Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

Tumor parotis adalah pertumbuhan sel ganas yang menyerang kelenjar liur parotis. Dari
tiap 5 tumor kelenjar liur, 4 terlokalisasi di glandula parotis, 1 berasal dari kelenjar liur kecil atau
submandibularis dan 30 % adalah maligna. Sinar yang mengionisasi diduga sebagai faktor
etiologi.
Dalam rongga mulut terdapat 3 kelenjar liur yang besar yaitu kelenjar parotis, kelenjar
submandibularis, dan kelenjar sub lingualis. Kelenjar parotis merupakan kelenjar liur utama yang
terbesar dan menempati ruangan di depan prosesus mastoid dan liang telinga luar. Tumor ganas
parotis pada anak jarang didapat. Tumor paling sering pada anak adalah karsinoma
mukoepidermoid, biasanya jenis derajat rendah. Massa dalam kelenjar liur dapat menjadi ganas
seiring dengan bertambahnya usia. Prevalensi tumor ganas yang biasanya terjadi pada orang
dengan usia lebih dari 40 tahun adalah 25 % tumor parotis, 50 % tumor submandibula, dan satu
setengah sampai dua pertiga dari seluruh tumor kelenjar liur minor adalah ganas.
Keganasan pada kelenjar liur sebagian besar asimtomatik, tumbuhnya lambat, dan
berbentuk massa soliter. Rasa sakit didapatkan hanya 10-29% pasien dengan keganasan pada
kelenjar parotisnya. Rasa nyeri yang bersifat episodik mengindikasikan adanya peradangan atau
obstruksi daripada akibat dari keganasan itu sendiri. Massa pada kelenjar liur yang tidak nyeri
dievaluasi dengan aspirasi menggunakan jarum halus (Fine Needle Aspiration) atau biopsi.
Pencitraan menggunakan CT-Scan dan MRI dapat membantu. Untuk tumor ganas, pengobatan
dengan eksisi dan radiasi menghasilkan tingkat kesembuhan sekitar 50%, bahkan pada
keganasan dengan derajat tertinggi.
Tumor jinak rongga mulut yang timbul dari kelenjer saliva minor atau mayor biasanya
timbul pada kelenjer parotis submaksila dan sublingual. Sel-sel pada tumor inti masih memiliki
fungsi yang sama dengan asalnya. (Arif mansoer, 2001). Tumor-tumor jinak dari glandula
parotis yang teretak di bagian medial n.facialis dapat menonjol ke dalam oropharynx, dan
mendorong tonsil ke medial. (Zwaveling, 2006)

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Menurut kamus kedokteran Dorland edisi 27, Tumor didefinisikan sebagai
pertumbuhan baru suatu jaringan dengan multiplikasi sel-sel yang tidak terkontrol
dan progresif. Disebut juga neoplasma.

2.2 ANATOMI
Kelenjar liur dibagi menjadi kelenjar liur mayor dan kelenjar liur minor. Kelenjar liur
mayor terdiri dari kelenjar parotis, kelenjar submandibula, dan kelenjar sublingual. Kelenjar liur
minor terdiri dari 600-1000 kelenjar yang tersebar sepanjang saluran pencernaan dan pernapasan
atas.

Kelenjar parotis merupakan kelenjar liur terbesar dengan berat 15 sampai 30 gram.
Bentuknya segitiga, bagian ujungnya berada tepat di bawah sudut mandibula dan dasarnya di
sepanjang arkus zigoma. Bagian anterior kelenjar berbatasan dengan tepi posterior ramus

2
mandibula dan sedikit melapisi tepi posterior otot maseter. Bagian posterior kelenjar dikelilingi
oleh telinga, prosesus mastoideus, dan tepi anterior otot sternokleidomastoideus.

