Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 17, No.

2, Juli 2013

PERBANDINGAN PENAMBAHAN WAKTU KERJA (JAM LEMBUR)


DENGAN PENAMBAHAN TENAGA KERJA TERHADAP BIAYA
PELAKSANAAN PROYEK DENGAN METODE TIME COST TRADE OFF
(STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG
INSTALASI FARMASI BLAHKIUH)

Ida Ayu Mita Yoni1, I Putu Darma Warsika2, I Gusti Ketut Sudipta2
Alumni Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar
Email: mitayoni@yahoo.com

Abstrak: Dalam pelaksanaan proyek, sering terjadi ketidaksesuaian antara jadwal


rencana dengan realisasi di lapangan yang menyebabkan keterlambatan
penyelesaian. Keterlambatan pekerjaan suatu proyek konstruksi tersebut harus
diantisipasi dengan melakukan percepatan, namun harus tetap memperhatikan
faktor biaya. Alternatif percepatan yang digunakan adalah dengan melakukan
perbandingan antara penambahan waktu kerja (jam lembur) dengan penambahan
tenaga kerja pada Proyek Pembangunan Gedung Instalasi Farmasi Blahkiuh. Hal
ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan biaya pelaksanaan proyek antara
kedua alternatif percepatan tersebut. Analisa dimulai dengan melakukan
penyusunan jaringan kerja menggunakan Microsoft Office Project 2007. Setelah itu
dilakukan perhitungan dengan metode time cost trade off terhadap kedua alternatif
untuk mencari crash cost dan cost slope terhadap semua kegiatan. Selanjutnya
dilakukan kompresi terhadap lintasan kritis sehingga diperoleh perubahan biaya
untuk masing-masing alternatif. Dengan lembur maksimal, biaya proyek terus
mengalami peningkatan sepanjang kompresi dan pelaksanaan proyek dapat
dipercepat menjadi 113 hari dari sisa durasi 131 hari. Untuk pengurangan durasi
proyek maksimal sebanyak 18 hari, biaya proyek mengalami peningkatan sebesar
Rp 68.389.265,14, dimana nilai total proyek awal sebesar Rp 2.516.526.998,81
menjadi Rp 2.584.916.263,95. Dengan penambahan tenaga kerja biaya total proyek
mengalami penurunan sepanjang kompresi. Untuk pengurangan durasi yang sama,
biaya proyek mengalami penurunan sebesar Rp 14.605.663,98 sehingga menjadi
Rp 2.501.921.334,83.

Kata kunci: perbandingan biaya, kerja lembur, penambahan tenaga kerja, time cost
trade off

A COMPARISON BETWEEN ADDITONALS WORKING HOURS


(OVERTIME) AND MANPOWER TOWARD PROJECT IMPLEMENTATION
COSTS USING TIME COST TRADE OFF METHOD (CASE STUDY:
BLAHKIUH PHARMACY INSTALLATION BUILDING PROJECT)

Abstract: There have frequently been discrepancies between time schedule and the
actual project progress. As the results, delay occurs in the project completion. In a
construction project, delays should be anticipated by acceleration while also
considering costs. The study is to compare between additionals working hours
(overtime) and manpower in Blahkiuh Pharmacy Installation Building Project. It
aims to determine a cost comparison between the two acceleration alternatives. The
analysis begins with network arrangements using Microsoft Office Project 2007.
Subsequently, the two alternatives were calculated using time cost trade off to find
cost slope and crash cost of all activities. Further, compression is done toward
critical path in order to obtain the cost change for each alternative. By considering
maximum overtime, project costs continued to increase throughout the
compression and project implementation can be squeezed from 131 down to 113
days. For 18 days of maximun duration project reduction, the project cost increased

129
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 17, No. 2, Juli 2013

by Rp 68,389,265.14 in which the intial project cost increased from Rp


2,516.526.998.81 to Rp 2,584,916,263.95. Having considered additional manpower
using the same duration reduction, the total project cost has dropped by Rp
14,605,663.98, during compression so that the cost eventually is Rp
2,501,921,334.83.

