Anda di halaman 1dari 14

PRODUKTIVITAS KERJA

BAB I PENDAHULUAN

Kata-kata produktivitas memang telah menggema di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan
ini, walaupun kegiatan untuk meningkatkan produktivitas baik tenaga, modal, tanah maupun sumber-sumber
alam lainnya yang tersebar luas di tanah air kita, telah berlangsung lama.
Namun Salah satu dari masalah-masalah utama dalam ketenagakerjaan di Indonesia adalah
produktivitas tenaga kerja yang rendah. Padahal, untuk mempertahankan pertumbuhan ekspor non-migas,
khususnya ekspor industri manufaktur pada waktu-waktu paska krisis ekonomi, Indonesia tidak dapat lagi
mengandalkan diri pada sumber-sumber keunggulan komparatif yang tradisional, seperti tenaga kerja yang
murah dan kekayaan alam. Indonesia perlu mengembangkan keunggulan komparatif yang dinamis, yakni
sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas produktif dan profesional.
Sumber daya manusia modal dan teknologi menempati posisi yang amat strategis dalam
mewujudkan tersedianya barang dan jasa. Penggunaan sumber daya manusia, modal dan teknologi secara
ekstensif telah banyak ditinggalkan orang.
Sebaliknya, pola itu bergeser menuju penggunaan secara lebih intensif dari semua sumber-
sumber ekonomi.
Sumber-sumber ekonomi yang digerakkan secara efektif memerlukan keterampilan organisatoris
dan teknis sehingga mempunyai tingkat hasil guna yang tinggi. Artinya, hasil yang diperoleh seimbang
dengan masukan yang diolah. Melalui berbagai perbaikan cara kerja, pemborosan waktu, tenaga dan
berbagai input lainnya akan bisa dikurangi sejauh mungkin. Hasilnya tentu akan lebih baik dan banyak hal
yang bisa dihemat. Yang jelas, waktu tak terbuang sia-sia, tenaga dikerahkan secara efektif dan pencapaian
tujuan usaha bisa terselenggara dengan baik, efektif dan efisien.
Rendahnya produktivitas sering kali dikaitkan dengan tingkat pendidikan. Diasumsikan makin
tinggi tingkat pendidikan sesorang, makin tinggi pula tingkat produktivitas yang mungkin dapat dicapainya.
Karena ini barangkali, kemampuan membaca dan menulis merupakan salah satu elemen penting tahap-
tahap awal program industrialisasi (Wie, 1995). Pada tingkat industrialisasi yang lebih tinggi dibutuhkan
ketrampilan teknik yang lebih maju.

BAB II PRODUKTIVITAS SALAH SATU FAKTOR PENENTUAN BAGI PEMBANGUNAN SOSIAL DAN
EKONOMI1. Peranan dan Pentingnya ProduktivitasPentingnya produktivitas kerja mencakup banyak hal,
dimulai dari produktivitas tenaga kerja, produktivitas organisasi, produktivitas modal, produktivitas
pemasaran, produktivitas produksi, produktivitas keuangan dan produktivitas produk. Pada tahap awal
revolusi industri di negara-negara Eropah, perhatian lebih banyak tertuju pada bidang produktivitas tenaga
kerja, produktivitas produksi dan produktivitas pemasaran. Sedangkan di negara Jepang, perhatian
peningkatan produktivitas tertuju pada produktivitas tenaga kerja dan produktivitas organisasi, sehingga
keharmonisan kepentingan buruh dan majikan dipelihara dengan baik. Pentingnya arti produktivitas dalam
meningkatkan kesejahteraan telah disadari secara universal, tidak ada jenis kegiatan manusia yang tidak
mendapatkan keuntungan dari produktivitas yang ditingkatkan sebagai kekuatan untuk menghasilkan lebih
banyak barang-barang maupun jasa, peningkatan produktivitas juga menghasilkan peningkatan langsung
pada standar hidup yang berada dibawah kondisi distribusi yang sama dari perolehan produktivitas yang
sesuai dengan masukan tenaga kerja.Sayang sekali produktivitas sering dikaitkan secara paksa, acuh tak
acuh terhadap kualitas hidup dan pengaruh yang membahakan bagi lingkungan. Misalnya, nasionalisasi
tidak manusiawi. Bagi banyak orang meningkatkan produktivitas berarti bekerja lebih giat dan cepat,
mengurangi mutu barang, kerja dan kehidupan, meningkatkan penganguran dan semacmnya. Kita tidak
memberikan andil dengan pandangan-pandangan yang pesimistis ini. Secara umum diyakini bahwa untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, upah yang wajar serta untuk meningkatkan kondisi-kodisi kerja
perlulah mempertimbangkan produktivitas sebagai faktor penyumbang terbesar.Karena manusia adalah
sumber penting dan tujuan dari pembangunan kita harus meningkatkan produktivitas bukan atas beban biaya
mereka tapi atas beban biaya dari waktu yang terbuang, pengurangan pegawai, birokrasi yang tidak perlu
dan
sebagainya.
2. Pengertian Produktivitas

Jika membicarakan masalah produktivitas muncullah satu situasi yang pradoksial (bertentangan),
karena belum ada kesepakatan umum tentang maksud pengertian produktivitas serta kriterianya dalam
mengukur petunjuk-petunjuk produktivitas. Dan tak ada konsepsi, metode penerapan maupun cara
pengukuran yang bebas kritik.

