Anda di halaman 1dari 11

IMPELEMENTASI PROJECT BASED LEARNING

PADA MATAPELAJARAN PRAKERIN


SISWA SMK BIDANG STUDI KEAHLIAN TEKNIK BANGUNAN UNTUK
MENINGKATKAN KESIAPAN KERJA LULUSAN
DI BIDANG PEKERJAAN JASA KONSTRUKSI

Machmud Sugandi
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang
r.machmud.ft@um.ac.id

ABSTRAK, pelaksanaan Prakerin bidang studi keahlian Teknik Bangunan di


berbagai SMK banyak mengalami kendala terkait dengan ketidak sesuaian unit
pekerjaan yang ada di dunia industri dengan kompetensi yang diharapkan dalam
pembelajaran di sekolah. Permasalahan yang timbul setelah siswa selesai
melaksanakan Prakerin adalah belum tuntasnya kompetensi yang ditargetkan
oleh sekolah, hal tersebut berakibat pemborosan terhadap waktu dan
pemanfaatan sumber daya sekolah untuk menjadikan siswa mastery learning.
Project Based Learning merupakan salah satu model pembelajarn yang tepat
digunakan untuk mentutaskan kompetensi siswa mapel prakerin sebagai
kelanjutan dari pelaksanaan prakerin di dunia industri jasa konstruksi, siswa
diberi penugasan untuk menyelesaikan proyek berdasarkan sasaran yang
diperoleh dari tempat prakerin. Penyelesaian proyek di sekolah dibimbing oleh
guru yang relevan dengan bidang studinya. Proyek diselesaikan dengan batas
waktu tertentu. Evaluasi penyelesaian proyek dilakukan oleh pembimbing secara
menyeluruh meliputi aspek pengetahuan, skill, dan sikap. Siswa SMK khususnya
bidang keahlian Teknik Bangunan yang telah tuntas mapel Prakerin akan
memiliki kesiapan kerja yang lebih baik, oleh karena memiliki pemahaman
pengetahuan, skills, dan sikap yang utuh serta wawasan pekerjaan jasa konstruksi
sesuai dengan pengalaman mengikuti Prakerin di dunia kerja industri yang nyata.

Kata-kata kunci: Prakerin, Project Based Learning.

ABSTRACT, implementation of the Prakerin field of Engineering Building study


program in various vocational high school (VHS) are many experiencing
problems associated with non-compliance unit of work in the industry with the
expected competencies in learning at school. The problems that arise after the
student has completed the Prakerin is unresolved competencies targeted by the
school, it is resulting in waste of time and resource utilization schools to make
students mastery learning. Project Based Learning is one appropriate models
learning used for Prakerin subject to make student competence as a continuation
of the implementation of Prakerin in the construction industry services, students
are given assignments to complete the project by objectives derived from the
Prakerin. Completion of the project at the school is guided by teachers that are
relevant to their field of study. Projects completed by a certain time limit.
Evaluation of completion of the project carried out by the supervising thoroughly
covers aspects of knowledge, skills, and attitudes. VHS students in particular areas
of Engineering Building study program has been completed Prakerin subject will
have a better job readiness, and therefore have an understanding of the
knowledge, skills, and attitudes intact and insights the construction project in
accordance with the experience in the world of work followed Prakerin in the real
industry.

Key words: Prakerin, Project Based Learning.

Peningkatan kualitas lulusan sebagaimana yang diharapkan dan dinyatakan dalam tujuan
pendidikan di SMK yaitu mencetak lulusan yang siap kerja pada keahlian tertentu telah dilakukan,
upaya tersebut diantaranya melalui kebijakan Link and Match dan Pendidikan Sistem Ganda

MACHMUD SUGANDI 1
(PSG). Kebijakan Link and Match dimasa Kabinet Pembangunan ke IV mengimplementasikan
wawasan sumber daya manusia, wawasan masa depan, wawasan mutu dan wawasan keunggulan,
wawasan profesionalisme, wawasan nilai tambah dan wawasan ekonomi dalam penyelenggaraan
pendidikan khususnya pendidikan kejuruan. Sedangkan kebijakan PSG merupakan bentuk
penyelenggaraan pendidikan keahlian kejuruan, yang memadukan secara sistemik dan sinkron
program pendidikan di sekolah dan program belajar melalui kegiatan bekerja langsung pada
bidang pekerjaan yang relevan, terarah untuk mencapai penguasaan kemampuan keahlian tertentu
(Soenaryo, dkk; 2002). Implementasi dari kebijakan PSG yang pelaksanaannya tidak hanya
terbatas di sekolah, tetapi ada sebagian pelaksanaan pendidikan di industry yang terkait.
Pendidikan yang dilaksanakan di industry disebut dengan Praktik Kerja Industry (Prakerin).
Prakerin merupakan matapelajaran yang harus ditempuh oleh semua siswa SMK sesuai
dengan bidang keahliannya di dunia usaha atau industry yang relevan. Pelaksanaan Prakerin
secara substansional merupakan upaya SMK untuk menyiapkan lulusannya siap bekerja di dunia
kerja sesuai dengan bidang keahliannya dengan cara menyelenggarakan model pembelajaran
melekat di dunia kerja dalam pembimbingan sekolah dan industry pada kurun waktu tertentu.
Tujuan dari pelaksanaan Prakerin adalah untuk membekali peserta didik dengan kemampuan
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kecakapan kejuruan para profesi sesuai dengan kebutuhan
masyarakat sebagaimana yang dinyatakan dalam PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolan
dan Penyelengaraan Pendidikan pasal 76. Sedangkan menurut Dikmenjur (2008:2) pendidikan di
industry bertujuan untuk memenuhi kebutuhan kompetensi, implementasi kompetensi, dan
pemberian pengalaman siswa terhadap suasana kerja di industry. Kesemua hal tersebut
menunjukkan bahwa pendidikan di SMK adalah untuk menciptakan lulusan yang memiliki
wawasan, keterampilan, dan sikap khusus yang siap untuk memasuki lapangan kerja sesuai
dengan kebutuhan kompetensi dunia kerja.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013 mencatat jumlah pengangguran
lulusan SMK sebesar 11,19 % atau sebanyak 814.000 orang yang mengalami peningkatan
dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 9,87 %. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa
Timur (Harun dalam Republika.co.id. 2013) menyatakan hanya 40 % siswa SMK langsung
terserap di dunia kerja. BPS juga mengungkap bahwa jumlah pengangguran pada Agustus 2013
mencapai 7,4 juta orang dengan Tingkat Penggangguran Terbuka (TPT) cenderung meningkat,
sebesar 6,14 %, naik dari TPT Februari 2013 (5,92 %). Jika dibandingkan keadaan Agustus 2012,
TPT pada semua tingkat pendidikan mengalami penurunan jumlah pengangguran, kecuali pada
tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan SMK. Berdasarkan data tersebut, dapat
dibuktikan bahwa setiap tahun, jumlah lulusan SMK yang tidak terserap dunia kerja masih tinggi.
Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa SMK belum mampu memenuhi harapan
dunia kerja. Tingginya angka pengangguran lulusan SMK menunjukkan bahwa mutu

MACHMUD SUGANDI 2
pendidikan SMK kurang relevan dengan tuntutan DU/DI. Sisi lain tidak terserapnya
lulusan, sebagian besar lulusan SMK di Indonesia bukan saja kurang mampu
menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu dan teknologi tetapi juga kurang mampu
mengembangkan diri dan karirnya di tempat kerja (Depdiknas, 2004). Menurut Melisa
(2013:1) menyatakan gejala kesenjangan ini disebabkan oleh berbagai hal, antara lain
pendidikan kejuruan yang sepenuhnya diselenggarakan oleh sekolah, kurang mampu
menyesuaikan diri dengan perubahan dan perkembangan dunia kerja, sehingga kesiapan
kerja siswa menjadi kurang. Salah satu faktor penting yang menjadi penyebab semakin
tingginya TPT berlatar belakang pendidikan SMK adalah rendahnya relevansi lulusan
terhadap dunia kerja. Hal tersebut disinyalir adanya kesenjangan antara keterampilan
yang dimiliki oleh lulusan SMK dengan keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja.
Gejala kesenjangan ini disebabkan oleh berbagai hal, antara lain pendidikan kejuruan
yang sepenuhnya diselenggarakan oleh sekolah kurang mampu menyesuaikan diri dengan
perubahan dan perkembangan dunia kerja, sehingga kesiapan kerja peserta didik menjadi
kurang (Nurhaniah, 2013).
Prakerin merupakan salah satu matapelajaran di sekolah yang menjembatani antara
sekolah sebagai pembentuk kompetensi dengan industry sebagai pengguna lulusan belum
bisa dilaksanakan secara maksimal. Banyak kendala yang terjadi dalam pelaksanaan
prakerin di lapangan khususnya pada bidang keahlian Teknik Bangunan, diantaranya
adalah ketidak sesuaian antara capaian kompetensi yang dinyatakan dalam kurikulum
SMK dengan kondisi pembelajaran di lapangan. Hasil penelitian Susanti (2012)
menunjukkan beberapa kendala dalam pelaksanaan Prakerin, antara lain materi
pembekalan siswa belum sepenuhnya sesuai dengan kegiatan siswa di industry, pekerjaan
yang ditugaskan kepada siswa di industry belum sepenuhnya sesuai dengan yang
diajarkan di sekolah, daya tampung industry terbatas, efectifitas pembimbingan di
industry, dan keterbatasan instruktur dari industry dari segi pengalaman dan latar
belakang pendidikan. Kendala lain yang dikemukakan oleh Indrayanto (2011) bahwa
pelaksanaan Prakerin pada Program Studi Keahlian Teknik Bangunan banyak terjadi
ketidak sesuaian antara jenis pekerjaan yang ditugaskan kepada siswa dengan paket
keahliannya, tempat prakerin yang jauh, dan juga kurang optimalnya pembimbingan.
Disamping kedua hal tersebut, menurut Widodo (2009:12) menyatakan bahwa factor
ektern yang mempengaruhi kesiapan kerja lulusan SMK mencakup peran masyarakat,
keluarga, sarana dan prasarana sekolah, informasi dunia kerja, dan pengalaman praktek

MACHMUD SUGANDI 3
industri. Adanya banyak factor dan hambatan pelaksanaan Prakerin di industry
menyebabkan kualitas pengalaman belajar siswa yang diperoleh dari dunia industry
rendah, hal ini berdampak kepada kualitas lulusan SMK yang rendah pula kesiapan
kerjanya.
Pengalaman Prakerin yang diperoleh dari dunia industry, tampak menjadi harapan
penyelenggara pendidikan SMK untuk memberikan pengalaman pembelajaran yang diperoleh di
luar sekolah dan berupaya mendekatkan siswa pada dunia nyata pekerjaan sesuai dengan bidang
keahlian masing-masing. Oleh karena itu perlu dicari suatu model pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan dan harapan sekolah sebagai pembentuk kompetensi lulusan baik hardskills
maupun soft skills agar benar-benar siap bekerja. Harapan tersebut sesuai dengan pendapat
Hargiyarto (2010) bahwa melalui Prakerin siswa dapat mengaplikasikan dan sekaligus
mengembangkan hard skills dan soft skills secara terintegrasi pada suasana kerja yang
sesungguhnya. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Widiyastuti (2011) bahwa ada
pengaruh positif yang signifikan praktik kerja industry terhadap penguatan soft skills siswa.
Karakteristik pembelajaran prakerin bidang studi keahlian Teknik Bangunan berbeda
dengan bidang studi lainnya di SMK, pembelajaran prakerin dilaksanakan di dunia usaha jasa
konstruksi yang meliputi pekerjaan pelaksanaan maupun konsultansi. Jenis pembelajarannya
meliputi teori dan praktik, kegiatan teori dilakukan di sekolah dalam bentuk pembekalan,
sedangkan praktik dilakukan di dunia usaha jasa konstruksi. Pembelajaran prakerin baik yang
dilaksanakan di sekolah maupun di dunia kerja semuanya berbasis kompetensi sebagaimana yang
telah dinyatakan dalam masing-masing capaian kompetensi. Menurut Finch (1979:244)
competency-based education (CBE), adalah yang paling relevan dengan pendidikan teknik
kejuruan. Focus pembelajaran program CBE meliputi: (a) individualization, (b) instructional
technology, dan (c) systematization.
Pengalaman pembelajaran yang diperoleh siswa dari kegiatan pembelajaran sangat
dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang sesuai dengan harapan dan capaian kompetensi
pembelajaran. Oleh karena itu model pembelajaran yang memungkinkan efektif untuk mata
pelajaran prakerin di SMK bidang studi keahlian Teknik Bangunan adalah model Project Based
Learning (PBL). Model PBL merupakan salah satu bentuk model pembelajaran yang
menggunakan pendekatan student centered learning. Model pembelajaran ini lebih menekankan
proses, proyek atau karya dari peserta didik ketimbang hasil. Menurut Thomas, sebagaimana
dikutip oleh Wena (2009: 144) pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran
yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan
melibatkan kerja proyek. Hal ini banyak digunakan untuk menggantikan metode pengajaran
tradisional dimana guru sebagai pusat pembelajaran. Boondee et al dalam Rosyidatul
Munawaroh, dkk (2013: 2). PBL yang terdiri proyek yang mengintegrasikan ilmu pengetahuan,

MACHMUD SUGANDI 4
teknologi, masyarakat, sejarah, matematika, politik dan kesempatan diskusi produktif untuk
siswa, mendorong penyelidikan siswa diarahkan masalah dunia nyata, memberikan mereka
semangat belajar dan pengajaran menjadi efektif (Turgut,2008:61).

Prakerin pada Keahlian Teknik Bangunan

Prakerin merupakan salah satu bentuk pendidikan di SMK yang pembelajarannya


dilaksanakan di sekolah dan industry. Sebagaimana yang disebutkan dalam Dikmenjur (2008)
praktik kerja industri (prakerin) adalah program bersama antara SMK dan industri yang
dilaksanakan di dunia usaha atau industri dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia guna mewujudkan tenaga kerja yang trampil, kompeten, kreatif, dan produktif.
Prakerin juga merupakan media control terhadap kualitas dan relevansi. Menurut Hargiyarto
(2010) prakerin memiliki peran strategis antara lain sebagai kontrol kualitas kompetensi siswa,
pemenuhan kaidah keterkaitan dan kesesuaian (link and match), pengemban fiingsi kehumasan
(public relation) bagi lembaga pendidikan, dan pemasaran lulusan lembaga pendidikan
kejuruan.

Pelaksanaan pembelajaran di industri akan lebih mendekatkan kepada kompetensi yang


dibutuhkan industry dan memberikan pengalaman pembelajaran sebagaimana situasi kerja di
industri. Seperti dinyatakan oleh Calhoun dan Finch (Karyono, 2009:167), bahwa pelaksanaan
pendidikan kejuruan akan efektif jika siswa (1) dilatih di tempat yang sesuai dengan tempat
kerjanya nanti, (2) diberi pelatihan tentang alat-alat dan mesin-mesin yang sesuai dengan
pekerjaan nantinya, (3) secara langsung dibiasakan berfikir dan meniru seperti yang diharapkan
dalam pekerjaan nantinya, dan (4) mengenal kondisi dimana akan dihadapkan pada tuntutan
dunia kerja. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Hargiyarto (2010) bahwa prakerin
sebagai wahana bagi siswa untuk mengaplikasikan hardskills dan soft skills secara terintegrasi.

Pelaksanaan prakerin bidang keahlian Teknik Bangunan berbeda dengan keahlian lain di
SMK yang melaksanakan pembelajaran prakerin di suatu ruangan atau bengkel yang permanen
yang tidak berubah dalam waktu yang lama. Prakerin pada program keahlian teknik bangunan
sebagian akan melaksanakan proyek bangunan gedung yang secara fisik maupun manajemen
akan segera berubah dalam waktu yang tidak lama. Disamping itu obyek prakerin berbeda-beda
antara kelompok siswa yang satu dengan lainnya, hal tersebut tergantung dari proyek jasa
konstruksi tempat pelaksanaan prakerin. Pola kegiatan industri yang singkat dan berubah-ubah
ini akan berdampak pada pengelolaan prakerin bagi siswa SMK. Di sisi lain kondisi proyek
yang terbuka, ruang gerak yang luas, dan variasi pekerjaan yang besar, menambah kesulitan
dalam pengelolaan prakerin.

Peranan instruktur di tempat prakerin dari dunia kerja dan guru pembimbing dari sekolah
dipandang sebagai ujung tombak keberhasilan pelaksanaan prakerin di dunia industry
MACHMUD SUGANDI 5
(Permana:2005). Hasil penelitian Efendi (2012) menunjukkan bahwa tingkat pencapaian
kompetensi prakerin siswa dipengaruhi oleh (1) sistem pembimbingan (metode dan intensitas)
yang dilakukan oleh instruktur dan guru bimbingan, pembimbing yang jelas dan intensif akan
meningkatkan nilai prakerin siswa; dan (2) model umpan balik (langsung dan tidak langsung)
yang diberikan oleh instruktur dan guru pembimbing, model umpan balik langsung memberikan
ilai prakerin siswa lebih baik. Menurut Waras (2010) implementasi model pembelajaran
berbasis proyek mampu meningkatkan kecakapan siswa menerapkan pengetahuan akademik
(teoretik) ke dalam praktik, mengungkapkan ide secara jelas, menciptakan produk yang
berkualitas (bernilai), dan mengonstruksi tugas secara jelas. Model Pembelajaran Berbasis
Proyek menetapkan keterampilan-keterampilan tersebut secara sadar menjadi tujuan pembela-
jaran.

Berdasar uraian di atas tampak bahwa pelaksanaan prakerin keahlian Teknik Bangunan
dilakukan di sekolah dan dunia kerja jasa konstruksi. Kualitas capaian kompetensi yang
diharapkan dipengaruhi oleh metode dan intensitas pembimbing dari sekolah maupun dari
instruktur industry. Model pembelajaran PBL yang diimplemtasikan dalam matapelajaran
prakerin mampu menetapkan keterampilan siswa sebagai hasil dari pelaksanaan prakerin di
tempat industry, hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran prakerin. Menurut Filippatou (2010)
implementasi PBL siswa memperoleh manfaat dalam kinerja akademik, motivasi, pembelajaran
kooperatif, penerimaan sosial, dan keterlibatan dalam proses pembelajaran.

Implementasi Project Based Learning dalam Prakerin

According Grant (2009), PBL is an approach to instruction that emphasizes authentic


learning tasks grounded in the personal interests of learners. The Buck Institute for Education
calls PBL a systematic teaching method that engages students in learning knowledge and skills
through an extended inquiry pro- cess structured around complex, authentic questions and
carefully designed products and tasks. (Markham, 2003: 4). However it is defined, PBL presents
students with real-world, multidisciplinary problems that demand crit- ical thinking,
engagement, and collaboration. PBL is also an effective tool for imparting essential non-
academic 21st-century skills, including collaboration, critical thinking, and communication
(Schwalm: 2012).

Within the context of student-centered learning, project-based teaching method has

become increasingly prominent as a response of schooling to the challenges of the 21st Century.
The project method teaching approach (PMT) or the project-based learning (P-BL) involves
study/research of a topic in depth where students ideas, questions, predictions and interests form
the experiences lived and the works/activities undertaken. The key-characteristic of the PMT is

MACHMUD SUGANDI 6
researching questions which have been raised by the students or/and in collaboration with the
class teacher and could be further refined during the course of the study

Further characteristics of the project-based learning are described in the literature as


follows (Frey, 1994; Harris, 2002; McGrath, 2002; Solomon, 2003): students can choose the
activities and works undertaken during the course of the study, they can become communicative,
creative and develop practical thinking as they are engaged in active inquiry/discovery,
exploration and decision making; knowledge is based on experience and experimentation in
real/authentic life; the project-based learning links manual and intellectual work. In addition,
Westwood (2006) points out that projects promote meaningful learning, connecting new learning
to students past experience and prior knowledge, they increase self-direction and motivation,
since students are responsible for their own learning, they utilise various modes of
communication and presentation (multi-sensory approach) which may be quite helpful for pupils
with learning difficulties. Project-based learning is also an inclusive approach, in that all learners
can participate to the best of their ability.

Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek secara umum menurut Hosnan (2014)


dalam Maus dan Suryanto (2015) dijelaskan sebagai di bawah ini:
a. Penentuan proyek, siswa menentukan tema/topik proyek berdasarkan identifikasi
permasalahan yang diperoleh dari tempat prakerin.Peserta didik diberi kesempatan untuk
memilih/menentukan permasalahan yang telah teridentifikasi sebagai tugas proyek yang
akan dikerjakannya, baik secara kelompok ataupun mandiri.
b. Perancangan langkah-langkah penyelesaian proyek, siswa merancang langkah penyelesaian
proyek dari awal sampai akhir beserta pengelolaannya didampingi oleh guru pembimbing
dan instruktur di lapangan.
c. Penyusunan jadwal pelaksanaan proyek, penyusunan jadwal pelaksanaan proyek melalui
pendampingan guru peserta didik dapat melakukan penjadwalan semua kegiatan yang
telah dirancangnya.
d. Penyelesaian proyek dengan fasilitas dan monitoring guru dan instruktur, langkah ini
merupakan pengimplementasian antara teori yang didapat di bangku sekolah dan
pengalaman pekerjaan yang diperoleh di lapangan.
e. Penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil kerja proyek.
f. Evaluasi proses dan hasil proyek, guru dan peserta didik pada akhir proses pembelajaran
melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil tugas proyek. Proses refleksi pada tugas

Jenis pembelajaran prakerikin pada hakekatnya adalah kolaborasi antara pembelajaran teori
dan praktik, oleh karena itu perlu dipahami kedua jenis pembelajaran tersebut sehingga tidak
menimbulkan kerancuan dalam implementasi PBL pada matapelajaran prakerin. Pembelajaran

MACHMUD SUGANDI 7
teori diperoleh dari pembekalan siswa sebelum melaksanakan praktik di dunia kerja jasa
konstruksi, sedangkan pembelajaran praktik dilaksanakan di dunia kerja.

Pembelajaran Teori

Sistem klasifikasi tiga tingkat (Three Level Classifi-cation System) yang sering digunakan
banyak tujuan untuk menentukan tingkatan studi dari tugas-tugas yang telah diajar ataupun materi
pelajaran yang telah tuntas (mastery-learning) oleh Bott (1996: 20) ditunjukkan dalam Gambar 1,
akan membantu menentukan bentuk pembelajaran teori maupun praktik dalam matapelajaran
prakerin.
Bentuk pembelajaran teori merujuk kepada sistem klasifikasi tiga tingkat dalam
matapelajaran Prakerin adalah pemahaman pengetahuan, aplikasi teori-teori konstruksi bangunan,
sintesa matakuliah teori dan praktik yang telah diprogram sebelumnya, dan mampu mengevaluasi
pelaksanaan konstruksi di lapangan. Pembelajaran teori disampaikan pada saat pembekalan
matapelajaran Prakerin yang dilaksanakan selama empat minggu pertama awal semester. Tujuan
pembekalan adalah memberikan wawasan pengetahuan dan pemahaman secara komprehensip
pelaksanaan konstruksi bangunan gedung, sehingga siswa diharapkan dapat menerapkan,
menganalisis, mensintesa, dan melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan konstruksi secara nyata
yang terjadi di lapangan.
Pembelajaran teori matapelajaran Prakerin yang dilaksanakan saat ini menggunakan
metode pembelajaran classical, materi pembekalan yang terkait dengan wawasan pelaksanaan
konstruksi disampaikan melalui ceramah. Siswa mengalami kesulitan dalam membayangkan
kondisi riil pelaksanaan konstruksi yang terjadi di lapangan.

Psychomotor
Cognitive Domain Affective Domain
Domain
Knowledge Observation
General Receiving
Comprehension Initiation
Working Application Responding
Practicing
(With Supervision) Analysis Valuing

Qualified Synthesis Organizing


Characteristics of Adaptation
(Without Supervision) Evaluation
the Value Complex

Gambar 1. A Three Level Clasification System (sumber Bott, 1996: 20)

Inovasi pembelajaran teori dengan metode pembelajaran berbasis proyek disampaikan


melalui media audio-video, siswa akan mampu secara langsung melihat pelaksanaan konstruksi
melalui tayangan video dan mendengarkan penjelasan pelaksanaan melalui audio. Disamping itu,
dengan menggunakan metode PBL akan mampu melibatkan siswa langsung dalam proses

MACHMUD SUGANDI 8
menyelesaikan permasalahan pelaksanaan konstruksi di lapangan yang diperoleh secara nyata di
lapangan.

Pembelajaran Praktik

Merujuk pada sistem klasifikasi tiga tingkat tersebut, bentuk pembelajaran praktik
termasuk dalam psychomotor domain, sesuai dengan tingkat umum (general) hingga tingkat
berijazah (qualified) yang relevan dengan pembelajaran matapelajaran Prakerin adalah
kemampuan keterampilan mahasiswa dalam melakukan observasi, praktik memecahkan
permasalahan, dan dapat dengan cepat menyesuaikan diri di lingkungan kerja di lapangan tempat
melaksanakan prakerin sesuai dengan kualifikasi tenaga kerja di lapangan. Kualifikasi tenaga
kerja yang sesuai dengan tingkat penguasaan keilmuan dan praktik mahasiswa peserta
matapelajaran Prakerin adalah tenaga kerja pelaksana lapangan (site engineering).
Hasil praktik lapangan penyelenggaraan matapelajaran Prakerin yang meliputi kegiatan
observasi, keterlibatan mahasiswa dalam ikut memecahkan permasalahan teknis, dan kemampuan
berinteraksi dengan lingkungan kerja di lapangan akan dilaporkan kepada guru pembimbing
Prakerin sebagai bukti untuk penilaian (assessment) pelaksanaan Prakerin di lapangan.

Simpulan

a. Pelaksanaan prakerin siswa SMK bidang keahlian Teknik Bangunan di dunia usaha jasa
konstruksi menggunakan model pembelajaran PBL selalu diawali dengan indentifikasi
masalah yang diperoleh dari tempat prakerin.
b. Permasalahan yang telah teridentifikasi selama masa orientasi di tempat prakerin digunakan
sebagai penentuan proyek yang akan dipelajari dan dikaji bersama guru pembimbing dan
instruktur di lapanagan.
c. Siswa berperan aktif dalam proses penyelesaian proyek hingga penyerahan produk proyek
berupa laporan prakerin.

Daftar Pustaka

Bott, Paul A. (1996). Testing and Assessment in Occupational and Technical Education.
Boston: Allyn and Bacon.
Dikmenjur. (2008). Pelaksanaan Prakerin. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan, Depdiknas.
Efendi, Saiful. (2012). Pencapaian Kompetensi Prakerin Ditinjau dari Persepsi Siswa tentang
Kualifikasi Tempat, Sistem Pembimbingan, dan Umpan Balik Siswa Program Keahlian
Teknik Mesin di SMK se-Malang Raya. Tesis tidak dipublikasikan. Malang Program
Pascasarjana Universitas Negeri Malang.
Fillippatou, D., and Kaldi, S., (2010). The Effectiveness of Project-Based Learning on Pupils
With Learning Difficulties Regarding Academic Performance, Group Work And
Motivation. Journal of Special Education. 25 (1): 17-26.
Finch, C. R., & Crunkilton, J. R. (1979). Curriculum Development in Vocational and Technical
Education, Planning, Content, and Implementation. Sydney: Allyn and Bacon, Inc.
Frey, K. (1994). Die Projektmethode, 5th ed., Weinheim, Beltz.

