Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
pendekatan yaitu dengan metode sipatdatar menggunakan alat Waterpass (WP) dan metode
trigonometris menggunakan alat Total Station (TS) atau Theodolit. Kedua metode ini masing-
masing memiliki kelebihan dan kelemahan. Metode sipatdatar menghasilkan ketelitian lebih
tinggi namun kurang praktis dan kurang ekonomis digunakan pada area yang tidak datar,
menghasilkan ketelitian yang lebih rendah namun memiliki kelebihan karena alat TS sangat
praktis digunakan di lapangan baik pada kondisi daerah pengukuran yang datar maupun yang
bervariasi sehingga waktu dan biaya yang dibutuhkan menjadi lebih efisien dan ekonomis.
Wibowo PW (1987) melakukan penelitian pengukuran beda tinggi secara trigonometric dengan
EDM pada jalur terbuka. Dalam penelitian tersebut pengukuran beda tinggi dengan cara
trigonometris dilakukan sekali sedangkan dengan sipat datar dilakukan pengukuran pergi pulang.
Jalur pengukuran beda tinggi dengan cara trigonometric berbeda dengan jalur pengukuran sipat
datar. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa pengukuran beda tinggi cara trigonometric
dapat menggantikan cara sipatdatar. Bahkan dapat menggantikan pengukuran beda tinggi sipat
datar orde 1 bila pengukuran beda tinggi metode trigonometric dilakukan dalam kondisi tertentu
Secara fisik alat ukur Total Station merupakan perpaduan antara alat ukur jarak dan sudut
elektronik yang dilengkapi dengan sistem memori dan micro komputer untuk melakukan
hitungan-hitungan sederhana. Kesalahan data ukuran menggunakan Total Station terutama yang
bersumber dari faktor manusia dapat diminimalkan. Waktu pengukuran menggunakan alat Total
Station dapat lebih cepat dibandingkan dengan Theodolite. Salah satu data ukuran yang bisa
diperoleh dengan melakukan pegukuran menggunakan Total Station adalah beda tinggi. Beda
tinggi yang diperoleh menggunakan prinsip metode trigonometric yaitu salah satu metode
penentuan beda tinggi yang didasarkan pada hasil ukuran sudut vertikal dan jarak antara dua titik
penentuan metode penaksiran sumberdaya harus melihat penyebaran endapan secara utuh,
sehingga metode yang dipilih dapat mewakili sifat dan bentuk endapan tersebut. Semakin tepat
penentuan metode maka hasil yang diperoleh akan semakin akurat dan representative.
Perhitungan volume pada sumberdaya pada daerah penelitian menggunakan metode cross
section dan contour dengan pedoman perubahan bertahap (rule of gradual change) dengan
menggunakan rumus mean area dan frustum adalah pembuatan sayatan pada badan endapan
mineral, kemudian dihitung luas masing-masing endapan mineral dan untuk menentukan volume
dengan menggunakan jarak antar sayatan. Perhitungan volume dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
hitung luas masing-masing endapan mineral dan untuk menentukan volume dengan
Kelebihan dari metode cross section berada pada perhitungan areanya. Dengan menggunakan
metode simpson 1/3 dan 3/8, yang berdasarkan jarak antar segmen, sehingga jarak antar section
dan spasi segmen berbading lurus, semakin kecil jarak spasi maka akan lebih detail perhitungan
luasan area, sedangkan analisis perhitungan metode kontur berdasarkan pada tingkat elevasi
kontur, jadi dengan elevasi yang semakin rapat maka perhitungan area akan semakin detail.
Kekurangan dari metode cross section adalah tidak memperhitungkan perubahan topografi yang
berada diantara penampang yang satu dengan penampang yang lain, sedangkan kekurangan
metode kontur adalah metode ini tidak memperhitungkan perubahan topografi yang berada
AutoCad merupakan software yang paling sering digunakan oleh seorang perencana
paling pesat perkembangannya diantara software-software lainnya. Disamping itu juga, AutoCad
dapat disisipi dengan plugin atau script tambahan yang berfungsi untuk mempercepat pekerjaan
seorang engineer/drafter [1]. Penggunaan plugin atau script didalam AutoCad bukan suatu
keharusan akan tetapi lebih bersifat opsional dengan tujuan untuk mengefisiensikan waktu
permukaan tanah asli (Original Ground Land). Dengan atau tanpa bantuan plugin atau script
penggambaran OGL tetap dapat dilakukan karena AutoCad telah menyediakan tools untuk
Secara teoritis pengertian sipatdatar adalah penentuan beda tinggi antara dua titik atau lebih
dengan garis bidik horisontal yang diarahkan pada rambu yang berdiri vertikal. Jika jarak antar
rambu jauh atau tidak bisa dalam satu kali kedudukan ( satu slag ), maka antar titik tersebut
perlu dibuat beberapa slag pengukuran yang dapat diukur pergi dan pulang ( PP ) dalam waktu
satu hari. Cara pengukuran beda tinggi tersebut dinamakan pengukuran sipat datar berantai atau
diferensial levelling. Pengukuran beda tinggi antar titik yang cukup jauh ( antar titik kontrol
pemetaan ) dengan cara sipat datar berantai ( 6 ) secara grafis dapat dilihat
Berdasarkan gambar 2 tersebut, beda tinggi antara titik A dan B (hAB) dapat dihitung dengan
persamaan-persamaan berikut :
h AB = h = b - a
HB = HA + hAB