Secara umum, produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik dengan masukan
yang sebenarnya (ILO, 1979). Greenberg yang dikutip oleh Sinungan (1985) mengartikan produktivitas
sebagai perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama
periode tersebut.

Pengertian lain produktivitas adalah sebagai tingkatan efisiensi dalam memproduksi barang-
barang atau jasa-jasa: Produktivitas mengutarakan cara pemanfaatan secara baik terhadap sumber-sumber
dalam memproduksi barang-barang.
Produktivitas juga diartikan sebagai :
a. perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil.
b. Perbedaan antara kumpulan jumlah pengeluaran dan masukan yang dinyatakan dalam
satu-satuan (unit) umum.
Ukuran produktivitas yang paling terkenal berkaitan dengan tenaga kerja yang dapat dihitung
dengan membagi pengeluaran oleh jumlah yang digunakan atau jam-jam kerja orang.
Kita telah menyebutkan beberapa definisi, namun cukuplah mampu mengetahui perbedaan-
perbedaan dan persamaan-persamaan. Dapatkah kita menganggapnya sebagai pertentangan?
Persoalan pencapaian suatu definisi produktivitas yang mendetail bukanlah masalah
produktivitas itu sendiri, namun suatu masalah diluar produktivitas yang merupakan tujuan-tujuan dan
sasaran-sasaran manajemen dalam sistem dan organisasinya dimana tujuan yang berbeda memerlukan
pendekatan yang berbeda pula untuk mendefinisikan produktivitas.
Misalnya, hasil-hasil penelitian diantara menejer dan ahli serikat buruh beberapa perusahaan
Amerika menunjukkan bahwa menejer-menejernya (78%) dan pimpinan-pimpinan serikat buruh (70%)
sebagian besar tidak hanya menerapkan definisi produktivitas yang kuantitatif. Dilain pihak banyakl
mengaitkan produktivitas dengan organisasi-organisasi individual dan meliputi konsepsi yang lebih luas dan
kualitatif. Pada hakikatnya, melalui produktivitas, manajemen dan para penentu kebijakan serikat buruh
mengarhkan efektifitas dan pelaksanaan organisasi perseorangan secara menyeluruh, yang mencakup
sedikit gambaran jelas seperti tidak adanya rintangan dan kesulitan tingkatan pembalikan, ketidak hadiran
dan bahkan kepuasan langganan. Dengan dikemukakan konsepsi produktivitas yang lebih luas ini maka
dapatlah dipahami bahwa para pembuat kebijaksanaan mengetahui batas antara pekerja, kepuasan para
langganan dan produktivitas.
Namun demikian para pemimpin serikat buruh terlebih dahulu memperhatikan pengeluaran yang
nyata, yang menjelaskan alasan kerugian usaha peningkatan produktivitas yang mungkin menguntungkan
manajemennya bukannya pekerja yang diperlukan.
Dalam berbagai referensi terdapat banyak sekali pengertian mengenai produktivitas, yang dapat
kita kelompokkan menjadi tiga, yaitu :
a. Rumusan tradisional bagi keseluruhan produktivitas tidak lain ialah ratio dari pada apa yang
dihasilkan (out put) terhadap keseluruhan peralatan produksi yang dipergunakan (input).
b. Produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan
bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik dari pada kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari
ini.

c. Produktivitas merupakan interaksi terpadu secara serasi dari tiga faktor esensial, yakni: investasi
termasuk penggunaan pengetahuan dan teknologi serta riset; manajemen; dan tenaga kerja.

Disamping ketiga pengertian tersebut dalam doktrin pada konferensi Oslo, 1984, tercantum
definisi umum produktivitas semesta yaitu:
Produktivitas adalah suatu konsep yang bersifat universal yang bertujuan untuk menyediakan
lebih banyak barang dan jasa untuk lebih banyak manusia, dengan menggunakan sumber-sumber riil yang
makin sedikit.
Produktivitas adalah suatu pendekatan interdisipliner untuk menentukan tujuan yang efektif,
pembuatan rencana, aplikasi penggunaan cara yang produktivitas untuk menggunakan sumber-sumber
secara efisien, dam tetap menjaga adanya kualitas yang tinggi. Produktivitas mengikutsertakan
pendayagunaan secara terpadu sumber daya manusia dan keterampilan, barang modal teknologi,
manajemen, informasi, energi, dan sumber-sumber lain menuju kepada pengembangan dan peningkatan
standar hidup untuk seluruh masyarakat, melalui konsep produktivitas semesta total.
Produktivitas mempunyai pengertiannya lebih luas dari ilmu pengetahuan, teknologi dan teknik
manajemen, yaitu sebagai suatu philosopi dan sikap mental yang timbul dari motivasi yang kuat dari
masyarakat, yang secara terus menerus berusaha meningkatkan kualitas kehidupan.

