PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. Rumusan Masalah
1. Mengapa pertempuran ambarawa terjadi?
2. Apa latar belakang dari pertempuran Ambarawa?
3. Bagaiman peristiwa pertempuran Ambarawa?
4. Bagaimana akhir dari pertempuran tersebut?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang terjadi saat pertempuran Ambarawa
2. Untuk mengetahui apa yang menyebabkan pertempuran Ambarawa
3. Untuk mengetahui kronologi pertempuran Ambarawa
BAB II
PEMBAHASAN
Perjuangan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang dipimpin Jenderal Soedirman pada
pertengahan Desember 1945, membuat tentara sekutu terjepit dan akhirnya mundur dari
Ambarawa menuju Semarang. Walaupun dihadang dengan seluruh kekuatan persenjataan
modern serta kemampuan taktik dan strategi sekutu, para pejuang RI tak pernah gentar
sedikitpun. Mereka melancarkan serangan dengan gigih seraya melakukan pengepungan ketat
di semua penjuru kota Ambarawa. Dengan gerakan pengepungan rangkap ini sekutu benar-
benar terkurung dan kewalahan.
ii
Administration). Oleh sebab itu, Belanda dengan organisasi pemerintahannya, NICA
membonceng tentara sekutu kembali ke Indonesia.
Selanjutnya, ketika pasukan Sekutu dan NICA telah sampai di Ambarawa dan
Magelang untuk membebaskan para tawanan tentara Belanda, para tawanan tersebut justru
dipersenjatai. Ketegangan dimulai ketika tawanan-tawanan Belanda yang dibebaskan
bertingkah congkak dan sombong, serta mengabaikan kedaulatan pemerintah dengan terang-
terangan berusaha untuk menduduki kembali Indonesia. Hal ini menimbulkan kemarahan
rakyat Indonesia, sehingga muncul gerakan pemboikotan keperluan makanan dan kebutuhan
sehari-hari terhadap Sekutu yang semula dibantu oleh rakyat Indonesia dalam usaha melucuti
tentara Jepang[4]. Akhirnya pecah pertempuran melawan Sekutu di Semarang pada tanggal 20
Oktober 1945, disusul tanggal 31 Oktober 1945 di Magelang.
Pada tanggal 20 Oktober 1945, tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigadir Bethell
mendarat di Semarang dengan maksud mengurus tawanan perang dan tentara Jepang yang
berada di Jawa Tengah. Kedatangan sekutu ini diboncengi oleh NICA. Kedatangan Sekutu ini
mulanya disambut baik, bahkan Gubernur Jawa Tengah Mr Wongsonegoro menyepakati akan
menyediakan bahan makanan dan keperluan lain bagi kelancaran tugas Sekutu, sedang Sekutu
berjanji tidak akan mengganggu kedaulatan Republik Indonesia.
Namun, ketika pasukan Sekutu dan NICA telah sampai di Ambarawa dan Magelang
untuk membebaskan para tawanan tentara Belanda, para tawanan tersebut malah dipersenjatai
sehingga menimbulkan kemarahan pihak Indonesia. Insiden bersenjata timbul di kota
Magelang, hingga terjadi pertempuran. Di Magelang, tentara Sekutu bertindak sebagai
penguasa yang mencoba melucuti Tentara Keamanan Rakyat dan membuat kekacauan. TKR
Resimen Magelang pimpinan Letkol. M. Sarbini membalas tindakan tersebut dengan
mengepung tentara Sekutu dari segala penjuru. Namun mereka selamat dari kehancuran berkat
campur tangan Presiden Soekarno yang berhasil menenangkan suasana. Kemudian pasukan
Sekutu secara diam-diam meninggalkan Kota Magelang menuju ke benteng Ambarawa.
