Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Setelah berhasil mengalahkan Jepang, Komando Sekutu Asia Tenggara di Singapura


mengutus tujuh perwira Inggris di bawah pimpinan Mayor A.G. Greenhalgh untuk datang ke
Indonesia. Mereka tiba di Indonesia pada 8 September 1945 dengan tugas mempelajari dan
melaporkan keadaan di Indonesia menjelang pendaratan rombongan Sekutu.

Pada 16 September 1945 rombongan perwakilan Sekutu mendarat di Tanjung Priok


(Jakarta) dengan menggunakan kapal Cumberland. Rombongan ini dipimpin Laksamana
Muda W.R. Patterson. Dalam rombongan ini ikut pula C.H.O. Van der Plas yang mewakili Dr.
H.J. van Mook, kepala NICA. Sekutu menugaskan sebuah komando khusus untuk mengurus
Indonesia dengan nama Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI). Komando khusus
yang dipimpin Letjen. Sir Philip Christison ini mempunyai tugas sebagai berikut:

1. Menerima penyerahan kekuasaan dari tangan Indonesia.

2. Membebaskan para tawanan perang dan interniran Sekutu.

3. Melucuti dan memulangkan tentara Jepang.

4. Memulihkan keamanan dan ketertiban.

5. Mencari dan mengadili para penjahat perang.

AFNEI mulai mendaratkan pasukannya di Jakarta pada 29 September 1945. pasukan


ini hanya bertugas di Sumatra da Jawa, sedangkan daerah Indonesia lainnya diserahkan
kepada Angkatan Perang Australia. Kedatangan pasukan Sekutu ke Indonesia semula
mendapat sambutan baik. Akan tetapi, setelah diketahui mereka datang disertai orang-orang
NICA, sikap bangsa Indonesia berubah menjadi penuh kecurigaan dan bahkan akhirnya
bermusuhan. Bangsa Indonesia mengetahui bahwa NICA berniat menegakkan kembali
kekuasaannya. Situasi berubah memburuk manakala NICA mempersenjatai kembali bekas
anggota Koninklijk Nederlands Indies Leger (KNIL). Satuan-satuan KNIL yang telah
dibebaskan Jepang kemudian bergabung dengan tentara NICA. Di berbagai daerah, NICA dan
KNIL yang didukung Inggris (Sekutu) melancarkan provokasi dan melakukan teror terhadap
para pemimpin nasional sehingga pecahlah berbagai pertempuran di daerah-daerah, salah
satunya Ambarawa.

B. Rumusan Masalah
1. Mengapa pertempuran ambarawa terjadi?
2. Apa latar belakang dari pertempuran Ambarawa?
3. Bagaiman peristiwa pertempuran Ambarawa?
4. Bagaimana akhir dari pertempuran tersebut?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang terjadi saat pertempuran Ambarawa
2. Untuk mengetahui apa yang menyebabkan pertempuran Ambarawa
3. Untuk mengetahui kronologi pertempuran Ambarawa
BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Pertempuran Ambarawa

Perjuangan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang dipimpin Jenderal Soedirman pada
pertengahan Desember 1945, membuat tentara sekutu terjepit dan akhirnya mundur dari
Ambarawa menuju Semarang. Walaupun dihadang dengan seluruh kekuatan persenjataan
modern serta kemampuan taktik dan strategi sekutu, para pejuang RI tak pernah gentar
sedikitpun. Mereka melancarkan serangan dengan gigih seraya melakukan pengepungan ketat
di semua penjuru kota Ambarawa. Dengan gerakan pengepungan rangkap ini sekutu benar-
benar terkurung dan kewalahan.

Jenderal Soedirman sebagai pemimpin pasukan menegaskan perlunya mengusir tentara


sekutu dan Ambarawa secepat mungkin. Sebab sekutu akan menjadikan Ambarawa sebagai
basis kekuatan untuk merebut Jawa Tengah. Dengan semboyan Rawe-rawe rantas malang-
malang putung, patah tumbuh hilang berganti, pasukan TKR memiliki tekad bulat
membebaskan Ambarawa atau dengan pilihan lain gugur di pangkuan ibu pertiwi.

