Perencanaan Tata Lokasi Sistem Irigasi Pancar. Pipa Lateral Dipindahkan Pada Posisi
Diatas Dan Disisi Samping.
Terkadang perlu diterapkan sistem irigasi sprinkler dengan sistem distribusi air pipa bawah tanah
yang sudah ada ataupun saluran lapangan dan lahan. Jika saluran lahan sedang berjalan, saluran
dapat kehabisan di tengah lahan, lateral kemudian akan menjadi setengah panjang sehingga
lateral panjang yang lebih kecil dapat digunakan, namun saluran tersebut dapat mengganggu
operasi pengolahan dan dapat menyebabkan beberapa pengurangan area bersih dipotong.
Alternatif lainnya dapat dengan memiliki pabrik pemompaan permanen di sumbernya dan
mendistribusikan air ke jaringan pipa tekanan bawah tanah.
Orientasi dan Posisi Pipa Lateral
Untuk mendapatkan derajat keseragaman yang wajar pada debit di setiap alat penyiraman
sprinkler, pipa induk harus ditempatkan di arah umum lereng yang paling curam, dengan garis
lateral pada sudut kanan. Jika lereng lateral meningkat, sulit untuk merancang dengan panjang
yang masuk akal. Jika kemiringan later menurun, panjangnya bisa lebih panjang dari biasanya,
dan kemungkinan lereng tetap seragam. Pipa utama yang terletak di tengah lapangan, pipa lateral
tertentu biasanya akan dipindahkan ke posisi berturut-turut di satu sisi dan kemudian ke sisi
lainnya.
Beberapa Tata Letak Sistem Irigasi Pancar Dan Pipa Induk & Lateral Untuk Berbagai
Kondisi
a) Panjang dari Pipa Induk (Lm):
()
Lm = 2
b) Kehilangan gesek untuk diameter pipa asumsi (hm):
825 2
hm = 5
dengan, hm = kehilangan gesekan (m)
Lm = panjang pipa utama
Q = Debit (lt/dt)
dm = Diameter pipa asumsi (cm)
f = Koefisien gesek
c) Panjang pipa lateral
825 2 1 1/5
df = ( )
dengan, d: Diameter pipa lateral, cm
f = koefisien gesek
q = Debit satu pancar / sprinkler = Total debit (Q) / nos sprinkler
ha = tekanan operasi pada ketinggian wat
1/r = nilai untuk nos sprinklers dari tabel (untuk 13 sprinkler bernilai harga 1/r = 3068)
S = jarak antar sprinkler (m)
Laju aplikasi
Laju siraman dari sekelompok sprinkler disebut laju aplikasi (application rate), dinyatakan
dengan satuan mm/jam. Laju aplikasi tergantung pada ukuran nozzle, tekanan operasional,
spasi antar sprinkler, dan arah serta kecepatan angin. Setiap pabrik pembuat sprinkler
mempunyai informasi mengenai ini. Laju aplikasi harus lebih kecil dari laju infiltrasi tanah,
sehingga limpasan (run off) dan erosi percik dapat dicegah. Tabel dibawah memberikan
contoh karaktersitik dari salah satu pabrik sprinkler.
Diamete
Tekana Diamete Debit Laju aplikasi (mm/jam)
r nozzle
n r basah (m3/jam) untuk spasing (m)
(mm)
(bar) (m)
18 x 18 x 24 x
18 24 24
4 3,0 29 1,02 3,2
5 3,0 32 1,67 5,2 3,8
6 3,0 35 2,44 7,5 5,7 4,2
8 4,0 43 4,96 15,3 11,4 8,6
10 4,5 48 8,13 25,1 18,9 14,0
Ukuran butir air
Suatu sprinkler umumnya menghasilkan ukuran diameter butiran air dari 0,5 mm sampai 4,0 mm.
Butiran yang lebih kecil umumnya jatuh dekat sprinkler sedangkan yang lebih besar jatuh lebih
jauh. Ukuran butir yang besar dapat merugikan pada tanaman (terutama sayuran) dan
menyebabkan erosi percik yang akhirnya terjadi pemadatan tanah, sedangkan ukuran butiran yang
terlalu kecil akan mudah menguap sehingga banyak air terbuang dan akibatnya efisiensi irigasi
menjadi rendah. Ukuran butiran yang diinginkan dapat dikendalikan dengan mengatur ukuran
nozzle dan tekanan operasional .
Tekanan operasi.
Peformansi suatu sprinkler akan baik jika mengikuti tekanan operasi yang disarankan oleh pabrik
pembuatnya. Jika tekanan operasi lebih kecil atau lebih besar dari yang direkomendasikan maka
akan terjadi penyimpangan kinerja. Jika tekanan terlalu rendah maka jet air tak mudah pecah
sehingga sebagain besar air jatuh jauh dari sprinkler. Butiran air yang besar akan jatuh dan
merusak daun tanaman serta akan memadatkan tanah. Jika tekanan terlalu besar, jet air pecah
terlalu banyak menyebabkan kabut mudah menguap dan hilang ke udara, dan sebagian besar air
akan jatuh dekat sprinkler. Kedua kondisi tersebut menyebabkan pola sebaran menyimpang jauh
dari bentuk segi-tiga. Kondisi tekanan rendah dan tekanan tinggi dapat diperagakan dengan
mudah.
Sebaran air
Umumnya sebaran air terbanyak berada di dekat sprinkler dan berkurang ke arah ujung. Pola
sebaran berbentuk segitiga. Untuk membuat sebaran lebih seragam beberapa sprinkler
diletakkan secara overlap (tumpang tindih) seperti pada gambar.
Besarnya keseragaman sebaran air dari sprinkler dapat diukur di lapang dengan memasang
beberapa wadah penampung air dalam suatu grid dengan jarak tertentu. Selama waktu operasi
tertentu, jumlah air yang tertampung dalam wadah diukur volumenya dengan gelas ukur,
kemudian dihitung kedalaman airnya dengan cara membagi volume air dengan luas mulut
wadah. Kemudian koefisien keseragaman (uniformity coefficient) dapat dihitung.
Nilai keseragaman sebaran air dinyatakan dengan suatu parameter yang disebut koefisien
keseragaman (uniformity coefficient, Cu). Koefisien keseragaman (Cu) dipengaruhi oleh
hubungan antara tekanan, ukuran nozzle, spasing sprinkler dan kondisi angin. Menurut
Christiansen (1942), koefisien keseragaman dapat dihitung dengan persamaan /11.1/. Nilai
Cu sekitar 85% dianggap cukup baik untuk irigasi pancar.
(a)
Tata-Letak Wadah Untuk Satu Sprinkler (A), Satu Pipa Lateral (B) Dan Diantara
Beberapa Sprinkler (C)
3. Kondisi iklim.
Penggunaan tanaman secara konsumtif tergantung parameter iklim seperti suhu, radiasi
intensitas, kelembaban dan kecepatan angin. Sistem sprinkler ini dirancang untuk tingkat
puncak penggunaan konsumtif harian tanaman yang diirigasi olehnya. Kebutuhan puncak pada
kisaran kedalaman 2 10 mm perhari ekuivalen dengan arus kontinu 0.23-1.16 liter/detik/ha.
4. Kedalaman Irigasi
Kedalam irigasi dihitung dari kelembaban kapasitas tanah yang ada di lapisan zona akar
akarnya dan diberikan prosedur untuk menyusun kebutuhan irigasi.
()
D=
5. Interval Irigasi
Interval irigasi adalah lama waktu yang diijinkan antara irigasi berturut-turut selama
penggunaan konsumtif puncak tanaman. Interval irigasi juga dapat bervariasi dengan
mengubah jam set (Tset) . Misalnya, sebuah sistem yang dirancang untuk memasok 100 mm
dengan set 20 jam pada interval 20 hari juga dapat menerapkan 50 mm dengan set 10 jam pada
interval 10 hari. Praktik semacam ini biasa terjadi pada tahap awal pertumbuhan tanaman bila
sistem akar belum sepenuhnya tumbuh.
Jumlah hari setelah pengairan irigasi diterapkan:
()
N=
( )
6. Laju Aplikasi
Tingkat aplikasi air oleh penyiram dibatasi oleh kapasitas infiltrasi tanah. Aplikasi pada
tingkat yang melebihi kapasitas infiltrasi tanah mengakibatkan limpasan, dengan distribusi
air, kehilangan air dan erosi tanah.
7. Jarak Penyiraman (Sprinkler Spacing)
Untuk mencapai penyiraman air secukupnya, perlu untuk tumpang tindih atau saling meliputi
sesama daerah yang dipengaruho penyiraman. Tumpang tindih akan meningkat seiring
dengan meningkatnya kecepatan angin.
Karakteristik Manufaktur Sprinkler
Diameter basah
Kecepatan
(m)
angin
32 37 42
(m/det)
Spasi sprinkler
(m)
Tidak ada 21 24 27
angina
0 - 2,5 18 21 24
2,5 5,0 15 18 21
> 5,0 9 12 12
Pengaruh Kecepatan Angin Terhadap Jarak Penyiraman
Spasi Maksimum Untuk Sprinkler Bertekanan Rendah Sampai Medium
8. Kebutuhan air
Banyaknya air irigasi yang diberikan ditentukan berdasarkan kapasitas memegang air dari
tanah yang menunjukkan jumlah air tanah tersedia serta penyerapan air oleh tanaman. Jumlah
air tanah tersedia, yang merupakan selisih antara kapasitas lapang dengan titik layu
permanent, untuk beberpa jenis tanah ditunjukkan pada Tabel. Akan tetapi, air irigasi harus
segera diberikan sebelum kadar air tanah mencapai titik layu permanent, yang disebut dengan
defisit air dibolehkan (MAD, management allowed deficit).
Q= 360
dimana Q: debit pancaran sprinkler (l/det), Se: spasing sepanjang lateral (m), dan Sl: spasing
antar lateral (m). I: pengaplikasian optimum (cm/jam).
Untuk beberapa jenis tanah, laju pemberian maksimum disajikan pada Tabel 11.12,
sedangkan laju minimum yang disarankan adalah 3 mm/jam.
Laju Pemberian Air Maksimum Dengan Sprinkler
Q = 2780