Tumor Otak Fix
Tumor Otak Fix
PENDAHULUAN
Tumor otak atau tumor intrakranial adalah neoplasma atau proses desak ruang (space
occupying lesion) yang timbul di dalam rongga tengkorak baik di dalam kompartemen
supratentorial maupun infratentorial, mencakup tumor-tumor primer pada korteks, meningen,
vaskuler, kelenjar hipofise, epifise, saraf otak, jaringan penyangga, serta tumor metastasis
dari bagian tubuh lainnya.
Tumor otak primer menunjukkan kira-kira 20% dari semua penyebab kematian karena
kanker, dimana sekitar 20% sampai 40% dari semua kanker pasien mengalami metastase ke
otak dari tempat-tempat lain. Tumor-tumor otak jarang bermetastase keluar sistem saraf pusat
tetapi jejas metastase ke otak biasanya dari paru-paru, payudara, saluran gastrointestinal
bagian bawah, pankreas, ginjal dan kulit (melanoma). Insiden tertinggi pada tumor otak
dewasa terjadi pada dekade kelima, keenam dan ketujuh, dengan tingginya insiden pada pria.
Pada usia dewasa, tumor otak banyak dimulai dari sel glia (sel glia membuat struktur dan
mendukung sistem otak dan medula spinalis) dan merupakan supratentorial (terletak diatas
penutup cerebellum). Jejas neoplastik di dalam otak akhirnya menyebabkan kematian yang
mengganggu fungsi vital, seperti pernafasan dan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
Peningkatan intra kranial ( PTIK ) dapat terjadi bila kenaikan yang relatif kecil dari volume
otak, keadaan ini tidak akan cepat menyebabkan tekanan tinggi intrakranial, sebab volume
yang meninggi ini dapat dikompensasi dengan memindahkan cairan serebrospinal dari rongga
tengkorak ke kanalis spinalis dan volume darah intrakranial akan menurun oleh karena
berkurangnya peregangan durameter. Hubungan antara tekanan dan volume ini dikenal
dengan complience. Jadi jika otak, darah dan cairan serebrospinal volumenya terus menerus
meninggi, maka mekanisme penyesuaian ini akan gagal dan terjadi peningkatan intrakranial
yang mengakibatkan herniasi dengan gagal pernapasan dan gagal jantung serta kematian.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah membahas makalah Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien Tumor Otak,
mahasiswa mampu menerapkan pengetahuan mereka tentang cara cara menangani pasien
dengan tumor otak sesuai Asuhan Keperawatan yang telah ditegakkan.
Mahasiswa mampu :
1. Mengetahui dan Memahami Anatomi otak
2. Mengetahui dan Memahami Fisiologis otak
3. Mengetahui dan Memahami Defenisi Tumor Otak
4. Mengetahui dan Memahami Patofisiologi Tumor Otak
5. Mengetahui dan Mengenali Manifestasi Klinis dari Tumor Otak
6. Mengetahui dan Memahami Penatalaksanaan Tumor Otak
7. Dapat menyusun Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Tumor Otak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Otak terdiri dari rangka tulang bagian luar dan tiga lapisan jaringan ikat yang disebut
meningen. Lapisan meningeal terdiri dari pia meter, lapisan araknoid dan durameter.
Tulang
Merupakan pelindung paling luar setelah jaringan ikat dan kulit kepala
Piameter
Adalah lapisan terdalam yang halus dan tipis, serta melekat erat pada otak.
Lapisan araknoid
Terletak di bagian eksternal pia meter dan mengandung sedikit pembuluh darah,
Runga araknoid memisahkan lapisan araknoid dari piameter dan mengandung cairan
cerebrospinalis, pembuluh darah serta jaringan penghubung serta selaput yang
mempertahankan posisi araknoid terhadap piameter di bawahnya.
Durameter
Lapisan terluar adalah lapisan yang tebal dan terdiri dari dua lapisan.Lapisan ini
biasanya terus bersambungan tetapi terputus pada beberapa sisi spesifik.Lapisan
periosteal luar pada durameter melekat di permukaan dalam kranium dan berperan
sebagai periosteum dalam pada tulang tengkorak. Lapisan meningeal.Dalam pada
durameter tertanam sampai ke dalam fisura otak dan terlipat kembali di arahnya untuk
membentuk falks serebrum, falks serebelum, tentorium serebelum dan sela diafragma.
Ruang subdural memisahkan durameter dari araknoid pada regia cranial dan medulla
spinalis. Ruang epidural adalah ruang potensial antara perioteal luar dan lapisan
meningeal dalam pada durameter di regia medulla spinalis.
Cairan serebrospinalis
Cairan mengelilingi ruang sub araknoid di sekitar otak dan medulla spinalis. Cairan
ini juga mengisi ventrikel dalam otak. Cairan cerebrospinalis menyerupai plasma
darah dan cairan interstisial, tetapi tidak mengandung protein.Cairan serebrospinalis
dihasilkan oleh plesus koroid dan sekresi oleh sel-sel ependimal yang mengitari
pembuluh darah serebral dan melapisi kanal sentral medulla spinalis. Fungsi cairan
cerebrospinalis adalah sebagai bantalan untuk pemeriksaan lunak otak dan medulla
spinalis, juga berperan sebagai media pertukaran nutrient dan zat buangan antara
darah dan otak serta medulla spinalis.