Keyword: cost comparison, overtime, additional manpower, time cost trade off

PENDAHULUAN ngan membandingkan antara penambahan


waktu kerja (jam lembur) dengan penam-
Pembangunan di bidang kesehatan men- bahan tenaga kerja terhadap biaya dan
jadi perhatian utama dewasa ini, salah waktu pelaksanaan proyek pembangunan
satunya bidang farmasi. Farmasi merupa- Gedung Instalasi Farmasi Blahkiuh de-
kan salah satu bidang profesional keseha- ngan metode time cost trade off.
tan yang merupakan kombinasi dari ilmu
kesehatan dan ilmu kimia. Meningkatnya MATERI DAN METODE
kebutuhan akan layanan klinik dan eva-
luasi akan keamanan penggunaan obat di Sistematika Penyusunan Jaringan Ker-
Bali, menjadi salah satu dasar dibangun- ja
nya Gedung Instalasi Farmasi Blahkiuh. Sistematika lengkap dari proses pe-
Dalam pelaksanaan proyek, sering ter- nyusunan jaringan kerja (Soeharto, 1997)
jadi ketidaksesuaian antara jadwal rencana adalah sebagai berikut:
dan realisasi di lapangan. Dampak yang - Mengkaji dan mengidentifikasi ling-
kerap timbul adalah keterlambatan waktu kup proyek, menguraikan atau meme-
pelaksanaan proyek yang dapat juga diser- cahkannya menjadi kegiatan-kegiatan
tai dengan meningkatnya biaya pelaksana- atau kelompok kegiatan yang merupa-
an proyek tersebut. Keterlambatan proyek kan komponen proyek.
sering kali menjadi sumber perselisihan - Menyusun kembali komponen-kompo-
dan tuntutan antara pemilik dan kontrak- nen tersebut pada butir satu, menjadi
tor, sehingga akan menjadi sangat mahal mata rantai dengan urutan yang sesuai
nilainya baik ditinjau dari sisi kontraktor dengan logika ketergantungan. Urutan
maupun pemilik. ini dapat berbentuk seri dan/atau pa-
Keterlambatan pekerjaan suatu proyek rarel.
konstruksi harus diantisipasi dengan mela- - Memberikan kurun waktu bagi ma-
kukan percepatan, namun harus tetap sing-masing kegiatan yang dihasilkan
memperhatikan faktor biaya. Ada bebera- dari penguraian lingkup proyek.
pa cara dalam melakukan percepatan wak- Mengidentifikasi jalur kritis (critical
tu pelaksanaan proyek, antara lain penam- path) dan float pada jaringan kerja. Jalur
bahan waktu kerja (jam lembur), penam- kritis adalah jalur yang terdiri dari rang-
bahan tenaga kerja, metode pelaksanaan kaian kegiatan dalam lingkup proyek,
yang efektif, dan penggunaan peralatan yang bila terlambat akan menyebabkan
yang lebih produktif. Dari beberapa cara keterlambatan proyek secara keseluruhan.
tersebut akan digunakan dua alternatif, Kegiatan yang berada pada jalur ini dina-
yaitu dengan melakukan penambahan makan kegiatan kritis. Sedangkan float
waktu kerja (jam lembur) dan penamba- adalah tenggang waktu suatu kegiatan ter-
han tenaga kerja untuk mempercepat pe- tentu yang nonkritis dari suatu proyek.
laksanaan pada proyek pembangunan
Gedung Instalasi Farmasi Blahkiuh. Pro- Penggambaran dan Perhitungan Jari-
yek ini mengalami keterlambatan 3,025% ngan Kerja Metode PDM
(7 hari) sehingga penulis ingin melakukan PDM tidak terbatas pada aturan dasar
penelitian percepatan durasi proyek de- jaringan kerja CPM, dimana kegiatan bo-

130
Perbandingan Penambahan Waktu Kerja (Jam Lembur) . Yoni, Warsika dan Sudipta

leh dimulai setelah kegiatan yang menda- - Biaya tak terduga (contingence)
hului selesai. Pada PDM, hubungan antar- Penjumlahan dari biaya langsung dan
kegiatan berkembang menjadi beberapa biaya tak langsung ini merupakan biaya
kemungkinan berupa konstrain. Konstrain total yang digunakan selama pelaksanaan
menunjukkan hubungan antarkegiatan de- proyek. Besarnya biaya ini sangat bergan-
ngan satu garis dari node terdahulu ke no- tung oleh lamanya waktu penyelesaian
de berikutnya. Terdapat empat macam proyek. Keduanya berubah sesuai dengan
konstrain dalam PDM, yaitu: kemajuan proyek. Meskipun tidak ada ru-
FS (Finish to Start) kegiatan A sele- mus tertentu, umumnya makin lama pro-
sai kegiatan B mulai. yek berjalan makin tinggi biaya komulatif
FF (Finish to Finish) kegiatan A se- yang diperlukan (Soeharto, 1999). Bila
lesai kegiatan B juga harus selesai. durasi proyek dipersingkat, biasanya di-
SS (Start to Start) kegiatan A mulai rect cost akan naik dan indirect cost akan
Kegiatan B juga harus mulai. turun (Nurhayati, 2010). Seperti yang ter-
SF (Start to Finish) kegiatan A mu- lihat dalam gambar grafik yang menun-
lai apabila kegiatan B selesai jukkan hubungan antara biaya langsung,
biaya tak langsung dan total biaya, dimana
terlihat bahwa biaya optimal didapat de-
ngan mencari biaya proyek terkecil.

