Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ANAK DENGAN GIZI BURUK

A. DEFINISI
Zat gizi (nutrien) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya,
yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses
kehidupan. Makanan setelah dikonsumsi mengalami proses pencernaan. Bahan makanan
diuraikan menjadi zat gizi atau nutrien. Zat tersebut selanjutnya diserap melalui dinding usus dan
masuk kedalam cairan tubuh.
Menurut Depkes (2002), status gizi merupakan tanda-tanda penampilan seseorang akibat
keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang
dikonsumsi pada suatu saat berdasarkan pada kategori dan indikator yang digunakan.
Dalam menetukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut reference.
Baku antropometri yang sering digunakan di Indonesia adalah World Health Organization
National Centre for Health Statistic (WHO-NCHS). Berdasarkan baku WHO - NCHS status gizi
dibagi menjadi empat :
1. Gizi lebih untuk over weight, termasuk kegemukan dan obesitas.
2. Gizi baik untuk well nourished.
3. Gizi kurang untuk under weight yang mencakup mild dan moderat, PCM (Protein Calori
Malnutrition)/ disebut juga Protien Energi Malnutrisi ( PEM ) atau (MEP) Malnutrisi Energi dan
Protein.
4. Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmik-kwasiorkor dan kwasiorkor.
a. Marasmus yaitu keadaan kurang kalori.
b. Kwarshiorkor ialah defisiensi protein yang disertai defisiensi nutrien lainnya yang
biasa dijumpai pada bayi masa disapih dan anak prasekolah (balita).
c. Marasmus kwashiorkor yaitu keadaan peralihan antara marasmus dan kwashiorkor.

Klasifikasi MEP ditetapkan dengan patokan perban dingan berat badan terhadap umur anak
sebagai berikut:
1. Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan).
2. Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat).
3. Berat badan <60% standar tanpa edema : marasmus (MEP berat).
4. Berat badan <60% standar dengan edema : marasmik kwashiorkor (MEP berat).
B. PATOFISIOLOGI/PATHWAY
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebih,
karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang
mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan edema dan
perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan berbagai asam
amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sintesis dan metabolisme. Selama diet
mengandung cukup karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam
amino dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke jaringan otot.
Makin berkurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi
albumin hepar, yang berakibat timbulnya edema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan
pembentukan beta-lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati ke depot terganggu, dengan
akibat terjadinya penimbunan lemak di hati.

C. ETIOLOGI
1. Agen
a. Makanan tidak seimbang
b. Penyakit infeksi yang mungkin di derita anak.
c. Tidak cukup tersedia pangan atau makanan di keluarga
d. Pola pengasuhan anak yang tidak memadai
e. Keadaan sanitasi yang buruk dan tidak tersedia air bersih
f. Pelayanan kesehatan dasar yang tidak memad
2. Host
a. Berat Badan Lahir Anak Balita
b. Status Imunisasi
Tujuan imunisasi adalah mencegah penyakit dan kematian anak balita yang disebabkan
oleh wabah yang sering terjangkit, artinya anak balita yang telah memperoleh imunisasi yang
lengkap sesuai dengan umurnya otomatis sudah memiliki kekebalan terhadap penyakit tertentu
maka jika ada kuman yang masuk ketubuhnya secara langsung tubuh akan membentuk antibodi
terhadap kuman tersebut.
c. Status ASI Eksklusif
ASI mengandung gizi yang cukup lengkap untuk kekebalan tubuh bayi. Keunggulan
lainnya, ASI disesuaikan dengan sistem pencernaan bayi sehingga zat gizi cepat terserap. Berbeda
dengan susu formula atau makanan tambahan yang diberikan secara dini kepada bayi. Susu
formula sangat susah diserap usus bayi sehingga dapat menyebabkan susah buang air besar pada
bayi. Proses pembuatan susu formula yang tidak steril menyebabkan bayi rentan terkena diare.
Hal ini akan menjadi pemicu terjadinya kurnag gizi pada anak.
d. Pemberian Kolostrum
e. Tingkat pendidikan Ibu
Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting yang dapat
mempengaruhi keadaan gizi karena dengan tingkat pendidkan yang lebih tingggi diharapkan
pengetahuan atau informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi lebih baik.
e. Pengetahuan Gizi Ibu
Pengetahuan tentang gizi sangat diperlukan agar dapat mengatasi masalah yang timbul
akibat konsumsi gizi. Wanita khususnya ibu sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap
konsumsi makanan bagi keluarga, ibu harus memiliki pengetahuan tentang gizi baik melalui
pendidikan formal maupun informal.
f. Pekerjaan Ibu
Meningkatnya kesempatan kerja wanita dapat mengurangi waktu untuk tugas-tugas
pemeliharaan anak, kurang pemberian ASI.
g. Jumlah Anak dalam Keluarga
Hubungan antara laju kelahiran yang tinggi dan kurang gizi, sangat nyata pada masing-
masing keluarga. Sumber pangan keluarga terutama mereka yang sangat miskin, akan lebih
mudah memenuhi makanannya jika yang harus diberi makan jumlahnya sedikit. Anak-anak yang
tumbuh dalam suatu keluarga miskin adalah paling rawan terhadap kurang gizi diantara seluruh
anggota keluarga dan anak yang paling kecil biasanya paling terpengaruh oleh kekurangan
pangan.
h. Penyakit Infeksi
Gizi kurang menghambat reaksi imunologis dan berhubungan dengan tingginya
prevalensi dan beratnya penyakit infeksi. Penyakit infeksi pada anak-anak yaitu Kwashiorkor atau
Marasmus sering didapatkan pada taraf yang sangat berat. Infeksi sendiri mengakibatkan
penderita kehilangan bahan makanan melalui muntah-muntah dan diare.

3. Environment (Lingkungan)
a. Akses atau keterjangkauan anak dan keluarga terhadap air bersih dan kebersihan
lingkungan.
b. Tidak cukupnya persediaan pangan di keluarga (household food insecurity).
D. MANIFESTASI KLINIS
Secara umum anak tampak sembab, letargik, cengeng, dan mudah terangsang. Pada tahap
lanjut anak menjadi apatik, sopor atau koma.
Gejala terpenting adalah pertumbuhan yang terhambat, berat dan tinggi badan lebih
rendah dibandingkan dengan BB baku. Penurunana BB ini tidak mencolok atau mungkin
tersamar bila dijumpai edema anasarka.
Sebagian besar kasus menunjukkan adanya edema, baik derajat ringan maupun berat.
Edema ini muncul dini, pertama kali terjadi pada alat dalam, kemudian muka, lengan,
tungkai, rongga tubuh, dan pada stadium lanjut mungkin edema anasarka.
Jaringan otot mengecil dengan tonusnya yang menurun, jaringan subkutan tipis dan
lembek.
Kelainan gastrointestinal yang mencolok adalah anoreksia dan diare. Diare terdapat pada
sebagian besar penderita, yang selain infeksipenyebabnya mungkin karena gangguan
fungsi hati, pankreas, atau usus (atrofi). Intoleransi laktosa juga bisa terjadi.
Rambut berwarna pirang, berstruktur kasar dan kaku, serta mudah dicabut. Pada taho
lanjut, terlihat lebih kusam, jarang, kering, halus, dan berwarna pucat atau putih, juga
dikenal signo de bandero.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium: kadar gula darah, darah tepi lengkap, feses lengkap, elektrolit
serum, protein serum (albumin, globulin), feritin. Pada pemeriksaan laboratorium, anemia
selalu ditemukan terutama jenis normositik normokrom karena adanya gangguan sistem
eritropoesis akibat hipoplasia kronis sumsum tulang di samping karena asupan zat besi
yang kurang dalam makanan, kerusakan hati dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat
ditemukan kadar albumin serum yang menurun
Pemeriksaan radiologi (dada, AP dan lateral) juga perlu dilakukan untuk menemukan
adanya kelainan pada paru.
Tes mantoux
EKG
F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Anamnesis
Keluhan yang sering ditemukan adalah pertumbuhan yang kurang, anak kurus, atau berat
badannya kurang. Selain itu ada keluhan anak kurang/tidak mau makan, sering menderita
sakit yang berulang atau timbulnya bengkak pada kedua kaki, kadang sampai seluruh
tubuh
2. Pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dan
pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan
kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang
penyakit klien dan lain-lain.
3. Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to too yang meliputi: keadaan
umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada, abdomen,
ekstremitas dan genito-urinaria. Fokus pengkajian pada anak dengan Kwashiorkor adalah
:
a. Keadaan Umum
Pucat, kurus, atrofi pada ekstremitas, adanya edema pedis dan pretibial serta asites. Muka
penderita ada tanda moon face dari akibat terjadinya edema. Penampilan anak kwashiorkor
seperti anak gemuk (sugar baby).

b. Tumbuh Kembang
Gejala penting ialah pertumbuhan yang terganggu. Selain berat badan, tinggi badan juga kurang
dibandingkan dengan anak sehat.

c. Keadaan Psikologis
Biasanya penderita cengeng, hilang nafsu makan dan rewel. Pada stadium lanjut bisa menjadi
apatis. Kesadarannya juga bisa menurun, dan anak menjadi pasif. Perubahan mental bisa menjadi
tanda anak mengalami dehidrasi. Gizi buruk dapat mempengaruhi perkembangan mental anak.
Terdapat dua hipotesis yang menjelaskan hal tersebut: karakteristik perilaku anak yang gizinya
kurang menyebabkan penurunan interaksi dengan lingkungannya dan keadaan ini selanjutnya
akan menimbulkan outcome perkembangan yang buruk, hipotesis lain mengatakan bahwa
keadaan gizi buruk mengakibatkan perubahan struktural dan fungsional pada otak.
d. Status cairan dan elektrolit
Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan maupun berat. Edemanya bersifat
pitting. Edema terjadi bisa disebabkan hipoalbuminemia, gangguan dinding kapiler, dan
hormonal akibat dari gangguan eliminasi ADH.
e. Rambut
Perubahan rambut sering dijumpai, baik mengenai bangunnya (texture), maupun warnanya.
Sangat khas untuk penderita kwashiorkor ialah rambut kepala yang mudah tercabut tanpa rasa
sakit. Pada penderita kwashiorkor lanjut, rambut akan tampak kusam, halus, kering, jarang dan
berubah warna menjadi putih. Sering bulu mata menjadi panjang. Rambut yang mudah dicabut di
daerah temporal (Signo de la bandera) terjadi karena kurangnya protein menyebabkan degenerasi
pada rambut dan kutikula rambut yang rusak. Rambut terdiri dari keratin (senyawa protein)
sehingga kurangnya protein akan menyebabkan kelainan pada rambut. Warna rambut yang merah
(seperti jagung) dapat diakibatkan karena kekurangan vitamin A, C, E.
f. Kulit
Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih mendalam dan
lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan persisikan kulit karena habisnya cadangan energi
maupun protein. Pada sebagian besar penderita dtemukan perubahan kulit yang khas untuk
penyakit kwashiorkor, yaitu crazy pavement dermatosis yang merupakan bercak-bercak putih
atau merah muda dengan tepi hitam ditemukan pada bagian tubuh yang sering mendapat
tekanan. Terutama bila tekanan itu terus-menerus dan disertai kelembapan oleh keringat atau
ekskreta, seperti pada bokong, fosa poplitea, lutut, buku kaki, paha, lipat paha, dan sebagainya.
Perubahan kulit demikian dimulai dengan bercak-bercak kecil merah yang dalam waktu singkat
bertambah dan berpadu untuk menjadi hitam. Pada suatu saat mengelupas dan memperlihatkan
bagian-bagian yang tidak mengandung pigmen, dibatasi oleh tepi yang masih hitam oleh
hiperpigmentasi. Kurangnya nicotinamide dan tryptophan menyebabkan gampang terjadi radang
pada kulit.

g. Gigi dan Tulang


Pada tulang penderita kwashiorkor didapatkan dekalsifikasi, osteoporosis, dan hambatan
pertumbuhan. Sering juga ditemukan caries pada gigi penderita.
.
h. Hepar
Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, bisa juga ditemukan biopsi hati yang hampir semua sela
hati mengandung vakuol lemak besar. Sering juga ditemukan tanda fibrosis, nekrosis, dan
infiltrasi sel mononukleus. Perlemakan hati terjadi akibat defisiensi faktor lipotropik.

i. Sirkulasi
Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor. Bila disertai penyakit lain, terutama
infestasi parasit (ankilostomiasis, amoebiasis) maka dapat dijumpai anemia berat. Anemia juga
terjadi disebabkan kurangnya nutrien yang penting untuk pembentukan darah seperti Ferum,
vitamin B kompleks (B12, folat, B6). Kelainan dari pembentukan darah dari hipoplasia atau
aplasia sumsum tulang disebabkan defisiensi protein dan infeksi menahun. Defisiensi protein
juga menyebabkan gangguan pembentukan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya terjadi defek
umunitas seluler, dan gangguan sistem komplimen. Bisa terjadi miodegenerasi jantung dan
gangguan fungsi jantung disebabkan hipokalemi dan hipomagnesemia.

j. Pankreas
Di pankreas dan kebanyakan kelenjar lain seperti parotis, lakrimal, saliva dan usus halus terjadi
perlemakan. Pada pankreas terjadi atrofi sel asinus sehingga menurunkan produksi enzim
pankreas terutama lipase.

k. Gastrointestinal
Gejala gastrointestinal merupakan gejala yang penting. Anoreksia kadang-kadang demikian
hebatnya, sehingga segala pemberian makanan ditolak dan makanan hanya dapat diberikan
dengan sonde lambung. Diare terdapat pada sebagian besar penderita. Hal ini terjadi karena 3
masalah utama yaitu berupa infeksi atau infestasi usus, intoleransi laktosa, dan malabsorbsi
lemak. Intoleransi laktosa disebabkan defisiensi laktase. Malabsorbsi lemak terjadi akibat
defisiensi garam empedu, konjugasi hati, defisiensi lipase pankreas, dan atrofi villi mukosa usus
halus. Pada anak dengan gizi buruk dapat terjadi defisiensi enzim disakaridase.

l. Otot
Massa otot berkurang karena kurangnya protein. Protein juga dibakar untuk dijadikan kalori demi
penyelamatan hidup.

m. Ginjal
Malnutrisi energi protein dapat mengakibatkan terjadi atrofi glomerulus sehingga GFR menurun.
G. CARA MENGHITUNG KEBUTUHAN KALORI, KARBOHIDRAT,
PROTEIN PADA ANAK BALITA

Periode penyapihan adalah tahap penting dalam pertumbuhan dan perkembangan bayi
dan anak. Waktu penyapihan, pilihan makanan, metode mereka persiapan, dan bagaimana
weanlings diberi makan, semua mempengaruhi hasilnya. Persiapan komersial makanan
penyapihan dan fortifikasi beberapa makanan tradisional yang dipandang oleh beberapa sebagai
cara yang paling berkelanjutan dan biaya-efektif mengurangi defisiensi mikronutrien pada bayi
dan anak-anak. Hal ini mungkin benar di negara-negara industri, tapi sama tidak bisa serta merta
dikatakan miskin, negara-negara berkembang. Menunjukkan bahwa di masyarakat miskin, adalah
sangat mungkin untuk menggabungkan sumber makanan sedikit dengan cara yang hemat biaya
untuk merumuskan multimixes yang akan memenuhi kebutuhan energi, protein dan
mikronutrien, tanpa fortifikasi. Mengusulkan bahwa pendekatan tersebut dapat digunakan dalam
program pendidikan masyarakat gizi untuk membantu mengurangi kekurangan gizi anak dan
program darurat masalah gizi.

Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk menentukan kebutuhan nutrisi anak
balita :

Menentukan Desirable Body Weight (DBW) atau Berat Badan Ideal Penentuan berat badan
ideal untuk anak balita (1-5 tahn) secara sederhana dapat menggunakan rumus BBI =
(usia dalam tahun x 2) + 8
Menentukan Estimasi Kebutuhan Energi dan Zat Gizi Total Per Hari

1. Kebutuhan energi/kalori pada anak balita dapat dilakukan dengan rumus :


a. Keb. energi = 1000 + (100 x usia dalam tahun)
b. Keb energi usia 1-3 tahun = 100 kalori/kg BBI
Keb energi usia 4-5 tahun = 90 kalori/kg BBI
2. Kebutuhan protein adalah sebesar 10% dari total kebutuhan energi sehari, dapat dihitung
: (10% x Total Energi Harian) : 4 = x gram
3. Kebutuhan Lemak yaitu sebesar 20% dari total energi harian yaitu : (20% x Total Energi
Harian) : 9 = x gram
4. Kebutuhan Karbohidrat adalah sisa dari total energi harian dikurangi prosentase protein
dan lemak
H. PATHWAY
I. TIGA TIPE GIZI BURUK :

1. KWASHIORKOR

TANDA DAN GEJALA :


o Edema
o Wajah membulat dan sembab
o Pandangan mata sayu
o Rambut tipis, kemerahan spt warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa sakit,rontok
o Perubahan status mental: apatis & rewel
o Pembesaran hati
o Otot mengecil (hipotrofi)
o Kelainan kulit berupa bercak merah muda yg meluas & berubah warna menjadi coklat
kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis)
o Sering disertai: peny. infeksi (umumnya akut), anemia, dan diare
o Edema
o Minimal pada kedua punggung kaki, bersifat pitting edema
o Derajat edema:
+ Pada tangan & kaki
++ Tungkai & lengan
+++ Seluruh tubuh (wajah & perut)
Derajat edema utk menentukan jumlah cairan yang diberikan
2. MARASMUS

TANDA DAN GEJALA :


o Tampak sangat kurus, hingga seperti tulang terbungkus kulit
o Wajah seperti orang tua
o Cengeng, rewel
o Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (~pakai celana
longgar-baggy pants)
o Perut umumnya cekung
o Iga gambang
o Sering disertai: penyakit infeksi (umumnya kronis berulang) dan diare

3. MARASMIK - KWASHIORKOR

TANDA DAN GEJALA :


Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik Kwashiorkor dan
Marasmus dengan BB/TB <-3 SD disertai edema yang tidak mencolok

KEKURANGAN MIKRO NUTRIEN


(Menyertai Gizi Buruk)
1. Kekurangan Vitamin A
2. Anemia (Kekurangan Fe, Cu, Vit. B12, Asam Folat)
3. Stomatitis (kekurangan vit. B, vit. C)
4. Kelainan pada kulit, gangguan pertumbuhan (kekurangan Zn)
5. Beri-beri (kekurangan vitamin B1)

1. Kekurangan Vitamin A (KVA)

KLASIFIKASI XEROFTALMIA
a. Xn Rabun Senja
b. X1 (Dryness of conjunctiva/ kekeringan konjungtiva), terdiri dari:
- X1a Kekeringan pada konjungtiva (Dryness of conjunctiva)
- X1b Bercak putih seperti busa sabun/keju pada sisi mata luar (bitot spot)
X1a (Dryness of conjunctiva/ kekeringan konjungtiva)
Tanda-tanda:
Penumpukan keratin & sel epitel yang khas
Konjungtiva kering, tampak menebal dan berlipat-lipat
Keluhan orang tua mata anaknya bersisik
X2 (Dryness of cornea/ kekeringan pada kornea)
Tanda-tanda :
Kekeringan meluas sampai kornea
Kornea tampak suram & kering dan permukaan kasar
K.U. anak biasanya buruk (gizi buruk & penyakit penyerta lain)

c. X3 (Corneal ulcer/ ulkus pada kornea)


Terdiri dari X3a dan X3b
Tanda-tanda:
kornea melunak seperti bubur & dapat menjadi ulkus X3a < 1/3 kornea ,
X3b 1/3 kornea
Keadaan umum anak sangat buruk, dapat terjadi perforasi kornea/ pecah

d. XS (Corneal scar/ jaringan parut pada kornea)


Tanda-tanda:
Kornea mata tampak putih/ bola mata mengecil
Meninggalkan bekas luka parut/ sikatrik
Menjadi buta & tidak dpt sembuh, walau dioperasi cangkok kornea

2. Anemia (kekurangan Fe, Cu, Vit. B12, Asam folat)


= Kadar Hb dibawah normal

Kadar Hb normal:
6 bulan 5 tahun : 11 g/ dl
6 tahun 11 tahun : 11, 5 g/ dl
12 tahun 13 tahun : 12 g/ dl
Tanda-tanda klinis:
- daya tahan terhadap penyakit menurun
- mudah lelah - pucat (mata, telapak tangan)

Anemia kekurangan Fe (zat besi)


Fe (zat besi):
- Kofaktor enzim pada metabolisme Karbohidrat, lemak dan protein.
- Pertumbuhan, transpor oksigen dan kekebalan.