Akibat peristiwa tersebut, Resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan Letkol. M. Sarbini
segera mengadakan pengejaran terhadap mereka. Gerakan mundur tentara Sekutu tertahan di
Desa Jambu karena dihadang oleh pasukan Angkatan Muda di bawah pimpinan Oni
Sastrodihardjo yang diperkuat oleh pasukan gabungan dari Ambarawa, Suruh dan Surakarta.
Tentara Sekutu kembali dihadang oleh Batalyon I Soerjosoempeno di Ngipik. Pada saat
pengunduran, tentara Sekutu mencoba menduduki dua desa di sekitar Ambarawa. Pasukan
Indonesia di bawah pimpinan Letkol. Isdiman berusaha membebaskan kedua desa tersebut,
namun ia keburu gugur terlebih dahulu. Sejak gugurnya Letkol. Isdiman, Komandan Divisi V
Banyumas, Kol. Soedirman merasa kehilangan seorang perwira terbaiknya dan ia langsung
turun ke lapangan untuk memimpin pertempuran. Kehadiran Kol. Soedirman memberikan
napas baru kepada pasukan-pasukan RI. Koordinasi diadakan di antara komando-komando
sektor dan pengepungan terhadap musuh semakin ketat. Siasat yang diterapkan adalah
serangan pendadakan serentak di semua sektor. Bala bantuan terus mengalir dari Yogyakarta,
Solo, Salatiga, Purwokerto, Magelang, Semarang, dan lain-lain.
ii
Tanggal 23 November 1945 ketika matahari mulai terbit, mulailah tembak-menembak
dengan pasukan Sekutu yang bertahan di kompleks gereja dan kerkhop Belanda di Jl. Margo
Agoeng. Pasukan Indonesia terdiri dari Yon. Imam Adrongi, Yon. Soeharto dan Yon.
Soegeng. Tentara Sekutu mengerahkan tawanan-tawanan Jepang dengan diperkuat tanknya,
menyusup ke tempat kedudukan Indonesia dari arah belakang, karena itu pasukan Indonesia
pindah ke Bedono. Pertempuran Ambarawa berlangsung empat hari, dari 13-15 Desember
1945. Semangat juang pasukan TKR menjadi penentu kemenangan dalam melawan musuh
Pada tanggal 11 Desember 1945, Kol. Soedirman mengadakan rapat dengan para
Komandan Sektor TKR dan Laskar. Pada tanggal 12 Desember 1945 jam 04.30 pagi, serangan
mulai dilancarkan. Pembukaan serangan dimulai dari tembakan mitraliur terlebih dahulu,
kemudian disusul oleh penembak-penembak karaben. Pertempuran berkobar di Ambarawa.
Satu setengah jam kemudian, jalan raya Semarang-Ambarawa dikuasai oleh kesatuan-
kesatuan TKR. Pertempuran Ambarawa berlangsung sengit. Kol. Soedirman langsung
memimpin pasukannya yang menggunakan taktik gelar supit urang, atau pengepungan
rangkap dari kedua sisi sehingga musuh benar-benar terkurung. Suplai dan komunikasi dengan
pasukan induknya diputus sama sekali. Setelah bertempur selama 4 hari, pada tanggal 15
Desember 1945 pertempuran berakhir dan Indonesia berhasil merebut Ambarawa dan Sekutu
dibuat mundur ke Semarang.
Serangan pembebasan Ambarawa yang berlangsung selama empat hari empat malam
dilancarkan dengan penuh semangat pantang mundur. Dari tanggal 12 hingga 15 Desember
1945, para pejuang tidak menghiraukan desingan-desingan peluru maut dan lawan.
Namun, ketika pasukan Sekutu dan NICA telah sampai di [[Ambarawa]] dan Magelang
untuk membebaskan para tawanan tentara Belanda, para tawanan tersebut malah dipersenjatai
sehingga menimbulkan kemarahan pihak Indonesia. Insiden bersenjata timbul di kota
[[Magelang]], hingga terjadi pertempuran. Di Magelang, tentara Sekutu bertindak sebagai
penguasa yang mencoba melucuti [[Tentara Keamanan Rakyat]] dan membuat kekacauan.
TKR Resimen Magelang pimpinan Letkol. [[M. Sarbini]] membalas tindakan tersebut dengan
mengepung tentara Sekutu dari segala penjuru. Namun mereka selamat dari kehancuran berkat
campur tangan Presiden [[Soekarno]] yang berhasil menenangkan suasana. Kemudian pasukan
Sekutu secara diam-diam meninggalkan Kota Magelang menuju ke benteng Ambarawa.
Akibat peristiwa tersebut, Resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan Letkol. M. Sarbini
segera mengadakan pengejaran terhadap mereka. Gerakan mundur tentara Sekutu tertahan di
Desa Jambu karena dihadang oleh pasukan Angkatan Muda di bawah pimpinan [[Oni
Sastrodihardjo]] yang diperkuat oleh pasukan gabungan dari Ambarawa, Suruh dan Surakarta.
ii
Tanggal [[23 November]] [[1945]] ketika matahari mulai terbit, mulailah tembak-
menembak dengan pasukan Sekutu yang bertahan di kompleks gereja dan kerkhop Belanda di
Jl. Margo Agoeng. Pasukan Indonesia terdiri dari Yon. [[Imam Adrongi]], Yon. [[Soeharto]]
dan Yon. [[Soegeng]]. Tentara Sekutu mengerahkan tawanan-tawanan Jepang dengan
diperkuat tanknya, menyusup ke tempat kedudukan Indonesia dari arah belakang, karena itu
pasukan Indonesia pindah ke Bedono.
C. Akhir pertempuran
Sekitar pukul 16.00 WIB, TKR berhasil menguasai Jalan Raya Ambarawa Semarang,
dan pengepungan musuh dalam kota Ambarawa berjalan dengan sempurna. Terjadilah
pertempuran jarak dekat. Musuh mulai mundur pada 14 Desember 1945. Persediaan logistik
maupun amunisi musuh sudah jauh berkurang.
Akhirnya, pasukan sekutu mundur dan Ambarawa sambil melancarkan aksi bumi
hangus pada 15 Desember 1945, pukul 17.30 WIB. Pertempuran berakhir dengan kemenangan
gemilang pada pihak TKR. Pasukan TKR berhasil merebut benteng pertahanan sekutu yang
tangguh. Kemenangan pertempuran Ambarawa pada 15 Desember 1945. Keberhasilan
Panglima Besar Jenderal Soedirman ini kemudian diabadikan dalam bentuk monumen Palagan
Ambarawa. TNI AD memperingati tanggal tersebut setiap tahun sebagai Hari Infanteri.
ii
Demikian pentingnya arti pertempuran Ambarawa bagi bangsa Indonesia dalam rangka
mempertahankan kemerdekaan Indonesia, sehingga meskipun pertempuran itu berlangsung
singkat (12 Desember 1945 15 Desember 1945) tetapi memberikan kemenangan yang
gilang-gemilang bagi Indonesia. Dipimpin oleh Kolonel Sudirman, para pejuang berhasil
memukul Sekutu yang terdesak ke mundur Semarang.
Dalam pertempuran Ambarawa, memunculkan tokoh yang paling berjasa dalam upaya
mengusir Sekutu dari bumi Ambarawa yang kelak menjadi Jenderal Panglima Besar Republik
Indonesia, yaitu Kolonel Sudirman. Dalam pertempuran ini pulalah dikenal strategi yang
sangat jitu yang dapat dirumuskan dari hasil pemikiran dan kerja keras beliau bersama para
pejuang lainnya. Strategi tersebut dikenal dengan sebutan Strategi Supit Urang atau dalam
terjemahan bahasa Indonesia disebut Strategi Supit udang. Dengan kedisiplinan yang tinggi
dari para pejuang yang termasuk dalam bagian strategi Kolonel Sudirman, dan dengan
didukung perencanaan yang matang, strategi tersebut berhasil dilaksanakan dengan baik
sehingga membawa kemenangan yang gilang gemilang bagi para pejuang tanah air.
Pihak Indonesia bisa merebut kembali wilayah kedaulatan Indonesia dari serangan
pasukan sekutu dan NICA. Mereka berhasil dipukul mundur ke Semarang. Kekalahan mereka
di Ambarawa juga turut menciutkan dan melemahkan kekuatan Belanda. Sebagai akibatnya,
mereka makin terdesak di wilayah Indonesia lainnya. Sebaliknya, kemenangan pada
pertempuran ambarawa turut mengobarkan semangat juang Indonesia melawan penjajah di
wilayah lain.
Selain itu, pertempuran ini juga menyebabkan lumpuhnya sendi sendi kehidupan sosial
masyarakat di wilayah pertempuran. Aktifitas perekonomian dan lain lain otomatis terganggu.
Meski berdampak negatif pada kehidupan rakyat namun apa yang dilakukan pejuang
kemerdekaan pada pertempuran ambarawa didukung penuh oleh segenap rakyat Indonesia
karena tujuan pertempuran tersebut mulia yakni membebaskan indoensia dari penjajahan.
ii
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Para pejuang dahulu telah mengorbankan tenaga, pikiran, harta bahkan nyawa mereka
untuk kemerdekaan negara yang sedang kita hancurkan ini. Bagaimana tidak, kita menyontek
itu berarti sedang merobek-robek bendera kebangsaan kita sendiri. Kita melupakan pancasila
sebagai ideologi kita apalagi perjuangan para pahlawan masa lalu. Mengapa sekarang kita
menjadi pengecut? Setidaknya, bila kita tidak bisa berperang dengan senjata, kita masih bisa
berusaha menjadi warga negara yang baik dan taat aturan serta berbudi pekerti luhur. Dan itu
semua sudah cukup membanggakan hati para pejuang terdahulu meski mereka sudah tidak
berada di dunia lagi.
DAFTAR PUSTAKA
http://yahyalionelmessi.blogspot.co.id/2016/11/makalah-pertempuran-ambarawa.html,
Diakses pada tanggal 21 Nopember 2017
Triyanto, Niken Yuniari, Rumiyati 2006 IPS Terpadu Wajar dari Graham Pustaka.
Sutarto, Sunardi, Nanang Herjunanto dll, 2008 IPS untuk SMP/MTs Kelas IX Pusat
Perbukuan BSE.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT,karena atas limpahan taufik dan
hidayahnyalah hingga kelompok 2 bisa menyelesaikan makalah ini.Dalam makalah tersebut di
bahas mengenai pertempuran ambarawa yang dilakukan untuk mempertahankan
kemerdekaan di daerah.kami mengucapkan banyak terimah kasih atas semua pihak yang telah
membantu hingga makalah ini bisa terselesaikan sedemikian rupa.Terutama kepada guru mata
pelajaran (anwar,s.pd) yang telah memberikan tugas ini.
Kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan kekhilafan,oleh sebab itu jika
ada kesalahan-kesalahan dari makalah yang kami buat ini, tentu itu datangnya dari diri kami
masing-masing.Sebab kesempurnaan itu hanyalah milik ALLAH semata.Semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan atau pun wawasan bagi para pembaca mengenai salah satu
tindakan yang di lakukan rakyat indonesia,untuk mempertahankan kemerdekaan bangsa
indonesia.
Kami selaku anggota dari kelompok Empat terbuka menerima kritik dan saran yang
membangun.Sebab penilaian seseorang terhadap suatu hal bisa saja berbeda,hingga
menimbulkan pro dan kontra.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN ................................................................................................................12
B. SARAN ............................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA
ii
MAKALAH UPACARA RAMBU SOLO
Oleh
X IPS 2