BAB III KONSEPSI PRODUKTIVITAS

Peningkatan produktivitas dan efisiensi merupakan sumber pertumbuhan utama untuk mewujudkan
pembangunan yang berkelanjutan. Sebaliknya, pertumbuhan yang tinggi dan berkelanjutan juga merupakan
unsur penting dalam menjaga kesinambungan peningkatan produktivitas jangka panjang. Dengan demikian,
pertumbuhan dan produktivitas bukan dua hal yang terpisah atau memiliki hubungan satu arah, melainkan
keduanya adalah saling tergantung dengan pola hubungan yang dinamis, tidak mekanistik, non linear dan
kompleks.

Secara makro, sumber pertumbuhan dapat dikelompokkan kedalam unsur berikut:.

Pertama, peningkatan stok modal sebagai hasil akumulasi dari proses pembangunan yang terus
berlangsung. Proses akumulasi ini merupakan hasil dari proses investasi.

Kedua, peningkatan jumlah tenaga kerja juga memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.
Ketiga, peningkatan produktivitas merupakan sumber pertumbuhan yang bukan disebabkan oleh
peningkatan penggunaan jumlah dari input atau sumber daya, melainkan disebabkan oleh peningkatan
kualitasnya.

Dengan jumlah tenaga kerja dan modal yang sama, pertumbuhan output akan meningkat lebih cepat apabila
kualitas dari kedua sumber daya tersebut meningkat.Walaupun secara teoritis faktor produksi dapat dirinci,
pengukuran kontribusinya terhadap output dari suatu proses produksi sering dihadapkan pada berbagai
kesulitan. Disamping itu, kedudukan manusia, baik sebagai tenaga kerja kasar maupun sebagai manajer,
dari suatu aktivitas produksi tentunya juga tidak sama dengan mesin atau alat produksi lainnya. Seperti
diketahui bahwa output dari setiap aktivitas ekonomi tergantung pada manusia yang melaksanakan aktivitas
tersebut, maka sumber daya manusia merupakan sumber daya utama dalam pembangunan. Sejalan dengan
fenomena ini, konsep produktivitas yang dimaksud adalah produktivitas tenaga kerja. Tentu saja,
produktivitas tenaga kerja ini dipengaruhi, dikondisikan atau bahkan ditentukan oleh ketersediaan faktor
produksi komplementernya seperti alat dan mesin. Namun demikian konsep produktivitas adalah mengacu
pada konsep produktivitas sumber daya manusia.Secara umum konsep produktivitas adalah suatu
perbandingan antara keluaran (out put) dan masukan (input) persatuan waktu. Produktivitas dapat dikatakan
meningkat apabila:1. Jumlah produksi/keluaran meningkat dengan jumlah masukan/sumber daya yang
sama.2. Jumlah produksi/keluaran sama atau meningkat dengan jumlah masukan/sumber daya lebih
kecil dan,3. Produksi/keluaran meningkat diperoleh dengan penambahan sumber daya yang relatif kecil
(soeripto, 1989; Chew, 1991 dan pheasant, 1991).

Konsep tersebut tentunya dapat dipakai didalam menghitung produktivitas disemua sektor
kegiatan. Menurut Manuaba (1992a) peningkatan produktivitas dapat dicapai dengan menekan sekecil-
kecilnya segala macam biaya termasuk dalam memanfaatkan sumber daya manusia (do the right thing) dan
meningkatkan keluaran sebesar-besarnya (do the thing right). Dengan kata lain bahwa produktivitas
merupakan pencerminan dari tingkat efisiensi dan efektifitas kerja secara total.

BAB IV PENGUKURAN PRODUKTIVITAS

Pengukuran produktivitas merupakan suatu alat manajemen yang penting disemua tingkatan
ekonomi. Dibeberapa Negara maupun perusahaan pada akhir-akhir ini telah terjadi kenaikan minat pada
pengukuran produktivitas. Karena itu sudah saatnya kita membicarakan alasan mengapa kita harus
mengukur produktivitas.