Otak mempunyai enam bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum), otak tengah
(mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung (medulla oblongata), dan jembatan
varol.
Cerebrum secara terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus. Bagian lobus
yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut sulcus. Keempat
Lobus tersebut masing-masing adalah: Lobus Frontal, Lobus Parietal, Lobus Occipital dan Lobus
Temporal.
Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari Otak Besar. Lobus
ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak, kognisi,
perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol perasaan,
kontrol perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum.
Lobus Parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor perasaan seperti
tekanan, sentuhan dan rasa sakit.
Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan pendengaran,
pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara.
Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan rangsangan visual
yang memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang
ditangkap oleh retina mata.
Selain dibagi menjadi 4 lobus, cerebrum (otak besar) juga bisa dibagi menjadi dua
belahan, yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Kedua belahan itu terhubung oleh kabel-
kabel saraf di bagian bawahnya. Secara umum, belahan otak kanan mengontrol sisi kiri tubuh,
dan belahan otak kiri mengontrol sisi kanan tubuh. Otak kanan terlibat dalam kreativitas dan
kemampuan artistik. Sedangkan otak kiri untuk logika dan berpikir rasional.
Cerebrum tersusun dari dua hemisfer serebral, yang membentuk bagian terbesar otak.
Koterks serebral terdiri dari 6 lapisan sel dan serabut saraf. Ventrikel I dan II (ventrikel
lateral) terletak dalam hemisfer serebral. Korpus kolosum yang terdiri dari serabut
termielinisasi menyatukan kedua hemisfer. Fisura dan sulkus. Setiap hemisfer dibagi oleh
fisura dan sulkus menjadi 4 lobus (frontal, paritetal, oksipital dan temporal) yang dinamakan
sesuai tempat tulangnya
berada.
Fisura longitudinal membagi serebrum menjadi hemisfer kiri dan kanan
Fisura transversal memisahkan hemisfer serebral dari serebelum
Sulkus pusat / fisura Rolando memisahkan lobus frontal dari lobus parietal.
Sulkus lateral / fisura Sylvius memisahkan lobus frontal dan temporal.
Sulkus parieto-oksipital memisahkan lobus parietal dan oksipital.
Diensefalon
Terletak di antara serebrum dan otak tengah serta tersembunyi di balik hemisfer
serebral,kecuali pada sisi basal.
TALAMUS
Terdiri dari dua massa oval (lebar 1 cm dan panjang 3 cm) substansi abu-abu
yang sebagian tertutup substansi putih. Masing-masing massa menonjol keluar untuk
membentuk sisi dinding ventrikel ketiga.
HIPOTALAMUS
Terletak di dinding inferior thalamus dan membentuk dasar serta bagian bawah sisi
dinding ventrikel ketiga.
Hipotalamus berperan penting dalam pengendalian aktivitas SSO yang melakukan fungsi
vegetatif penting untuk kehidupan, seperti pengaturan frekwensi jantung, tekanan darah, suhu
tubuh, keseimbangan air, selera makan, saluran pencernaan dan aktivitas seksual.
Hipotalamus juga berperan sebagai pusat otak untuk emosi seperti kesenangan, nyeri,
kegembiraan dan kemarahan. Hipotalamus memproduksi hormon yang mengatur pelepasan
atau inhibisi hormon kelenjar hipofise sehingga mempengaruhi keseluruhan sistem endokrin.
EPITALAMUS Membentuk langit-langit tipis ventrikel ketiga. Suatu massa berukuran kecil,
badan pineal yang mungkin memiliki fungsi endokrin, menjulur dari ujung posterior
epitalamus.
Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah
terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin.
Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti
penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran.
Terletak di sisi inferior pons dan merupakan bagian terbesar kedua otak. Terdiri dari
bagian sentral terkontriksi, vermis dan dua massa lateral, hemisfer serebelar. Serebelum
bertanggung jawab untuk mengkoordinasi dan mengendalikan ketepatan gerakan otot dengan
baik. Bagian ini memastikan bahwa gerakan yang dicetuskan di suatu tempat di SSP
berlangsung dengan halus bukannya mendadak dan tidak terkordinasi. Serebelum juga
berfungsi untuk mempertahankan postur.
Sumsum sambung (medulla oblongata)
Panjangnya sekitar 2,5 cm dan menjulur dari pons sampai medulla spinalis dan terus
memanjang. Bagian ini berakhir pada area foramen magnum tengkoral. Pusat medulla adalah
nuclei yang berperan dalam pengendalian fungsi seperti frekwensi jantung, tekanan darah,
pernapasan, batuk, menelan dan muntah. Nuclei yang merupakan asal saraf cranial IX, X, XI
dan XII terletak di dalam medulla.. Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks
yang lain seperti bersin, batuk, dan berkedip.
Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan
kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.
Saraf Kranial
12 pasang saraf cranial muncul dari berbagai bagian batang otak. Beberapa saraf
cranial hanya tersusun dari serabut sensorik, tetapi sebagaian besar tersusun dari serabut
sensorik dan serabut motorik.
1. Saraf Olfaktorius( CN I )
Merupakan saraf sensorik. Saraf ini berasal dari epithelium olfaktori mukosa nasal.
Berkas serabut sensorik mengarah ke bulbus olfaktori dan menjalar melalui traktus
olfaktori sampai ke ujung lobus temporal (girus olfaktori), tempat persepsi indera
penciuman berada.
2. Saraf Optik( CN II )
Merupakan saraf sensorik. Impuls dari batang dan kerucut retina di bawa ke badan sel
akson yang membentuk saraf optic. Setiap saraf optic keluar dari bola mata pada
bintik buta dan masuk ke rongga cranial melaui foramen optic. Seluruh serabut
memanjang saat traktus optic, bersinapsis pada sisi lateral nuclei genikulasi thalamus
dan menonjol ke atas sampai ke area visual lobus oksipital untuk persepsi indera
penglihatan.
3. Saraf Okulomotorius( CN III )
Merupakan saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari saraf motorik. Neuron
motorik berasal dari otak tengah dan membawa impuls ke seluruh otot bola mata
(kecuali otot oblik superior dan rektus lateral), ke otot yang membuka kelopak mata
dan ke otot polos tertentu pada mata. Serabut sensorik membawa informasi indera
otot (kesadaran perioperatif) dari otot mata yang terinervasi ke otak.
4. Saraf Taklear( CN IV )
Adalah saraf gabungan , tetapi sebagian besar terdiri dari saraf motorik dan
merupakan saraf terkecil dalam saraf cranial.Neuron motorik berasal dari langit-langit
otak tengah dan membawa impuls ke otot oblik superior bola mata. Serabut sensorik
dari spindle otot menyampaikan informasi indera otot dari otot oblik superior ke otak.
5. Saraf Trigeminal ( CN V )
Saraf cranial terbesar, merupakan saraf gabungan tetapi sebagian besar terdiri dari
saraf sensorik. Bagian ini membentuk saraf sensorik utama pada wajah dan rongga
nasal serta rongga oral. Neuron motorik berasal dari pons dan menginervasi otot
mastikasi kecuali otot buksinator. Badan sel neuron sensorik terletak dalam ganglia
trigeminal. Serabut ini bercabang ke arah distal menjadi 3 divisi :
Cabang optalmik membawa informasi dari kelopak mata, bola mata, kelenjar air
mata, sisi hidung, rongga nasal dan kulit dahi serta kepala.
Cabang maksilar membawa informasi dari kulit wajah, rongga oral (gigi atas,
gusi dan bibir) dan palatum.
Cabang mandibular membawa informasi dari gigi bawah, gusi, bibir, kulit rahang
danarea temporal kulit kepala.
6. Saraf Abdusen ( CN VI )
Merupakan saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari saraf motorik. Neuron
motorik berasal dari sebuah nucleus pada pons yang menginervasi otot rektus lateral
mata. Serabut sensorik membawa pesan proprioseptif dari otot rektus lateral ke pons.
7. Saraf Fasial( CN VII)
Merupakan saraf gabungan. Meuron motorik terletak dalam nuclei pons. Neuron ini
menginervasi otot ekspresi wajah, termasuk kelenjar air mata dan kelenjar saliva.
Neuron sensorik membawa informasi dari reseptor pengecap pada dua pertiga bagian
anterior lidah.
8. Saraf Vestibulokoklearis ( CN VIII )
Hanya terdiri dari saraf sensorik dan memiliki dua divisi. Cabang koklear atau
auditori menyampaikan informasi dari reseptor untuk indera pendengaran dalam
organ korti telinga dalam ke nuclei koklear pada medulla, ke kolikuli inferior, ke
bagian medial nuclei genikulasi pada thalamus dan kemudian ke area auditori pada
lobus temporal. Cabang vestibular membawa informasi yang berkaitan dengan
ekuilibrium dan orientasi kepala terhadap ruang yang diterima dari reseptor sensorik
pada telinga dalam.
9. Saraf Glosofaringeal ( CN IX )
Merupakan saraf gabungan. Neuron motorik berawal dari medulla dan menginervasi
otot untuk wicara dan menelan serta kelenjar saliva parotid. Neuron sensorik
membawa informasi yang berkaitan dengan rasa dari sepertiga bagian posterior lidah
dan sensasi umum dari faring dan laring ; neuron ini juga membawa informasi
mengenai tekanan darah dari reseptor sensorik dalam pembuluh darah tertentu.
10. Saraf Vagus ( CN X )
Merupakan saraf gabungan. Neuron motorik berasal dari dalam medulla dan
menginervasi hampir semua organ toraks dan abdomen. Neuron sensorik membawa
informasi dari faring, laring, trakea, esophagus, jantung dan visera abdomen ke
medulla dan pons.
11. Saraf Aksesori Spinal ( CN XI )
Merupakan saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari serabut motorik. Neuron
motorik berasal dari dua area : bagian cranial berawal dari medulla dan menginervasi
otot volunteer faring dan laring, bagian spinal muncul dari medulla spinalis serviks
dan menginervasi otot trapezius dan sternokleidomastoideus. Neuron sensorik
membawa informasi dari otot yang sama yang terinervasi oleh saraf motorik ;
misalnya otot laring, faring, trapezius dan otot sternokleidomastoid.
12. Saraf Hipoglosal ( CN XII )
Termasuk saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari saraf motorik. Neuron
motorik berawal dari medulla dan mensuplai otot lidah. Neuron sensorik membawa
informasi dari spindel otot di lidah.
Tumor intrakranial meliputi lesi desak ruang jinak maupun ganas yang tumbuh di
otak meaningen dan tengkorak. (Arif Muttaqin. 2008: 264)
2.2.2 Etiologi
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti walaupun telah
banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu:
1. Genetik
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrocytoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-
anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat
dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru memperlihatkan faktor familial
yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat
untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest).
3. Radiasi
efek radiasi terhadap dura memang dapat menimbulkan pertumbuhan sel dura, sel
didalam otak atau sel yang sudah mencapai keewasaan, pada umumnya agak
kurang peka terhadap efek radiasi dibanding dengan sel neoplasma. Maka dari itu
radiasi digunakan untuk pemberantasan pertumbuhan neoplasmatik. Tetapi dosis
subterapeutik dapat merangsang pertumbuhan sel mesenkim, sehingga masih
banyak peneliti yang menekankan radiasi sebagai faktor etiologik neoplasma
saraf.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
terjadinya neoplasma tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara
infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
5. Substansi-substansi karsinogenik.
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini
telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone,
nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.
6. Hormonal.
Ketidak seimbangan hormon pada Kelenjar pituitari yang memiliki berbagai jenis
sel hipofisis, masing-masing memproduksi khusus hormon dilepaskan ke dalam
aliran darah yang mempengaruhi organ-organ lain di dalam tubuh.
Tumor hipofisis berasal dari salah satu sel khusus. Jika sel-sel tumor
menghasilkan kelebihan satu atau lebih hormon, itu disebut "fungsional"
adenoma.
2.2.3 Epidemiologi
Berdasarkan data statistik Central Brain Tumor Registry of United State (2005-2006)
angka insiden tahunan tumor intra kranial di Amerika Serikat adalah 14,8 per 100.000
populasi pertahun di mana wanita lebih banyak (14,1) dibandingakn pria ( 14,5).
Estimasi insiden Tumor Intrakranial primer adalah 8,2 per 100.000 populasi pertahun.
Data data insiden dari berbagai negara negara lainnya pertahun adalah berkisar antara 7-
13 populasi per 100.000 pertahun (Jepang 9/100.000 populasi/tahun, Swedia 4/100.000
polpulasi/tahun ). Insidensi tumor otak primer bervariasi sehubungan dengan kelompok
umur penderita. Angka insiden ini cenderung meningkat sejak kelompok usia dekade
pertama yaitu dari 2/100.000 populasi pertahun pada kelompok umur 40 tahun, dan
kemudian meningkat tajam menjadi 20/100.000 populasi pertahun dan kelompok usia 70
tahun 18,1/100.000 di mana perbandingan wanita (20,3) dan pria (15,2)
2.2.4 Klasifikasi
Proses neoplasmatik atau proses malignitas di sususnan saraf mencakup neoplasma
safar primer dan non-saraf atau metastatik. Kira-kira 10%dari semua proses
neoplasmatik diseluruh tubuh ditemukan pada susunan saraf dan selaputnya, 8%
berlokasi di ruang intrakranial, dan 2% di ruang kanalis spinalis.
Urutan frekuensi neoplasma di ruang intrakranial adalah sebagai berikut: Glioma
(41%), meningioma (17%), adenoma hipofisis (13%), neurilemoma (12%), neoplasma
metastatik dan neoplasma pembuluh darah serebral. Sedangkan urutan yang berlaku di
dalam ruang kanalis spinalis adalah: neurilemoma, meningioma, glioma, sarkoma,
hemangioma, dan kordoma.
Keganasan Tumor Otak yang memberikan implikasi pada prognosa didasari oleh
morfologi sitologi tumor dan konsekwensi klinis yang berkaitan dengan tingkah laku
biologis. Sifat sifat keganasan tumor otak secara klasik didasari oleh hasil evaluasi
morfologi makroskopis dan histologi neoplasma, dikelompokkkan atas kategori kategori:
1. Beningna (jinak)
Dimana morfologi tumor tersebut makroskopis menunjukkan batas yang jelas
tidak infiltrat dan hanya mendesak organ organ sekitarnya. Disamping itu
biasanya dijumpai adannya pembentukan kapsul serta tidak adanya metastasis
maupun rekurensi setelah dilakukan pengangkatan total. Tampilan histologinya
menunjukkan struktur sel yang reguler, pertumbuhan lambat tanpa mitosis
dentitas sel yang rendah dan differensiasi struktur yang jelas parenkhin, stroma
yang tersusun teratur tanpa adanya formasi baru.