Bagian dalam yang merupakan lobus medius, meluas ke rongga parafaring, dibatasi oleh
prosesus stiloideus, ligamentum stilomandibula, otot digastrikus, dan selubung karotis. Di bagian
anterior, lobus ini terletak bersebelahan dengan bagian medial otot pterigoideus. Bagian lateral
hanya ditutupi oleh kulit dan jaringan lemak subkutan. Jaringan ikat dan jaringan lemak dari
fasia leher dalam, membungkus kelenjar ini. Kelenjar parotis berhubungan erat dengan struktur
penting di sekitarnya yaitu vena jugularis interna beserta cabangnya, arteri karotis eksterna
beserta cabangnya, kelenjar limfe, cabang aurikulotemporalis dari saraf trigeminus, dan saraf
fasialis.

2.3 Fisiologi Kelenjar Parotis

Setiap hari diproduksi 1 sampai 2 liter air liur dan hampir semuanya ditelan dan
direabsorbsi. Proses sekresi dibawah kendali saraf otonom. Makanan dalam mulut merangsang
serabut saraf yang berakhir pada nucleus pada traktus solitaries dan pada akhirnya merangsang
nukleus saliva pada otak tengah. Pengeluaran air liur juga dirangsang oleh penglihatan,
penciuman melalui impuls dari kerja korteks pada nukleus saliva batang otak.

Air liur juga mengandung amylase, yang berperan dalam pencernaan karbohidrat. Air liur
mengandung enzim antibakteri seperti lysozyme dan immunoglobulin yang membantu mencegah

3
infeksi serius dan mengantur flora bakteri yang menetap di mulut. Saluran air liur relative
impermeabel terhadap air dan mensekresi kalium, bikarbonat,kalsium, magnesium, ion fosfat dan
air. Jadi produk akhir dari kelenjar air liur adalah hipotonik, cairan yang bersifat basa yang kaya
akan kalsium dan fosfat. Komposisi ini penting untuk mencegah demineralisasi enamel gigi.

2.4 EPIDEMIOLOGI
Tumor pada kelenjar liur relatif jarang terjadi, persentasenya kurang dari 3% dari seluruh
keganasan pada kepala dan leher. Keganasan pada tumor kelenajar liur berkaitan dengan paparan
radiasi, faktor genetik. Sebagian besar tumor pada kelenjar liur terjadi pada kelenjar parotis,
dimana 75% - 85% dari seluruh tumor berasal dari parotis dan 80% dari tumor ini adalah
adenoma pleomorphic jinak (benign pleomorphic adenomas).

2.5 ETIOLOGI

Penyebab pasti dari tumor ini belum diketahui pasti, dicurigai adanya faktor keterlibatan
lingkungan dan faktor genetik. Paparan radiasi dikaitkan dengan tumor jinak warthin dan tumor
ganas karsinoma mukoepidermoid. Epstein-Barr virus merupakan salah satu faktor pemicu
timbulnya limfoepitelial kelenjar liur.

2.6 KLASIFIKASI

Diklasifikasikan menjadi 3 jenis tumor parotis yaitu tumor jinak, tumor ganas dan mixed
tumors.

Tumor Jinak

1. Pleomorfik adenoma paling sering terjadi pada kelenjar parotis. Dinamakan pleomorfik
dikarenakan terbentuk dari sel-sel epitel dan jaringan ikat. Pertumbuhan tumor ini lambat,
berbentuk bulat dan konsistensi lunak. Secara histologist dikarakteristikkan dengan
struktur beraneka ragam biasanya terletak seperti gambaran lembaran untaian atau seperti
pulau-pulau dari spindle atau stellata.

4
2. Warthins tumor tumor ini tampak rata, lunak pada daerah parotis, memiliki kapsul
apabila terletak pada kelenjar parotis dan terdiri atas kista multiple. Histology Warthins
tumor yaitu memiliki stroma limfoid dan sel epithelial asini.

Tumor Ganas

Mukoepidermoid karsinoma keganasan pada kelenjar parotis yang paling banyak.


Paling umum mengenai usia anak-anak dan remaja dari usia 20 tahunan. Untuk tumor Low-grade
memiliki presentasi lebih tinggi untuk terbentuk dari sel mucinous dan prognosis yang dimiliki
lebih baik.

1. Adenoid kistik merupakan keganasan kedua yang paling umum terjadi pada kelenjar
parotis. Tumor ini memiliki perkembangan yang lambat .
2. Adenokarsinoma adenokarsinoma yang banyak terjadi pada kelenjar parotis adalah
Karsinoma sel asinik, dimana karsinoma ini berjalan dengan lambat.

Mixed Tumor

Pleomorfik adenoma dan neoplasma jinak campuran, dapat berubah menjadi karsinoma.
Perubahan ini terjadi pada sekitar 2-15% dari keganasan kelenjar saliva.

2.7 PATOFISIOLOGI

Penyebab yang pasti belum diketahui, sedangkan faktor yang diduga ialah sinar matahari
yang mengalami ionisasi. Hal ini berdasar kenyataan bahwa tumor kelenjar liur lebih banyak
terjadi pada penduduk Jepang yang pernah mengalami ledakan bom atom tahun 1945.

Teori multiseluler menyatakan bahwa tumor kelenjar liur berasal dari diferensiasi sel-
sel matur dari unit-unit kelenjar liur. Seperti tumor asinus berasal dari sel-sel asinar, onkotik
tumor berasal dari sel-sel duktus striated, mixed tumor berasal dari sel-sel duktus intercalated
dan mioepitel.

Teori biseluler menerangkan bahwa sel basal dari glandula ekskretorius dan suktus
intercalated bertindak sebagai stem sel. Stem sel dari duktus intercalated dapat menimbulkan

5
terjadinya karsinoma acinous, karsinoma adenoid kistik, mixed tumor, onkotik tumor dan
Warthins tumor, sedangkan stem sel dari duktus ekskretorius menimbulkan terbentuknya
sakuamous dan mukoepidermoid karsinoma.

2.8 GEJALA DAN TANDA


Gejala
Biasanya terdapat pembengkakan di depan telinga dan kesulitan menggerakkan salah satu
sisi wajah. Pada tumor parotis benigna biasanya asimtomatis (81%), nyeri dirasakan pada
sebagian pasien (12%) dan paralisis nervus facialis (7%). Paralisis nervus fasialis lebih sering
didapatkan pada pasien dengan tumor parotis maligna. Adanya bengkak biasanya mengurangi
kepekaan wilayah tersebut terhadap rangsang (painless) dan menyebabkan pasien kesulitan
dalam menelan.

Tanda

Tanda pada tumor benigna benjolan bisa digerakkan, soliter dan keras. Namun, pada
pemeriksaan tumor maligna diperoleh benjolan yang terfiksasi, konsistensi keras dan cepat
bertambah besar.

2.9 DIAGNOSIS

Anamnesis

Keluhan yang didapatkan berupa benjolan yang soliter, tidak nyeri, di pre/infra/retro
aurikuler, jika terdapat rasa nyeri yang sedang sampai berat biasanya terdapat pada keganasan.
Terjadinya paralisis nervus facialis pada 2-3% kasus keganasan parotis. Adanya disfagia, sakit
tenggorokan, dan gangguan pendengaran. Dan dapat pula terjadi pembesaran kelenjar getah
bening apabila terjadi metastasis

Selain itu dalam anamnesis perlu ditanyakan bagaimana progresivitas penyakitnya,


adakah faktor-faktor resiko yang dimiliki oleh pasien, dan bagaimana pengobatan yang telah
diberikan selama ini.

6
Pemeriksaan fisik

Status general dengan melihat keadaan umum pasien secara keseluruhan, adakah anemis,
ikterus, pemeriksaan kepala, thorax, abdomen. Selain itu adakah tanda-tanda kearah metastasis
jauh (paru, tulang dan lain-lain)

Status lokalis

Inspeksi dari warna kulit, struktur, perkiraan ukuran, dan sampai intaoral, melihat adakah
pendesakan tonsil/uvula)
Palpasi untuk menilai konsistensi, permukaan, mobilitas terhadap jaringan sekitar.
Status regional Palpasi apakah ada pembesaran kelenjar getah bening leher ipsilateral
dan kontralateral.