Keterangan gambar 2 :
4.3. Desain bentuk geometris pengukuran di AB lapangan. Agar hasil masing-masing ukuran
yaitu cara sipatdatar dan trigonometris dapat dikontrol berdasarkan pendekatan matematis yaitu
dari titik awal kembali ke titik awal lagi, maka route pengukuran dibuat tertutup dan masing-
masing slag diukur dua kali. Secara umum bentuk geometris yang digunakan seperti gambar 3:
b4 a4
Poligon berasal dari kata polygon yang berarti poly : banyak dan gon(gone) : titik.Yang diaksud
disini adalah poligon yang digunakan sebagai kerangka dasar pemetaan yang memiliki titik titik
dimana titik tersebut mempunyai sebuah koordinat XdanY. Polygon adalah serangkaian garis
lurus yang menghubungkan titik titik yang ada di permukaan bumi.Pada jarak tersebut
diperlukan jarak mendatar dan sudut mendatar yang digunakan untuk menetukan posisi
horizontal relative terhadap titik titik polygon.artinya letak satu titik terhadap titik lainnya
dalam satu system koordinat.Pada ilmu teknik sipil terutama untuk perencanaan jalan,polygon
Menurut (Wongsotjitro,1977) Poligon berasal dari kata poli yang berarti banyak dan gonos yang
berarti sudut. Secara harfiahnya, poligon berarti sudut banyak, namun arti yang sebenarnya
adalah rangkaian titik-titik secara berurutan sebagai kerangka dasar pemetaan. Sebagai kerangka
dasar, posisi atau koordinat titik-titik poligon harus diketahui atau ditentukan secara teliti, karena
akan digunakan sebagai ikatan detil pengukuran poligon harus memenuhi kriteria atau
persyaratan tertentu. Pengukuran dengan metode poligon ini terbagi menjadi dua bentuk yaitu
Poligon tertutup adalah poligon dengan titik awal sama dengan titik akhir, jadi dimulai dan
diakhiri dengan titik yang sama, berikut adalah gambar poligon tertutup.
Gambar 2.1. Poligon tertutup sudut dalam / beta dalam (sumber : Wongsotjitro,1977)
Poligon tertutup sudut dalam ini mempunyai rumus : ( n 2 ) x 180
Karena bentuknya tertutup, maka akan terbentuk segi banyak atau segi n, dengan n adalah
banyaknya titik poligon. Oleh karenanya syarat-syarat geometris dari poligon tertutup adalah:
1. Syarat sudut:
Poligon terbuka adalah poligon dimana titik awal dan titik akhir tidak berimpit
atau titik awal tidak bertemu dengan titik akhir. Poligon terbuka ditinjau dari
Poligon terbuka terikat sempurna adalah poligon yang titik awal dan titik akhir terikat oleh
koordinat dan azimuth atau terikat oleh dua koordinat pada awal dan akhir pengukuran. Poligon
jenis ini memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan poligon lainnya. Pada poligon ini
kesalahan sudut serta kesalahan jaraknya dapat dikoreksi dengan diketahuinya azimuth dan
koordinat awal serta azimuth dan koordinat akhir. Berikut adalah gambar poligon Terikat
sempurna
Dalam poligon terbuka terikat sempurna, besaran - besaran yang harus diukur :
= azimuth
sempurna :
menghitung azimuth titik ikat awal dan titik ikat akhir ( a A-B dan a P-Q )
dB = dB + kdi.(12)
d1 = d1 + kdi.....................(13)
dP = dP + kdi (14)
X = SX ( XP XB )...(21)
Y = SY ( YP YB )...(22)
jika kesalahan absis dan ordinat bertanda negative (-) maka koreksinya positif
X1 = XB + X B-1 (30)
Y1 = YB + Y B-1(31)
X3 = X2 + X 2-3..(32)
Y3 = Y2 + Y 2-3..(33)
Jika nilai koordinat titik akhir ( XP,YP ) yang dihitung sama dengan koordinat titik ikat akhir,
maka perhitungannya dinyatakan memenuhi toleransi serta dapat dilanjutkan pada pekerjaan
lainnya.
Poligon terikat koordinat adalah poligon yang titik awal dan titik akhirnya terikat oleh koordinat,
nilai azimuth awal dan akhir tidak diketahui, misal poligon terbuka terikat koordinat. Berikut
KY ).
jika kesalahan absis dan ordinat bertanda negatif (-) maka koreksinya positif
X1 = XA + X A-1 KX A-1.(62)
Y1 = YA + Y A-1 KY A-1.(63)
XB = X3 + X 3-B KX 3-B.(64)
YB = Y3 + Y 3-B KY 3-B.(65)
Jika nilai koordinat titik B yang dihitung sama dengan koordinat titik B yang diketahui maka
perhitungannya dinyatakan benar. Poligon ini sering dipakai dilapangan karena tidak menutup
kemungkinan banyak dijumpai hambatanhambatan misalnya hanya ada dua titik pengikat yang
diketahui sehingga azimuth awal dan akhir belum diketahui sehingga memakai azimuth
pendekatan.
Poligon terbuka terikat sepihak adalah poligon yang hanya terikat salah satu titiknya saja, bisa
terikat pada titik awalnya atau titik akhirnya saja. Misal poligon terbuka terikat sepihak
Langkah-langkah perhitungannya:
Pada poligon jenis ini kurang baik untuk kerangka dasar sebab cara perhitungannya sangat
sederhana karena tidak ada hitungan koreksi baik koreksi sudut maupun jarak, hanya koordinat
titik ikat atau koordinat yang diketahui digunakan sebagai acuan dalam perhitungan koordinat
lainnya.
Poligon terbuka bebas adalah poligon lepas atau poligon yang tidak terikat kedua ujungnya.
Untuk menghitung koordinat masing-masing titiknya maka harus ditentukan terlebih dahulu
koordinat salah satu titik sebagai acuann menghitung koordinat titik lainnya. Pada poligon ini
jarak.
hitungan azimuth ( a )