2. Maligna (ganas)
Ditandai oleh tampilan makroskopis yang infiltrat atau ekspansi destruktif tanpa
batas yang jelas, tumbuh cepat serta cenderung membentuk metastasis dan
rekurensi pasca pengangkatan total.
Pada paengalaman klinis kasus kasus tumor otak ternyata tidak hanya dipernakan
oleh kategori histologis dai atas semata atau dengan kata lain bahwa histologi tumor otak
kategori jinak pun berakibat fatal. Yang menjadi kriteria keganasan klinis tumor otak
adalah tampilan tingkah laku dan diinduksi serta dipernakan oleh :
Volume aktif tumor (termasuk edema sekelilingnya)
Efek masa yang ada (termasuk herniasi)
Keterlibatan dengan aliran liquor (hidrsefalus)
Keterlibatan arteri (infark)
Keterlibatan pusat pusat vital (hipotalamus dan batang otak).
(Satyanegara, )
Penggolongan Tumor
CUSHING KERNOHAN
Astrositoma Astrositoma grade I dan II
Oligodendroglioma Oligodendroglioma grade I-IV
Ependiloma Ependiloma
Meduloblastoma Meduloblastoma
Glioblastoma multiforme Astrositoma grade III dan IV
Pinealoma (teratoma) Pinealoma
Ganglioneuroma (glioma) Neuroastrositoma grade II-III
Neuroblastoma Neuroblastoma grade II-III
Papiloma pleksus khoroid Tumor campur
Tumor unclassified
Papiloma pada khoroid
Kerusakan (atau mutasi) genetik mungkin didapat dari akibat pengaruh lingkungan
seperti trauma, zat kimia, radiasi atau virus, atau diwariskan dalam sel germinativum.
Hipotesis genetik pada kanker mengisyaratkan bahwa massa tumor terjadi akibat
ekspansi klonal satu sel progenitor yang telah mengalami kerusakan genetik (yaitu tumor
bersifat monoklonal). Pendapat ini telah terbukti pada sebagian tumor yang dianalisis.
Tiga kelas gen regulatorik normal-protoonkogen yang mendorong pertumbuhan; gen
penekan kanker (tumor supressor gene) yang menghambat pertumbuhan (antionkogen);
dan gen yang mengatur kematian sel terencana (programmed cell death) atau apoptosis
adalah sasaran utama pada kerusakan genetik
Tumor otak terjadi dari sel otak yang mempunyai deoxiribonukleat acid (DNA)
abnormal. Kerusakan pada DNA atau genetik tersebut mungkin didapat akibat dari
pengaruh lingkungan maupun dari dalam tubuh manusia.
Radiasi inonisasi dosisi tinggi yang terjadi terus menerus dalam jangka waktu lama
terbukti meningkatkan kejadian beberapa tumor otak ( tumor selubung saraf,
meningioma, glioma ) dimana sel sel mengalami perubahan mutasi secara genetik,
sedangkan radiasi dalam dosis rendah saat ini masih diperdebatkan.
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif. Gangguan neurologik
tersebut mengakibatkan peningkatan TIK. Ruang intrakranial adalah suatu ruangan kaku
yang terisi penuh sesuai kapasitasnya dengan unsur yang tidak dapat ditekan: otak
(1400gr), cairan serebrospinal (kira-kira 75 ml), dan darah (kira-kira 75 ml). Peningkatan
volume salah satu di antara ketiganya mengakibatkan desakan pada ruangan yang
ditempati oleh unsu lainnya dan menaikkan tekanan intrakranial.
Ada mekanisme kompensasi yang bekerja bila satu dari tiga elemen intrakranial
membesar melampaui proporsi normal. Proses ini sangat penting untuk mempertahankan
tekanan intrakranial yang juga berarti mepertahankan intergritas otak. Perubahan
kompensatoris meliputi pengalihan cairan serebrospinal ke rongga spinal, peningkatan
aliran vena dari otak, dan sedikit tekanan pada jaringan otak
Peningkatan TIK dapat diakibatkan oleh beberapa faktor :
1. Bertambahnya massa dalam tengkorak
2. Terbentuknya edema sekitar tumor
3. Perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.
Mekanisme kompensasi menjadi tidak efektif bila menghadapi tekanan TIK yang
serius dan berlangsung lama. Edema otak barangkali merupakan sebab yang lazim dari
peningkatan TIK.
Tekanan intrakranial pada umumnya bertambah secara berangsur-angsur, timbulnya
edema memerlukan waktu 36 sampai 48 jam untuk mencapai maksimum. Peningkatan
TIK sampai 33 mmHg (450 mmH2O) mengurangi aliran darah ke otak secara bermakna.
Iskemia yang timbul menimbulkan rangsangan pada pusat vasomotor dan tekanan darah
sistemik menjadi meningkat. Rangsangan pada pusat inhibisi jantung meningkatkan
bradikardia dan napas menjadi lambat. Mekanisme kompensasi ini, dikenal sebagai
Reflek Cushing, membantu mempertahankan aliran darah otak. Akan tetapi, menurunnya
pernapasan mengakibatkan retensi CO2 dan mengakibatkan vasodilatasi otak yang
membantu menaikkan tekanan intrakranial. Tekanan darah sistemik akan meningkat
sebanding dengan peningkatan TIK, walaupun akhirnya dicapai suatu titik di mana
tekanan intrakranial melebihi tekanan arteria dan sirkulasi otak berhenti dengan akibat
kematian otak. Pada umumnya kejadian ini didahului oleh penurunan yang cepat dari
tekanan darah arteria.
Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema yang
disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume
intracranial dan meningkatkan tekanan intracranial. Obstruksi sirkulasi cairan
serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan subaraknoid menimbulkan hidrosefalus.
Peningkatan tekanan intracranial akan membahayakan jiwa. Mekanisme kompensasi
memerlukan waktu lama untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tak berguna apabila
tekanan intrakranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah
intracranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-
sel parenkim, kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus atau
serebelum yang timbul bilagirus medialis lobus temporalis bergeser ke inferior melalui
insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mesensenfalon,
menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ketiga. Kompresi medula
oblogata dan henti pernafasan terjadi dengan cepat.
Perubahan fisiologi lain terjadi akibat peningkatan intracranial yang cepat adalah
bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi), dan gangguan
pernafasan.
b. Radioterapi
Indikasi untuk tumor tumor susuna syaraf pusat mengunakan sinar X dan sinar
Gamma , disamping ada juga metode lainya : proton,partikel alfa,neutron dan
pimeson.tujuna dari terapi ini adalah menghancurkan tumor dengan dosisi yang masih
dapat ditoleransi oleh jaringan normal yang ditembusnya. Keberhasilannya tergantunf
faktor antara lain :
Terapi yang baik dan tidak melukai struktur kritis lainnya.
Sensitivitas sel tumor dengan sel normal.
Tipe sel yang disinar.
Kemampuan sel normal untuk repolasi
Restrukturisasi dan reparasi sel kanker sewaktu interval antar fraksi
radiasi.
Efek samping dari radiasi sering dikenal dengan cedera radiasi yang antara lain timbul
edema,demiensiliasi dan nekrosis radiasi. Glioma dapat diterapi dengan raditerapi
yang diarahkan pada tumor, sementara metastasis diterapi dengan radiasi seluruh otak.
Radioterapi juga digunakan dalam tata laksana beberapa tumor jinak, misalnya
adenoma hipofisis
c. Kemoterapi
Tidak mempunyai nilai keberhasilan yang signifikan,saat ini yang menjadi titik
modalitas terapi ini adalah tumor otak jenis atrositoma (grade III dan IV)glioblastoma
dan atrositoma anaplastik beserta variannya.
d. Immunoterapi
tujuannya adalah untuk merwstorasi sitem imun sehingga dapat menekan
pertumbuhan sel tumor. Perananya belum nampak terlihat nyata namun terapi ini
sering diterapkan pada kasus glioma dimana didapati menurunnya sistem imun yang
menjadi parameter panajng atau tidaknya menjalani terapi yang lain.
e. Pendekatan stereotaktik
Pendekatan stereotaktik meliputi penggunaan kerangka 3 dimensi yang mengikuti
lokasi tumor yang sangat tepat, kerangka stereotaktik dan studi pencitraan multipel
(Sinar X, CT-Scan) yang lengkap digunakan untuk menentukan lokasi tumor dan
memeriksa posisinya. Laser atau radiasi dapat dilepaskan dengan pendekatan
stereotaktik. Radioisotop (131I) dapat juga ditempatkan langsung ke dalam tumor
(brankhiterapi) sambil meminimalkan pengaruh pada jaringan otak di sekitarnya.
Penggunaan pisau gamma dilakukan pada bedah-bedahradio sampai dalam, untuk
tumor yang tidak dapat dimasukkan obat, tindakan tersebut sering dilakukan sendiri.
Lokasi yang tepat dilakukan dengan menggunakan pendekatan stereotaktik dan
melalui laporan pengujian dan posisi pasien yang tepat. Dosis yang sangat tinggi,
radiasi akan dilepaskan pada luas bagian yang kecil. Keuntungan metoda ini adalah
tidak membutuhkan insisi pembedahan, kerugiannya adalah waktu yang lambat
diantara pengobatan dan hasil yang diharapkan.
f. Terapi Medikamentosa
Antikonvulsan untuk epilepsi
Kortikosteroid (dekamentosa) untuk peningkatan teknan intrakranial.
Steroid juga dapat memperbaiki defisit neurologis fokal sementara dengan
mengobati edema otak.
Kemoterapi adalah tindakan/terapi pemberian senyawa kimia atau obat
sitostatika (suatu zat-zat yang dapat menghambat proliferasi sel-sel kanker)
untuk mengurangi, menghilnagkan atau menghambat pertumbuhan parasit
atau mikroba di tubuh hospes (pasien). Kemoterapi dapat dipakai sebagai
pengobatan tunggal untuk kanker atau bersama-sama dengan radiasi dan
pembedahan.
Obat-obatan yang sering digunakan pada kemoterapi SSP adalah:
a. Lomustin (Cee-Nu); D : PO: 130 mg/m2/hari sebagai dosis tunggal.
Untuk mengobati penyakit hodgkin dan tumor-tumor SSP. Efek
samping : kerusakan sumsum tulang dapat menetap pada
penggunaan lama. Mual dan muntah sering terjadi dan cukup berat.
b. Karmustin (Bicnu); D: IV: 75-100 mg/m 2/hari, selama 2 hari atau
200 mg/m2/hari. Untuk mengobati mieloma multipel, melanoma dan
tumor-tumor SSP.
2.2.9 Prognosis
Prognosis untuk pasien dengan tumor intra cranial tergantung pada diagnosa awal
dan penanganannya, sebab pertumbuhan tumor akan menekan pada pusat vital dan
menyebabkan kerusakan serta kematian otak. Meskipun setengah dari seluruh tumor
adalah jinak, dapat juga menyebabkan kematian bila menekan pusat vital.
Tumor dengan gambaran histopatologi dan klinik yang agresif mempunyai prognosis
yang buruk terhadap terapi. Pembedahan radikal mungkin dilakukan pada kasus-kasus
ini. Pengangkatan total dapat menyembuhkan atau setidaknya pasien dapat terkontrol
dalam waktu yang lama. Fungsi neurologis setelah pembedahan sangat bergantung pada
status pre operatif pasien. Prognosis semakin buruk seiring meningkatnya umur (>60
tahun).
2.2.10 Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat kita temukan pada pasien yang menderita tumor otak ialah
3.1 Pengkajian
b. B2 (Blood)
Pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medula oblongata
didapatkan adanya kegagalan sirkulasi. Pada klien tanpa kompresi medula
oblongata pada pengkajian tidak ada kelainan. Tekanan darah biasanya
normal, dan tidak ada peningkatan heart rate.
c. B3 (Brain)
Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap
di bandingkan pengkajian pada sistem lainnya.
Tumor intrakranial sering menyebabkan berbagai defisit neurologis,
bergantung pada gangguan fokal dan adanya peningkatan intrakranial .
pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap di
bandingkan pengkajian pada sistem lainnya. Trias Klasik tumor otak adalan
nyeri kepala, muntah, dan papiledema. Pengkajian tingkat kesadaran. Kualitas
kesadaran klien merupakan parameter yang paling mendasar dan parameter
yang paling penting yang membutuhkan pengkajian. Tingkat keterjagaan klien
dan respon terhadap lingkungan adalah indikator paling sensitif untuk
disfungsi sistem persarafan. Beberapa sistem digunakan untuk membuat
peringkat perubahan dalam kewaspadaan dan keterjagaan.
Pada keadaan lanjut tingkat kesadarn klien tmor intrakranial biasanya
berkisar pada tingkat letargi, stupor, dann semikomatosa. Jika klien sudah
mengalami koma, penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat
kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk pemantauan pemberian asuhan.
Pengkajian fungsi serebral. Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi
intelektual, dan lobus frontal.
Jika area motorik terlibat, akan terjadi epilepsi Jackson dan kelemahan
motorik yang jelas. Tumor yang menyerang ujung bawah korteks prasentalis
menyebabka kelemahan pada wajah, lidah, dan ibu jari, sedangkan tumor pada
lobulus parasentralis menyebabkan kelemahan pada kaki dan ekstermitas bawah.
Tumor pada lobus frontalis dapat mengakibatkan gaya berjalan yang tidak
mantap, sering menyerupai ataksia serebelum. Jika lobus frontalis kiri atau yang
dominan terkena, akan terihat adanya afasia dan aparaksia.perhatikan pula Trias
klasik tumor otak adalah nyeri kepala, muntah, dan papiledema.
a) Tingkat Kesadaran
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien tumor intrakranial biasanya
berkisar pada tingkat letargi, stupor dan semikomatosa. Apabila klien sudah
mengalami koma maka penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat
kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk pemantauan pemberian asuhan
keperawatan.
b) Fungsi serebri : Status mental : observasi penampilan klien dan tingkah
lakunya, nilai gaya bicara dan observasi eksprasi wajah klien, aktivitas
motorik pada klien tumor intrakranial tahap lanjut biasanya status mental
klien mengalami perubahan.
c) Fungsi intelektual : di dapatkan penurunan dalam ingatan dan memori baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Penurunan kemampuan berhitung dan
kalkulasi. Pada beberapa kasus klien mengalami brain damage, yaitu
kesukaran untuk mengenal persamaan dan perbedaan yang tidak begitu nyata.
Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis di dapatkan bila kerusakan
telah terjadi pada lobus frontal kapasitas, memori, atau fungsi intelektual
kortikal yang lebih tinggi mungkin rusak. Disfungsi ini dapat ditunjukan dalm
lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa dan kurang
motivasi, yang menyebabkan klien ini menghadapi masalah frustasi dalam
program rehabilitasi mereka. Masalah psikologis lain juga umum terjadi dan
di manifestasikan oleh labilitas emosional, bermusuhan, frustasi, dendam, dan
kurang kerjasama.
e) System motorik
Lesi serebelum mengakibatkan gangguan pergerakan (keseimbangan dan
koordinasi). Gangguan yang paling sering dijumpai kurang menyolok tetapi
memiliki karakteristik yang sama dengan tumor serebelum yaitu hipotonia
(tidak adanya resistensi normal terhadap regangan atau perpindahan anggota
tubuh dari sikap aslinya) dan hiperekstensibilitas sendi. Gangguan dalam
koordinasi berpakaian merupakan ciri khas pada klien dengan tumor pada
lobus temporalis.
6. Pemeriksaan penunjang
a) EEG untuk mengetahui gambaran abnormal gelombang otak
b) Foto polos kepala untuk mengetahui adanya distruksi tulang, hyperostosis,
ataupun osyteolitik, Pendorongan glandula pineale, Perubahan sella tursika
c) Computed Tommography Scanning (CT Scan)
d) Arteriografi untuk mengetahui gambaran pembuluh darah di otak, apakah
ditemukan: Perubahan posisi pembuluh darah yang normal, Arteri otak
yang memasok darah keotak, Neovaskularisasi ke daerah tumor, Densitas
jaringan tumor meningkat, Lamanya sirkulasi darah berubah
e) MRI untuk mengetahui lebih rinci gambaran tumor
Post tindakan
1. Ketidakseimbangan nutrisi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kelemahan otot, kelumpuhan otot, efek kemoterapi dan radioterapi
2. Mual berhubungan dengan tindakan kemoterapi
3. Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan infasif
4. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan otot anggota gerak,
kelumpuhan otot sebagian, permanen post operasi.
5. Kecemasan berhubungan dengan prosedur tindakan
6. Kurang pengetahuan: perawatan post tindakan berhubungan dengan kurang
terpapar informasi.
3.3 Intervensi
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri.
Tujuan : Perfusi jaringan membaik ditandai dengan tanda-tanda vital stabil.
Kriteria hasil :
1) Tekanan perfusi serebral >60mmHg, tekanan intrakranial <15mmHg,
tekanan arteri rata-rata 80-100mmHg.
2) Menunjukkan tingkat kesadaran normal.
3) Orientasi pasien baik.
4) RR 16-20x/menit.
5) Nyeri kepala berkurang atau tidak terjadi.
Intervensi Rasional
1. Posisikan pasien untuk 1. Memaksimalkan prosen inspirasi
memaksaimalkan ventilas dan ekspirasi.
2. Lakukan fisoterpai dada berkala . 2. Mengerluarkan sekret yang
mengendap pada saluran nafas
yang tidak bisa keluar sendiri.
3. Keluarkan sekret dengan metode 3. Memaksimalakan pengeluaran
batuk efektif dan suction bila perlu. sekret dan melatih otot pernafasan
4. Kobaorasi pemberian ekspektoran pasien.
(jika pasen sadar ). 4. Sebagai terapi untuk
5. Monitor tanda tanda vital dan mengeluarkan dahak.
identifikasi apakah ada perubahan 5. Utuk mengetahui secara dini
dari vital sign. perubahan status pasien.
6. Identifikasi perlunya pemasangan 6. Untuk menjaga suplay O2 secara
jalan nafas buatan. adequat.
7. Pemasangan alat jalan nafas buatan 7. Untuk memeberikan suplay O2
jika perlu (mayo,ETT) adequat bila pasien dalam kondisi
tidak sadar.
8. Monitor respiratory dan status O2 8. Untuk mememantau pemberian
terapi. O2 secara adequat
9. Pertahankan jalan nafas paten. 9. Agar O2 yang diberikan bisa tetap
terjaga adequat dan sesuai dengan
terapi.
Intervensi Rasional
1. Teliti keluhan nyeri: intensitas, 1. Nyeri merupakan pengalaman
karakteristik, lokasi, lamanya, subjektif dan harus dijelaskan oleh
faktor yang memperburuk dan pasien. Identifikasi karakteristik
meredakan. nyeri dan faktor yang berhubungan
merupakan suatu hal yang amat
penting untuk memilih intervensi
yang cocok dan untuk
mengevaluasi keefektifan dari
terapi yang diberikan.
Intervensi Rasional
1. Memberikan ngetahuan kesehatan 1. Agar klien dan keluarga dapat
kepada pasein dan keluarga tentang mengerti dan memehami penyakit
penyakit dan komplikasi yang dan komplikasi yang muncul.
mungkin muncul
2. Kaji kemampuan mobilisasi klien. 2. Untuk mengetahui tingat
kemampuan mobilitas maksimal
pasien dan tingkat metastasis dari
tumor.
3. Untuk mengali dan mengetahui
3. Bantu klien untu mngidentifikasi keingginan klien dan harapan yang
aktivitas apa saja yang bisa dia ingginkan.
dilakukan.
4. Untuk mengidentifikasi kelainan
4. Melakukan pemerikasaan syaraf 1- dari tumor yang diderita, stadium,
12 dan mengidentifikasi adanya metastasis dan komplikasi yang
kelainan yang ada. akan timbul.
Morton. 2012. Keperawatan Kritis Pendekatan Asuhan Holistik Vol 1. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dgn Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika
Price & Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2.
Jakarta: EGC.
Satyanegara. 2010. Ilmu Bedah Saraf Edisi 4. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Carpenito, Linda Juall. 1998. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta:
EGC