1. Mengapa Mengukur Produktivitas

Pada tingkat sektoral dan nasional, produktivitas menunjukkan kegunaannya dalam membantu
evaluasi penampilan, perncanaan, kebijakan pendapatan, upah dan harga melalui identifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi distribusi pendapatan, membandingkan sektor-sektor ekonomi yang berbeda untuk
menentukan prioritas kebijakan bantuan, menentukan tingkar pertumbuhan suatu sektor atau ekonomi,
mengetahui pengaruh perdagangan internasional terhadap perkembangan ekonomi dan seterusnya.
Pada tingkat perusahaan, pengukuran produktivitas terutama digunakan sebagai sarana
manajemen untuk menganalisa dan memdorong efisiensi produksi.
Pertama, dengan pemberitahuan awal, instalasi dan pelaksanaan suatu sistem pengukuran, akan
meninggikan kesadaran pegawai dan minatnya pada tingkat dan rangkaian produktivitas.
Kedua, diskusi tentang gambaran-gambaran yang berasal dari metode-metode yang relatif kasar
ataupun dari data yang kurang memenuhi syarat sekalipun, ternyata memberi dasar bagi penganalisaan
proses yang konstruktif atas produktif.
Manfaat lain yang diperoleh dari pengukuran produktivitas mungkin terlihat pada penempatan
perusahaan yang tetap seperti dalam menentukan target/sasaran tujuan yang nyata dan pertukaran
informasi antara tenaga kerja dan manajemen secara periodik terhadap masalah-masalah yang saling
berkaitan. Pengamatan atas perubahan-perubahan dari gambaran data yang diperoleh sering nilai diagnostik
yang menunjuk pada kemacetan dan rintangan dalam meningkatkan penampilan oraganisasi. Satu
keuntungan dari pengukuran produktivitas adalah pembayaran staf. Gambaran data melengkapi suatu dasar
bagi andil manfaat atas penmpilan yang ditingkatkan.

2. Metode-Metode Pokok Pengukuran Produktivitas

Secara umum pengukuran produktivitas berarti perbandingan yang dapat dibedakan dalam tiga
jenis yang sangat berbeda:
1. Perbandingan-perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan pelaksanaan secara
historis yang tidak menunjukkan apakah pelaksanaan sekarang ini memuaskan, namun hanya
mengetengahkan apakah meningkat atau berkurang serta tingkatannya.
2. Perbandingan pelakasanaan antara satu unit (perorangan tugas, seksi, proses) dengan
lainnya. Pengukuran seperti itu menunjukkan pencapaian relatif.
3. perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya, dan inilah yang terbaik sebagai
memusatkan perhatian pada sasaran/tujuan.
Untuk menyusun perbandingan-perbandingan ini perlulah mempertimbangkan tingkatan daftar
susunan dan perbandingan pengukuran produktivitas.
Paling sedikit ada 2 jenis tingkat perbandingan yang berbeda, yakni produktivitas total dan
produktivitas parsial.
1. Produktivitas Total adalah perbandingan antara total keluaran (output) dengan total
masukan (input) persatuan waktu. Dalam penghitungan produktivitas total, semua faktor
masukan (tenaga kerja, kapital, bahan, energi) tehadap total keluaran harus diperhitungkan.

Hasil Total
Prouktivitas Parsial =
Masukan Total

2. Produktivitas parsial adalah perbandingan dari keluaran dengan satu jenis masukan atau
input persatuan waktu, seperti upah tenaga kerja, kapital, bahan, energi, beban kerja, dll.

Hasil parsial
Prouktivitas Parsial =
Masukan Total

BAB V PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KERJA

Sebuah perusahaan atau sistem produksi lainnya menerapkan kombinasi kebijakan, rencana
sumber-sumber dan metodenya dalam memenuhi kebutuhan dan tujuan khususnya. Kombinasi-kombinasi
kebijakan ini dituangkan melalui dan dengan bentuan faktor-faktor produktivitas internal dan eksternal. Pada
tingkat perusahaan, faktor-faktor tersebut hampir seluruhnya direflesikan dalam sumber pokok, yakni:
manusia dan bahan-bahan atau melalui :

Sumber manusia.
Energi sumber mineral

Tenaga kerja

Manajemen dan organisasi


Modal pokok, bahan mentah

Contoh: Pengaruh faktor-faktor seperti pendidikan dan latihan terlihat pada keahlian dan sikap
pekerja. Kemajuan teknologi dan litbang jika direalisasikan pada tingkat perusahaan hanyalah melalui tenaga
kerja trampil, perlengkapan serta manajemen yang lebih baik, dengan kata lain melalui sumber-sumber
manusia dan material. Faktor-faktor lingkungan seperti siklus perdagangan, ekonomi skala serta kondisi
melalui tenaga kerja (pekerja lapangan dan pekerja kantor tata usaha maupun manajemennya) dan modal.
Jadi peningkatan produktivitas terutama berkaitan dengan tiga jenis sumber:
modal (Perlengkapan, material, energi, tanah dan bangunan)
Tenaga kerja.
Manjemen dan organisasi.

