Anda di halaman 1dari 6

BIOGRAFI Dr.

DAOED JOESOEF
Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Etika Profesi Pendidikan

Dosen pengampu Dr. Rais Hidayat, M.Pd

Disusun oleh

Leliyanawati

037114202

Kelas 5K

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PAKUAN

BOGOR

2017
DAOED JOESOEF

Nama : Dr. Daoed Joesoef

Gender : Laki-laki

Tempat, tanggal lahir : Medan, 8 Agustus 1926

Agama : Islam

Riwayat hidup :

Pendidikan
- Masuk ke Sekolah Dasar Melayu (5 tahun)
- masuk ke HIS-sekolah dasar Belanda
- masuk militer (akademi militer)
- Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (1959)
- Dectorat de 1Universite (doctor untuk ilmu hubungan internasional dan
keuangan internasional)
- Doctorat de Etat (doctor untuk ilmu ekonomi) di Universite
Pluridisciplinaire de Paris I, Pantheon-Sorbonne (1972)

BIOGRAFI
Dr. Daoed Joesoef (lahir di Medan Sumatera Utara 8 Agustus 1926)
adalah mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Kabinet Pembangunan III
periode 1978-1983. Beliau dilahirkan dari pasangan Moehammad Joesoef dan Siti
Jasiah asal Jeron Beteng, Yogyakarta. Dia menikah dengan Sri Sulastri dan
dikaruniai anak Sri Sulaksmi Damayanti. Ia masuk ke sekolah dasar Melayu lima
tahun di kota kelahirannya, Medan. Daoed selanjutnya mengikuti sekolah dasar
peralihan yang dibuka oleh Kesultanan Deli. Sehingga, anak keempat dari lima
bersaudara itu bisa masuk ke HIS-sekolah dasar Belanda untuk pribumi. Ini
memungkinkannya melanjutkan ke MULO. Di masa revolusi fisik, pemerintah
Indonesia membuka Sekolah Menengah Atas (SMA). Namun ia lebih memilih
masuk militer (akademi militer). Terpilih sebagai sepuluh terbaik di akademi militer
itu, Daoed dikirim ke Jawa dan pendidikan SMA-nya tidak diteruskan.

Daud melanjutkan pendidikannya di Fakultas Ekonomi Universitas


Indonesia. Setelah lulus kuliah pada tahun 1959, ia menjadi dosen di almamaternya.
Dengan beasiswa dari Ford Foundation Daoed berangkat ke Paris, Prancis, untuk
mengambil gelar Doctorat de l`Universite (doktor untuk ilmu hubungan
internasional dan keuangan internasional) dan Doctorat d`Etat (doktor untuk ilmu
ekonomi) di Universite Pluri-disciplinaire de Paris I, Pantheon-Sorbonne (1972).
Sewaktu di Prancis itulah, pria yang menguasai bahasa Belanda, Inggris, Jerman,
dan Prancis ini kerap mengadakan diskusi tentang ekonomi dan politik Indonesia.
Pulang dari Prancis tahun 1971, klub diskusinya dilembagakan menjadi Center for
Strategic and International Studies (CSIS) dan Daud dipilih sebagai ketua dewan
direksi. Sambil memimpin CSIS, pada tahun 1978 Daud menjabat sebagai Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan.

Pada masa jabatannya sebagai menteri, Daoed Joesoef terkenal karena


kebijakanya memperkenalkan NKK/BKK (Normalisasi Kehidupan
Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan) yang intinya dimaksudkan untuk
membersihkan kampus dari kegiatan-kegiatan berpolitik. Menurut Joesoef,
kegiatan politik hanya boleh dilakukan di luar kampus, sementara tugas utama
mahasiswa adalah belajar. Dengan kebijakannya ini, Joesoef menghapuskan
Dewan Mahasiswa di universitas-universitas di seluruh Indonesia dan praktis
melumpuhkan kegiatan politik mahasiswa. Joesoef juga terkenal karena
mengeluarkan keputusan yang melarang liburan pada masa bulan puasa. Dalam
kehidupan sehari-harinya, Daoed Joesoef mempunyai kegemaran melukis.
3 hal penting :

Bicara tentang pendidikan, ia berujar,Mendidik itu membutuhkan keteladanan, kata


Daoed Joesoef. Kalau anak didik disuruh rajin membaca, maka guru juga harus
menunjukkannya dengan rajin membaca. Itu yang dikatakan Doeod Joesoef tentang
pendidikan kita. Menurutnya, keteladanan itulah yang kini telah hilang. Padahal, Daoed
Joesoef melihat peran pendidikan akan semakin penting di masa sekarang. Sebab
bagaimana pun, masalah-masalah secara alamiah manusia hanya dapat dipecahkan
melalui proses pendidikan.

Terlepas dari itu, sebenarnya begitu banyak hal penting yang dikerjakan oleh Pak
Daoed Joesoef. Selain menulis berbagai karya, beliaulah yang pertama kali
mencetuskan pameran buku di Indonesia, beliaulah yang berjuang di UNESCO untuk
ikut merestorasi Candi Borobudur, beliau ikut mendirikan beberapa Fakultas yang
ada di Universitas di Indonesia. Kecintaannya pada Indonesia luar biasa besarnya, hal
ini ditunjukkan dengan karya-karyanya. Sampai sekarang, kalau saya menceritakan
masalah yang ada di Indonesia, matanya menampakkan kesedihan, atau rasa kesal.

BOGOR, KOMPAS.com

- Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof Dr Daoed Joesoef mengatakan,


ketahanan dan kekuatan suatu bangsa terletak pada bidang pendidikan. Hal itu
disampaikannya saat menjadi narasumber pada lokakarya "Penajaman Peran dan Fungsi
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayan", Minggu
(23/10/2011), di Bogor jawa barat.

"Pendidikan merupakan kunci kemajuan suatu bangsa. Tidak ada bangsa yang
maju, yang tidak didukung pendidikan yang kuat," katanya. Menurut Daoed,
jika ingin menjadi negara yang kuat, maju dan disegani dunia internasional, maka
Indonesia harus menjadikan pendidikan sebagai bidang unggulan.

"Menteri Pendidikan dan Kebudayaan seharusnya menempati nomor urut pertama


sebagai kementerian yang langsung di bawah presiden," ujarnya.

Ia menyakini, bila pemimpin bangsa memiliki persepsi yang sama mengenai


pentingnya peranan pendidikan dalam mendorong kemajuan bangsa, maka akan
membuat Indonesia menjadi bangsa yang besar dan disegani. Daoed
mengungkapkan, Indonesia perlu belajar dari kesadaran bangsa Jepang terhadap
pentingnya pendidikan. Baik pimpinan maupun rakyat Jepang, memiliki
pandangan yang sama tentang pentingnya pendidikan.
"Saat Hirosima dan Nagasaki dibumihanguskan, yang pertama ditanya oleh Kaisar
Jepang adalah, berapa jumlah guru yang tewas dan masih selamat, bukan berapa
jumlah tentara atau jenderal. Ini menunjukkan betapa tingginya kesadaran bangsa
Jepang terhadap pendidikan," papar Daoed.

Ia menambahkan, Indonesia perlu memperkuat kesadaran akan pendidikan.


Penelitian dan pengembangan yang dilakukan Kemdikbud, diarahkan untuk
menjawab tantangan-tantangan dan kebutuhan masa depan.

"Paradigma pendidikan harus dibangun jauh ke depan, harus mampu mengamati


dan memecahkan persoalan dan tantangan yang akan dihadapi ke depan," katanya.

Semangat untuk menulis juga ia dapatkan dari pamannya, Sulaiman. Sang paman, yang
sempat diasingkan Belanda ke Digul, Papua, itu menyuruh Daoed belajar mengetik
sepuluh jari sehingga ia bisa menulis lebih cepat dan rapi. Pada 1936, ia pun telah
mengantongi sertifikat setelah mengikuti kursus mengetik sepuluh jari di Medan.

Kalau tidak salah, kebijakan beliau yang kontroversial adalah pelarangan


organisasi politik di dalam organisasi kampus. Jadi sejak itu, yang namanya HMI,
GMNI, PMKRI berada di luar kampus. Meskipun mahasiswa sebagai pribadi
tidak dilarang ikut organisasi tersebut, tetapi tidak boleh secara terang-terangan
organisasi tersebut terlibat langsung dalam kegiatan kampus. Oleh karena itulah,
maka dapat dimaklumi jika orang-orang yang berkepentingan dengan adanya
organisasi-organisasi tersebut pasti tidak menyukainya.

Kasus di atas juga dapat dijadikan bukti, bahwa untuk berani mengambil sikap
maka harus berani pula menerima kenyataan bahwa tidak semua orang akan suka
dengan sikap yang diambil tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Daoed_Joesoef

http://kepustakaan-
presiden.perpusnas.go.id/cabinet_personnel/popup_profil_pejabat.php?id=300&pr
esiden_id=&presiden=

http://www.suara-islam.com/read/index/4455/Mantan-Mendikbud-Daoed-Joesoef-
Ceramahi-Pengurus-Muhammadiyah

http://mahkotalima.blogspot.co.id/2016/08/pak-daoed-joesoef-di-mata-saya.html

https://wiryanto.net/2011/06/04/agama-menurut-daoed-joesoef/

Anda mungkin juga menyukai