Menyerahnya Jepang kepada Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945, menyebabkan


vacuum of Power (kekosongan kekuasaan) di Hindia Belanda (Indonesia). Kekosongan
kekuasaan tersebut tidak disia-siakan oleh bangsa Indonesia untuk segera memproklamasikan
kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Ir. Soekarno dan Drs.
Moh Hatta. Hal ini berarti, bangsa lain tidak lagi mempunyai hak untuk melakukan penjajahan
di atas bumi Indonesia. Proklamasi berarti pengumuman yang dilakukan oleh suatu bangsa
yang menyatakan bahwa bangsa tersebut telah merdeka dan lepas dari penjajahan.

Meskipun demikian, terdapat pihak-pihak yang berusaha untuk mengembalikan


Indonesia sebagai jajahan Belanda. Hal ini dikarenakan pemerintah Belanda merasa masih
mempunyai historiesch recht (hak sejarah) untuk meneruskan pemerintahan kolonialnya. Hal
ini didasarkan dari perjanjian yang dilakukan Inggris dengan Belanda yang disebut Civil
Affairs Aggreement pada tanggal 24 Agustus 1945 yang mengatur pemindahan kekuasaan di
Indonesia dari British Military Administration kepada NICA (Netherlands Indies Civil

ii
Administration). Oleh sebab itu, Belanda dengan organisasi pemerintahannya, NICA
membonceng tentara sekutu kembali ke Indonesia.

Maksud kedatangan Sekutu adalah pertama, menerima penyerahan kekuasaan dari


tangan Jepang. kedua, membebaskan para tawanan perang dan inteniran Sekutu. Ketiga,
melucuti dan mengumpulkan orang Jepang untuk kemudian dipulangkan. Keempat,
menegakkan dan mempertahankan keadaan damai untuk kemudian diserahkan kepada
pemerintah sipil. Kelima, menghimpun keterangan tentang dan menuntut penjahat perang.
Oleh sebab itu, RI menerima kedatangan Sekutu dengan sambutan yang baik.

Pendaratan tentara Sekutu pada tanggal 20 Oktober 1945 di Semarang, berbarengan


dengan usaha perebutan kekuasaan dan senjata rakyat Indonesia terhadap Jepang. Usaha
melucuti tentara Jepang oleh para pejuang Indonesia ini memang merupakan tindakan yang
harus dilakukan sesegera mungkin. Sebab, usaha tersebut sudah diperhitungkan akan adanya
suatu kemungkinan bahaya yang ditimbulkan sehubungan dengan mendaratnya Sekutu di
Indonesia. Bagaimanapun, pasti Sekutu tidak akan rela melepaskan bangsa Indonesia menjadi
bangsa yang merdeka begitu saja. Dengan demikian, tujuan kedatangan Sekutu yang
bermaksud untuk melucuti tentara Jepang telah dilakukan oleh para pejuang Indonesia,
sehingga menimbulkan kekecewaan dari pihak Sekutu.

Selanjutnya, ketika pasukan Sekutu dan NICA telah sampai di Ambarawa dan
Magelang untuk membebaskan para tawanan tentara Belanda, para tawanan tersebut justru
dipersenjatai. Ketegangan dimulai ketika tawanan-tawanan Belanda yang dibebaskan
bertingkah congkak dan sombong, serta mengabaikan kedaulatan pemerintah dengan terang-
terangan berusaha untuk menduduki kembali Indonesia. Hal ini menimbulkan kemarahan
rakyat Indonesia, sehingga muncul gerakan pemboikotan keperluan makanan dan kebutuhan
sehari-hari terhadap Sekutu yang semula dibantu oleh rakyat Indonesia dalam usaha melucuti
tentara Jepang[4]. Akhirnya pecah pertempuran melawan Sekutu di Semarang pada tanggal 20
Oktober 1945, disusul tanggal 31 Oktober 1945 di Magelang.

Di Magelang tentara Sekutu bertindak sebagai penguasa yang mencoba melucuti


Tentara Keamanan Rakyat dan membuat kekacauan. TKR Resimen Magelang pimpinan
Letkol. M. Sarbini membalas tindakan tersebut dengan mengepung tentara Sekutu dari segala
penjuru. Namun mereka selamat dari kehancuran berkat campur tangan Presiden Soekarno
yang berhasil menenangkan suasana[5]. Kemudian pasukan Sekutu secara diam-diam
meninggalkan Kota Magelang menuju ke benteng Ambarawa. Akibat peristiwa tersebut,
Resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan Letkol. M. Sarbini segera mengadakan pengejaran
terhadap mereka dan meluas sampai ke Ambarawa.

Pada tanggal 20 Oktober 1945, tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigadir Bethell
mendarat di Semarang dengan maksud mengurus tawanan perang dan tentara Jepang yang
berada di Jawa Tengah. Kedatangan sekutu ini diboncengi oleh NICA. Kedatangan Sekutu ini
mulanya disambut baik, bahkan Gubernur Jawa Tengah Mr Wongsonegoro menyepakati akan
menyediakan bahan makanan dan keperluan lain bagi kelancaran tugas Sekutu, sedang Sekutu
berjanji tidak akan mengganggu kedaulatan Republik Indonesia.

Namun, ketika pasukan Sekutu dan NICA telah sampai di Ambarawa dan Magelang
untuk membebaskan para tawanan tentara Belanda, para tawanan tersebut malah dipersenjatai
sehingga menimbulkan kemarahan pihak Indonesia. Insiden bersenjata timbul di kota
Magelang, hingga terjadi pertempuran. Di Magelang, tentara Sekutu bertindak sebagai
penguasa yang mencoba melucuti Tentara Keamanan Rakyat dan membuat kekacauan. TKR
Resimen Magelang pimpinan Letkol. M. Sarbini membalas tindakan tersebut dengan
mengepung tentara Sekutu dari segala penjuru. Namun mereka selamat dari kehancuran berkat
campur tangan Presiden Soekarno yang berhasil menenangkan suasana. Kemudian pasukan
Sekutu secara diam-diam meninggalkan Kota Magelang menuju ke benteng Ambarawa.
Akibat peristiwa tersebut, Resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan Letkol. M. Sarbini
segera mengadakan pengejaran terhadap mereka. Gerakan mundur tentara Sekutu tertahan di
Desa Jambu karena dihadang oleh pasukan Angkatan Muda di bawah pimpinan Oni
Sastrodihardjo yang diperkuat oleh pasukan gabungan dari Ambarawa, Suruh dan Surakarta.

Tentara Sekutu kembali dihadang oleh Batalyon I Soerjosoempeno di Ngipik. Pada saat
pengunduran, tentara Sekutu mencoba menduduki dua desa di sekitar Ambarawa. Pasukan
Indonesia di bawah pimpinan Letkol. Isdiman berusaha membebaskan kedua desa tersebut,
namun ia keburu gugur terlebih dahulu. Sejak gugurnya Letkol. Isdiman, Komandan Divisi V
Banyumas, Kol. Soedirman merasa kehilangan seorang perwira terbaiknya dan ia langsung
turun ke lapangan untuk memimpin pertempuran. Kehadiran Kol. Soedirman memberikan
napas baru kepada pasukan-pasukan RI. Koordinasi diadakan di antara komando-komando
sektor dan pengepungan terhadap musuh semakin ketat. Siasat yang diterapkan adalah
serangan pendadakan serentak di semua sektor. Bala bantuan terus mengalir dari Yogyakarta,
Solo, Salatiga, Purwokerto, Magelang, Semarang, dan lain-lain.

ii
Tanggal 23 November 1945 ketika matahari mulai terbit, mulailah tembak-menembak
dengan pasukan Sekutu yang bertahan di kompleks gereja dan kerkhop Belanda di Jl. Margo
Agoeng. Pasukan Indonesia terdiri dari Yon. Imam Adrongi, Yon. Soeharto dan Yon.
Soegeng. Tentara Sekutu mengerahkan tawanan-tawanan Jepang dengan diperkuat tanknya,
menyusup ke tempat kedudukan Indonesia dari arah belakang, karena itu pasukan Indonesia
pindah ke Bedono. Pertempuran Ambarawa berlangsung empat hari, dari 13-15 Desember
1945. Semangat juang pasukan TKR menjadi penentu kemenangan dalam melawan musuh

B. Peristiwa Pertempuran di Ambarawa

Pada tanggal 11 Desember 1945, Kol. Soedirman mengadakan rapat dengan para
Komandan Sektor TKR dan Laskar. Pada tanggal 12 Desember 1945 jam 04.30 pagi, serangan
mulai dilancarkan. Pembukaan serangan dimulai dari tembakan mitraliur terlebih dahulu,
kemudian disusul oleh penembak-penembak karaben. Pertempuran berkobar di Ambarawa.
Satu setengah jam kemudian, jalan raya Semarang-Ambarawa dikuasai oleh kesatuan-
kesatuan TKR. Pertempuran Ambarawa berlangsung sengit. Kol. Soedirman langsung
memimpin pasukannya yang menggunakan taktik gelar supit urang, atau pengepungan
rangkap dari kedua sisi sehingga musuh benar-benar terkurung. Suplai dan komunikasi dengan
pasukan induknya diputus sama sekali. Setelah bertempur selama 4 hari, pada tanggal 15
Desember 1945 pertempuran berakhir dan Indonesia berhasil merebut Ambarawa dan Sekutu
dibuat mundur ke Semarang.

Serangan pembebasan Ambarawa yang berlangsung selama empat hari empat malam
dilancarkan dengan penuh semangat pantang mundur. Dari tanggal 12 hingga 15 Desember
1945, para pejuang tidak menghiraukan desingan-desingan peluru maut dan lawan.

Letusan tembakan sebagai isyarat dimulainya serangan umum pembebasan Ambarawa,


terdengar tepat pukul 04.30 WIB pada 12 Desember 1945. Pejuang yang telah bersiap-siap di
seluruh penjuru Ambarawa mulai merayap mendekati sasaran yang telah ditentukan, dengan
siasat penyerangan mendadak secara serentak di segala sektor. Seketika, dan segala penjuru
Ambarawa penuh suara riuh desingan peluru, dentuman meriam, dan ledakan granat. Serangan
dadakan tersebut diikuti serangan balasan musuh yang kalang kabut.
Pada tanggal [[20 Oktober]] [[1945]], tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigadir
Bethell mendarat di Semarang dengan maksud mengurus tawanan perang dan tentara Jepang
yang berada di Jawa Tengah. Kedatangan sekutu ini diboncengi oleh [[NICA]]. Kedatangan
Sekutu ini mulanya disambut baik, bahkan Gubernur Jawa Tengah [[Wongsonegoro|Mr
Wongsonegoro]] menyepakati akan menyediakan bahan makanan dan keperluan lain bagi
kelancaran tugas Sekutu, sedang Sekutu berjanji tidak akan mengganggu kedaulatan Republik
Indonesia.

Namun, ketika pasukan Sekutu dan NICA telah sampai di [[Ambarawa]] dan Magelang
untuk membebaskan para tawanan tentara Belanda, para tawanan tersebut malah dipersenjatai
sehingga menimbulkan kemarahan pihak Indonesia. Insiden bersenjata timbul di kota
[[Magelang]], hingga terjadi pertempuran. Di Magelang, tentara Sekutu bertindak sebagai
penguasa yang mencoba melucuti [[Tentara Keamanan Rakyat]] dan membuat kekacauan.
TKR Resimen Magelang pimpinan Letkol. [[M. Sarbini]] membalas tindakan tersebut dengan
mengepung tentara Sekutu dari segala penjuru. Namun mereka selamat dari kehancuran berkat
campur tangan Presiden [[Soekarno]] yang berhasil menenangkan suasana. Kemudian pasukan
Sekutu secara diam-diam meninggalkan Kota Magelang menuju ke benteng Ambarawa.
Akibat peristiwa tersebut, Resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan Letkol. M. Sarbini
segera mengadakan pengejaran terhadap mereka. Gerakan mundur tentara Sekutu tertahan di
Desa Jambu karena dihadang oleh pasukan Angkatan Muda di bawah pimpinan [[Oni
Sastrodihardjo]] yang diperkuat oleh pasukan gabungan dari Ambarawa, Suruh dan Surakarta.

