Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT PADA JAMU

SEMESTER V TAHUN AKADEMIK 2017/2018

PENGEMBANGAN STRIP TEST BERBAHAN POLISTIREN (PS)


DAN POLIMETILMETAAKRILAT (PMMA) SEBAGAI
IDENTIFIKASI SPESIFIK NATRIUM DIKLOFENAK DALAM
JAMU

Oleh : Kelompok 3

Wiwit Nurhidayah 260110150008 (Editor, Tinjauan Pustaka)


Putri Eka Savitry 260110150064 (Metode)
M Rizky Nugraha 260110150101 (Pendahuluan, Kemasan)
Rifa Fauziah 260110150103 (Metode)
Maulidina Athadi Gayo 260110150157 (Pendahuluan)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2017

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Kami panjatkan kehadirat Allah AWT karena berkat rahmat-
Nya Kami dapat menyelasaikan makalah analisis bahan kimia obat dalam jamu yang
berjudul Pengembangan Strip Test Berbahan Polistiren (PS) Dan Polimetilmetaakrilat
(PMMA) sebagai Identifikasi Spesifik Natrium Diklofenak dalam Jamu. Makalah ini
diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah analisis bahan kimia obat dalam jamu.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih terutama kepada Ibu dan
Bapak dosen, yang selalu memberikan bimbingan dan dukungan dalam pelaksanaan
mata kuliah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya
makalah ini. Semoga makalah ini dapat menambah informasi bagi pembaca dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita
semua.
Jatinangor, November 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ....................................................................................................... 1

1.2. Identifikasi Masalah ............................................................................................... 2

1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................................... 2

1.4 Manfaat ................................................................................................................... 2

1.5 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................................. 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 3

BAB 3 METODE PENELITIAN ..................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 8

LAMPIRAN ................................................................................................................... 10

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tanaman sebagai bahan obat tradisional di Indonesia sudah digunakan sejak
zaman dahulu kala. Penggunaan obat tradisional di Indonesia khususnya jamu,
memperlihatkan kecendrungan yang terus meningkat. Hal ini dikarenakan permintaan
masyarakat yang cukup tinggi terhadap pemakaian obat obatan herbal.
Jamu merupakan obat tradisional yang dibuat dari bahan bahan alami berupa
bagian dari tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenic atau campuran dari
bahan bahan tersebut yang sudah digunakan secara empiric dan turun temurun untuk
mengobati penyakit tertentu sesuai dengan pengalaman. Namun khasiat dari jamu atau
obat obatan herbal sendiri efeknya tidak secepat obat obatan konvensional yang berdear
di pasaran. Hal ini dikarenakan didalam jamu sendiri mengandung berbagai macam
senyawa yang dapat berinteraksi satu sama lain, dapat meningkatkan efek maupun
menetralisir efek yang diinginkan.
Karena efek dari jamu tidak secepat obat obatan konvensional, seringkali
produsen jamu menambahkan bahan kimia obat untuk mempercepat efek dari jamu
yang mereka produksi. Hal ini dilakukan mungkin untuk meningkatkan daya jual
mereka, yang pada kenyataanya konsumen lebih menyukai jamu yang berefek cepat.
Namun, bahan kimia obat sebenarnya dilarang ditambahkan ke dalam jamu.
Menurut Permenkes No. 007 tahun 2012 pasal 7 salah satu senyawa yang tidak boleh
ada dalam obat tradisional adalah bahan kimia obat (BKO). Ini karena bahan kimia obat
mempunyai dosis tertentu ataupun efek samping yang dapat menimbulkan hal hal yang
tidak diinginkan jika tidak digunakan dengan tepat. Data yang diperoleh menurut
BPOM pada tahun 2015 terdapat 54 perusahaan yang diketahui mencampur BKO ke
dalam jamu. BKO yang paling sering ditambahkan ke dalam jamu antara lain obat
obatan yang memiliki efek analgesic seeprti NSAID dan steroid. Misalnya saja, natrium
diklofenak, yang berkhasiat sebagai obat ostheoarthritis, seringkali ditambahkan ke
dalam jamu pegal linu ataupun rematik. Padahal obat ini mempunyai efek samping
seperti menimbulkan rasa panas pada perut, kembung, konstipasi, diare, muntah dan

1
masih banyak lagi. Maka dari itu penting untuk memastikan bahwa jamu yang beredar
di pasaran sudah bebas dari bahan kimia obat.
Analisis BKO sudah banyak dilakukan menggunakan metode kromatografi lapis
tipis dengan pengembang yang sesuai. Namun, metode ini relatif lama sehingga menjadi
kurang efektif. Maka dari itu, dibuatlah metode baru dengan menggunakan strip
indikator atau alat uji carik. Strip indikator biasa digunakan sebagai alat untuk menguji
kadar gula darah, asam urat, kolesterol dan test kehamilan. Komposisi dari strip
indikator ialah suatu membran yang telah mengandung pereaksi spesifik didalamnya
(Nugraha, et al., 2015). Maka dari itu disini penulis ingin mengembangkan strip test
berbahan Polistiren (PS) dan Polimetilmetaakrilat (PMMA) yang dapat spesifik
mengidentifikasi natrium diklofenak didalam jamu.

1.2. Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, kami mengidentifikasikan beberapa masalah
yang akan dijadikan bahan penelitian sebagai berikut :
1. Bahan kimia obat masih ditemukan dalam jamu yang dijual dipasaran.
2. Kurangnya kesadaran produsen jamu tentang bahaya bahan kimia obat.

1.3. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui cara pembuatan strip test Na-diklofenak.
2. Menguji kandungan Na-diklofenak dalam jamu yang ada di pasaran.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Memberi pengetahuan tentang bahaya bahan kimia obat dalam jamu.
2. Mempelajari teknik pembuatan strip test Na-diklofenak.
3. Mempelajari teknik pengujian kandungan Na-diklofenak dalam jamu.

1.5 Waktu dan Tempat Penelitian


Untuk melakukan penelitian ini, maka ditentukan :
Waktu : Desember 2017
Tempat : Laboratorium Analisis Farmasi dan Kimia Medisinal

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Jamu sebagai Obat Tradisional Indonesia
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran
dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan
dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku. Berdasarkan cara
pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, Obat
Bahan Alam Indonesia dikelompokkan menjadi tiga yakni jamu, Obat Herbal
Terstandar, dan Fitofarmaka (Depkes RI, 2010).
Jamu merupakan ramuan yang diperoleh dari bahan alam (tanaman atau
hewan) yang digunakan secara turun temurun). Jamu telah menjadi bagian budaya
dan kekayaan alam Indonesia. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun
2010 menunjukkan bahwa penggunaan jamu oleh masyarakat Indonesia lebih dari
50% (Purwaningsih, 2013).
Pengobatan tradisional telah berkembang secara luas di banyak negara dan
semakin populer. Indonesia memiliki kekayaan tanaman obat dan ramuan jamu dari
berbagai suku yang tersebar di berbagai wilayah indonesia mulai Sabang sampai
Merauke. Jamu adalah warisan leluhur bangsa yang telah dimanfaatkan secara
turun temurun untuk pengobatan dan pemeliharaan kesehatan. Riset menunjukkan
bahwa 49,53% penduduk Indonesia menggunakan jamu baik untuk menjaga
kesehatan maupun untuk pengobatan karena sakit. Penduduk yang mengkonsumsi
jamu sebanyak 95,6% menyatakan merasakan manfaat minum jamu. Hasil
Riskesdas tahun 2010 juga menunjukkan bahwa dari masyarakat yang
mengkonsumsi jamu, 55,3% mengkomsumsi jamu dalam bentuk cairan
(infusum/decoct), sementara sisanya (44,7%) mengkonsumsi jamu dalam bentuk
serbuk, rajangan, dan pil/kapsul/tablet (Badan Litbang Kesehatan 2010).
Jamu banyak digunakan sebagai pengobatan tradisional karena memiliki
beberapa kelebihan. Kelebihan obat tradisional diantaranya adalah mudah
diperoleh, bahan bakunya dapat ditanam di lingkungan sekitar, murah dan dapat
diramu oleh setiap orang (Ningsih, 2016).

3
2.2.Penambahan Bahan Kimia Obat Natrium Diklofenak pada Jamu
Jamu sebagai obat tradisional memiliki beberapa kekurangan apabila
dibandingkan dengan obat sintetik diantaranya efek farmakologisnya kebanyakan
lemah, bahan bakunya belum terstandar, dan belum dilakukan serangkaian
pengujian untuk memastikan efektivitas dan keamanannya (Ningsih, 2016). Karena
efek farmakologisnya yang lemah, produsen sering menambahkan bahan kimia obat
(BKO) pada jamu untuk meningkatkan khasiat dari jamu tersebut.
Bahan kimia obat (BKO) merupakan zat-zat kimia yang digunakan sebagai
bahan utama obat kimiawi yang biasanya ditambahkan dalam sediaan obat
tradisional/jamu untuk memperkuat indikasi dari obat tradisional tersebut. Obat
tradisional yang biasa mengandung BKO adalah yang memiliki indikasi untuk
rematik, penghilang rasa sakit, dan afrodisiak (BPOM, 2013).
Salah satu bahan kimia obat (BKO) yang sering ditambahkan dalam jamu
adalah natrium diklofenak. Natrium diklofenak (derivat fenilasetat) merupakan
non-steroidal anti-inflammatory drug (NSAID) yang terkuat daya antiradangnya
dengan efek samping yang kurang kuat dibandingkan dengan NSAID lainnya. Obat
ini sering digunakan untuk segala macam rasa nyeri, migrain dan encok (Tjay dan
Rahardja, 2007). Aktivitasnya dengan jalan menghambat enzim siklo-oksigenase
sehingga pembentukan prostaglandin terhambat (Hardjasuputra, 2002).
Efek samping yang dapat terjadi akibat penggunaan natrium diklofenak
meliputi distres gastrointestinal, pendarahan gastrointestinal dan timbulnya ulserasi
lambung, sekalipun timbulnya ulkus lebih jarang terjadi daripada dengan beberapa
antiinflamasi non-steroid (AINS) lainnya. Peningkatan serum aminotransferases
lebih umum terjadi dengan obat ini daripada dengan AINS lainnya. (Katzung,
2004).
2.3. Pengujian Natrium Diklofenak pada Jamu dengan Metode Strip Test
Analisis BKO sudah banyak dilakukan menggunakan metode kromatografi
lapis tipis dengan pengembang yang sesuai. Namun, metode ini relatif lama
sehingga menjadi kurang efektif. Maka dari itu, dibuatlah metode baru dengan
menggunakan strip indikator atau alat uji carik. Strip indikator biasa digunakan
sebagai alat untuk menguji kadar gula darah, asam urat, kolesterol dan test

4
kehamilan. Komposisi dari strip indicator ialah suatu membran yang telah
mengandung pereaksi spesifik didalamnya (Nurrohmah dan soraya, 2017).
Test strip merupakan alat pendeteksi sederhana yang terdiri dari tiga
komponen utama yaitu membran, reagen yang terimmobilisasi, dan alat pembaca
atau pengukur. Membran adalah suatu lapisan berpori, biasanya berupa polimer
yang digunakan sebagai matriks atau pendukung immobilisasi. Membran yang
digunakan pada umumnya adalah polisulfon, polietersulfon, polivinilidin fluorida,
poliakrilonitril, selulosa asetat, bacterial cellulose, poliamida, poliester keton, dan
sebagainya (Dirgantara dkk, 2014).
Tes strip yang dibuat dengan cara immobilisasi reagen spesifik seperti reagen
mandelin, ferri klorida, nitrat, dan metil merah secara entrapment memiliki
kemampuan untuk mengidentifikasi dan membedakan secara spesifik keberadaan
asam mefenamat, aspirin, dan parasetamol (Dirgantara dkk, 2014).
Immobilisasi adalah memasukkan/ memerangkap reagen sensitif pada suatu
material/ matriks pembawa sinyal. Pemakaian istilah immobilisasi dikarenakan
reagen yang digunakan adalah reagen yang tidak bergerak aktif. Beragam teknik
immobilisasi telah dikenal diantaranya: adsorpsi, entrapment, mikroenkapsulasi,
cross-linking, dan ikatan kovalen (Dirgantara dkk, 2014).
Pembuatan strip indikator untuk mendeteksi natrium diklofenak dilakuan
dengan basis PS dan PMMA menggunakan metode reagen blending. Pengujian
strip tes dilakukan dengan menguji strip test oleh larutan standar natrium
diklofenak 50.000 ppm. Saat direaksikan dengan PMMA-CuSO4, terjadi perubahan
warna dari putih menjadi biru, hal ini dikarenakan terjadi reaksi antara tembaga
sulfat dengan ion klorida sehingga membentuk kompleks tetraklorokupat (II) yang
berwarna hijau. Saat direaksikan dengan indikator PMMA-FeCl3 terjadi perubahan
warna dari kuning menjadi orange-coklat, hal ini terjadi karena adanya reaksi antara
ferri klorida yang dengan ion asetat membentuk suatu endapan basa besi (II) asetat,
hingga terbentuklah perubahan warna. Dan pada indikator PMMA-Vanilin sulfat,
perubahan warna dari kuning ke ungu terjadi karena adanya reaksi antara gugus
fungsi amin sekunder (Daili dkk, 2017).

5
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1.Strip indikator berbasis Polistiren (PS) dan Polimetilmetaakrilat (PMMA)


untuk deteksi Na Diklofenak
Pembuatan strip indikator untuk mendeteksi natrium diklofenak berbasis
PS dan PMMA dilakukan menggunakan metode reagen blending. Pada metode
ini, strip indikator dibuat dengan membuat polimer terlebih dahulu, polimer
yang digunakan adalah PS, PMMA dan campuran dari keduanya. Masing-
masing polimer dibuat dalam 3 konsentrasi yakni 5; 7,5; dan 10%. Sebelumnya
dibuat terlebih dahulu reagen spesifik untuk Na diklofenak, diantaranya CuSO4,
FeCl3 dan vanilin sulfat. Polimer yang dibuat menjadi 5% dibuat dengan
menimbang 0,5 gram polimer dan dilarutkan dalam 10 ml reagen yang telah
dicampur dengan pelarut. Pelarut yang digunakan adalah etil asetat.
Perbandingan reagen dengan pelarut CuSO4, FeCl3 dan Vanilin sulfat
berturutturut ialah (6:4, 8:2, 7:3). Kemudian polimer dan campuran reagen
diaduk menggunakan magnetik stirrer hingga homogen. Kemudian larutan
polimer tersebut dilapisi pada pelat kaca dan dibiaran hingga kering. Setelah
kering, polimer tersebut telah siap digunakan. Untuk polimer dengan konsentrasi
7,5 dan 10% dilakukan dengan proses yang sama. Pada polimer gabungan PS
dan PMMA, perbandingan massa antara PS :PMMA ialah 1:5 dan 1:6,
selanjutnya dilakukan perlakuan yang sama (Dalli dkk, 2017).
3.2.Pengujian Strip Tes dengan Baku
Pengujian strip tes dilakukan dengan menguji strip test oleh larutan standar
natrium diklofenak 50.000 ppm. Saat direaksikan dengan PMMA-CuSO4,
terjadi perubahan warna dari putih menjadi biru, hal ini dikarenakan terjadi
reaksi antara tembaga sulfat dengan ion klorida sehingga membentuk kompleks
tetraklorokupat (II) yang berwarna hijau. Saat direaksikan dengan indikator
PMMA-FeCl3 terjadi perubahan warna dari kuning menjadi orange-coklat, hal
ini terjadi karena adanya reaksi antara ferri klorida yang dengan ion asetat
membentuk suatu endapan basa besi (II) asetat, hingga terbentuklah perubahan

6
warna. Dan pada indikator PMMA-Vanilin sulfat, perubahan warna dari kuning
ke ungu terjadi karena adanya reaksi antara gugus fungsi amin sekunder (Daili
dkk, 2017).
3.3.Preparasi Sampel
Ditimbang sampel 400 mg kemudian dilarutkan dalam metanol sampai 10
mL dengan disonifikasi selama 30 menit kemudian disaring.
3.4.Pengujian pada Sampel
Setelah dilakukan pengujian strip indikator terhadap sampel jamu yang
diduga mengandung BKO, strip ini spesifik terhadap jamu yang mengandung
Na-diklofenak saja. Dengan demikian, strip indikator ini dapat digunakan
sebagai pengujian spesifik bagi jamu yang mengandung BKO Na-diklofenak.
Dengan kestabilan dari strip indikator ini selama 29 minggu (Dalli dkk, 2017).

7
DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbang Kesehatan .2010. Laporan hasil riset kesehatan dasar tahun 2010.
Jakarta: Badan Litbang Kesehatan.

BPOM. 2013. Hasil Pengawasan Obat Tradisional Mengandung Bahan Kimia Obat.
Tersedia online di http://www.pom.go.id/new/index.php/view/pers/218/Hasil-
Pengawasan- Obat-Tradisional- mengandung- Bahan-Kimia-Obat.html [diakses
pada 29 november 2017]

Dalli, I., Ramdhani, D., Hasanah, A. N. 2017. Design of Indicator Strip Using
Polystyrene (PS) and Polymethylmethacrylate (PMMA) for Detection of
Diclofenac Sodium in Traditional Pain Relief Herbal Medicines. Indones. J.
Chem. Vol 17 (1): Hlm, 71-78.
DepKes RI. 2010. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
003/MENKES/PER/I/2010 Tentang Saintifikasi jamu dalam Penelitian Berbasis
Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Depkes RI

Dirgantara, Vici Saka., Zulfikar., Novita Andarini. 2014. Identifikasi Kualitatif Bahan
Analgesik Pada Jamu Menggunakan Prototype Tes Strip. Jurnal Berkala Saintek
Vol 2 (1) : Hlm 42-48

Hardjasaputra P, Budipornoto G, Sembiring, & Kamil I., 2002, Data Obat di Indonesia
Edisi 1., Jakarta :Grafidian Medipress
Katzung, B.G. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik . Penerjemah: Agoes, H.A.
Edisi ke VI. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Ningsih, Indah Yulia. 2016. Studi Etnofarmasi Penggunaan Tumbuhan Obat Oleh Suku
Tengger Di Kabupaten Lumajang Dan Malang, Jawa Timur. Journal Pharmacy
Vol 13 (1): Hlm 10-21

Nurrohmah, Siti ., Soraya Ratna Wulan Mita. 2017. Review Artikel: Analisis Bahan
Kimia Obat (Bko) Dalam Jamu Menggunakan Strip Indikator. Jurnal Farmaka
Vol 15 (2): Hlm 200-207

8
Purwaningsih, Ernie H. 2013. Jamu, Obat Tradisional Asli Indonesia: Pasang Surut
Pemanfaatannya di Indonesia. Ejournal Kedokteran Indonesia Vol 1 (2): Hlm 85-
89

Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2007, Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan
dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi Keenam, 262, 269-271, Jakarta : PT. Elex
Media Komputindo

9
LAMPIRAN
KEMASAN STRIP TEST

a. Kemasan Strip Test

10
b. Etiket Strip Test

c. Brosur Strip Test

11

Anda mungkin juga menyukai