Gambar 1 Hubungan kegiatan i dan j

Biaya Proyek
Ada beberapa jenis biaya dimana ter- Gambar 2 Hubungan biaya total, biaya
masuk dalam modal tetap yang berhubu- tak langsung, dan biaya langsung
ngan dengan pembiayaan suatu proyek Sumber : Soeharto (1997)
konstruksi yang dapat dibedakan menjadi
dua jenis yaitu biaya langsung (direct Mempersingkat Waktu Penyelesaian
cost) dan biaya tidak langsung (indirect Proyek
cost). Penambahan biaya akan memberikan
Biaya langsung adalah semua biaya besaran perbedaan biaya akibat percepatan
yang langsung berhubungan dengan pe- waktu sesuai dengan banyaknya waktu
laksanaan pekerjaan konstruksi di lapa- percepatan. Besarnya penambahan biaya
ngan. Biaya langsung dapat diperoleh de- per satuan waktu dinyatakan dengan cost
ngan mengalikan volume atau kuantitas slope (CS) yang dapat dihitung untuk tiap
suatu pekerjaan dengan harga satuan pe- jenis kegiatan yang dipercepat. Rumus
kerjaan tersebut. Harga satuan pekerjaan yang digunakan untuk menghitung cost
terdiri atas harga bahan, upah buruh, dan slope adalah:
biaya peralatan. Cc Cn
Cost Slope
Biaya tidak langsung adalah semua Tn Tc
biaya proyek yang tidak secara langsung dimana, Cc = Biaya dipercepat
berhubungan dengan konstruksi di lapa- Cn = Biaya normal
ngan tetapi biaya ini harus ada dan tidak Tn = Waktu normal
dapat dilepaskan dari proyek tersebut. Tc = Waktu dipercepat
Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya
tidak langsung adalah: Pelaksanaan Penambahan Jam Kerja
- Biaya overhead (Lembur)

131
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 17, No. 2, Juli 2013

Adapun rencana kerja yang akan dila- a = jumlah jam kerja lembur
kukan dalam mempercepat durasi sebuah b = koefisien penurunan produktivitas
pekerjaan dengan metode jam kerja lem- kerja lembur
bur adalah: Crash duration = volume/produktivitas
Waktu kerja normal adalah 8 jam harian sesudah crash
(08.00 17.00), sedangkan lembur di- Pada subbab sebelumnya, perlu dihi-
lakukan setelah waktu kerja normal. tung cost slope untuk mengetahui besar-
Harga upah pekerja untuk kerja lem- nya penambahan biaya dur cost yang di-
bur menurut Keputusan Menteri Tena- maksud adalah crash cost total yaitu be-
ga Kerja Nomor KEP. 102/ MEN/ VI/ sarnya upah pekerja yang diperlukan un-
2004 pasal 11 diperhitungkan sebagai tuk menyelesaikan kegiatan dengan kurun
berikut : waktu dipercepat (crash duration). Perhi-
- Untuk jam kerja lembur pertama, tungan crash cost dapat ditulis sebagai be-
harus dibayar upah lembur sebesar rikut:
1,5 (satu setengah) kali upah satu Crash cost = crash cost pekerja x crash
jam duration
- Untuk setiap jam kerja lembur Crash cost pekerja dapat dicari dengan
berikutnya harus dibayar upah langkah-langkah sebagai berikut:
lembur sebesar 2 (dua) kali upah Normal ongkos pekerja per hari
satu jam. = produktivitas harian x harga satuan
Salah satu pendekatan untuk mencoba upah pekerja
mengukur hasil guna tenaga kerja adalah Normal ongkos pekerja per jam
dengan memakai parameter indeks pro- = produktivitas tiap jam x harga satuan
duktivitas. Gambar 3 menunjukkan indi- upah pekerja
kasi penurunan produktivitas, bila jumlah Biaya lembur pekerja
jam per hari dan hari per minggu bertam- = 1,5 x upah sejam normal untuk jam
bah. Nilai selisih dari indeks produktivitas kerja lembur pertama dan 2 x upah
akibat kerja lembur adalah 0,1 perjamnya sejam normal untuk jam kerja
atau mengalami penurunan indeks produk- berikutnya
tivitas sebesar 0,1 dalam setiap jam. Crash cost pekerja perhari
= (8 jam x normal cost pekerja) +
biaya lembur per jam