1. Perlengkapan, Material, Dan Tenaga/Energi

Sebuah perbandingan dari hasil perjam kerja manusia melalui waktu dipengaruhi oleh volume,
variasi dan hasil tahunan modal tetap. Kualitas, unsur peralatan serta tingkat keseragamannya seringkali
berat timbangannya dalam mengukur produktivitas organisasi.
Pada umumnya metode-metode perintah kerja untuk penggunaan yang lebih baik dari
peralatan, dapat disarankan:
Pemilihan daya guna peralatan yang cocok.
Penjadwalan daya guna mesin.
Pengaturan pelayanan dan perawatan mesin.
Melatih dan memberikan pelajaran pada pekerja operasional.
Faktor pertumbuhan produktivitas yang sangat penting adalah material dan tenaga.
Penggunaan bahan baku yang terbuang rata-rata mencapai sekitar 40% dari biaya produksi nasional
secara keseluruhan, jika kita mempertimbangkan tenaga maupun bahan baku, maka gambaran ini
meningkat dalam jumlah yang besar.
Latihan operator yang sedikit, penataan yang kurang baik serta ruang gedung yang tidak
cukup, dapat memperburuk masalah penanganan bahan-bahan dan mengarah kepada perubahan gerak
dan berakibat.
Tujuan yang paling penting haruslah dengan merancang metode-metode untuk memproduksi
jumlah hasil produksi yang sama dengan energi material yang sedikit serta mengganti material maupun
alat-alat dengan biaya lebih rendah atau mungkin lebih memproduksi barang lebih dari jumlah bahan
yang sama.
Menngkatkan produtivitas juga tegantung pada pemilihan bahan-bahan maupun daya guna
secara optimal. Setiap material mempunyai harga dan kualitas sendiri yang pemilihan yang tepat akan
mempengruhi produkitivitas.

2. Angkatan Kerja

Salah satu area potensial tertinggi dalam peningkatan produktivitas adalah mengurangi jam
kerja yang tidak efektif. Lamanya buruh bekerja, dan proporsi penempatan waktu yang produktif sangat
tergantung kepada cara pengaturan, latihan, pengaturan dan motivasinya.
Beberapa penyelidikan menunjukkan bahwa waktu yang produktif berkisar 25% sampai 30%
sedangkan yang tidak produktif karena kejelekan manajemennya kadang-kadang mencapai 50% lebih
dan sisanya disebabkan adanya pekerjaan yang sia-sia ataupun karena sikap pekerjaannya.
a. Struktur Waktu Kerja
Analisa dan studi yang berhati-hati terhadap semua komponen dan penggunaan waktu yang
tidak efektif menyebabkan manajemen dan pengawasan mampu mengurangi sebab-sebab utama dari
kerugian waktu serta membantu merencanakan teknik-teknik peningkatan produktivitas bagi
kepentingan individu atau kelompok pelaksanaan.
b. Peningkatan Efektifitas Dari Waktu Kerja
Masalah berikutnya adalah cara melaksanakan teknik peningkatan produktivitas menggunakan
manajemen, penambahan material, perencanaan dan organisasi kerja yang lebih baik, latihan dan
pendidikan, kepuasan tugas serta faktor-faktor lain yang mempengaruhi kualitas tenaga kerja maupun
memanfaatkan cadangan-cadangan.
Kesempatan utama dalam meningkatkan produktivitas manusia terletak pada kemampuan
individu sikap individu dalam bekerja serta manajemen maupun organisasi kerja dengan kata lain,
dalam mengkaji produktivitas pekerja individual paling sedikit kita harus menjawab dari pertanyaan
pokoknya: mampukah buruh bekerja lebih baik dan tertarikkah pekerja untuk bekerja lebih giat?
Untuk menjawab kita harus mengecek dua kelompok syarat bagi produktivitas perorangan
yang tinggi.

Yang pertama sedikitnya meliputi:

Tingkat pendidikan dan keahlian.


Jenis teknologi dan hasil produksi.
Kondisi kerja.
Kesehatan, kemampuan fisik dan mental.
Kelompok kedua mencakup:

Sikap (terhadap tugas), teman sejawat dan pengawas).


Keaneka ragaman tugas.
Sistem insentif (sistem upah dan bonus).
Kepuasan kerja keamanan kerja.
Kepastian pekerjaan.
Perspektif dari ambisi dan promosi.
Jadi setiap tindakan perencanaan peningkatan produktivitas individual paling sedikit
mencakup tiga tahap berikut ini:
1. Mengenai faktor makro utama bagi peningkatan produktivitas.
2. mengukur pentingnya setiap faktor dan menentukan prioritasnya.
3. merncanakan sistem tahap-tahap untuk meningkatkan kemampuan pekerja dan
memperbaiki sikap mereka sebagai sumber utama produktivitas.
c. Insentif (Perangsang)
Yang paling penting, program peningkatan produktivitas yang berhasil itu ditandai dengan adanya
andil yang luas dari keuangan dan tunjangan-tunjangan lain diseluruh organisasi. Setiap pembayaran
kepada perorangan harus ditentukan oleh andilnya bagi produktivitas, sedangkan kenaikan pembayaran
harus dianugerahkan teruatama berdasarkan hasil produktivitas.
Untuk menjadi seorang motivator yang efektif pemberian bonus haruslah dihubungkan secara
langsung dengan tujuan pencapaian malalui cara yang sederhana mungkin, sehingga penerima segera
dapat mengetahui berapa rupiah yag dia peroleh dari upayanya. Bentuk pemberian bonus yang berorientasi
pada penampilan adalah proyek pemberian bonus, dimana hasil kerja yang baik segera diberi hadiah dengan
bonus yang sesuai. Hal tersebut lebih aktif dibandingkan menunggu berapa bulan tanpa pemberitahuan yang
nyata sampai saat pemberian bonus diakhir tahun ketika suasana semua menrima akan membuang semua
pengaruh motivasi selama tahun berjalan.
Penghargaan serta penggunaan motivator yang tepat akan menimbulkan suasana kondutif atau
berakibat kepada produktivitas yang lebih tinggi. Semua itu mencakup sistem pemberian insentif dan usaha-
usaha manambah kepuasab kerja melalui sarana yang beraneka macam.

BAB VI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS KERJA.

Banyak faktor yang dapat mempengruhi tinggi rendahnya produktivitas kerja. Soedirman (1986)
dan tarwaka (1991) merinci faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja secara umum.

1. Motivasi.

Motivasi merupakan keuatan atau motor pendorong kegiatan seseorang kearah tujuan tertentu
dan melibatkan segala kemampuan yang didmiliki untuk mencapainya.
Karyawan didalam proses produksi adalah sebagai manusia (individu) sudah barang tentu memiliki
identifikasi tersendiri antara lain sebagai berikut:
Tabiat/watak
Siakap laku/penampilan
Kebutuhan
Keinginan
Cita-cita/kepentingan-kepentingan lainnya
Kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk oleh keadaan aslinya
Keadaan lingkungan dan pengalaman karyawan itu sendiri
Karena setiap karyawan memiliki identifikasi yang berlainan sebagai akibat dari latar belakang
pendidikan, pengalaman dan lingkungan masyarakat yang beranekan ragam, maka ini akan terbawa juga
dalam hubungan kerjanya sehingga akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku karyawan tersebut dalam
melaksanakan pekerjaannya.
Demikian pula pengusaha juga mempunyai latar belakang budaya dan pandangan falsafah serta
pengalaman dalam menjalankan perusahaan yang berlain-lainan sehingga berpengaruh di dalam
melaksanakan pola hubungan kerja dengan karyawan.
Pada hakikatnya motivasi karyawan dan pengusaha berbeda karena adanya perbedaan
kepantingan maka perlu diciptakan motivasi yang searah untuk mencpai tujuan bersama dalam rangka
kelangsungan usaha dan ketenaga kerjaan, sehingga apa yang menajdi kehendak dan cita-cita kedua belah
pihak dapat diwujudkan.
Dengan demikian karyawan akan mengetahui fungsi, peranan dana tanggung jawab dilingkungan
kerjanya dan dilain pihak pengusaha perlu menumbuhkan iklim kerja yang sehat dimana hak dan kewajiban
karyawan diatur sedemikian rupa selaras dengan fungsi, peranan dan tanggung jawab karyawan sehingga
dapat mendorong motivasi kerja kearah partisipasi karyawan terhadap perusahaan.
Iklim kerja yang sehat dapat mendorong sikap keterbukaan baik dari pihak karyawan maupun dari
pihak pengusaha sehingga mampu menumbuhkan motivasi kerja yang searah antara karyawan dan
pengusaha dalam rangka menciptakan ketentraman kerja dan kelangsungan usaha kearah peningkatan
produksi dan prosuktivitas kerja.
a. Faktor-faktor Motivasi Kerja
Untuk mendapatkan motivasi kerja yang dibutuhkan suatu landasan yaitu terdaptnya suatu
motivator. Dan hal ini merupakan hasil suatu pemikiran dan kebijaksanaan yang tertuang dalam
perencanaan dan program yang terpadu dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi sesuai dengan keadaan
eksteren dan interen.
Adapun yang dibutuhkan oleh motivator adalah sebagai berikut:
Pencapain penyelesaian tugas yang berhasil berdasarkan tujuan dan sasaran.
Penghargaan terhadap pencapaian tugas dan sasaran yang telah ditetapkan.
Sifat dan ruang lingkup pekerjaan itu sendiri (pekerjaan yang menarik dan memberi harapan ).
Adanya peningkatan (kemajuan).
Adanya tanggung jawab.
Adanya administrasi dan manajemen serta kebijaksanaan pemerintah.
Supervisi.
Hubungan antara perseorangan.
Kondisi kerja
Gaji
Status
Keselamatan dan Kesehatan kerja.

b. Usaha-usaha Peningkatan Motivasi Kerja


untuk pencapaian tujuan diatas, maka perlu adanya pembinaan sikap laku yang meliputi seluruh
pelaku produksi. Pemerintah, pengusaha/organisasi pengusaha, karyawan/organisasi karyawan dengan
cara sebagai berikut:
1) Intern Perusahaan
a. penjabaran dan penanaman pengertian serta tumbuhnya sikap laku dan pengamalan konsep Tri
Dharma.
Rumongso handarbeni (saling ikut memiliki).
Melu Hangrungkebi (ikut serta memelihara, mempertahankan dan melestarikan).
Mulat seriro hangroso wani (terus menerus mawasdiri).
b. Secara fisik, maka sarana-sarana motivatif yang langsung berkaitan dengan kerja dan tenaga kerja
diusahakan peningkatan menurut kemampuan dan situasi-situasi perusahaan
2) ekstern perusahaan
penanaman kesadaran bermasyarakat dan kesadaran bernegara antara lain melalui penataran
P4.

2. Kedisplinan

Disiplin merupakan sikap mental yang tecermin dalam perbuatan tingkah laku perorangan,
kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan, ketentuan, etika, norma
dan kaidah yang berlaku.
Disiplin dapat pula diartikan sebagai pengendalian diri agar tidak melakukan sesuatu yang bertentangan
dengan falsafah dan moral Pancasila
Dari pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa disiplin mengacu pada pola tingkah laku dengan ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Adanya hasrat yang kuat untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang sudah menjadi norma, etik, dan
kaidah yang berlaku dalam masyarakat.
2. Adanya prilaku yang dikendalikan.
3. adanya ketaatan (obedience)
Dari ciri-ciri pola tingkah laku pribadi disiplin, jelaslah bahwa disiplin membutuhkan pengorbanan,
baik itu perasaan, waktu, kenikmatan dan lain-lain. Disiplin bukanlah tujuan, melainkan sarana yang ikut
memainkan peranan dalam pencapaian tujuan.
Manusia sukses adalah manusia yang mampu mengatur, mengendalikan diri yang menyangkut
pengaturan cara hidup dan mengatur cara kerja. Maka erat hubungannya antara manusia sukses dengan
pribadi disiplin. Mengingat eratnya hubungan disiplin dengan produktivitas maka disiplin mempunyai peran
sentral dalam membentuk pola kerja dan etos kerja produktif.
Disiplin mempunyai pengertian yang berbeda-beda dan dari berbagai pengertian itu dapat kita
sarikan beberapa hal sebagai berikut:
a. Kata disiplin (terminologis) berasal dari kata latin: disciplina yang berarti pengajaran, latihan dan
sebagainya (berawal dari kata discipulus yaitu sorang yang belajar). Jadi secara etimologis ada
hubungan pengertian antara discipline dengan disciple (Inggris) yang berarti murid, pengikut yang setia,
ajaran atau aliran.
b. Latihan yang mengembangkan pengedalian diri, watak atau ketertiban dan efisiensi.
c. Kepatuhan atau ketaatan (obedience) terhadap ketentuan dan peraturan pemerintah atau etik, norma
dan kaidah yang berlaku dala masyarakat.
d. Penghukuman (punishment) yang dilakukan melalui koreksi dan latihan untuk mencapai prilaku yang
dikendalikan (controlled behaviour).
Dengan rumusan-rumusan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa, disiplin adalah sikap mental
yang tercermin dalam perbuatan atau tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa
kepatuhan atau ketaatan (obedience) terhadap peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang
ditetapkan baik oleh pemerintah atau etik, norma dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat untu tujuan
tertentu.
Disiplin dapat pula diartikan pengendalian diri agar tidak melakukan sesuatu yang bertentangan
dengan falsafah dan moral Pancasila. Disiplin nasional adalah suatu kondisi yang merupakan perwujudan
sikap mental dan perilaku suatu bangsa ditinjau dari aspek kepatuhan dan ketaatan terhadap ketentuan,
peraturan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3. Etos Kerja.

Etos kerja merupakan salah satu faktor penentu produktivitas, karena etos kerja merupakan
pandangan untuk menilai sejauh mana kita melakukan suatu pekerjaan dan terus berupaya untuk mencapai
hasil yang terbaik dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan.
Usaha untuk mengembangkan etos kerja yang produktif pada dasarnya mengarah pada peningkatan
produktivitas yang bykan saja produktivitas individu melainkan juga produktivitas masyarakat secara
keseluruhan. Untuk itu dapat ditempuh berbagai langkah seperti:
a. Peningkatan produktivitas melalui penumbuhan etos kerja, dapat dilakukan lewat pendidikan yang
terarah. Pendidikan harus mengarah kepada pembentukan sikap mental pembangunan, sikap atau
watak positif sebagai manusia pemabangunan bercirikan inisiatif, kreatif, berani mengambil resiko,
sistematis dan skeptis.
b. Sistem pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan yang memerlukan
berbagai keahlian dan keterampilan serta sekaligus dapat meningkatkan kreativitas, produktivitas,
kualitas dan efisiensi kerja. Berbagai pendidikan kejuruan dan politeknik perlu diperluas dan
ditingkatkan mutunya.
c. Dalam melanjutkan dan meningkatkan pembangunan sebaiknya nilai budaya Indonesia terus
dikembangkan dan dibina guna mempertebal rasa harga diri dan kebangsaan dan memperkokoh
kesatuan.
d. Disiplin nasional harus terus dibina dan dikembangkan untuk memperoleh rasa sikap mental
manusia yang produtif .
e. Menggalakkan partisipasi masyarakat, maningkatkan dan mendorong agar terjadi perubahan
dalam masyarakat tentang tingkah laku, sikap serta psikologi masyarakat.
f. Menumbuhkan motivasi kerja, dari sudut pandang pekerja, kerja berarti pengorbanan \, baik untuk
pengorbanan waktu senggang dan kenikmatan hidup lainnya, sementara itu upah merupakan ganti
rugi dari segala pengorbanannya itu.
Usaha-usaha diatas harus terus dilakukan secara teratur dan berkesinambungan untuk
mendapatkan hasil seperti yang diharapkan langkah ini perlu direalisasikan apabila tujuan-tujuan yang
diahrapkan untuk membentuk sikap mental dan etos kerja yang produktif sebagai faktor dominan masyarakat
pembangunan dalam menuju tahap tinggal landas.
4. Keterampilan.

Faktor keterampilan baik keterampilan teknis maupun manajerial sangat menentukan tingkat
pencapaian produktivitas. Dengan demikian setiap individu selalu dituntut untuk terampil dalam penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) teruatama dalam perubahan teknologi mutakhir.
Seseorang dinyatakan terampil dan produktif apabila yang bersangkutan dalam satuan waktu
tertentu dapat menyelesaikan sejumlah hasil tertentu. Dengan demikian menjadi faktor penentu suatu
keberhasilan dan produktivitas, karena dari waktu itulah dapat dimunculkan kecepatan dan percepatan yang
akan sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan kehidupan termasuk kehidupan masyarakat, bangsa
dan negara.
Haruslah disadari sedalam-dalamnya bahwa era tinggal landas hanya dapat kita wujudkan bila
kita benar-benar memiliki konspe waktu yang tepat serta mampu menguasai dan memanfaatkan waktu, dan
dengan demikian dapat meningkatkan produktivitas, sebagai perwujudan dari eksistensi bangsa yang maju
dan modern.

5. Pendidikan.

Tingkat pendidikan harus selalu dikembangkan baik melalui jalur pendidikan formal maupun
informal. Karena setiap penggunaan teknologi hanya akan dapat kita kuasai dengan pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan yang handal.
Disamping faktor tersebut diatas, manuaba (1992) mengemukakan bahwa faktor alat, cara dan
lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap produktivitas yang tinggi, maka faktor tersebut harus betul-
betul serasi terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia pekerja.
Dalam pendidikan maka kita mengenal tiga faktor yang memberikan dasar penting untuk
pengembangan disiplin ialah sebagai berikut:
a. Pendidikan umum dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
b. Pendidikan politik guna membudayakan kehidupan berdasarkan konstitusi, dwmokrasi pancasila dan
hukum kesadaran hukum kunci penting untuk menegakkan disiplin.
c. Pendidikan Agama yang menuju kepada pengendalian diri (self control) yang merupakan hakikat
disiplin, nilai agama tidak boleh dipisahkan dari setiap aktivitas manusia peranan nilai-nilai keagamaan
itu juga dijadikan bagian penting dalam kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara,
mengamalkan nilai kebenaran agama yang diarahkan membina disiplin nasional itu wajib, sebagaimana
manusia Indonesia mengamalkan Pancasila.
BAB VII PENUTUP

Produktivitas bukanlah suatu perhitungan kuantitas, tetapi seperti diterangkan dalam bab-bab
terdahulu, adalah suatu ratio, suatu perbandingan dan merupakan suatu pengukuran matematis dari suatu
tingkat efisiensi. Produksi berkaitan dengan kuantitas, sedangkan produktivitas adalah hasil persatuan dari
suatu input (masukan). Jadi merupakan perbandingan antara output (hasil) dan input (masukan).
DAFTAR PUSTAKA

Sinungan, Muchdarsyah, 2005, Produktivitas Apa dan Bagaimana. Jakarta, Bumi Aksara
Tarwaka, dkk, 2004, Ergonomi untuk keselamatan, kesehatan kerja dan produktivitas. Surakarta. Uniba
Press.

Artikel dari Internet

http://www.bung-hatta.info/content.php?article.202 (Produktivitas Tenaga Kerja Dari Perspektif Sosial)


Antoni., Student Ph.D Fakulti Universiti Kebangsaan Malaysia, 2007, Gaya Kepemimpinan Dan
Produktivitas Kerja,
Rahardi Ramelan, Konsepsi Dan Strategi Peningkatan Produktivitas Nasional Pd Seminar Gerakan
Produktivitas Nasional pada tanggal 13 Juli 1994 di Departemen Tenaga Kerja RI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai