Presiden SBY yakin itu merupakan sumbangan Indonesia bagi dunia, di tengah
makin meroketnya harga minyak. Sementara, negara dibikin pusing tujuh keliling
oleh dampak dari kenaikan itu. Karuan saja, sejumlah pihak, termasuk para
ilmuwan, menyesalkan informasi yang belum valid bisa diterima oleh SBY.
Kabarnya Joko kini dilaporkan ke polisi.
Penipu 'masuk Istana' ternyata punya sejarah yang cukup panjang. Baiklah kita
mulai pada tahun 1950-an, pada masa pemerintah Presiden Soekarno. Ada
seseorang yang mengaku Raja Kubu -- suku anak dalam di Jambi. Tidak
tanggung-tanggung, dia memberi gelar dirinya Raja Idrus dan istrinya Ratu
Markonah.
Pada masa Soeharto, di era 1970-an, juga terjadi penipu kelas kakap. Penipunya
bernama Cut Zahara Fona, asal Aceh. Meski tidak tamat SD, dia memiliki ide
jenius. Dia, yang selalu mengenakan kain batik, mengklaim bahwa janin yang
ada diperutnya bisa berbicara dan mengaji.
Karuan saja, kabar itu menggegerkan masyarakat, apalagi diberitakan secara
luas di surat kabar dan majalah. Konon, tiras sebuah harian ibukota terdongkrat
naik, karena tiap hari membuat berita tentang 'bayi ajaib' di perut Cut Zahara.
Masyarakat yang banyak berdatangan pun rela untuk nguping di perutnya yang
dilapisi kain untuk mendengar 'bayi ajaib' itu berbicara atau mengaji. Bukan
hanya rakayat biasa, ada juga pejabat yang meyakininya. Termasuk Wakil
Presiden Adam Malik yang mengundang Cut Zahara ke Istana Wapres. Bahkan,
Menteri Agama KH Mohamad Dachlan termasuk orang yang meyakininya. Untuk
meyakininya, ia menyatakan bahwa Imam Syafi'ie selama tiga tahun berada di
kandungan ibunya.
Konon, Ibu Tienlah yang menggeledah dan mendapatkan bahwa bicara dan
mengaji itu hanya berasal dari tape recorder kecil yang disisipkan di perut Cut
Zahara. Kala itu memang belum banyak perekam suara sekecil milik Cut.
Setelah tidak terdengar kasus Istana pada masa Presiden BJ Habibie, yang
memang pendek masa jabatannya, pada masa Presiden Abdurahman Wahid
(Gus Dur) kembali terjadi penipuan yang mengaitkan Istana Negara. Pelakunya
adalah Soewondo, yang biasa keluar masuk Istana karena jadi tukang pijat Gus
Dur.
Orang yang dianggap 'dekat' dengan orang nomor satu di Indonesia itu berhasil
menipu Yayasan Dana Kesejateraan Karyawan (Yanatera) Badan Urusan
Logistik (BULOG) dan dituduh membobol uang yayasan hingga Rp 35 miliar.
Soewondo sempat kabur, namun kemudian ditangkap polisi di kawasan Puncak,
Jawa Barat. Pengadilan memvonisnya 3,5 tahun penjara.
Pada masa Presiden Megawati, skandal 'penipuan' kembali terjadi. Kali ini yang
diperdaya adalah Menteri Agama Kiai Said Agil Almunawar. Menteri yang
bergelar profesor dan hafidz Alquran ini memimpin penggalian situs di Batutulis
Bogor yang diyakini memendam harta karun yang nilainya dapat untuk
membayar seluruh utang negara.