Petro Acara Metamorf

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 18

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Kejadian Batuan Metamorf

Batuan metamorf adalah batuan ubahan yang terbentuk dari batuan

asalnya, berlangsung dalam keadaan padat, akibat pengaruh peningkatan suhu (T)

dan tekanan (P), atau pengaruh kedua-duanya yang disebut proses metamorfisme

dan berlangsung di bawah permukaan.

Proses metamorfosis meliputi :

- Rekristalisasi.

- Reorientasi

- pembentukan mineral baru dari unsur yang telah ada sebelumnya.

Proses metamorfisme membentuk batuan yang sama sekali berbeda

dengan batuan asalnya, baik tekstur maupun komposisi mineral. Mengingat

bahwa kenaikan tekanan atau temperatur akan mengubah mineral bila batas

kestabilannya terlampaui, dan juga hubungan antar butiran/kristalnya. Proses

metamorfisme tidak mengubah komposisi kimia batuan. Oleh karena itu

disamping faktor tekanan dan temperatur, pembentukan batuan metamorf ini jika

tergantung pada jenis batuan asalnya.

1.2. Jenis metamorfisme

a. Metamorfisme thermal (kontak), terjadi karena aktiftas intrusi magma,

proses yang berperan adalah panas larutan aktif.


b. Metamorfisme dinamis, terjadi di daerah pergeseran/pergerakan yang

dangkal (misalnya zona patahan), dimana tekanan lebih berperan dari pada

panas yang timbul. Seringkali hanya terbentuk bahan yang sifatnya hancuran,

kadang-kadang juga terjadi rekristalisasi.

c. Metamorfisme regional, proses yang berperan adalah kenaikan tekanan dan

temperatur. Proses ini terjadi secara regional, berhubungan dengan lingkungan

tektonis, misalnya pada jalur pembentukan pegunungan dan zona

tunjaman dsb.

1.3. Tekstur batuan metamorf

Tekstur batuan metamorf ditentukan dari bentuk kristal dan hubungan

antar butiran mineral (gambar 1.1).

a. Homeoblastik, terdiri dari satu macam bentuk :

Lepidoblastik, mineral-mineral pipih dan sejajar

Nematoblastik, bentuk menjarum dan sejajar

Granoblastik, berbentuk butir

b. Heteroblastik, terdiri dari kombinasi tekstur homeoblastik


Gambar 1.1 : Tekstur batuan metamorfik

1.4. Struktur batuan metamorf

Struktur pada batuan metamorf yang terpenting adalah foliasi, yaitu

hubungan tekstur yang memperlihatkan orientasi kesejajaran. Kadang-kadang

foliasi menunjukkan orientasi yang hampir sama dengan perlapisan batuan asal

(bila berasal dari batuan sedimen), akan tetapi orientasi mineral tersebut tidak ada

sama sekali hubungan dengan sifat perlapisan batuan sedimen. Foliasi juga

mencerminkan derajat metamorfisme.

Jenis-jenis foliasi di antaranya :

a. Gneissic : perlapisan dari mineral-mineral yang membentuk jalur terputus-

putus, dan terdiri dari tekstur-tekstur lepidoblastik dan granoblastik.

b. Schistosity, perlapisan mineral-mineral yang menerus dan terdiri dari selang-

seling tekstur lepodoblastik dan granoblastik.


c. Phyllitic, perlapisan mineral-mineral yang menerus dan terdiri dari tekstur

lepidoblastik.

d. Slaty, merupakan perlapisan, umumnya terdiri dari mineral yang pipih dan

sangat luas.

Beberapa batuan metamorf tidak menunjukkan foliasi, umumnya masih

menunjukkan tekstur granulose (penyusunan mineral)berbentuk butir,

berukuran relatif sama), atau masif. Ini terjadi pada batuan metamorf hasil

metamorfisme dinamis, teksturnya kadang-kadang harus diamati secara langsung

dilapangan misalnya; breksi kataklastik dimana fragmen-fragmen yang terdiri

dari masa dasar yang sama menunjukkan orentasi arah ; jalur milonit, yaitu

sifat tergerus yang berupa lembar/bidang-bidang penyerpihan pada skala yang

sangat kecil biasanya hanya terlihat dibawah mikroskop.

1.5. Beberapa batuan metamorf yang penting

a. Berfoliasi

Batu sabak (Slate)

Berbutir halus, bidang foliasi tidak memperlihatkan pengelompokan mineral.

Jenis mineral seringkali tidak dapat dikenal secara megakopis, terdiri dari mineral

lempung, serisit, kompak dan keras.

Sekis (Schist)

Batuan paling umum yang dihasilkan oleh metamorfosa regional. Menunjukkan

tekstur yang sangat khas yaitu kepingan-kepingan dari mineral-mineral yang

menyeret, dan mengandung mineral feldspar, augit, hornblende, garnet, epidot.


Sekis menunjukkan derajat metamorfosa yang lebih tinggi dari filit, dicirikan

adanya mineral-mineral lain disamping mika.

Filit (Phyllite)

Derajat metamorfisme lebih tinggi dari Slate, dimana lembar mika sudah cukup

besar untuk dapat dilihat secara megaskopis, memberikan belahan phyllitic,

berkilap sutera pecahan-pecahannya. Juga mulai didapati mineral-mineral lain,

seperti turmalin dan garnet.

Gneis (Gneiss)

Merupakan hasil metamorfosa regional derajat tinggi, berbutir kasar, mempunyai

sifat bended (gneissic). Terdiri dari mineral-mineral yang mengingatkan

kepada batuan beku seperti kwarsa, feldspar dan mineral-mineral mafic, dengan

jalur-jalur yang tersendiri dari mineral-mineral yang pipih atau merabut

(menyerat) seperti chlorit, mika, granit, hornblende, kyanit, staurolit, sillimanit.

Amfibolit

Sama dengan sekis, tetapi foliasi tidak berkembang baik, merupakan hasil

metamorfisme regional batuan basalt atau gabro, berwarna kelabu, hijau atau

hitam dan mengandung mineral epidot, (piroksen), biotit dan garnet.

b. Tak berfoliasi

Kwarsit

Batuan ini terdiri dari kwarsa yang terbentuk dari batuan asal batupasir kwarsa,

umumnya terjadi pada metamorfisme regional.


Marmer/pualam (Marble)

Terdiri dari kristal-kristal kalsit yang merupakan proses metamorfisme pada

batugamping. Batuan ini padat, kompak dan masive dapat terjadi karena

metamorfosa kontak atau regional.

Grafit

Batuan yang terkena proses metamorfosa (Regional/thermal), berasal dari batuan

sedimen yang kaya akan mineral-mineral organik. Batuan ini biasanya lebih

dikenal dengan nama batu bara. Serpentinit

Batuan metamorf yang terbentuk akibat larutan aktif (dalam tahap akhir proses

hidrotermal) dengan batuan beku ultrabasa.

1.6. Klasifikasi

Untuk mengindentifikasi batuan metamorf, dasar utama yang dipakai adalah

strukturnya (foliasi atau tak berfoliasi), dan kandungan mineral utamanya atau

mineral khas metamorf (Gambar 1.2). Sedangkan klasifikasi secara umum dapat

mempergunakan gambar 1.2.


Gambar 2.2 : Bagan untuk Determinasi batuan metamorf
Gambar 2.3 : Bagan untuk Determinasi batuan beku

BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 BM 01

Gambar 2.1 Sampel BM 01

3.1.1 Hasil

Batuan dengan nomor peraga BM 01 merupakan jenisa batuan metamorf

dengan warna segar abu-abu dan warna lapuk putih, bertekstur schistose dengan

strukutr lepidoblastik. Batuan ini memiliki komposisi mineral berupa Chlorite

dengan bentuk pipih melembar dan berwarna hijau, serta memilki mineral

amphibol dengan bentuk prismatic panjang yang berwarna hitam. Fasies

metamorfisme batuan ini terbentuk pada tekanan dan temperature yang mirip

dengan batu greenschist. Sehingga dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa

batuan ini adalah schist amphibole

3.1.2 Pembahasan
Batu Sekis merupakan batuan metamorf regional yang terbentuk pada

derajat metamorfosa tingkat menengah. Batu Schist (sekis) banyak mengandung

lapisan mika, grafit, horndlende. Mineral pada batuan ini umumnya terpisah

menjadi berkas-berkas bergelombang yang diperlihatkan dengan kristal yang

mengkilap.

Kegunaan dan manfaat batu Sekis Schist antara lain adalah sebagai

sumber mika yang utama. Mika ini merupakan salah satu komponen penting

dalam pembuatan kondensator dan kapasitor dalam industri elektronika.

3.2 BM 06

Gambar 2.2 Sampel BM 06

3.2.1 Hasil

Batuan dengan nomor peraga BM 06 merupakan jenis batuan metamorf

dengan warna segar abu-abu dan warna lapuk hitam, bertekstur lepidoblastik

dengan struktur non foliasi. Batuan ini memiliki komposisi mineral berupa
Muskovit dengan bentuk pipih melembar dan berwarna putih, mineral amphibol

dengan bentuk prismatic panjang yang berwarna hitam, mineral garnet dengan

bentuk prismatic yang memiliki warna coklat, dan mineral ompasit dengan

bentuk prismatic dan berwarna hijau. Fasies metamorfisme batuan ini terbentuk

pada tekanan 12 -20 P dan temperature 300 - 1000C . Sehingga dari uraian

diatas dapat disimpulkan bahwa batuan ini adalah Eklogit

3.2.2 Pembahasan

Eklogit merupakan batuan metamorf non foliasi hasil dari metamorfisme

dari batuan beku basa. Beberapa Eklogit juga dapat terbentuk dari magma yang

mengkristal di antara mantel atau kerak benua bagian atas.

3.3 BM 03

Gambar 2.3 Sampel BM 03


3.3.1 Hasil

Batuan dengan nomor peraga BM 03 merupakan jenis batuan metamorf

dengan warna segar abu-abu kehijauan dan warna lapuk coklat, berstektur

lepidoblastik dengan struktur phylite. Batuan ini memiliki komposisi mineral


berupa Muskovit dengan bentuk pipih melembar dan berwarna putih, mineral

amphibol dengan bentuk prismatic panjang yang berwarna hitam.. Fasies

metamorfisme batuan ini terbentuk pada tekanan 2-8 P dan temperature 300 -

400C . Sehingga dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa batuan ini adalah

Sekis amphibole

3.3.2 Pembahasan

Sekis adalah typical dari jenis batuan metamorf, batuan ini terbentuk pada

saat batuan sediment atau batuan beku yang terpendam pada tempat yang dalam

mengalami tekanan dan temperatur yang tinggi. Hampir dari semua jejak jejak

asli batuan ( termasuk kandungan fosil) dan bentuk bentuk struktur lapisan (

seperti layering dan ripple marks) menjadi hilang akibat dari mineral-mineral

mengalami proses migrasi dan rekristalisasi. Pada batuan ini terbentuk goresan

goresan yang tersusun dari mineral mineral seperti hornblende yang tidak

terdapat pada batuan batuan sediment.

Kegunaan dan manfaat batu Sekis Schist antara lain adalah sebagai

sumber mika yang utama. Mika ini merupakan salah satu komponen penting

dalam pembuatan kondensator dan kapasitor dalam industri elektronika.


3.4 BM 08

Gambar 2.4 Sampel BM 08


3.4.1 Hasil

Batuan dengan nomor peraga BM 08 merupakan jenis batuan metamorf

dengan warna segar putih dan warna lapuk coklat, berstektur granublastik dengan

struktur foliasi. Batuan ini memiliki komposisi mineral berupa Muskovit dengan

bentuk pipih melembar dan berwarna putih, dan mineral kuarsa berbentuk

prismatic dan berwarna putih.. Sehingga dari uraian diatas dapat disimpulkan

bahwa batuan ini adalah Kuarsit

3.4.2 Pembahasan

uarsit adalah batuan metamorf yang terbentuk nonfoliated oleh

metamorfosis dari batu pasir kuarsa murni. Panas intens dan tekanan dari

metamorfosis menyebabkan butir kuarsa untuk kompak dan menjadi erat

intergrown satu sama lain, sehingga kuarsit sangat keras dan padat. Kuarsit

biasanya putih atau abu-abu, tetapi dapat warna cahaya lain tergantung pada
kotoran di batu pasir tua. Ia memiliki kilau kaca, seperti yang diharapkan

mempertimbangkan dalam batu pasir kuarsa memiliki kilau vitreous atau kaca.

Ketika cuaca kuarsit dapat memiliki penampilan granular, tetapi permukaan yang

baru patah bahkan istirahat di permukaan karena melanggar melewati butir

kuarsa intergrown, menunjukkan penampilan granular pada permukaan yang baru

saja patah. Terbentuk oleh proses panas dan tekanan tinggi pada metamorfosis

regional dan metamorfosis kontak di endapan batu pasir, sehingga menjadi

kuarsit. Kuarsit sangat tahan terhadap pelapukan dan erosi.

Kuarsit secara geologis terjadi di daerah daerah metamorfosis, tekanan

tinggi. Kuarsit di tambang karena begitu padat dan tahan terhadap pelapukan fisik

dan kimiawi. Tanah lapukan dari kuarsit biasanya sangat tipis akibatnya, kuarsit

digali sangat dekat permukaan. Karena begitu keras dan padat, kuarsit belum

digali sebagai blok batuan sebelum diolah menjadi batu dimensi Industri

konstruksi memperkirakan permintaan kuarsit melebihi produksi tahunan.

Kuarsit menjadi lebih populer sebagai batu dimensi dalam industri

konstruksi. Penggunaan kuarsit sebagai batu hias di konstruksi bangunan tumbuh

setiap tahunnya. kuarsit di poles salah satu permukaan datarnya digunakan untuk

menutupi dinding, sebagai alas lantai dan anak tangga. Kuarsit juga digunakan,

untuk tingkat kecil, seperti batu hancur digunakan dalam konstruksi jalan dan

perbaikan.

Popularitas kuarsit seperti batu dimensi dalam konstruksi tumbuh secara

dramatis setiap tahun. Ini adalah batu yang menarik dengan daya tahan yang

besar dan tekstur yang unik semakin banyak kontraktor dan pemilik rumah
menggunakan kuarsit untuk menyelesaikan dan menghias bangunan mereka.

Bahan alternatif alam termasuk batu pasir, granit dan marmer. Dibuat bahan

termasuk batu bata, ubin keramik dan beton

Batu hias dapat berasal dari batuan beku seperti granit yang karena sifat-

sifat fisiknya dapat dipotong dan dipoles maupun diukir. Jenis batuan tersebut

digunakan pada konstruksi bangunan sebagai bahan ekslusif sebagai pelapis

dinding, lantai suatu gedung, monumen, dan keperluan lainnya. Konsumen

batuan tersebut dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu pihak pemerintah, swasta

dan perseorangan.

3.5 BM 05

Gambar 2.5 Sampel 05

3.3.1 Hasil

Batuan dengan nomor peraga BM 05 merupakan jenis batuan metamorf

dengan warna segar abu-abu kehijauan dan warna lapuk coklat, berstektur

lepidoblastik dengan struktur schistose. Batuan ini memiliki komposisi mineral


berupa Muskovit dengan bentuk pipih melembar dan berwarna putih, dan mineral

biotit yang berbentuk melembar dan berwarna hitam.. Fasies metamorfisme

batuan ini terbentuk pada tekanan 2-8 P dan temperature 300 - 400C . Sehingga

dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa batuan ini adalah Sekis muskovit.

3.3.2 Pembahasan

Sekis adalah typical dari jenis batuan metamorf, batuan ini terbentuk pada

saat batuan sediment atau batuan beku yang terpendam pada tempat yang dalam

mengalami tekanan dan temperatur yang tinggi. Hampir dari semua jejak jejak

asli batuan ( termasuk kandungan fosil) dan bentuk bentuk struktur lapisan (

seperti layering dan ripple marks) menjadi hilang akibat dari mineral-mineral

mengalami proses migrasi dan rekristalisasi. Pada batuan ini terbentuk goresan

goresan yang tersusun dari mineral mineral seperti hornblende yang tidak

terdapat pada batuan batuan sediment.

Kegunaan dan manfaat batu Sekis Schist antara lain adalah sebagai

sumber mika yang utama. Mika ini merupakan salah satu komponen penting

dalam pembuatan kondensator dan kapasitor dalam industri elektronika.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Batuan metamorf adalah batuan ubahan yang terbentuk dari batuan

asalnya, berlangsung dalam keadaan padat, akibat pengaruh peningkatan suhu (T)

dan tekanan (P), atau pengaruh kedua-duanya yang disebut proses metamorfisme

dan berlangsung di bawah permukaan.

3.2 Saran

Adapun saran yang penulis ajukan untuk laboratorium adalah agar

fasilitas laboratorium ditingkatkan


DAFTAR PUSTAKA

Graha, Doddy S. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Penerbit Nova.

Isbandi, Djoko. 1986. Mineralogi. Yogyakarta: Nur Cahaya.

Sukandarrumidi, dkk. 2015. Mengenal Mineral Secara Megaskopis. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai