Anda di halaman 1dari 17

Kebijakan SIK di Indonesia

Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah suatu sistem pengelolaan data dan informasi
kesehatan di semua tingkat pemerintahan secara sistematis dan terintegrasi untuk mendukung
manajemen kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
Perturan perundang undangan. Bagian atau ranah yang menyebutkan sistem informasi kesehatan
adalah Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi desentralisasi
bidang kesehatan dan Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk
pelaksanaan pengembangan sistem laporan informasi kesehatan kabupaten/kota.Kebutuhan akan
data dan informasi disediakan melalui penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan, yaitu
dengan cara pengumpulan, pengolahan, analisis data serta penyajian informasi.

Di Indonesia sendiri telah ada susunan undang undang yang menjelaskan tentang
informasi yaitu Menurut UUD 1945, Pasal 28; Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan
memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak
untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi
dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Peraturan Sistem Informasi Kesehatan
di Indonesia diatur Menurut Keputusan Mentri Kesehatan dalam undang undang nomer 36 tahun
2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang
efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan yang dilakukan melalui sistem informasi dan
melalui lintas sector. Di dalam undang undang ini dinyatakan pula bahwa ketentuan lebih lanjut
mengenai Sistem informasi kesehatan diatur dengan peraturan pemerintah.

Peraturan menteri kesehatan nomor 1144/MENKES/PER/VII/2010 tentang Organisasi


dan tata kerja kementrian kesehatan mengamanatkan pusat data dan informasi (PUSDATIN)
sebagai pelaksana tugas kementrian kesehatan di bidang data dan informasi kesehatan, maka
pusdatin sebagai sekretariat SIK melakukan inisuatif penyusunan regulasi dan standar SIK
berupa rancangan peraturan pemerintah dan NSPK yaitu panduan ROADMAP rencana aksi
penguatan SIK.Dalam menyusunan standar dan regulasi SIK perlu dibentuk suatu Komite Ahli
SIK dan Tim Perumus SIK. Melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
805/Menkes/SK/IV/2011 telah dibentuk Komite Ahli dan Tim Perumus Penyusunan Peraturan
Pemerintah, Pedoman dan Roadmap Sistem Informasi Kesehatan. Komite Ahli dan Tim Perumus
ini merupakan para ahli yang berasal dari berbagai institusi/sektor yang mempunyai kaitan dan
peran dalam Sistem Informasi Kesehatan. Setelah tugasnya selesai, komite ini akan dilebur
menjadi Komite Ahli SIK.
Pengorganisasian pelaksanaan SIK yang merupakan implementasi dari regulasi dan
standar perlu melibatkan berbagai sektor. Untuk itu perlu tersedia suatu Forum yang dijalankan
oleh suatu Komite Ahli untuk mengoordinasikan seluruh upaya SIK. Komite Ahli terbagi dalam
tujuh divisi yang diadaptasi dari komponen SIK, yang akan bertugas memberi rekomendasi atas
hasil pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Roadmap Rencana Aksi Penguatan SIK. Dalam
pelaksanaannya masing-masing divisi Komite Ahli dapat membentuk kelompok-kelompok kerja
untuk membahas setiap masalah/isu yang timbul. Rekomendasi dari Komite Ahli akan
disampaikan kepada Menteri Kesehatan untuk dilaksanakan oleh pelaksana Penyelenggaraan
Sistem Informasi Kesehatan dilakukan oleh berbagai program, baik di lingkungan Kementerian
Kesehatan maupun diluar sektor kesehatan. Dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian
Kesehatan tahun 2010-2014, terdapat target strategis untuk meningkatkan pengembangan Sistem
Informasi Kesehatan. Agar SIK dapat menyediakan data/informasi yang handal, memperbaiki
permasalahan-permasalahan SIK dan mencapai target Renstra tersebut, maka perlu disusun suatu
Rencana Aksi Penguatan atau ROADMAP SIK yang komprehensif dengan mengintegrasikan
upaya-upaya pengembangan dan penguatan SIK, yang melibatkan semua pemangku kepentingan
terkait.

KEBIJAKAN ROADMAP SIK

Penyelenggaraan Misi dalam rangka mencapai Visi diatas dilakukan dengan memperhatikan
rambu-rambu dalam koridor kebijakan sebagai berikut:

1. Pengembangan kebijakan dan standar dilaksanakan dalam rangka mewujudkan SIK yang
terintegrasi, yang dapat menyediakan data secara real time yang mudah diakses dan berfungsi
sebagai sistem pendukung pengambilan keputusan (Decision Support System).

