya dibuat pengenceran sampel 102 dan 103 dan seterusnya dan
dihomogenkan menggunakan vortex dan diambil masing-masing 1 mL dari setiap
pengenceran (101 - 103 ) menggunakan mikropipet dan memindahkan ke tabung
Lauryl Tryptose Broth (LTB) yang berisi tabng durham. Untuk selaanjutnya di
inkubasi pada suhu 35 selama 24-48 jam.
Selanjutnya pada hari kedua pengujian dilakukan pengamatan terhadap sampel
dengan cara mengamati pembentukan gas. Biakan yang positif Escherichia coli
dipindahkan ke E.coli Broth (ECB) dan diinkubasi selama 24 2 jam pada waterbath
dengan suhu 45,5. Biakan yang hasilnya negatif (tidak terbentuk gas) inkubasikan
kembali selama 48 2 jam. Jika hasilnya positif (terbantuk gas) memindahkan dengan
streak/gores ke media Levine Eosin Methylen Blue Agar (L-EMBA) kemudian
menginkubasi selama 18-24 jam pada suhu 35.
Hari ketiga pengujian masuk pada tahap penegasan koloni Escherichia coli.
Koloni yang diduga E.coli berdiameter 2-3 mm, berwarna hitam atau gelap pada
bagian pusat koloni, dengan atau tanpa metalik kehijauan yang mengikat pada media
Levine Eosin Methylen Blue Agar (L-EMBA).
Dari hasil pengujian dapat dilihat bahwa dari 4 sampel yang diujikan, 3 sampel
dinyatakan positif tercemar bakteri Escherichia coli. Hasil yang positif semuanya
melebihi ambang batas yang telah ditetapkan oleh SNI, nilai cemaran Escherichia
coli terendah yaitu 2,6 x 102 cfu/gr dan nilai tertinggi cemaran yaitu 3,1 x 102 cfu/gr.
Adapun nilai ambang batas untuk cemaran mikroba Escherichia coli berdasarkan
Standar Nasional Indonesia SNI 01-7388-2009 tentang batas maksimum cemaran
mikroba yang diijinkan atau direkomendasikan dapat diterima dalam bahan makanan
asal hewan adalah 1 x 102 cfu/gr.
Pencemaran mikroba pada bahan pangan merupakan hasil kontaminasi langsung
atau tidak langsung dengan sumber-sumber pencemar mikroba, seperti air, debu,
udara, tanah, dan alat-alat pengolah baik yang terjadi selama proses produksi atau
penyiapan. Untuk meminimalkan jumlah bakteri sebaiknya cara pengangkutan yang
benar seharusnya menggunakan kendaraan berpendingin atau cooler box agar bakteri
tidak berkembang (BPOM RI, 2008).
Kontaminasi mikroba pada daging dimulai sejak berhentinya peredaran darah
pada saat penyembelihan, terutama apabila alat-alat yang dipergunakan untuk
pengeluaran darah tidak steril. Kontaminasi selanjutnya dapat terjadi melalui
permukaan daging selama persiapan daging, pemotongan karkas atau daging,
pembuatan produk daging olahan, pengepakan, penyimpanan, dan distribusi. Jadi,
segala sesuatu yang dapat kontak dengan daging secara langsung atau tidak
langsung, bisa merupakan sumber kontaminasi mikroba (Soeparno, 2009).
Kontaminasi yang tinggi dari Escherichia coli pada daging ayam berhubungan
erat dengan rendahnya kesadaran akan kebersihan sanitasi dan higienis dalam proses
penyajian dan penanganan terhadap daging. Proses penyajian daging ayam, utamanya
di pasar juga kurang memperhatikan aspek sanitasi dan higiene, karena daging yang
dipersiapkan untuk dijual oleh pedagang tidak ditutup dan disimpan dalam suhu
kamar (tidak pada suhu dingin), dan akibat dari suhu penyimpanan ini akan
berdampak pada perkembangan bakteri secara cepat (Suardana dkk., 2009).
Banyak faktor yang mempengaruhi jumlah serta jenis mikroba yang terdapat
dalam makanan, diantaranya adalah sifat makanan itu sendiri (pH, kelembaban,
dan nilai gizi) keadaan lingkungan sumber makanan tersebut diperoleh, serta kondisi
pengolahan ataupun penyimpanan. Jumlah mikroba yang terlalu tinggi dapat
mengubah karakter organoleptik, sehingga mengakibatkan perubahan nutrisi, nilai
gizi atau bahkan merusak makanan tersebut. Bahan pangan dapat bertindak
sebagai perantara atau substrat untuk tumbuhnya mikroorganisme yang bersifat
patogenik terhadap manusia (BPOM RI, 2008).
Sebagian besar penyakit pada manusia disebabkan oleh makanan yang tercemar
bakteri patogen, seperti penyakit tipus, disentri, botulisme, dan hepatitis A
(Winarno, 1997). Penyakit lain yang disebabkan oleh bakteri dan sering
menimbulkan masalah serta memiliki dampak y adalah antraks, salmonellosis,
brucellosis, tuberkulosis, klostridiosis, E. coli, kolibasilosis, dan S. aureus
(Supar 2005).
Foodborne disease adalah suatu penyakit yang merupakan hasil dari pencernaan
dan penyerapan makanan yang mengandung mikroba oleh tubuh manusia.
Mikroba yang menimbulkan penyakit dapat berasal dari makanan produk ternak yang
terinfeksi atau tanaman yang terkontaminasi (Bahri 2001). Makanan yang
terkontaminasi selama pengolahan dapat menjadi media penularan penyakit.
Penularan penyakit ini bersifat infeksi, yaitu suatu penyakit yang disebabkan oleh
mikroba yang hidup dan berkembang biak pada tempat terjadinya peradangan.
Mikroba masuk ke dalam saluran pencernaan manusia melalui makanan, yang
kemudian dicerna dan diserap oleh tubuh. Dalam kondisi yang sesuai, mikroba
patogen akan berkembang biak di dalam saluran pencernaan sehingga menyebabkan
gejala penyakit.
Foodborne disease yang disebabkan oleh salmonella dapat menyebabkan
kematian pada manusia, media pencemarannya dapat berasal dari air pencuci yang
telah terkontaminasi. Mikroorganisme lainnya yang dapat menyebabkan foodborne
disease antara lain Compylobacter, E. coli, dan Listeria. Gejala umum foodborne
disease adalah perut mual diikuti muntah-muntah, diare, demam, kejang-kejang, dan
gejala lainnya. Memperbaiki sanitasi terutama lingkungan, merupakan salah satu
solusi terbaik dalam mengantisipasi cemaran mikroba. Sanitasi yang buruk yang
menyebabkan air tercemar tinja yang mengandung kuman penyakit, menyebabkan
terjadinya waterborne disease.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Untuk meningkatkan keberhasilan kerja praktek Universitas Negeri
Makassar di periode selanjutnya dan demi kesuksesan serta nama baik
almamater untuk kemajuan instansi yang ditempati. Sebagai mahasiswa
Universitas Negeri Makassar peserta KKN-KP tahun 2017 memberikan saran
yang sifatnya membangun antara lain sebagai berikut:
1. Persiapan mental, kesehatan yang baik dan pengetahuan tentang balai besar
veteriner dalam menunjang keberhasilan setiap kegiatan yang telah disusun
dan direncanakan.
2. Kekompakan dan kebersamaan rekan-rekan tim kerja praktek sangat
diperlukan agar bisa lebih mempermudah dalam pengurusan setiap kegiatan
kerja praktek.
3. Pemberitahuan program kepada masyarakat setempat agar dapat
memperoleh dukungan penuh dari masyarakat demi kelancaran program
kerja yang telah disusun dan direncanakan baik untuk program kerja praktek
maupun untuk KKN.
DAFTAR PUSTAKA
Bahri, S. 2001. Mewaspadai Cemaran Mikroba pada Bahan Pangan, Pakan, dan
Produk Peternakan di Indonesia. Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Pertanian 20(2):5564.
Betty dan Yendri. 2007. Cemaran Mikroba Terhadap Telur Dan Daging Ayam.
Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat : Padang.
Soemari. 2001. Tingkat pencemaran Coliform dan Escherichia coli pada Daging
Sapi Yang Di Jual Di Beberapa Pasar Tradisional di Wilayah Kotamadya
Surabaya. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga:
Surabaya.
Soeparno. 2009. Ilmu dan Teknologi Daging Edisi Ke-5. Gadjah Mada
University Press: Yogyakarta.
Supar dan T. Ariyanti. 2005. Keamanan Pangan Produk Peternakan Ditinjau dari
Aspek Prapanen: Permasalahan dan Solusi. Prosiding Lokakarya
Nasional Keamanan Pangan Produk Peternakan Bogor. 14 September
2005. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan: Bogor.
Persiapan Sampel
Ruang Pengujian