Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia mempunyai
kewajiban untuk selalu memenuhi salah satu kriteria standar pelayanan
kedokteran gigi di Indonesia, yaitu melaksanakan Pencegahan dan
Pengendalian Infeks (PPI). Petugas kesehatan gigi, dimana didalamnya
termasuk perawat gigi mempunyai resiko tinggi terhadap penularan penyakit
infeksi, mengingat ruang lingkup kerjanya kemungkinan penularan penyakit
melalui gigi baik dari pasien ke pasien, dari operator ke pasien atau sebaliknya.
Tidak semua pasien yang mempunyai penyakit menyebabkan infeksi bisa kita
identifikasi secara langsung.
Infeksi merupakan bahaya yang sangat nyata pada praktik pelayanan
kedokteran gigi. Pada kenyataannya, prosedur kebersihan tangan merupakan
komponen paling penting diantara program pencegahan dan pengendalian
infeksi. Tujuan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi pada praktik dokter gigi
adalah untuk mencegah penularan infeksi baik kepada pekerja layanan
kesehatan maupun pasien ketika sedang dilakukan perawatan kesehatan gigi
dan mulut.
Berdasarkan hal ini, mutlak diperlukan prosedur sterilisasi dan disinfeksi
untuk perawatan gigi dan mulut yang baik. Walaupun sterilisasi yang lengkap
sulit dilaksanakan,namun harus dipertimbangkan hadirnya sejumlah
mikroorganisme patogen pada alat tersebut setelah perawatan. Dengan
demikian untuk mengurangi terjadinya infeksi silang, dilakukan disinfeksi
permukaan, sedangkan untuk alat yang dapat melukai kulit atau mukosa
diperlukan sterilisasi.
Maka dari itu saya merasa penting untuk menyusun sebuah tulisan tentang
bagaimana penerapan sterilisasi dan desinfeksi khususnya peran perawat gigi
dalam mensterilkan alat-alat kesehatan gigi.

B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya sebagai berikut;
1. Tujuan Umum

1
Tujuan pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa atau mahasiswi
bisa mengetahui sterilisasi, desinfeksi dan antiseptik memahami dan mengenal
apa yang dimaksud dengan strelisasi, desinfeksi dan antiseptik tersebut.
Mahasiswa atau mahasiswi mampu menerapkan perannya sebagai perawati
gigi
2. Tujuan Khusus
a. Apa yang dimaksud dengan sterilisasi?
b. Apa yang dimaksud dengan desinfeksi?
c. Bagaimana peran perawat gigi dalam sterilisasi dan desinfeksi alat-alat
kesehatan gigi?

C. Manfaat

Penyusunan makalah ini diharapkan bermanfaat bai secara teoritis


maupun praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai pengembangan
pengetahuan mengenai sterilisasi, desinfeksi maupun antiseptik pada alat-alat
kesehatan gigi. Secara praktis makalah ini berguna bagi:
a. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan keilmuan di
bidang kesehatan khususnya tentang sterilisasi, desinfeksi dan
antiseptik.
b. Pembaca/Dosen, sebagai media informasi dalam pembuatan makalah.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu proses penghancuran semua mikroorganisme
termasuk spora melalui cara fisika dan kimia.
Macam-macam sterilisasi;
1) Sterilisasi Kering
Suatu proses membunuh semua bentuk kehidupan
mikroorganisme dengan mengalirkan udara kering panas yang tinggi
menggunakan oven.

2
2) Sterilisasi Basah
Suatu proses membunuh semua bentuk kehidupan
mikroorganisme dengan menggunakan uap air disertai tekanan tinggi
yang dilakukan dalam alat yang disebut outoclave.

3) Sterilisasi Kimia
Proses sterilisasi tanpa pemanasan dengan tujuan membunuh
semua bentuk mikroorganisme dengan menggunakan larutan
glutaraldehid 2,5 %.

B. Desinfeksi
Desinfeksi ialah suatu proses pemusnahan mikroorganisme tetapi belum
mencakup virus, spora dan kuman-kuman yang mempunyai daya tahan tinggi
(hanya pada permukaan saja ).
Desinfeksi mampu membunuh bakteri, fungi, virus dan spora. Desinfeksi
digunakan terutama bahan yang tidak hidup. Pada awalnya masing-masing
setiap dental unit bekerja di permukaan harus di desinfeksi denga permukaan
cairan agen desinfektan dan meninggalkan kering. Peralatan yang muncul di
klinik daerah kemudian harus ditutupi dengan plastik bening membungkus untuk
membatasi kontaminasi bakteri. Plastik menutupi harus dihapus dari setiap
permukaan setelah pengobatan dari pasien untuk menghindari kontaminasi.
Kemudian juga harus diganti untuk pasien lainnya. Klinik lantai harus dicuci
harian solusinya dengan menggunakan 1:49 sodium hipoklorit. Prosedur
tambahan untuk tambahan membersihkan scrubbing harus diperkenalkan
sebelumnya.