2. Penguatan manajemen SIK pada semua tingkat sistem kesehatan dititik-beratkan pada
ketersediaan standar operasional yang jelas, pengembangan dan penguatan kapasitas
SDM,dan pemanfaatan TIK, serta penguatan advokasi bagi pemenuhan anggaran.
3. Peningkatan kerjasama lintas program dan lintas sektor untuk meningkatkan statistik vital
melalui upaya penyelenggaraan Registrasi Vital di seluruh wilayah Indonesia dan upaya
inisiatif lainnya.

4. Penetapan kebijakan dan standar SIK dilakukan dalam kerangka desentralisasi di


bidangkesehatan.

5. Peningkatan penyelenggaraan sistem pengumpulan, pengolahan, analisis, penyimpanan,


diseminasi dan pemanfaatan data/ informasi dalam kerangka kebijakan SIK terintegrasi.

6. Pengembangan Bank Data Kesehatan harus memenuhi berbagai kebutuhan dari para
pemangku kepentingan dan dapat diakses dengan mudah, serta memperhatikan prinsipprinsip
kerahasiaan dan etika yang berlaku di bidang kesehatan dan kedokteran.

7. Pemanfaatan TIK dilakukan dalam menuju upaya pengumpulan data disaggregate/ individu.

8. Pengembangan SDM pengelola data dan informasi kesehatan dilaksanakan dengan menjalin
kerjasama dengan Perguruan Tinggi dan lintas sektor terkait serta terpadu dengan
pengembangan SDM kesehatan lainnya.

9. Pengembangan dan penyelenggaraan SIK dilakukan dengan melibatkan seluruh pemangku


kepentingan termasuk lintas sektor dan masyarakat madani.

10. Peningkatan budaya penggunaan data melalui advokasi terhadap pimpinan di semua tingkat
dan pemanfaatan forum-forum informatika kesehatan yang ada.

11. Peningkatan penggunaan solusi-solusi eHealth untuk mengatasi masalah infrastruktur,


komunikasi, dan kekurangan sumberdaya manusia dalam sistem kesehatan.
JENIS-JENIS SIK DI INDONESIA

Sistem Informasi Kesehatan di Rumah Sakit


1. Pengertian SIRS
Sistem Informasi Rumah sakit adalah suatu tatanan yang berurusan dengan pengumpulan data,
pengolahan data, penyajian informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan rumah sakit.
2. Kedudukan Sistem Informasi Rumah sakit
Dalam industry bussines, subsistem informasi memperoleh kedudukan yang besar sejak tahun
1965, bila rumah sakit ingin mengarah pada kedudukan industry sudah selayaknya
menempatkan informasi pada kedudukan yang lebih besar dan lebih penting.
3. Jenis Sistem Informasi RS
Sistem Informasi Rumah sakit, terbagi atas 3 jenis di bawah ini yaitu:
1. Sistem Informasi Klinik
2. Sistem Informasi Administrasi
3. Sistem Informasi Manajemen
Masing-masing sistem dapat dilakukan secara sendiri-sendiri atau secara bersamaan sebagai
suatu kesatuan yang integral.
1) Sistem Informasi Klinik
Meruapakan system informasi yang secara langsung untuk membantu pasien dalam hal
pelayanan medis. Contohnya yaitu:
- Sistem informasi di ICU.
- Sistem informasi pada alat seperti CT Scan, USG.
2) Sistem Informasi Administrasi
Yaitu sistem informasi yang membantu pelaksanaan Administrasi di rumah sakit. Contohnya:
- Sistem informasi Administrasi.
- Sistem informasi Billing sistem.
- Sistem informasi Farmasi.
- Sistem informasi penggajian.
3) Sistem Informasi Manajemen
Merupakan sistem informasi yang membantu menajemen rumah sakit dalam pengambilan
keputusan.
Contohnya:
- Sistem informasi manajemen pelayanan.
- Sistem informasi keuangan.
- Sistem informasi pemasaran.
4. Manfaat SIRS
Dalam siklus manajemen di rumah sakit, hal-hal yang harus diperhatikan diantaranya adalah:
1. Permintaan tujuan dan target.
2. Memperhatikan kebutuhan pelayanan.
3. Alokasi sumber daya.
4. Pengendalian mutu pelayanan.
5. Evaluasi program.
Kelima hal diatas saling berhubungan dan informasi akan menjadi berperan penting dalam
siklus pengambilan keputusan. Untuk memenuhi kegiatan manajemen tersebut diperlukan
adanya informasi, jadi informasi berperan dalam hal pengambilan keputusan.
Dari gambaran diatas menunjukkan informasi akan menjadi sentral untuk keputusan
manajerial, berperan timbale balik artinya makin baik sistem informasi maka akan lebih baik
pula keputusan yang diambil. Sebaliknya, makin buruk sistem informasi di rumah sakit maka
keputusan yang duambil akan semakin buruk.
Secara lebih rinci SURS berperan dalam mendukung:
1. Pengendalian mutu pelayanan medis.
2. Pengendalian mutu dan penilaian produktivitas.
3. Analisa pemanfaatan dan perkiraan kebutuhan.
4. Perencanaan dan evaluasi program.
5. Menyederhanakan pelayanan.
6. Penelitian klinis.
7. Pendidikan.

A. SISTEM INFORMASI PEMASARAN RUMAH SAKIT


Sistem Informasi pemasaran rumah sakit adalah suatu struktur yang berlanjut, dan saling
terkait dari orang, peralatan, dan prosedur yang ditujukan untuk mengumpulkan, menyaring,
menganalisis, dan membagikan informasi yang spesifik, tepat waktu dan cermat untuk
digunakan oleh para pengambil keputusan dibidang pemasaran dengan tujuan
penyempurnaan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pemasaran. Pokok-pokoknya
meliputi hal-hal seperti :
1. Adanya sistem yang terdiri dari orang, alat, dan prosedur yang diatur sehingga
merupakan struktur yang terkait.
2. Pembuatan Informasi, yaitu kegiatan mengumpulkan data, menyaring adat yang relevan,
menganalisis, mengubahnya menjadi informasi, untuk dibagikan kepada yang membutuhkan,
merupakan bagian penting dari proses pemasaran, yaitu pada tahap analisis dari 6 tahap yang
ada.
3. Sistem informasi haruslah spesifik, tepat waktu, cermat.
Syarat informasi yang baik akan menentukan kualitas informasi (quality of information)
termasuk pula sifat relevan atau memang sesuai dengan kebutuhan. Akurat berarti informasi
harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias atau menyesatkan. Akurat juga berarti
informasi harus jelas mencerminkan maksudnya. Tepat pda waktunya berarti informasi yang
datang pada penerima tidak boleh terlambat. Informasi yang sudah usang tidak akan
mempunyai nilai lagi karena informasi merupakan landasan di dalam pengambilan
keputusan. Relevan berarti informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakaiannya.
Relevansi informasi untuk tiap orang satu dengan yang lainnya berbeda.
Informasi yang berkualitas yang terkait dengan informasi pemasaran, yang berguna sebagai
pedoman dalam pengambilan keputusan lebih lanjut ternyata ada 5 elemen penting.
Diantaranya adalah:
a. Dasar pemilihan dari pelanggaran yang akan dilayanani.
b. Perlunya informasi pemasaran hasil pengumpulan data yang cocok.
c. Strategi yang sesuai yang dapat mencapai tujuan pemasaran secara benar.
d. Pelaksanaan operasional yang efektif, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
e. Intergrasi dari pengorganisasian pemasaran.
4. Pemakai adalah para pengambil keputusa di bidang pemasaran yang akan menghasilkan
contoh program pemasaran.
5. Tujuan yang akan dicapai oleh adanya sistem informasi adalah penyempurnaan
perencanaan seperti perencanaan strategis atau strategi jangka panjang.
B. SISTEM INFORMASI KEUANGAN RUMAH SAKIT
Sistem informasi keuangan rumah sakit bertujuan auntuk meringankan beban administrative,
baik dari banyaknya tumpukan kertas, lamanya proses dan sulitnya perhitungan. Sistem
Informasi administratif adalah sistem informasi yang berperan dalam proses administrasi.
Proses administrasi disini adalah proses mencatat, perhitungan dan surat menyurat. Proses
administrasi di RS biasanya meliputi:
1. Keuangan RS, baik dari pasien dan untuk kepentingan RS.
2. Kepegawaian.
3. Penerimaan pasien.
4. Administrasi umum, seperti ketatausahaan dan pengarsipan.
Sistem informasi tersebut dikembangkan untuk memperoleh kemudahan proses, mengurangi
beban kerja, mengurangi jumlah kertas dan arsip, dan juga mempercepat proses.
A. Karakteristik Sistem Informasi Administratif
Sistem Informasi Administratif mempunyai beberapa karakteristik diantanya adalah:
1. Menangani pencatatan
Sistem informasi administrative, berusaha menangani pencatatan yang semakin rumit dan
kompleks. Seperti penagihan pada pasien, karena banyaknya pelayanan, maka semakin
rumit dan lama, di lain pihak, pasien butuh kecepatan.
2. Menangani perhitungan
Seperti pada jumlah barang yang beredar di RS sangat banyak jenis dan
jumlahnya. Monitoring stock obat akan jadi masalah. Maka sistem informasi akan
menolong perhitungan secara cepat.
3. Menangani pengarsipan
Adanya arsip yang bertumpuk dari kertas-kertas dapat dikurangi dengan sistem informasi
administrasi ini, sehingga akan menghemat ruangan dan tempat penyimpanan.
4. Bila dilihat diatas akan berperan secara jelas pada kegiatan yang sekarang ini banyakk
melibatkan karyawan dan deretan meja serta kertas.
Akan tetapi ada yang harus diperhatikan yaitu sistem informasi administrative, bisa
dikembangkan dengan komputerisasi secara baik bila sistem manualnya telah ditata dengan
baik. Jadi sebelum mengembangkan komputerisasi, harus perbaiki sistem manualnya terlebih
dahulu. Dalam komputerisasi administrative ada baiknya dikembangkan secara bertahap dan
individual, terus kea rah Local Area Network (sistem informasi secara regional). Karena bila
langsung secara integrasi akan memerlukan memory yang besar.
Komputerisasi tidak bisa dikembangkan secara baik tanpa pengembangan sistem manual
juga terdapat keterbatasan. Keterbatasan tersebut diantaranya:
a. Keterbatasan sistem
Sistem informasi administrative yang menggunakan computer, harus secara jelas didasari
oleh manual. Jadi manualnya harus dirapihkan terlebih dahulu, baru kemudian sistem
informasi komputerisasi dapatb dikembangkan.
b. Keterbatasan perangkat sistem
Perangkat harus yang dipergunakan mempunyai keterbatasan memory dan kecepatan.
Sehingga beban kerja harus disesuaikan, maka dianjurkan pengembangan yang bertahap.
c. Keterbatasan perangkat lunak
Perangkat lunak yang ada banyak dibuat secara tailor made, yaitu sesuai dengan RS
tertentu.
d. Keterbatsan operator
Pengguna sistem harus terlatih, karena apabila salah mengisi maka akibatnya hasil yang
terjadi akan salah juga. Latihlah operator yang terampil dan selalu ada cadangan petugas
yang bisa menggantikan bila berhalangan. Bila hal ini tidak disiapkan maka akan terjadi
kelumpuhan sistem apabila salah seorang operator berhalangan.
C. APLIKASI SISTEM INFORMASI KESEHATAN PADA SISTEM INFORMASI
RUMAH SAKIT.
Sitem informasi rumah sakit tidak dapat lepas kaitannya dengan sistem informasi kesehatan
karena sistem ini merupakan aplikasi dari sistem informasi kesehatan itu sendiri. Untuk itu,
perlu diketahui sedikit tentang sistem informasi rumah sakit yang ada di Indonesia, mulai
dari rancang bangun (desain) sistem informasi rumah sakit hingga pengembangannya.
1. Rancang Bangun (desain) Sitem Informasi Rumah Sakit
Rancang Bangun Sistem Informasi Rumah sakit (SIRS), sangat bergantung kepada jenis
dari rumah sakit tersebut. Rumah sakit di Indonesia, berdasarkan kepemilikannya
menjadi 2, yaitu sebagai berikut:
a. Rumah sakit pemerintah, yang dikelola oleh:
1) Departemen Kesehatan.
2) Departemen Dalam Negeri.
3) TNI.
4) BUMN.
Sifat rumah sakit ini adala tidak mencari keuntungan (non profit).
b. Rumah Sakit Swasta, yang dimiliki dan dikelola oleh sebuah yayasan baik yang
sifatnya tidak mencari keuntungan (non profit) maupun memang mencari keuntungan
(profit).
Untuk menyusun SIRS digunakan 4 pertanyaan sederhana sebagau berikut:
a.Apa fungsi/tugas utama dari rumah sakit? Jawaban pada umumnya adalah layanan
kesehatan
b.Apa objek/sasaran dari fungsi/tugas utama rumah sakit? Jawaban pada umumnya
adalah pasien?penderita.
c.Dukungan operasional apa saja yang diperlukan oleh rumah sakit? Jawaban pada
umumnya adalah tenaga kerja, keuangan dan sarana atau prasarana.
d.Sistem apa yang dibutuhkan untuk mngelola rumah sakit tersebut? Jawaban pada
umumnya adalah manajemen rumah sakit.
Berdasarkan jawaban tersbut, maka SIRS terdiri dari:
a. Subsistem Layanan Kesehatan, yang mengelola kegiatan layanan kesehatan.
b. Subsistem Rekam Medis, yang mengelola data pasien.
c. Subsistem Personalia, yang mengelola data-data dan transaksi keuangan.
d. Subsistem Sarana/Prasarana, yang mengelola sarana dan prasarana yang ada di
dalam rumah sakit tersebut, termasuk peralatan medis, persediaan obat-obatan dan bahan
habis pakai lainnya.
e. Subsistem Manajemen Rumah Sakit, yang mengelola aktivitas yang ada didalam
rumah sakit tersebut, termasuk pengelolaan data untuk perencaan jangka panjang,
jangka pendek, pengambilan keputusan dan untuk layanan pihak luar.
Ke 6 subsistem tersebut diatas kemudian harus dijabarkan lagi ke dalam modul-modul
yang sifatnya lebih spesifik.
Subsistem Layanan Kesehatan dapat dijabarkan lebih lanjut menjadi:
1. Modul Rawat Jalan, yang mengelola data-data dan aktivitas layanan medis rawat
jalan.
2. Modul Rawat Inap, yang mengelola data-data dan aktivitas layanan medis rawat inap.
3. Modul Layanan Penunjang Medis, termasuk didalamnya tindakan medis, pemeriksaan
laboratorium, dsb.

D. PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT


Dalam melakukan pengembangan SIRS, pengembang haruslah bertumpu dalam 2 hal penting
yaitu kriteria dan kebijakan pengembangan SIRS dan sasaran pengembangan SIRS
tersebut. Adapun kriteria dan kebijakan yang umumnya dipergunakan dalam penyusunan
spesifikasi
SIRS adalah sebagai berikut:
1. SIRS harus dapat berperan sebagai subsistem dari Sistem Kesehatan Nasional dalam
memberikan informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu.
2. SIRS harus mampu mengaitkan dan mengintegrasikan seluruh arus informasi dalam
jajaran Rumah Sakit dalam suatu sistem yang terpadu.
3. SIRS dapat menunjang proses pengambilan keputusan dalam proses perencanaan maupun
pengambilan keputusan operasional pada berbagai tingkatan.
4. SIRS yang dikembangkan harus dapat meningkatkan daya-guna dan hasil-guna terhadap
usaha-usaha pengembangan sistem informasi rumah sakit yang telah ada maupun yang
sedang dikembangkan.
5. SIRS yang dikembangkan harus mempunyai kemampuan beradaptas terhadap perubahan
dan perkembangan dimasa datang.
6. Usaha pengembangan sistem informasi yang menyeluruh dan terpadu dengan biaya
investasi yang tidak sedikit harus diimbangi pula dengan hasil dan manfaat yang berarti
(rate of return) dalam waktu yang relatif singkat.
7. SIRS yang dikembangkan harus mampu mengatasi kerugian sedini mungkin.
8. Pentahapan pengembangan SIRS harus disesuaikan dengan keadaan masing-masing
subsistem serta sesuai dengan kriteria dan prioritas.
9. SIRS yang dikembangkan harus mudah dipergunakan oleh petugas, bahkan bagi petugas
yang awam sekalipun terhadap teknologi komputer (user friendly).
10. SIRS yang dikembangkan sedapat mungkin menekan seminimal mungkin perubahan,
karena keterbatasan kemampuan pengguna SIRS di Indonesia, untuk melakukan adaptasi
dengan sistem yang baru.
11. Pengembangan diarahkan pada subsistem yang mempunyai dampak yang kuat terhadap
pengembangan SIRS.

Atas dasar dari penetapan kriteria dan kebijakan pengembangan SIRS tersebut di atas,
selanjutnya ditetapkan sasaran pengembangan sebagai penjabaran dari Sasaran Jangka
Pendek Pengembangan SIRS, sebagai berikut:
1) Memiliki aspek pengawasan terpadu, baik yang bersifat pemeriksaan tau
pengawasan (auditable) maupun dalam hal pertanggungjawaban penggunaan dana
(accountable) oleh unit-unit yang ada di lingkungan rumah sakit.
2) Terbentuknya sistem pelaporan yang sederhana dan mudah dilaksanakan, akan
tetapi cukup lengkap dan terpadu.
3) Terbentuknya suatu sistem informasi yang dapat memberikan dukungan akan
informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu melalui dukungan data yang
bersifat dinamis.
4) Meningkatkan daya-guna dan hasil-guna seluruh unit organisasi dengan menekan
pemborosan.
5) Terjaminnya konsistensi data.
6) Orientasi ke masa depan
7) Pendayagunaan terhadap usaha-usaha pengembangan sistem informasi yang telah
ada maupun sedang dikembangkan, agar dapat terus dikembangkan dengan
mempertimbangkan integrasinya sesuai Rancangan Global SIRS.