Pemeriksaan Penunjang
USG untuk membedakan massa padat dan kistik. USG pada pemeriksaan penunjang
berguna untuk evaluasi kelainan vaskuler dan pembesaran jaringan lunak dari leher dan
wajah, termasuk kelenjar saliva dan kelenjar limfe.
CT-Scan gambaran CT-scan tumor parotis yaitu suatu penampang yang tajam dan
pada dasarnya mengelilingi lesi homogen yang mempunyai suatu kepadatan yang lebih
tinggi dibanding glandula tissue. Tumor mempunyai intensitas yang lebih besar ke area
terang (intermediate brightness). Focus dengan intensitas signal rendah (area
gelap/rediolusen) biasanya menunjukkan area fibrosis atau kalsifikasi distropik.
MRI pemeriksaan ini dapat membedakan massa parotis benigna atau maligna. Pada
massa parotis benigna, lesi biasanya memiliki tepi yang halus dengan garis kapsul yang
kaku. Namun demikian, pada lesi maligna dengan grade rendah terkadang mempunyai
pseudokapsular dan memiliki gambaran radiografi seperti lesi benigna. Lesi maligna
dengan grade tinggi memiliki tepi dengan gambaran infiltrasi.
Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium rutin, seperti: darah, urine,
SGOT/SGPT, alkali fosfatase, BUN/Kreatinin, globulin, albumin, serum elektrolit, faal
homeostasis, untuk menilai keadaan umum dan persiapan operasi
Pemeriksaan Patologi Anatomi
a. Biopsy insisional dikerjakan pada tumor yang inoperable.

7
b. Biopsy Eksisional pada tumor parotis yang operable dilakukan parotidektomi
superfisial.
c. FNAB FNAB dari tumor kelenjar air liur merupakan suatu pemeriksaan yang
sederhana dan cukup akurat. Informasi dari pemeriksaan sitologi dapat membantu
menerangkan keadaan tumor pada pasien dan rencana tindakan selanjutnya.
Keakuratan pemeriksaan ini tergantung dari keterampilan ahli sitopatologi, karena
tidak mudah memperkirakan letak tumor sehingga dapat terbawa sewaktu aspirasi.
Sensitivitas pemeriksaan FNAB 85,5-99% dengan spesifitas 96,3-100%.

d. Frozen section Pemeriksaan frozen section atau vries coupe diperoleh dari jaringan
tumor melalui pembedahan parotidektomi superfisial. Dengan pemeriksaan VC
sewaktu pembedahan ini dapat ditentukan apakah tumor tersebut jinak atau ganas,
sehingga dapat diputuskan macam pembedahan yang harus dikerjakan. VC
merupakan cara diagnostik yang lebih spesifik karena mempunyai kemampuan
membedakan kasus jinak dengan ganas mendekati 100%, dengan ketepatan diagnosis
(sensitivitas) sebesar 80-90%.

2.10 TATALAKSANA

Pengobatan tumor parotis adalah multidisiplin ilmu termasuk bedah, neurologis, radiologi
diagnostic dan inventersional, onkologi dan patologi anatomi. Faktor tumor dan pasien harus
diperhitungkan termasuk keparahannnya, besarnya tumor, tingkat morbiditas serta availibilitas
tenaga ahli dalam bedah, radioterapi dan kemoterapi.

Terapi utama tumor operable adalah pembedahan berupa parotidektomi superficial,


dilakukan pada tumor jinak parotis lobus superficial. Untuk parotidektomi total, dilakukan pada
tumor ganas parotis yang belum ada ektensi ektraparenkim dan n.VII. dan untuk parotidektomi
total diperluas, dilakukan pada tumor ganas parotis yang sudah ada ekstensi ekstraparenkim dan
n.VII.

8
2.11 KOMPLIKASI
Perdarahan
Sindroma Frey
Gustatory sweating saat parotidektomi terdapat pada 50 % pasien. Terjadi re-inervasi
silang pada system persarafan otonom kelenjar parotis yang terjadi setelah dilakukan
parotidektomi. Saraf parasimpatis, yang dirangsang oleh bau dan rasa dari makanan
sekarang menginervasi kelenjar keringat dan pembuluh darah melalui asetilkolin, lalu
mengakibatkan keringatan dan kemerahan pada kulit di atas area tersebut.
Paralisis/Paresis nervus fasialis
Kejadian paralisis/paresis nervus paresis setelah operasi tumor saliva jinak biasanya kecil
(<5%).

2.11 PROGNOSIS
Prognosis tumor malignan sangat tergantung pada histology, perluasan lokal dan
besarnya tumor dan jumlah metastasis kelenjar leher. Jika sebelum penanganan tumor malignan
telah ada kehilangan fungsi saraf, maka prognosisnya lebih buruk.

9
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. H

Usia : 36 tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Alamat : Desa Tanah Merah

Pekerjaan : Buruh

Status : Menikah

Tanggal MRS : 2 Agustus 2017

Nomor MR : 05.57.36

ANAMNESIS

KELUHAN UTAMA : Benjolan pada leher sebelah kanan

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Tn. H datang ke poli bedah RSUD Kab Kepulauan Meranti dengan keluhan terdapatnya
benjolan pada leher kanan yang disadari sejak kurang lebih 2 bulan yang lalu. Benjolan berawal
dikeluhkan hanya bentukan seperti kelereng, yang semakin lama semakin membesar dalam
waktu 2minggu dan sekarang sebesar telur ayam. Benjolan dirasakan tidak menghilang walaupun
pasien tidur mengarahkan kepalanya ke arah kanan, dengan maksud agar benjolan tersebut
terhimpit dan mengecil. Pasien menyangkal adanya nyeri pada benjolan tersebut, merah atau
panas.

10
RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU

Pasien menyatakan belum pernah mengalami gejala seperti ini sebelumnya.

Riwayat hipertensi (-), penyakit jantung (-), asma (-), riwayat trauma (-), kencing manis
(-), riwayat batuk lama (-) riwayat memakan obat 6bulan (-)

RIWAYAT ALERGI

Alergi makanan (-)

Alergi obat-obatan (-)

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Tidak terdapat keluarga yang mengalami keluhan yang sama. Riwayat hipertensi (-), riwayat
kencing manis (-).

RIWAYAT SOSIAL

Pasien adalah seorang buruh

Riwayat merokok (+), dalam sehari dapat menghabiskan 10 batang dalam sehari.

VITAL SIGN

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : E4V5M6

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 84 x/menit

Respiratory rate : 22 x/menit

Suhu axial : 36,8C

11
PEMERIKSAAN FISIK UMUM

Kepala Leher

Wajah Asimetris, benjolan di submandibula dextra, Nyeri Tekan (+)

Mata : Simetris, anemis (-/-), hyperemi (-/-), ikterus (-/-), pupil bulat isokor uk. 3mm.

THT : Pendengaran pasien dalam keadaan baik. Pada pemeriksaan region intraoral tidak
adanya pendesakan pada bagian tonsil dan uvula.

Leher :

Inspeksi : Terdapat benjolan pada leher sebelah kanan dengan berukuran 7 cm x 5


cm sebanyak 1buah, berwarna sama dengan sekitarnya,tidak terdapat ulserasi.

Palpasi : Permukaan licin, konsistensi keras dan berbatas tegas, nyeri tekan, tidak
terdapat pembesaran KGB.

Auskultasi : Bruit (-)

Thorax

Pulmo

Inspeksi : bentuk simetris, gerakan simetris, fosa supraklavikula dan infraklavicula


simetris, deviasi trakea (-).
Palpasi : pergerakan simetris, nyeri tekan (-).
Perkusi : sonor pada seluruh lapangan paru.
Auskultasi : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Cor :

Inspeksi : iktus cordis tidak tampak


Palpasi : iktus cordis teraba ICS VI midclavicula sinistra 3 jari kemedial.
Perkusi : pekak dengan batas kanan jantung sterna line dekstra. Batas kiri jantung
ICS V midclavicular line sinistra 2 jari ke medial. Batas atas jantung ICS II sterna line
sinistra.

12
Auskultasi : S1S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-).

Abdomen

Inspeksi : kulit tampak normal, dinding abdomen tidak tampak distensi, spider nevi
(-)
Palpasi : nyeri tekan (-) pada seluruh lapang abdomen; hepar dan lien tidak
teraba.
Perkusi : timpani pada seluruh lapang abdomen
Auskultasi : BU (+) normal.

Extremitas Atas-Axilla

Dingin (-), edema (-).


Deformitas (-)
Motorik dan sensibilitas baik

Extremitas Bawah

Dingin (-), edema (-)


Deformitas (-)
Motorik dan sensibilitas baik

Status Lokalis

Inspeksi : tampak benjolan berbentuk oval dengan ukuran 7 cm x 5 cm sebanyak


1buah, kulit tampak normal.
Palpasi : nyeri tekan , teraba keras dan berbatas tegas.

13
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hemoglobin: 16,6 gr/dL (N : 14-18 g/dl)

Eritrosit : 5,10 jt/ mm3 (N: 4,5-5,5jt/ mm3)

Leukosit : 13.710/mm3 (N : 4000-10.000/mm3)

Hematokrit: 48,4 vol% (N : 40-54 vol%)

Trombosit : 340.000/mm3 (N : 150.000-400.000/mm3)

CT : 6 menit (N :1-9 menit)

BT : 2 menit (N : 1-3 menit)

Ureum : 17 mg/dL (N : 10-50mg/dL)

Kreatinin : 0,88 mg/dL (N : 0,7-1,2smg/dL)

Na+ : 138,41 mmol/L (N : 135-145 mmol/L)

K+ : 3,89 mmol/L (N : 3,5-5,5 mmol/L)

Cl- : 107,79 mmol/L (N: 96-122 mmol/L)

14
RESUME

Anamnesis

Laki-laki, usia 36 tahun mengeluhkan benjolan pada leher sebelah kanan, yang disadari
oleh pasien sejak 2 bulan yang lalu. Benjolan berawal dikeluhkan hanya bentukan seperti
kelereng, yang semakin lama semakin membesar dalam waktu 2minggu dan sekarang sebesar
telur ayam. Nyeri tekan pada benjolan (+), nafsu makan menurun.

Pemeriksaan Fisik

Tampak adanya benjolan berbentuk oval pada region parotis dextra dengan ukuran 7 cm x
5 cm, kulit tampak normal, nyeri tekan (+), teraba keras dan berbatas tegas.

DIAGNOSIS KERJA

Tumor Parotis Dextra

DIFERENSIAL DIAGNOSIS

LIMFADENOPATI

USULAN PEMERIKSAAN

Persiapan operasi:
DL, BT, CT, UREUM, KREATININ, NATRIUM, KALIUM, KLORIDA

RENCANA TERAPI

Parotiroidektomi

PROGNOSIS

Dubia ad bonam

15
FOLLOW UP

Tanggal Perjalanan penyakit Terapi


P:
02/08/2017 S/ Benjolan pada leher sebelah kanan Instruksi pre operasi:
11.30 WIB 0/ K/U: Tampak sakit sedang, sensorium: IVFD Ringer
compos mentis, Laktat 20 tetes
TD: 120/80 mmHg, Nadi: 84 x/menit, RR: 20 makro /8jam
x/menit, Puasa 8Jam Pre
T: 36,5 C Op
Status Generalisata : DBN Informed
Regio Submandibula Dextra : Bengkak (+) Consent
Keras (+) Nyeri (+)
A/ TUMOR PAROTIS DEXTRA

03/08/2017 S/ Benjolan pada leher sebelah kanan P/ Rencana Operasi


08.00 WIB 0/ K/U: Tampak sakit sedang, sensorium: Parotidektomi
compos mentis, Profilaksis :
TD: 130/85 mmHg, CEFAZOLIN 1gr
Nadi: 86 x/menit, (30menit Pre Op)
RR: 20 x/menit, IVFD RL 20 tetes
T: 36 C makro/8jam
Status Generalisata : DBN
Regio Submandibula Dextra : Bengkak (+)
Keras (+) Nyeri (+)
A/ TUMOR PAROTIS DEXTRA

16
Laporan Operasi
Pasien masuk kamar bedah
Pasien berbaring supinasi, kepala
menoleh kekiri dalam General Anastesi
Lakukan antisepsis dan asepsi lapangan
operasi
Insisi kulit diatas tumor parotis (D),
perdalam insisi kulit lapis demi lapis
hingga mencapai tumor
Buat Flap Kulit
Bebaskan tumor dari jaringan sekitar
sambil preservasi n.fasial kanan. Tumor
diameter 12cm,keras.
Setelah tumor bebas, angkat lalu kirim
Lab PA
Cuci luka operasi dengan Nacl 0,9%
sebersih mungkin
Pasang drainase
Rekonstruksi jaringan lunak
Rekonstruksi kulit wajah
Operasi selesai.
3/08/2017 S/ Nyeri bekas operasi (+) , mual (-), muntah (-)
17.00 WIB 0/ K/U: Baik, sensorium: compos mentis, TD: P/ Diet bubur
110/70 mmHg, Nadi: 79 x/menit, RR: 20 x/menit, Inj. Ceftriaxone 2
T: 36,5 C gr / 24 jam (IV)
Luka operasi tertutup kasa, tidak rembes Inj. Ketorolac 30
A/ Tumor Parotis Post Parotidektomi Total (D) mg / 8 jam (IV)
Inj. Ranitidine 50
mg / 8 jam (IV)
mobilisasi
pasang tampon

17
kasa lembab
NaCl0,9%
4/08/2017
17.00 WIB S/ Nyeri bekas operasi (+) , mual (-), muntah (-) P/
0/ K/U: Baik, sensorium: compos mentis, TD: Diet bubur
120/80 mmHg, Nadi: 79 x/menit, RR: 20 x/menit, saring
T: 36,5 C Inj.
Massa (-) Ceftriaxone 2
A/ Tumor Parotis Post Parotidektomi Total (D) gr / 24 jam (IV)
Inj. Ketorolac 3
mg / 8 jam (IV)
Inj. Ranitidine
5 mg / 8 jam
(IV)
Inj. Asam
Tranexamat
100mg/ 8jam
(IV)
Inj. Vit K 1
ampul/ 24 jam
(IV)

05/08/2017 S/ Nyeri bekas operasi (+) P:


08.00 WIB 0/ K/U: Baik, sensorium: compos mentis, TD: Diet bubur
120/80 mmHg, Nadi: 79 x/menit, RR: 20 x/menit, saring
T: 36,5 C Inj.
A/ Tumor Parotis Post Parotidektomi Total(D) Ceftriaxone 2
gr / 24 jam (IV)
Inj. Ketorolac 3
mg / 8 jam (IV)
Inj. Ranitidine

18
5 mg / 8 jam
(IV)
Inj. Asam
Tranexamat
100mg/ 8jam
(IV)
6/08/2017 S/ Nyeri bekas operasi (+) P/
08:00 0/ K/U: Baik, sensorium: compos mentis, TD: Pasien
120/80 mmHg, Nadi: 84 x/menit, RR: 20 x/menit, direncanakan
T: 36,5 C untuk pulang

A/ Tumor Parotis Post Parotidektomi Total (D) obat pulang:


Asam
Mefenamat tab
3x500mg
Ranitidin tab
2x150mg
Cefadroxyl tab
2x500mg

19
DAFTAR PUSTAKA :

Kamus Kedokteran Dorland edisi ke 27


Susan, Standring. 2005. Grays Anatomy: The Anatomical Basis of Clinical
Practice. Elsevier : USA
Mujahid, Aswin. 2010. Modalitas Pemeriksaan Radiologis pada Tumor Parotis.
Lee, K. J. 2003. Essential Otolaryngology-Head & Neck Surgery ed. 8.
Connecticut : McGraw
Anil K. 2004. Current Diagnosis & Treatment in Otolaryngology-Head & Necj
Surgery. USA : Mc Graw Hill.
Sjamsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-de Jong. Edisi 3. Jakarta:
EGC, 2010

20

Anda mungkin juga menyukai