Anemia kekurangan Cu (Copper)


Cu: pertumbuhan, kekebalan, homeopoesis, metabolisme glukosa dan lemak, cofaktor
enzim
Defisiensi Cu:
- Absorpsi zat besi turun
- Zat besi tidak dapat dimanfaatkan dengan baik
oleh sel darah merah.
- Pengeluaran cadangan zat besi meningkat
- Anemia hipokromik dan netropenia

1. Anemia kekurangan vitamin B12 (Kobalamin)

Defisiensi B12:
- glositis atrofik (lidah yang halus & mengkilap)
- stomatitis (sudut mulut retak-retak)
- mual, muntah, diare bergantian dgn konstipasi
- getah lambung tidak ada (achlorhydria & achylia gastrica)
- anemia makrositik hiperkromis

2. Anemia kekurangan asam folat


Defisiensi asam folat:
- perubahan pada eritrosit
- anemia makrositik megaloblastik
- perubahan mukosa gastro-intestinum
- diare

3. Stomatitis (kekurangan vit. B, vit. C)


Kekurangan vitamin B2 (riboflavin), B6 (adermin), B12 (kobalamin)
Kekurangan vitamin C (asam askorbik)

4. Kelainan pada kulit, gangguan pertumbuhan (kekurangan Zn)


Seng (Zn) berfungsi sebagai koenzim pada berbagai sistem enzim.
Tanda-tanda kelainan pada kulit:
- Hipo/ hiperpigmentasi
- Deskuamasi (mengelupas)
- Lesi ulserasi eksudatif (menyerupai luka bakar) sering disertai infeksi sekunder
(candida)

5. Beri-beri (kekurangan vitamin B1/ Thiamin)

Vit.B1 sebagai ko-enzim metabolisme karbohidrat

PENYAKIT BERI-BERI
Tanda-tanda klinis:
- Beri-beri infantil (keadaan akut)
Tidak ada kenaikan berat badan, pilek, diare, kel jantung, kongesti paru, edema
- Beri-beri late infancy & childhood (keadaan menahun).
Postur lebih kecil dari anak yang sehat, gizi kurang, edema, perut membuncit
oleh meteorismus)

TANDA-TANDA PENYAKIT PENYERTA


1. Diare Persisten
2. Parasit cacing
3. Tuberkulosis Paru
4. Malaria
5. Pneumonia

1. Diare Persisten

Diare > 14 hari dengan atau tanpa dehidrasi


Tanda dehidrasi:
- letargis, gelisah dan rewel
- sunken eyes (+/-)
- haus (minum sedikit/ banyak)
- turgor kulit lambat

2. Parasit cacing

Ditemukan cacing/ telur cacing dalam tinja penderita


3. Tuberkulosis Paru

- kontak dgn penderita TB/ BTA positif


- uji tuberkulin positif (>10 mm)
- gambaran foto rontgen mendukung TB
- reaksi kemerahan yang cepat (3-7 hari) setelah imunisasi BCG
- batuk-batuk > 3 minggu
- hambatan pertumbuhan
- sakit/ demam lama/ berulang tanpa sebab jelas
- pembesaran kelenjar limfe
Bila ditemukan > 3 positif dari tanda-tanda diatas, dianggap TB Paru

4. Malaria

(Daerah malaria/ riwayat kunjungan ke daerah risiko tinggi)


- Demam (teraba panas, suhu >37,5 C)
- Renjatan (shock)
- Kaku kuduk atau kejang
- Kesulitan bernafas
- Kuning (ikterik)
- Perdarahan
- Sediaan darah tebal (+) malaria

Tanda-tanda bahaya:
- tidak dapat makan/ minum
- tidak sadar
- kejang
- muntah berulang
- sangat lemah (tidak dapat duduk/ berdiri)

5. Pneumonia

a. Pernafasan cepat dan tarikan dinding dada:


- < 2 bulan : > 60 x/menit
- 2 bulan 12 bulan : 50 x/menit
- > 12 bulan 5 tahun : 40 x/menit
b. Batuk atau kesulitan bernafas

J. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Dx I: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat,
anoreksia dan diare (Carpenito, 2000, hal. 645-655).
Tujuan : Klien akan menunjukkan pening-katan status gizi.
Kriteria:
- Keluarga klien dapat menjelaskan penyebab gangguan nutrisi yang dialami klien,
kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang.
- Dengan bantuan perawat, keluarga klien dapat mendemonstrasikan pemberian diet (per
sonde/per oral) sesuai program dietetik.

INTERVENSI RASIONAL
Jelaskan kepada keluarga tentang Meningkatkan pemahaman keluarga
penyebab malnutrisi, kebutuhan nutrisi tentang penyebab dan kebutuhan
pemulihan, susunan menu dan nutrisi untuk pemulihan klien sehingga
pengolahan makanan sehat seimbang, dapat meneruskan upaya terapi dietetik
tunjukkan contoh jenis sumber yang telah diberikan selama
makanan ekonomis sesuai status sosial hospitalisasi.
ekonomi klien
Tunjukkan cara pemberian makanan Meningkatkan partisipasi keluarga
per sonde, beri kesempatan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi
untuk melakukannya sendiri. klien, mempertegas peran keluarga
dalam upaya pemulihan status nutrisi
klien.
Laksanakan pemberian roborans sesuai Roborans meningkatkan nafsu makan,
program terapi. proses absorbsi dan memenuhi defisit
yang menyertai keadaan malnutrisi.
Timbang berat badan, ukur lingkar Menilai perkembangan masalah klien.
lengan atas dan tebal lipatan kulit setiap
pagi.

2. Dx II: Kekurangan volume cairan tubuh b/d penurunan asupan peroral dan peningkatan
kehilangan akibat diare (Carpenito, 2000, hal. 411-419).

Tujuan : Klien akan menunjukkan keadaan hidrasi yang adekuat


Kriteria:
- Asupan cairan adekuat sesuai kebutuhan ditambah defisit yang terjadi.
- Tidak ada tanda/gejala dehidrasi (tanda-tanda vital dalam batas normal, frekuensi
defekasi 1 x/24 jam dengan konsistensi padat/semi padat).

INTERVENSI RASIONAL
Lakukan/observasi pemberian cairan Upaya rehidrasi perlu dilakukan untuk
per infus/sonde/oral sesuai program mengatasi masalah kekurangan volume
rehidrasi. cairan.
Jelaskan kepada keluarga tentang upaya Meningkatkan pemahaman keluarga
rehidrasi dan partisipasi yang tentang upaya rehidrasi dan peran
diharapkan dari keluarga dalam keluarga dalam pelaksanaan terpi
pemeliharan patensi pemberian rehidrasi.
infus/selang sonde.
Kaji perkembangan keadaan dehidarasi Menilai perkembangan masalah klien
klien.
Hitung balans cairan. Penting untuk menetapkan program
rehidrasi selanjutnya.

Dx III: Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan protein yang tidak
adekuat (Carpenito, 2000, hal. 448-460).
Tujuan : Klien akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai standar usia.
Kriteria:
- Pertumbuhan fisik (ukuran antropometrik) sesuai standar usia.
- Perkembangan motorik, bahasa/ kognitif dan personal/sosial sesuai standar usia.

INTERVENSI RASIONAL
Ajarkan kepada orang tua tentang Meningkatkan pengetahuan keluarga
standar pertumbuhan fisik dan tugas- tentang keterlambatan pertumbuhan
tugas perkembangan sesuai usia anak. dan perkembangan anak.
Lakukan pemberian makanan/ Diet khusus untuk pemulihan
minuman sesuai program terapi diet malnutrisi diprogramkan secara
pemulihan. bertahap sesuai dengan kebutuhan anak
dan kemampuan toleransi sistem
pencernaan.
Lakukan pengukuran antropo-metrik Menilai perkembangan masalah klien.
secara berkala.
Lakukan stimulasi tingkat Stimulasi diperlukan untuk mengejar
perkembangan sesuai dengan usia klien. keterlambatan perkembangan anak
Lakukan rujukan ke lembaga dalam aspek motorik, bahasa dan
pendukung stimulasi pertumbuhan dan personal/sosial.
perkembangan (Puskesmas/Posyandu) 5. Mempertahankan kesinambungan
program stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak dengan
memberdayakan sistem pendukung
yang ada.

Anda mungkin juga menyukai