SIRS merupakan suatu sistem informasi yang, cakupannya luas (terutama untuk rumah sakit
tipe A dan B) dan mempunyai kompleksitas yang cukup tinggi. Oleh karena itu penerapan
sistem yang dirancang harus dilakukan dengan memilih pentahapan yang sesuai dengan
kondisi masing-masing subsistem, atas dasar kriteria dan prioritas yang ditentukan.
Kesinambungan antara tahapan yang satu dengan tahapan berikutnya harus tetap terjaga.
Secara garis besar tahapan pengembangan SIRS adalah sebagai berikut:
a. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan SIRS,
b. Penyusunan Rancangan Global SIRS,
c. Penyusunan Rancangan Detail/Rinci SIRS,
d. Pembuatan Prototipe, terutama untuk aplikasi yang sangat spesifik,
e. Implementasi, dalam arti pembuatan aplikasi, pemilihan dan pengadaan perangkat
keras maupun perangkat lunak pendukung.
f. Operasionalisasi dan Pemantapan.

Sistem Informasi Rumah Sakit yang berbasis komputer (Computer Based Hospital
Information System) memang sangat diperlukan untuk sebuah rumah sakit dalam era
globalisasi, namun untuk membangun sistem informasi yang terpadu memerlukan tenaga dan
biaya yang cukup besar. Kebutuhan akan tenaga dan biaya yang besar tidak hanya dalam
pengembangannya, namun juga dalam pemeliharaan SIRS maupun dalam melakukan migrasi
dari sistem yang lama pada sistem yang baru. Selama manajemen rumah sakit belum
menganggap bahwa informasi adalah merupakan aset dari rumah sakit tersebut, maka
kebutuhan biaya dan tenaga tersebut diatas dirasakan sebagai beban yang berat, bukan
sebagai konsekuensi dari adanya kebutuhan akan informasi. Kalau informasi telah menjadi
aset rumah sakit, maka beban biaya untuk pengembangan, pemeliharaan maupun migrasi
SIRS sudah selayaknya masuk dalam kalkulasi biaya layanan kesehatan yang dapat diberikan
oleh rumah sakit itu. Perlu disadari sepenuhnya, bahwa penggunaan teknologi informasi
dapat menyebabkan ketergantungan, dalam arti sekali mengimplementasikan dan
mengoperasionalkan SIRS, maka rumah sakit tersebut selamanya terpaksa harus
menggunakan teknologi informasi. Hal ini disebabkan karena perubahan dari sistem yang
terotomasi menjadi sistem manual merupakan kejadian yang sangat tidak menguntungkan
bagi rumah sakit tersebut.
Perangkat lunak SIRS siap pakai yang tersedia di pasaran pada saat ini sebagian besar
adalah perangkat lunak SIRS yang hanya mengelola sebagian sistem atau beberapa subsistem
dari SIRS. Untuk dapat memilih perangkat lunak SIRS siap pakai dan perangkat keras yang
akan digunakan, maka rumah sakit tersebut harus sudah memiliki rancang bangun (desain)
SIRS yang sesuai dengan kondisi dan situasi rumah sakit.