MACHMUD SUGANDI 9
Grant, M. (2009). Understanding projects in project based learning: A students perspective.
Paper presented at Annual Meeting of the American Educational Research Association.
San Diego CA.
Hargiyarto, Putut. (2010). Praktik Industri Sebagai Implementasi Integrasi Hard Skills dan Soft
Skills dalam Pendidikan Kejuruan. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Karakter pada
Pendidikan Kejuruan. 22 Mei 2010. Halaman 113-118.
Harris, J. (2002). Activity design assessments: an uncharacteristic consensus. Learning and
Leading with Technology, 27(7), 42-50.
Indrayanto, Nanang. (2011) Analisis Pelaksanaan Prakerin dalam Rangka Peningkatan
Kemampuan Siswa pada Kurikulum Kelompok Produktif (Studi Kasus di Program
Keahlian Teknik Bangunan SMKN 5 Surakarta). Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. (Online)
(http://eprint.uns.ac.id/id/eprint/9111), diakses 23 September 2014.
Markham, T. (2003). Project-based learning handbook (2nd ed.). Novato, CA: Buck Institute for
Education.
McGrath, D. (2002). Getting Started with Project-Based Learning. Learning and Leading
with Technology, 30 (3), 42-50.
Nurhaniah, N. 2013. Peran Prestasi Belajar dan Pengetahuan Tentang Dunia Kerja terhadap
Kesiapan Kerja Siswa SMK. Jurnal Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan.
(http://eprints.uny.ac.id/10373/1/JURNAL.pdf), diakses; 12 Februari 2014.
Permana, Tatang. (2005). Pemahaman Konsep PSG dan Intensitas Bimbingan terhadap
Kemampuan Membimbing Siswa PSG. (Online). (http://sistem pembimbingan instruktur
PSG.com) diakses 23 November 2010.
Rosyidatul Munawaroh, dkk. (2012). Penerapan Model Project Based Learning dan Kooperatif
untuk Membangun Empat Pilar Pembelajaran Siswa SMP, 1 (1): 2-3.
Schwalm, J., and Tylek, K.S. (2012). Systemwide Implementation of Project-Based learning,
The Philadelphia Approach. Philadelphia: the Public Health Management Corporation
(PHMC).
Soenaryo., Brotosiswoyo, B.S., Hadiwaratama., Situmorang, A.O.B., Soetarno, W.,
Jokosumbogo, B. et.al. (2002). Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia,
Membangun Manusia Produktif. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan,
Departemen Pendidikan Nasional RI.
Solomon, G. (2003). Project-Based Learning: a Primer, Technology and Learning, 23(6), 20-
30.
Susanti, Fera. (2012). Evaluasi dan Desain Hipotetik Program Praktik Kerja Industrin
(Prakerin) Siswa SMKN 2 Panjang. Tesis tidak diterbitkan. Padang: Program Studi
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Padang.
Turgut, H. (2010). Prospective Science Teachers: Conceptualization about Project Based
Learning. International Journal of Intruction, 1 (1): 61-79.
Waras. (2010). Impelemntasi Project Based Learning di SMK. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran, Volume 17 (1): 98 110.
Wena, M. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.
Westwood, P. (2006). Teaching and learning difficulties: cross-curricular perspectives, Camberwell, Vic.:
ACER. Press.
Widiyastuti. (2011). Pengaruh Praktik Kerja Industri (Prakerin) dan Lingkungan Pergaulan
terhadap Penguatan Soft Skills Siswa Kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK
Negeri I Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, (Online)
(http://digilab.fkip.uns.ac.id/contents/skripsi.php?id_skr=1709). diakses 15 Nop 2010.

MACHMUD SUGANDI 10
Widodo. 2009. Tinjauan tentang Prestasi Siap Kerja, (Online),
(http://vahonov.files.wordpress.com/2009/07/keterampilan-siap kerja. Pdf). diakses 15
Januari 2014.

MACHMUD SUGANDI 11

Anda mungkin juga menyukai