C. Peranan Perawat Gigi dalam hal Sterilisasi dan Desinfeksi


Dalam dunia kesehatan khususnya perawat gigi sterilisasi dan desinfeksi
digunakan sebagai pencegah infeksi. Dengan adanya praktek pencegah infeksi
dapat mencegah mikroorganisme berpindah dari individu satu ke individu lainnya
dan petugasnya melalui sentuhan/ kontak langsung dengan pasiennya sehingga
hal tersebut dapat memutus rantai penyebaran infeksi. Tindakan-tindakan
pencegahan infeksi termasuk hal-hal berikut:

3
1) Cuci tangan
2) Memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung lainnya seperti
handscoen
3) Menggunakan teknik asepsis atau aseptic
4) Memproses alat bebas pakai
5) Menangani peralatan tajam dengan aman
6) Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan termasuk pengelola
sampah/pemakaian bahan secara benar.

Perannya perawat gigi dalam melakukan hal tersebut harus sangat


diperhatikan terutama dalam pemakaian alat-alat kesehatan gigi yang nantinya
akan digunakan dalam tindakan perawatan kepada pasiennya. Sehingga perlu
dilakukan sterilisasi dan desinfeksi. Sterilisasi dilakukan dalam 4 tahap :
Pembersihan sebelum sterilisasi.
Pembungkusan.
Proses sterilisasi.
Penyimpanan yang aseptik.
Dalam standar pencegahan dan pengendalian infeksi pelayanan
kesehatan gigi dan mulut di fasilitas kesehatan perawat gigi juga harus
melakukan pembersihan intrumen terlebih dahulu dari debris organik, darah, dan
saliva sebelum melakukan sterilisasi dan desinfeksi. Seluruh instrumen yang
digunakan dalam proses perawatan harus dibersihkan/disikat menggunakan
sabun dan air. Operator harus selalu menggunakan sarung tangan khusus,
ketika membersihkan instrumen. Gunakan selalu sikat atau sikat gigi yang
berbulu lunak untuk menggosok instrumen dan alat lainnya untuk menghilangkan
seluruh materi organik (darah dan saliva) dan kotoran lainnya. Hal ini harus
dilakukan dibawah permukaan air untuk menghindari terjadi cipratan. Seluruh
permukaan instrumen dan alat harus digosok. Setelah dibersihkan, seluruh
instrumen dan alat harus dibilas menggunakan air mengalir atau air yang
disimpan dalam wadah (diganti secara berkala) untuk membersihkan seluruh
larutan deterjen dan kemudian dikeringkan dengan handuk bersih. Pembersihan
dengan memakai alat ultrasonik dengan larutan detergen lebih aman, efisien,
dan efektif dibandingkan dengan penyikatan. Gunakan alat ultrasonik yang
tertutup selama paling tidak 10 menit. Setelah dibersihkan, instrumen tersebut

4
dicuci dibawah aliran air dan dikeringkan dengan baik sebelum disterilkan. Hal ini
penting untuk mendapatkan hasil sterilisasi yang sempurna dan untuk mencegah
terjadinya karat.
Kemudian melakukan sterilisasi, Pada kedokteran gigi, sterilisasi dapat
dicapai melalui metode :
Pemanasan basah dengan tekanan tinggi (autoclave)
Pemanasan kering (oven)
Uap bahan kimia (chemivlave)
Metode sterilisasi yang tidak digunakan pada kedokteran gigi adalah gas etilen
oksida dan radiasi gamma (yang digunakan pada pabrik alat-alat dari plastik)
dan filtrasi (yang digunakan untuk mensterilkan obat suntik). metode sterilisasi
panas kering dilakukan dengan menggunakan oven dengan panas yang tinggi,
adapun temperatur dan waktunya adalah sesuai petunjuk pabrik. Seluruh proses
sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi, instrumen yang tidak dibungkus dapat
segera digunakan atau disimpan dalam wadah yang juga telah disterilisasi atau
didisinfeksi yang telah diberi tanda yang mengindikasikan bahwa instrumen
didalamnya telah disterilkan. Instrumen harus disimpan dalam tempat tertutup
(lemari, laci atau kontainer) dan harus digunakan lagi dalam waktu kurang dari
satu minggu. Penyimpanan adalah hal yang penting. Sterilitas alat yang
dibungkus dapat bertahan lebih lama kecuali apabila pembungkus sobek atau
basah, yang dapat mengakibatkan kontaminasi (CDC, 2003 ; Mayworm, 1984).
Instrumen dalam pembungkus yang rusak harus dibersihkan, dibungkus dan
disterilkan kembali.
Lalu desinfeksi apabila memungkinkan, instrumen yang bersentuhan dengan
tulang atau jaringan lunak atau telah kontak dengan darah harus disterilisasi.
Apabila tidak tersedia panci tekan atau autoklaf, instrumen dapat didisinfeksi
dengan direbus dalam panci berisi air selama 20 menit setelah dibersihkan
dengan menggunakan air dan sabun. 20 menit dihitung sejak air mulai mendidih.
Setelah air dalam panci mulai mendidih, jangan tambahkan air ataupun
instrumen selama proses disinfeksi berlangsung.30 Alkohol dan yodofora tidak
dipakai untuk disinfeksi tingkat tinggi (DTT) tetapi dapat untuk disinfeksi tingkat
rendah dengan cara merendam alat tersebut selama 20 menit.

5
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sterilisasi yaitu suatu proses prosedur fisik atau kimia yang menghancurkan /
membunuh semua organisme hidup yang termasuk sangat resisten terhadap bakteri
endospora. Desinfeksi yaitu suatu proses yang menghancurkan/penghapusan dari
organisme yang mampu memberikan kenaikan untuk infeks. Desinfeksi mampu
membunuh bakteri, fungi, virus dan bakteri spora. Desinfeksi digunakan terutama bahan
yang tidak hidup. Sebuah desinfeksi yang diterapkan untuk jaringan hidup yang disebut
sebagai agen antiseptik.
Peran perawat gigi dalam sterilisasi dan desinfeksi sangat penting dalam
penggunaan alat-alat kesehatan gigi. Dan juga harus memperhatika tindakan-tindakan
yang harus dilakukan maupun tidak boleh dilakukan dalam sterilisasi dan desinfeksi.

B. Saran
Sterilisasi dan desinfeksi apabila dilakukan secara baik dan sempurna maka
akan menjamin keselamatan kerja dan berkurangnya resiko terpapar mkiroorganisme
penyebab infeksi. Serta dapat juga dilakukan untuk mencegah ataupun mengendalikan
infeksi khususnya perawat gigi yang dalam pekerjaannya selalu berkontak langsung
dengan pasien.

6
DAFTAR PUSTAKA

Drg. Mulyati, Sri M.Kes dan drg Megananda Hiraya Putri, M.Kes.(2013). Pengendalian Infeksi
silang pada dokter gigi. Jakarta. Buku Kedokteran.

dr. Bambang Sardjono, MPH dan drg. Sudono, M. Kes (2012). Penceganan Dan Pengendalian
Infeksi Pelayanan Kesenatan Gigi Dan Mulut Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta. Buku
Pedoman Petugas Kesehatan.

Drg. Trining Widodorini, MKes (2014). Modul Pedoman Profesi Klinik Ilmu Kedokteran Gigi
Masyarakat Pencegahan. Malang. Buku Panduan Profesi Dokter Gigi.

Jimki. (2015) Jurnal Kesehatan Kedokteran Gigi Indonesia. Volume 3 No 2,


https://issuu.com/bimkes/docs/jimki_vol3_no_2, Juli-Desember 2015 ]

Lugito, Manuel D H. (2013). Kontrol Infeksi Dan Keselamatan Kerja Dalam Praktek Kedokteran
Gigi Vol 62 No 1 Hal 24-30, https://www.google.co.id/id/search?hl=id&ie=ISO-8859-
1&q=jur++pdgi+vol+62+no+1, Januari-April 2013

Meliawaty. (2012) Jurnal Efisiensi Sterilisasi Alat Bedah Mulut melalui Inovasi Oven dengan
Ozon dan Infrared. Volume 11, No 2. http://majour.maranatha.edu/index.php/jurnal-
kedokteran/article/view/1075 , 2 Februari 2012

Andayasari, Lelly. (2012). Jurnal Kesehatan dan Keselamata Kerja Dokter Gigi Volume 22 NO
2, https://www.scribd.com/mobile/doc/210802562/Junal-Kesehatan-dan-keselamatan-kerja-
kedokteran-gigi, Juni 2012

Dwi Ratna Soeryandari, Oktarina (2011) Jurnal Kontrol Pada Dunia Kedokteran Gigi Volume 24
No 2 Halaman 56-84, https://www.google.co.id/search?hl=id&ie=UTF-
8&q=jurnal+sterilisasi+alat=kedokteran=gigi=pdf&refid=21090159449&sa=X&ved=0ahUKEwiB-
sKn9pXMAhVFUZQKHVhODxMQ1QIIBg, Juni 2011

Anda mungkin juga menyukai