Di bumi Nusantara ini, hampir semua upacara adat menggunakan sesajen. Upacara
pernikahan adat Jawa, misalnya. Dalam tradisi Jawa, sesajen biasanya akan disiapkan sebelum
pemasangan tarub dan bekletepe. Sesajen yang
disajikan diantaranya berupa nasi tumpeng, berbagai
macam buah-buahan, lauk-pauk, penganan (kue
jajan pasar), minuman, bunga, jamu, daging kerbau,
gula kelapa dan sebuah lentera. Umumnya
perangkat dan isi sesajen hampir serupa pada setiap
daerah.
Dalam Kedjawen, sesajen merupakan bentuk sopan santun kepada Mahluk Halus yang
termasuk dalam kategori Pihak Lain (Alam, Mahluk Halus, Sesepuh, Orang Lain, dlsb) yang ada
di sekitar kita. Oleh sebab itu, masih banyak yang menganggap tradisi sesajen kedjawen sirik dan
dipandang mistik.
Budaya sesajen harus diluruskan, yakni makanan harus diberikan kepada orang lain agar
tak mubazir. Selain itu stigma masyarakat akan tradisi sesajen harus diubah. Bukan lagi sebagai
bentuk menghormati para sesepuh tetapi sebagai rasa syukur Kurunia_Nya.
Sehingga kegiatan dalam upacara adat, termaksud kedjawen bisa dimasukan sebagai
sebuah kebudayaan yang patut dilestarikan dengan tujuhan menarik wisatawan. mengingat
Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan yang memiliki beragam kebudayaan dan budaya
yang masih berkembang hingga saat ini. Adanya beragam suku, dan agama di masyarakat jawa
dan di temukan sistem nilai-nilai budaya.
Hampir semua Adat pernikahan di Indonesia ada ritual turun temurun ajaran nenek moyang.
Jika di jawa atau kedjawen sesajen masih menjadi perdebatan, bagi Buddahisme sesajen
merupakan alat sarana untuk menghormat para makhluk-makhluk yang ada dialam neraka.
Bentuk penghormatan yang ada dalam ajarannya karena agama Buddha mengajarkan tentang
belas kasihan kepada semua makhluk.