Pelaksanaan Penambahan Tenaga Ker-


ja
Besarnya penambahan tenaga kerja
yang diperlukan dapat dihitung dengan
Gambar 3 Grafik indikasi menurunnya rangkaian rumus sebagai berikut:
produktivitas karena kerja lembur Produktivitas grup pekerja
Sumber: Soeharto (1997) volume
Berikut ini dijabarkan rumus untuk perhi- =
tungan akibat kerja lembur: durasi rencana
- Produktivitas harian = volume/durasi Kebutuhan tenaga kerja
rencana = koefisien analisa x produktivitas
- Produktivitas tiap jam = produktivi- grup pekerja
tas harian/8 Jumlah jam kerja (jam orang)
- Produktifitas harian sesudah crash: = = durasi rencana x kebutuhan tenaga
(8 jam x produktivitas tiap jam) + (a x kerja x jam kerja rencana
b x produktivitas tiap jam) Jumlah penambahan tenaga kerja
dimana,

132
Perbandingan Penambahan Waktu Kerja (Jam Lembur) . Yoni, Warsika dan Sudipta

jam kerja - n vitasnya telah jenuh seluruhnya (tidak


n = n1 - n = dapat dikompres lagi).
d1 x H
- Dilakukan perhitungan biaya langsung
dimana,
dan tak langsung. Selanjutnya dilaku-
n = penambahan tenaga kerja
kan penambahan hasil perhitungan
n1 = jumlah tenaga kerja yang
biaya langsung dan tak langsung aki-
diperlukan
bat adanya tambahan jam kerja atau
n = jumlah tenaga kerja rencana
dengan tambahan tenaga kerja sehing-
jam kerja = jumlah jam kerja
ga mendapatkan biaya total proyek
rencana
yang baru.
d1 = crash duration
- Buat tabulasi biaya dan waktu, ke-
H = jam kerja perhari
mudian gambarkan dalam grafik lalu
Biaya normal hubungkan titik yang terbentuk setiap
= durasi rencana x rata-rata upah kali mempersingkat kegiatan. Dibuat
tenaga kerja per pekerjaan x jumlah grafik hubungan waktu terhadap biaya
tenaga kerja normal langsung, biaya tak langsung dan bia-
Crash cost ya total untuk masing-masing penam-
= crash duration x rata-rata upah bahan jam kerja atau dengan penam-
tenaga kerja per pekerjaan x jumlah bahan tenaga kerja
tenaga kerja setelah penambahan Periksa pada grafik biaya total untuk men-
capai waktu optimal, yaitu kurun waktu
Metode Time Cost Trade Off penyelesaian proyek dengan biaya teren-
Time cost trade off digunakan sebagai dah.
bahan pertimbangan pengambilan keputu-
san dalam melakukan percepatan waktu Kerangka Analisis
dari suatu proyek untuk mendapatkan total Uraian di atas dapat dirangkum dalam
biaya percepatan yang minimal. Telah di- suatu kerangka penelitian yang dapat dili-
jabarkan proses hingga mendapatkan cost hat pada Gambar 4.
slope setiap kegiatan dan berikut adalah
ringkasan langkah-langkah dengan meto-
de tersebut, yaitu:
- Menghitung waktu penyelesaian pro-
yek dengan memakai kurun waktu
normal.
- Menentukan biaya normal masing-ma-
sing kegiatan.
- Menentukan biaya dipercepat masing-
masing kegiatan.
- Menghitung cost slope masing-masing
komponen kegiatan.
- Mempersingkat kurun waktu kegiatan,
dimulai dengan kegiatan kritis yang
mempunyai cost slope terendah.
- Bila dalam proses mempercepat waktu
proyek terbentuk jalur kritis baru, ma-
ka kompresi dilakukan terhadap kegia-
tan kritis (baik kegiatan kritis awal dan
baru) yang memiliki cost slope terke-
cil. Kompresi dihentikan bila terdapat
lintasan kritis dimana aktivitas-akti- Gambar 4 Kerangka penelitian

133
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 17, No. 2, Juli 2013

HASIL DAN PEMBAHASAN = Rp 2.516.526.998,81


Biaya tak langsung (12% real cost)
Uraian Pekerjaan Proyek = Rp 301.983.239,86
Uraian pekerjaan tersebut kemudian Biaya langsung (RAP)
disusun, dimana penyusunan mengguna- = Rp 2.516.526.998,81 Rp
kan susunan pekerjaan yang ada pada time 301.983.239,86
schedule, kemudian susunan pekerjaan = Rp 2.214.543.758,95
tersebut dimasukkan sebagai input data
pada program Microsoft Office Project Tabel 1Rincian biaya tak langsung
2007.
Langkah pertama yang dilakukan sete-
lah penyusunan tiap-tiap pekerjaan adalah
menentukan durasi dari masing-masing
pekerjaan. Langkah selanjutnya adalah
menyusun predecessor (ketergantungan
antar kegiatan /kegiatan yang mengikuti)
pada masing-masing aktivitas. Setelah
predecessor disusun, maka dilakukan pe-
ngolahan data oleh penulis menggunakan Biaya overhead selama proyek
program Microsoft Office Project 2007 = Rp (165.000,00 + 105.000,00 +
dan menghasilkan diagram preseden dan 65.000,00 + 95.000,00 + 102.000,00) x
bar chart. Dalam diagram preseden dan durasi rencana proyek
bar chart dapat dilihat kegiatan yang be- = Rp 532.000,00 x 180 hari = Rp
rada pada lintasan kritis dan lintasan non- 146.090.539,80
kritis. Kegiatan kritis ditandai dengan Keuntungan proyek (profit)
warna merah sedangkan kegiatan nonkritis = biaya tak langsung biaya overhead
berwarna biru. Selanjutnya, akan dilaku- biaya tak terduga
kan perhitungan hingga mendapat nilai = Rp 301.983.239,86 - Rp 146.090.539,80
cost slope pada semua kegiatan, tidak ha- Rp 50.330.539,98
nya kegiatan kritis saja. Hal ini karena = Rp 105.562.160,00
nantinya pada proses kompresi, terdapat
kemungkinan terjadinya perubahan atau Perhitungan Time Cost Trade Off
penambahan lintasan kritis dari keadaan Akibat Penambahan Waktu Kerja
semula. (Jam Lembur) dan Penambahan Tena-
ga Kerja
Rincian Biaya Setelah didapat nilai cost slope dari
Perhitungan biaya mengacu kepada ni- masing-masing aktivitas, maka dengan
lai Rencana Anggaran Pelaksanaan melihat diagram perseden yang dibuat da-
(RAP). Besarnya nilai RAP adalah hasil lam kondisi normal dapat diketahui linta-
selisih dari nilai total proyek (RAB) diku- san kritisnya. Penekanan (kompresi) dura-
rangi biaya tidak langsung. Pada kontrak- si proyek akan dilakukan pada aktivitas
tor menengah dan kecil, besarnya proporsi yang berada pada lintasan kritis dan di-
biaya tak langsung terhadap nilai total mulai dari aktivitas yang mempunyai cost
proyek relatif tetap pada kisaran 10% - slope terendah. Dapat dilihat pada Tabel
12%. Untuk perhitungan biaya tidak lang- 4.6, dimana tertera kegiatan-kegiatan yang
sung pada Tugas Akhir ini digunakan pro- berada pada lintasan kritis.
porsi 12% dari nilai total proyek. Berikut
adalah perhitungan rincian biaya langsung
dan biaya tak langsung.
Nilai total proyek (RAB) real cost

134
Perbandingan Penambahan Waktu Kerja (Jam Lembur) . Yoni, Warsika dan Sudipta

Tabel 2 Kegiatan-kegiatan di lintasan - Sisa biaya langsung = Rp


kritis awal 2.021.569.207,50
No. Uraian Kegiatan - Biaya overhead + biaya tak terduga
Kegiatan perhari
8 Pek. Pasangan bata merah camp. = (Rp 430.000,00 + Rp 102.000,00) +
1Pc : 5 Ps Rp 279.614,11 = Rp 811.614,11
21 Pek. Beton kolom 30/30 cm - Total biaya tak langsung
39 Pek. Pembesian kolom 30/30 cm = 131 hari x Rp 811.614,11
(fe = 193 kg/m3)
= Rp 106.321.448,41
72 Pek. Kusen pintu dan jendela
- Total cost
kamper
75 Pek. Daun jendela kaca 5 mm = Rp 2.021.569.207,50 + Rp
81 Pek. Pas. Engsel Jendela 106.321.448,41 = Rp
109 Pek. Pengecatan kusen pintu dan 2.127.890.655,91
jendela Perhitungan kompresi di atas dilaku-
138 Pek. Pasangan bata merah kan tahap demi tahap, dimulai dari cost
147 Pek. Beton kolom 25/25 cm slope terkecil di masing-masing lintasan
155 Pek. Pembesian kolom 25/25 cm kritis dengan memperpendek durasi kegia-
(fe = 157 kg/m3) tan pada jaringan kerja yang telah dibuat
173 Pek. Kusen pintu dan jendela di Microsoft Project. Crashing tiap kegia-
176 Pek. Daun jendela kaca 5 mm tan dilakukan sehari demi sehari dengan
185 Pek. Pas. Grendel jendela batasan maksimal sesuai dengan hasil per-
186 Pek. Pas. Kait angin jendela hitungan crash duration kegiatan tersebut.
191 Pek. Pengecatan kusen pintu dan Setelah itu dilihat apakah ada perubahan
jendela atau penambahan kegiatan kritis dalam ja-
192 Pek. Pengecatan daun jendela ringan kerja selagi dilakukan crashing.
195 Pek. Polituran daun pintu
Apabila terdapat perubahan atau penam-
Sumber : Hasil Analisa Microsoft Office Project
2007 (2013) bahan kegiatan kritis, maka kompresi se-
lanjutnya dilakukan pada kegiatan dengan
Berdasarkan hasil Microsoft Project cost slope terkecil dari kegiatan kritis
didapat lebih dari satu lintasan kritis. Hal yang ada.
ini mengakibatkan apabila hanya satu ke- Contoh kompresi akibat penambahan
giatan kritis yang diperpendek, tidak men- waktu kerja (kompresi tahap 1)
jamin durasi total proyek tersebut akan Diambil masing-masing satu kegiatan de-
berkurang. Sehingga perlu dilakukan cra- ngan nilai cost slope terkecil di masing-
shing secara bersamaan terhadap beberapa masing lintasan kritis yang nantinya ber-
kegiatan kritis dalam satu tahap seperti pengaruh terhadap pengurangan durasi to-
yang telah dijabarkan di atas. tal proyek.
- No. item pekerjaan
Lintasan-lintasan kritis awal: Kegiatan 72 : mewakili lintasan kritis A
A. 39 21 8 72 75 81 94 Kegiatan 155 : mewakili lintasan kritis
B. 39 21 155 147 138 173 B dan C
176 185 186 191 195 - Cost slope
C. 39 21 155 147 138 173 Kegiatan 72 : Rp 9.059,32
176 192 Kegiatan 155: Rp 46.462,88
- Proyek sudah berlangsung selama 7 - Durasi normal
minggu atau 49 hari sejak proyek ini Kegiatan 72 : 14 hari
ditinjau. Kegiatan 155: 14 hari
Sisa durasi normal = 180 hari 49 hari - Crash duration yang digunakan
= 131 hari Kegiatan 72 : 11 hari
Kegiatan 155: 11 hari

135
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 17, No. 2, Juli 2013

- Total crash = (14 11) hari = 3 hari sehingga terjadi pengurangan durasi pro-
- Komulatif total crash = 3 hari yek sebanyak 18 hari. Total nilai proyek
- Total durasi proyek = (131 - 3) hari = pada tahap ini menjadi Rp
129 hari 2.196.279.921,05 dimana terjadi penam-
- Tambahan biaya bahan biaya sebesar Rp 68.389.265,14.
= (Rp 9.059,32 x 3)+(Rp 46.462,88 x 3)
= Rp 166.566,61
- Komulatif tambahan biaya = Rp
166.566,61
- Biaya langsung
= Rp 2.021.569.207,50 + Rp
166.566,61
= Rp 2.021.735.774,11
- Tambahan biaya lembur
= Rp 230.312,50 x (11 + 11) hari
= Rp 5.066.875,00
- Komulatif biaya lembur = Rp
Gambar 5 Grafik hubungan biaya total
5.066.875,00
dengan durasi proyek akibat penambahan
- Biaya tak langsung
waktu kerja (jam lembur)
= (129 hari x Rp 811.614,11) + Rp
5.066.875,00 = Rp 108.957.321,08
Contoh kompresi akibat penambahan
- Total cost
tenaga kerja (kompresi tahap 1)
= Rp 2.021.735.774,11 + Rp
- No. item pekerjaan
108.957.321,08
Kegiatan 72 : mewakili lintasan kritis A
= Rp 2,130,693,095.19
Kegiatan 155 : mewakili lintasan kritis
- Perubahan cost
B dan C
= Rp 2.127.890.655,91 Rp
- Durasi normal
2,130,693,095.19
Kegiatan 72 : 14 hari
= - Rp 2.802.439,28
Kegiatan 155 : 14 hari
- Lintasan kritis akibat kompresi tahap 1:
- Crash duration yang digunakan
A. 39 21 8 72 75 81 94
Kegiatan 72 : 11 hari
B. 39 21 155 147 138 173
Kegiatan 155 : 11 hari
176 185 186 191 195
- Total crash = (14 11) hari = 3 hari
C. 39 21 155 147 138 173
- Komulatif total crash = 3 hari
176 192
- Total durasi proyek = (131 - 3) hari =
128 hari
Setelah dilakukan pengkompresian pa-
- Biaya langsung= Rp 2.021.569.207,50
da kegiatan-kegiatan kritis tersebut dan di-
- Biaya tak langsung = 128 hari x Rp
mulai dengan nilai cost slope terendah,
811.614,11= Rp 103.890.446,08
maka dapat diketahui perubahan biaya
- Total cost
yang terjadi akibat penambahan waktu
= Rp 2.021.569.207,50 + Rp
kerja (jam lembur). Berdasarkan hasil per-
103.890.446,08= Rp 2,125,459,653.58
hitungan, tidak didapatkan titik optimum,
- Perubahan cost
yang berarti nilai proyek terus meningkat
= Rp 2.127.890.655,91 Rp
setiap dilakukan kompresi. Titik jenuh ter-
2,125,459,653.58 = Rp 2.431.002,33
jadi pada tahap kompresi ke-13, dimana
- Lintasan kritis akibat kompresi tahap 1:
semua kegiatan di lintasan kritis C telah
A. 39 21 8 72 75 81
di-crashing. Apabila dilakukan kompresi
94
hingga tahap ke-13, durasi proyek menjadi
113 hari dari sisa durasi 131 hari,

136
Perbandingan Penambahan Waktu Kerja (Jam Lembur) . Yoni, Warsika dan Sudipta

B. 39 21 155 147 138 sebanyak 18 hari, biaya proyek me-


173 176 185 186 191 ngalami peningkatan sebesar Rp
195 68.389.265,14, dimana nilai total pro-
C. 39 21 155 147 138 yek awal sebesar Rp 2.516.526.998,81
173 176 192 menjadi Rp 2.584.916.263,95. Dengan
Berdasarkan hasil perhitungan penamba- penambahan tenaga kerja biaya total
han tenaga kerja, titik optimum dan titik proyek mengalami penurunan sepan-
jenuh terletak pada titik yang sama yaitu jang kompresi. Untuk pengurangan
terjadi saat kompresi dilakukan hingga ta- durasi yang sama, biaya proyek me-
hap ke-13. Apabila kompresi dilakukan ngalami penurunan sebesar Rp
hingga tahap ke-13, durasi proyek menjadi 14.605.663,98, yaitu menjadi Rp
113 hari dari sisa durasi 131 hari, 2.501.921.334,83.
sehingga terjadi pengurangan durasi pro- Untuk mengejar keterlambatan proyek
yek sebanyak 18 hari. Total nilai proyek selama 7 hari, dengan penambahan
pada tahap ini menjadi Rp kerja lembur, biaya proyek mengalami
2.388.953.520,22 dimana terjadi pengura- peningkatan sebesar Rp
ngan biaya sebesar Rp 14.605.663,98. 12.591.391,22, sehingga menjadi Rp
2.529.118.390,03. Dengan penamba-
han tenaga kerja, untuk mengejar ke-
terlambatan yang sama, biaya proyek
mengalami penurunan sebesar Rp
5.677.578,77, sehingga menjadi Rp
2.510.849.420,04.

Saran
Berdasarkan hasil analisis, maka
dapat disarankan bahwa untuk mengejar
keterlambatan penyelesaian dan memper-
cepat pelaksanaan Proyek Pembangunan
Gedung Instalasi Farmasi Blahkiuh, pihak
Gambar 6 Grafik hubungan biaya total
pelaksana lebih baik melakukan penamba-
dengan durasi proyek akibat penambahan
han tenaga kerja karena biaya total yang
tenaga kerja
dikeluarkan jauh lebih sedikit dibandingan
penambahan waktu kerja (jam lembur).
SIMPULAN DAN SARAN
UCAPAN TERIMA KASIH
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis antara
Puji syukur Penulis panjatkan kehada-
perbandingan penambahan waktu kerja
pan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan
(jam lembur) dengan penambahan tenaga
Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-
kerja yang dilakukan terhadap Proyek
Nya, penulis dapat menyelesaikan penuli-
Pembangunan Gedung Instalasi Farmasi
san yang berjudul Perbandingan Penamba-
Blahkiuh dengan metode Time Cost Trade
han Waktu Kerja (Jam Lembur) dengan
Off Analysis didapatkan beberapa kesim-
Penambahan Tenaga Kerja Terhadap Bia-
pulan, yaitu:
ya Pelaksanaan Proyek dengan Metode
Dengan lembur maksimal, biaya pro-
Time Cost Trade Off (Studi Kasus Proyek
yek terus mengalami peningkatan se-
Pembangunan Gedung Instalasi Farmasi
panjang kompresi dan pelaksanaan
Blahkiuh).
proyek dapat dipercepat menjadi 113
Dalam kesempatan ini, penulis me-
hari dari sisa durasi 131 hari. Untuk
ngucapkan terima kasih kepada Bapak Ir.
pengurangan durasi proyek maksimal

137
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 17, No. 2, Juli 2013

I Putu Darma Warsika, MSc., MM. selaku Diakses tanggal 09/05/2010


Dosen Pembimbing I Tugas Akhir, Bapak Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Ir. I Gusti Ketut Sudipta, MT. selaku Do- Transmigrasi Republik Indonesia.
sen Pembimbing II Tugas Akhir, kedua NOMOR KEP. 102/MEN/VI/2004.
orang tua, yaitu Ida Bagus Badjra dan Luh Waktu Kerja Lembur Dan Upah Kerja
Made Sunartini serta kedua kakak yaitu Lembur.
Ida Ayu Yogi Saraswati dan Ida Bagus Luthan, P.L.A., Syafriandi. 2006. Aplikasi
Yoga Pandita. Terima kasih pula kepada Microsoft Project Untuk Penjadwalan
Ida Bagus Angga Aditya Wicaksana yang Kerja Proyek Teknik Sipil. Andi,
telah memberikan dukungan kepada pe- Yogyakarta.
nulis, seluruh rekan-rekan mahasiswa Mahendra, D M.Y. 2012. Optimalisasi
Teknik Sipil angkatan 2009 dan semua pi- Penjadwalan Proyek Dengan Metode
hak yang tidak dapat penulis sebutkan Least Cost Analysis (Studi Kasus:
yang telah memberi dukungan sehingga Proyek Pembangunan Gedung Penga-
Tugas Akhir ini dapat terselesaikan. dilan Tipikor dan PHI Denpasar).
(Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana,
DAFTAR PUSTAKA 2012)
Muliawan, I K.A. 2010. Analisis
Aryawan, G.D. 2011. Perbandingan Perbandingan Biaya Percepatan Pe-
Penambahan Waktu Kerja (Jam Lem- laksanaan Antara Kerja Lembur De-
bur) Dengan Penambahan Tenaga ngan Penambahan Tenaga Kerja (Stu-
Kerja Terhadap Biaya Pelaksanaan di Kasus Asrama Siswa Kampus Seni
Proyek. (Studi Kasus Proyek Pem- SMKN 1.2.3 Sukawati). (Tugas Akhir,
bangunan Gedung Ruang Kuliah Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Mahasaraswati). (Tugas Universitas Udayana, 2010)
Akhir, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Nurhayati. 1997. Manajemen Proyek.
Teknik Universitas Udayana, 2011) Graha Ilmu, Yogyakarta.
Ervianto, W.I. 2005. Manajemen Proyek Soeharto, I. 1997. Manajemen Proyek dari
Konstruksi (Edisi Revisi). Andi, Konseptual Sampai Operasional.
Yogyakarta. Erlanga, Jakarta.
Husen, A. 2009. Manajemen Proyek. An- Soemardi, B.W., Kusumawardani, R.G.
di, Yogyakarta. 2010. Studi Praktek Estimasi Biaya
Ilmu Sipil. 2010. Cara Menghitung Koefi- Tak Langsung Pada Proyek Konstruk-
sien Analisa Harga Satuan Bangunan. si. Konferensi Nasional Teknik Sipil 4.
http://www.ilmusipil.com/cara- Juni 2010, Sanur, Bali, 2010.
menghitung-koefisien-analisa-harga
satuan - bangunan

138

Anda mungkin juga menyukai