Tentara Sekutu kembali dihadang oleh Batalyon I [[Soerjosoempeno]] di Ngipik. Pada


saat pengunduran, tentara Sekutu mencoba menduduki dua desa di sekitar Ambarawa.
Pasukan Indonesia di bawah pimpinan Letkol. [[Isdiman]] berusaha membebaskan kedua desa
tersebut, namun ia keburu gugur terlebih dahulu. Sejak gugurnya Letkol. Isdiman, Komandan
Divisi V Banyumas, Kol. [[Soedirman]] merasa kehilangan seorang perwira terbaiknya dan ia
langsung turun ke lapangan untuk memimpin pertempuran. Kehadiran Kol. Soedirman
memberikan napas baru kepada pasukan-pasukan RI. Koordinasi diadakan di antara komando-
komando sektor dan pengepungan terhadap musuh semakin ketat. Siasat yang diterapkan
adalah serangan pendadakan serentak di semua sektor. Bala bantuan terus mengalir dari
[[Yogyakarta]], [[Solo]], Salatiga, [[Purwokerto]], Magelang, [[Semarang]], dan lain-lain.

ii
Tanggal [[23 November]] [[1945]] ketika matahari mulai terbit, mulailah tembak-
menembak dengan pasukan Sekutu yang bertahan di kompleks gereja dan kerkhop Belanda di
Jl. Margo Agoeng. Pasukan Indonesia terdiri dari Yon. [[Imam Adrongi]], Yon. [[Soeharto]]
dan Yon. [[Soegeng]]. Tentara Sekutu mengerahkan tawanan-tawanan Jepang dengan
diperkuat tanknya, menyusup ke tempat kedudukan Indonesia dari arah belakang, karena itu
pasukan Indonesia pindah ke Bedono.

Pertempuran Ambarawa berlangsung empat hari, dari 13-15 Desember 1945.


Semangat juang pasukan TKR menjadi penentu kemenangan dalam melawan musuh.Awal
Pertempuran Perjuangan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang dipimpin Jenderal Soedirman
pada pertengahan Desember 1945, membuat tentara sekutu terjepit dan akhirnya mundur dari
Ambarawa menuju Semarang. Walaupun dihadang dengan seluruh kekuatan persenjataan
modern serta kemampuan taktik dan strategi sekutu, para pejuang RI tak pernah gentar
sedikitpun. Mereka melancarkan serangan dengan gigih seraya melakukan pengepungan ketat
di semua penjuru kota Ambarawa. Dengan gerakan pengepungan rangkap ini sekutu benar
benar terkurung dan kewalahan. Jenderal Soedirman sebagai pemimpin pasukan menegaskan
perlunya mengusir tentara sekutu dan Ambarawa secepat mungkin. Sebab sekutu akan
menjadikan Ambarawa sebagai basis kekuatan untuk merebut Jawa Tengah. Dengan
semboyan Rawe-rawe rantas malang-malang putung, patah tumbuh hilang berganti, pasukan
TKR memiliki tekad bulat membebaskan Ambarawa atau dengan pilihan lain gugur di
pangkuan ibu pertiwi.

Peristiwa Pertempuran Ambarawa Serangan pembebasan Ambarawa yang berlangsung


selama empat hari empat malam dilancarkan dengan penuh semangat pantang mundur. Dari
tanggal 12 hingga 15 Desember 1945, para pejuang tidak menghiraukan desingan-desingan
peluru maut dan lawan. Letusan tembakan sebagai isyarat dimulainya serangan umum
pembebasan Ambarawa, terdengar tepat pukul 04.30 WIB pada 12 Desember 1945. Pejuang
yang telah bersiap-siap di seluruh penjuru Ambarawa mulai merayap mendekati sasaran yang
telah ditentukan, dengan siasat penyerangan mendadak secara serentak di segala sektor.
Seketika, dan segala penjuru Ambarawa penuh suara riuh desingan peluru, dentuman meriam,
dan ledakan granat. Serangan dadakan tersebut diikuti serangan balasan musuh yang kalang
kabut. Akhir pertempuran
Sekitar pukul 16.00 WIB, TKR berhasil menguasai Jalan Raya Ambarawa Semarang,
dan pengepungan musuh dalam kota Ambarawa berjalan dengan sempurna. Terjadilah
pertempuran jarak dekat. Musuh mulai mundur pada 14 Desember 1945. Persediaan logistik
maupun amunisi musuh sudah jauh berkurang. Akhirnya, pasukan sekutu mundur dan
Ambarawa sambil melancarkan aksi bumi hangus pada 15 Desember 1945, pukul 17.30 WIB.
Pertempuran berakhir dengan kemenangan gemilang pada pihak TKR. Pasukan TKR berhasil
merebut benteng pertahanan sekutu yang tangguh. Kemenangan pertempuran Ambarawa pada
15 Desember 1945. Keberhasilan Panglima Besar Jenderal Soedirman ini kemudian
diabadikan dalam bentuk monumen Palagan Ambarawa. TNI AD memperingati tanggal
tersebut setiap tahun sebagai Hari Infanteri.

C. Akhir pertempuran

Sekitar pukul 16.00 WIB, TKR berhasil menguasai Jalan Raya Ambarawa Semarang,
dan pengepungan musuh dalam kota Ambarawa berjalan dengan sempurna. Terjadilah
pertempuran jarak dekat. Musuh mulai mundur pada 14 Desember 1945. Persediaan logistik
maupun amunisi musuh sudah jauh berkurang.

Akhirnya, pasukan sekutu mundur dan Ambarawa sambil melancarkan aksi bumi
hangus pada 15 Desember 1945, pukul 17.30 WIB. Pertempuran berakhir dengan kemenangan
gemilang pada pihak TKR. Pasukan TKR berhasil merebut benteng pertahanan sekutu yang
tangguh. Kemenangan pertempuran Ambarawa pada 15 Desember 1945. Keberhasilan
Panglima Besar Jenderal Soedirman ini kemudian diabadikan dalam bentuk monumen Palagan
Ambarawa. TNI AD memperingati tanggal tersebut setiap tahun sebagai Hari Infanteri.

Pertempuran di Ambarawa, merupakan pertempuran yang cukup penting. Sebab


pertempuran Ambarawa merupakan salah satu dari rangkaian peristiwa mempertahankan
kemerdekaan pada masa revolusi[6]. Sebab, bagi Indonesia revolusi Indonesia bertujuan untuk
melengkapi dan menyempurnakan proses penyatuan dan kebangkitan nasional yang telah
dimulai empat dasawarsa sebelumnya. Namun di lain pihak, bagi Belanda masa revolusi
sebagai suatu zaman yang merupakan kelanjutan dari masa lampau untuk melakukan
penjajahan yang menurut mereka sudah dilakukan selama 300 tahun. Pada masa ini pulalah,
hak Indonesia akan kemerdekaan dan kedaulatan atas nama revolusi mendapatkan banyak
dukungan dari rakyat Indonesia.

ii
Demikian pentingnya arti pertempuran Ambarawa bagi bangsa Indonesia dalam rangka
mempertahankan kemerdekaan Indonesia, sehingga meskipun pertempuran itu berlangsung
singkat (12 Desember 1945 15 Desember 1945) tetapi memberikan kemenangan yang
gilang-gemilang bagi Indonesia. Dipimpin oleh Kolonel Sudirman, para pejuang berhasil
memukul Sekutu yang terdesak ke mundur Semarang.

Disamping itu, pertempuran di Ambarawa berhasil mempengaruhi dan melemahkan


kekuatan Belanda, sehingga Belanda kesulitan dalam melakukan pertempuran di wilayah
lainnya. Berakhirnya pertempuran pada tanggal 15 Desember 1945 dengan kemenangan di
pihak Indonesia tersebut kini diperingati sebagai Hari Infanteri/hari jadi TNI Angkatan Darat
atau Hari Juang Kartika. Peristiwa tersebut diabadikan dalam sebuah karya monumental, yaitu
Monumen Palagan Ambarawa yang dibangun pada tanggal 15 Desember 1974.

Dalam pertempuran Ambarawa, memunculkan tokoh yang paling berjasa dalam upaya
mengusir Sekutu dari bumi Ambarawa yang kelak menjadi Jenderal Panglima Besar Republik
Indonesia, yaitu Kolonel Sudirman. Dalam pertempuran ini pulalah dikenal strategi yang
sangat jitu yang dapat dirumuskan dari hasil pemikiran dan kerja keras beliau bersama para
pejuang lainnya. Strategi tersebut dikenal dengan sebutan Strategi Supit Urang atau dalam
terjemahan bahasa Indonesia disebut Strategi Supit udang. Dengan kedisiplinan yang tinggi
dari para pejuang yang termasuk dalam bagian strategi Kolonel Sudirman, dan dengan
didukung perencanaan yang matang, strategi tersebut berhasil dilaksanakan dengan baik
sehingga membawa kemenangan yang gilang gemilang bagi para pejuang tanah air.

Kemenangan pertempuran ini kini diabadikan dengan didirikannya Monumen Palagan


Ambarawa dan diperingatinya Hari Jadi TNI Angkatan Darat atau Hari Juang Kartika. Untuk
memperingati pertempuran itu, maka di kota Ambarawa didirikan Monumen Palagan
Ambarawa.
D. Dampak positif pertempuran Ambarawa

Pihak Indonesia bisa merebut kembali wilayah kedaulatan Indonesia dari serangan
pasukan sekutu dan NICA. Mereka berhasil dipukul mundur ke Semarang. Kekalahan mereka
di Ambarawa juga turut menciutkan dan melemahkan kekuatan Belanda. Sebagai akibatnya,
mereka makin terdesak di wilayah Indonesia lainnya. Sebaliknya, kemenangan pada
pertempuran ambarawa turut mengobarkan semangat juang Indonesia melawan penjajah di
wilayah lain.

E. Dampak negatif pertempuran Ambarawa

Sama seperti peperangan lainnya, pertempuran ambarawa juga membuat sejumlah


nyawa melayang baik itu dari pihak penjajah maupun dari pihak Indonesia. Salah satu
kehilangan besar bangsa ini adalah gugurnya Letnan Kolonel Isdiman Suryokusumo yang
merupakan orang kepercayaan Soedirman. Dampak negatif lainnya adalah rakyat yang
melayang jiwanya dan terancam keamanannya.

Selain itu, pertempuran ini juga menyebabkan lumpuhnya sendi sendi kehidupan sosial
masyarakat di wilayah pertempuran. Aktifitas perekonomian dan lain lain otomatis terganggu.
Meski berdampak negatif pada kehidupan rakyat namun apa yang dilakukan pejuang
kemerdekaan pada pertempuran ambarawa didukung penuh oleh segenap rakyat Indonesia
karena tujuan pertempuran tersebut mulia yakni membebaskan indoensia dari penjajahan.

ii
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menyerahnya Jepang kepada Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945, menyebabkan


vacuum of Power (kekosongan kekuasaan) di Hindia Belanda (Indonesia). Kekosongan
kekuasaan tersebut tidak disia-siakan oleh bangsa Indonesia untuk segera memproklamasikan
kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Ir. Soekarno dan Drs.
Moh Hatta. Hal ini berarti, bangsa lain tidak lagi mempunyai hak untuk melakukan penjajahan
di atas bumi Indonesia. Proklamasi berarti pengumuman yang dilakukan oleh suatu bangsa
yang menyatakan bahwa bangsa tersebut telah merdeka dan lepas dari penjajahan. Letusan
tembakan sebagai isyarat dimulainya serangan umum pembebasan Ambarawa, terdengar tepat
pukul 04.30 WIB pada 12 Desember 1945. Pejuang yang telah bersiap-siap di seluruh penjuru
Ambarawa mulai merayap mendekati sasaran yang telah ditentukan, dengan siasat
penyerangan mendadak secara serentak di segala sektor. Seketika, dan segala penjuru
Ambarawa penuh suara riuh desingan peluru, dentuman meriam, dan ledakan granat. Serangan
dadakan tersebut diikuti serangan balasan musuh yang kalang kabut. Untuk memperingati
pertempuran itu, maka di kota Ambarawa didirikan Monumen Palagan Ambarawa.

B. Saran

Para pejuang dahulu telah mengorbankan tenaga, pikiran, harta bahkan nyawa mereka
untuk kemerdekaan negara yang sedang kita hancurkan ini. Bagaimana tidak, kita menyontek
itu berarti sedang merobek-robek bendera kebangsaan kita sendiri. Kita melupakan pancasila
sebagai ideologi kita apalagi perjuangan para pahlawan masa lalu. Mengapa sekarang kita
menjadi pengecut? Setidaknya, bila kita tidak bisa berperang dengan senjata, kita masih bisa
berusaha menjadi warga negara yang baik dan taat aturan serta berbudi pekerti luhur. Dan itu
semua sudah cukup membanggakan hati para pejuang terdahulu meski mereka sudah tidak
berada di dunia lagi.
DAFTAR PUSTAKA

http://yahyalionelmessi.blogspot.co.id/2016/11/makalah-pertempuran-ambarawa.html,
Diakses pada tanggal 21 Nopember 2017

https://id.wikipedia.org/wiki/Palagan_Ambarawa. Diakses pada tanggal 21 Nopember 2017

Triyanto, Niken Yuniari, Rumiyati 2006 IPS Terpadu Wajar dari Graham Pustaka.

Sutarto, Sunardi, Nanang Herjunanto dll, 2008 IPS untuk SMP/MTs Kelas IX Pusat
Perbukuan BSE.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT,karena atas limpahan taufik dan
hidayahnyalah hingga kelompok 2 bisa menyelesaikan makalah ini.Dalam makalah tersebut di
bahas mengenai pertempuran ambarawa yang dilakukan untuk mempertahankan
kemerdekaan di daerah.kami mengucapkan banyak terimah kasih atas semua pihak yang telah
membantu hingga makalah ini bisa terselesaikan sedemikian rupa.Terutama kepada guru mata
pelajaran (anwar,s.pd) yang telah memberikan tugas ini.

Kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan kekhilafan,oleh sebab itu jika
ada kesalahan-kesalahan dari makalah yang kami buat ini, tentu itu datangnya dari diri kami
masing-masing.Sebab kesempurnaan itu hanyalah milik ALLAH semata.Semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan atau pun wawasan bagi para pembaca mengenai salah satu
tindakan yang di lakukan rakyat indonesia,untuk mempertahankan kemerdekaan bangsa
indonesia.

Kami selaku anggota dari kelompok Empat terbuka menerima kritik dan saran yang
membangun.Sebab penilaian seseorang terhadap suatu hal bisa saja berbeda,hingga
menimbulkan pro dan kontra.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................................................1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................................2
C. Tujuan .............................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Pertempuran Ambarawa .........................................................................3


B. Peristiwa Pertempuran di Ambarawa...............................................................................6
C. Akhir pertempuran ...........................................................................................................9
D. Dampak positif pertempuran Ambarawa .........................................................................11
E. Dampak negatif pertempuran Ambarawa....... .................................................................11

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN ................................................................................................................12
B. SARAN ............................................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA

ii
MAKALAH UPACARA RAMBU SOLO

Oleh

Yunita Dinda Anastasya (30)

X IPS 2

SMA NEGERI 2 MEJAYAN

TAHUN AJARAN 2017 / 2018

Anda mungkin juga menyukai