Sistem Informasi Kesehatan di Puskesmas

Sebagaimana diketahui bahwa puskesmas merupakan ujung tombak pemerintah dalam


memberikan upayah pelayanan kesehatan dimasyarakat. Sesuai dengan keputusan Mentri
Kesehatan RI Nomor 128 tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
bahwa puskesmas didefinisikan sebagai unit pelaksana teknis di kabupaten/kota yang
bertanggung jawab melaksanakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah. Puskesmas
melaksanakan kegiatan proses penyelenggaraan, pemantauan serta penilaian terhadap rencana
kegiatan yang telah ditetapkan baik rencana upaya wajib maupun pembangunan dalam mengatasi
kesehatan yang ada diwilayahnya. Salah satu bentuk pemantauan yang dilakukan adalah melalui
sistem informasi manajemen puskesmas (SIMPUS)
Penyelengaraan layanan kesehatan masyarakat melalui puskesmas merupakan kegiatan yang
membutuhkan proses pencatatan dan pengolahan data yang cukup kompleks. Dibutuhkan suatu
sistem informasi yang dapat menangani berbagai macem kegiatan operasional puskesmas mulai
dari pengolahan registrasi pasien, data rekam medis pasien, farmasi, keuangan, hingga berbagai
laporan bulanan, tribulan dan tahunan, berbagai laporan eksekutif yang dihasilkan oleh
puskesmas dengan bantuan sistem informasi sangat dibutuhkan dalam penentuan kebijakan
untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan masyarakat.
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) adalah sebuah sistem Informasi yang
terintegrasi dan didesain multi user yang disiapkan untuk menangani keseluruhan proses
manajemen puskesmas. Dalam implementasinya, Digital Sense telah merilis dua versi sekaligus
yaitu berbasis desktop (OS Windows) dan berbasis web (OS Open Source). SIMPUS ini terdiri
atas berbagai modul yaitu: Admin Sistem (manajemen user), Loket, Poli BP/umum, Poli Gigi,
Lab/Radiologi, Apotek, Poli KIA, UGD, Rawat Inap, Kegiatan Luar Gedung/UKM, Pojok Gizi,
Pelayanan KB, Manajemen Aset, dan Kepegawaian.
Memungkinkan koneksi online Dinas Kesehatan ke Puskesmas/Pustu secara real time.
Ditunjang dengan berbagai macam fitur yang memudahkan penggunan (user), antara lain:
Tata tampilan tab view menarik
Mudah digunakan (User friendly)
Laporan lengkap (administrasi ke dinas)
Output bisa convert excel dan pdf
Fasilitas pencarian data pasien
Fasilitas auto backup data
Secara umum SIMPUS terdiri dari beberapa sub-sistem sebagai berikut:
1. Fasilitas pencarian pasien, cetak Buku Pasien, Paper pasien dan Kartu Pasien, cetak Surat
Keterangan (sakit,sehat dan Kematian), cetak Surat Rujukan RS (Umum, ASKES,
ASKESKIN)
2. Registrasi Pasien
Registrasi merupakan sub-sistem yang menangani data registrasi kunjungan pasien, baik
kunjungan pemeriksaan umum/gigi/gizi/KIA/imunisasi/kb.
Kegiatannya meliputi:
Pengolahan data pasien
Pengolahan data registrasi kunjungan pasien terdapat beberapa macam klasifikasi
registrasi, yaitu: pemeriksaan umum, pemeriksaan gigi, kunjungan gizi, kunjungan
imunisasi, kegiatan KIA, kegiatan KB, pemeriksaan laboratorium
3. Pemeriksaan/pemberian tindakan medis
Hal ini merupakan sub-sistem yang menangani data yang terkkait dengan kegiatan
pemeriksaan/pemberian tindakan terhadap pasien oleh tenaga kesehatan. Berdasarkan jenis
pemeriksaannya, sub-sistem ini diklasifikasikan menjadi pemeriksaan umum, pemeriksaan
gigi, kunjungan gizi, kunjungan imunisasi, kegiatan KIA, kegiatan KB, pemeriksaan
laboratorium.
Kegiatannya meliputi:
Pengolahan data kondisi pasien
Pengolahan data anamnesis
Pengolahan data diagnosis
Pengolahan data terapi
Pengolahan data pemeriksaan/tindakan medis/penggunaan lab
Pengolahan data obat (resep)
Pengolahan data rujukan

4. Farmasi
Farmasi merupakan sub-sistem yang menangani data yang terkait dengan obat.
Fungsionalitasnya meliputi:
Pengolahan data-data master obat
Pengolahan data stok obat baru
Pengolahan data persediaan obat
Pengolahan data pelayanan/pemberian resep pasien
5. Pemantauan Data Register
Pemantauan data register merupakan pemantauan data yang terjadi dipuskesmas secara
harian/bulanan ataupun periode tertentu. Kegiatannya meliputi:
Register pemeriksaan umum
Register pemeriksaan gigi
Register pemeriksaan gizi
Register pemeriksaan imunisasi
Register pemeriksaan KIA
Register pemeriksaan KB
6. Laporan
Laporan merupakan sub-sistem untuk membuat laporan/rekapitulasi. Laporan ini meliputi:
a. LB :
LB1 Kasus penyakit
LB2 - LPLPO
b. Laporan Manajemen
Laporan kunjungan pasien
Laporan 10 penyakit terbanyak
Laporan penggunaan obat
Laporan tindakan medis terbanyak
Laporan metode pembayaran oleh pasien
Laporan billing
7. Pemetaan
Pemetaan wilayah meliputi kunjungan pasien, penyakit terbanyak, penggunaan obat, riwayat
KLB, dan lain sebagainya. Akan tetapi mapping data kesehatan sangat jarang dilakukan.

8. Menu Integrasi di Dinas Kesehatan


Fasilitas transfer data ke dinas (bisa melalui perangkat jaringan maupun Flashdisk)
Laporan bisa difilter berdasarkan kategori-kategori sesuai kebutuhan
Fasilitas Laporan bisa di-convert dalam bentuk data MS-Excell dan Pdf
Fasilitas Backup Data Otomatis (Auto Backup)
Fasilitas Integrasi Data seluruh puskesmas ke Dinas Kesehatan
ALUR SIKNAS
1. Sumber Data Manual Merupakan kegiatan pengumpulan data dari sumber data yang masih
dilakukan secara manual atau secara komputerisasi offline. Model SIK Nasional yang
memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi masih tetap dapat menampung
SIK Manual untuk fasilitas kesehatan yang masih mempunyai keterbatasan infrastruktur
(antara lain, pasokan listrik dan peralatan komputer serta jaringan internet). Fasilitas
pelayanan kesehatan yang masih memakai sistem manual akan melakukan pencatatan,
penyimpanan dan pelaporan berbasis kertas. Laporan dikirimkan dalam bentuk hardcopy
(kertas) berupa data rekapan/agregat ke Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota. Fasilitas
pelayanan kesehatan dengan komputerisasi offline, laporan dikirim dalam bentuk softcopy
berupa data individual ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Bagi petugas kesehatan yang
termasuk dalam jejaring Puskesmas yang belum komputerisasi, laporan dikirim dalam bentuk
data rekapan/agregat sesuai jadwal yang telah ditentukan. Sedangkan bagi yang sudah
komputerisasi offline, laporan dikirim dalam bentuk softcopy untuk dilakukan penggabungan
data di Puskesmas.

2. Sumber Data Komputerisasi Merupakan kegiatan pengumpulan data dari sumber data yang
sudah dilakukan secara komputerisasi online. Pada fasilitas pelayanan kesehatan dengan
komputerisasi online, data individual langsung dikirim ke Bank Data Kesehatan Nasional
dalam format yang telah ditentukan. Selain itu juga akan dikembangkan program mobile
health (mHealth) yang dapat langsung terhubung ke sistem informasi Puskesmas (aplikasi
SIKDA Generik).
3. Sistem Informasi Dinas Kesehatan Merupakan sistem informasi kesehatan yang dikelola oleh
dinas kesehatan baik kabupaten/kota dan provinsi. Laporan yang masuk ke dinas kesehatan
kabupaten/kota dari semua fasilitas kesehatan (kecuali milik pemerintah provinsi dan
pemerintah pusat) dapat berupa laporan softcopy dan laporan hardcopy. Laporan hardcopy
dientri ke dalam aplikasi SIKDA generik. Laporan softcopy diimpor ke dalam aplikasi
SIKDA Generik, selanjutnya semua bentuk laporan diunggah ke Bank Data Kesehatan
Nasional. Dinas kesehatan provinsi melakukan hal yang sama dengan dinas kesehatan
kabupaten/kota untuk laporan dari fasilitas kesehatan milik provinsi.

4. Sistem Informasi Pemangku Kepentingan Merupakan sistem informasi yang dikelola oleh
pemangku kepentingan terkait kesehatan. Mekanisme pertukaran data terkait kesehatan
dengan pemangku kepentingan di semua tingkatan dilakukan dengan mekanisme yang
disepakati.

5. Bank Data Kesehatan Nasional Bank data kesehatan nasional selanjutnya akan mencakup
semua data kesehatan dari sumber data (fasilitas kesehatan), oleh karena itu unit-unit
program tidak perlu lagi melakukan pengumpulan data langsung ke sumber data.

6. Penggunaan Data oleh Kementerian Kesehatan .Data kesehatan yang sudah diterima di bank
data kesehatan nasional dapat dimanfaatkan oleh semua unit-unit program di Kementerian
Kesehatan dan UPT-nya serta Dinas Kesehatan dan UPTP/D-nya.

7. Pengguna Data Semua pemangku kepentingan yang tidak/belum memiliki sistem informasi
sendiri serta masyarakat yang membutuhkan informasi kesehatan dapat mengakses informasi
yang diperlukan dari Bank Data Kesehatan Nasional melalui website Kementerian
Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai