11
Minas. Kolom tektonostratigrafi Cekungan Sumatra Tengah dapat dilihat pada
gambar II.1.
Secara umum Wongsosantiko A., (1976) menyatakan sedimentasi pra-
inversi terjadi dari arah utara ke selatan. Yarmanto, dkk (1996) menyusun
kerangka stratigrafi berdasarkan studi inti bor, fosil plankton foram, log sumur,
dan seismik menjadi tiga episode pengendapan, yaitu synrift deposition (Grup
Pematang), post-rift transgresional (Grup Sihapas), dan episode regresi.
Pengendapan synrift (Eo-Oligosen) merupakan strata fluvio-lacustrin (Grup
Pematang: Formasi Upper/Lower Red Bed dan Brown Shale). Formasi Brown
Shale sebagai anggota Grup Pematang terbukti menjadi batuan sumber
hidrokarbon baik minyak dan gas bumi (C&C Reservoir, 1998). Di beberapa
tempat, Formasi Upper Red Bed terbukti cukup potensial sebagai reservoir yang
produktif. Pengendapan Grup Sihapas yang diawali oleh Formasi Menggala,
diendapkan secara tidak selaras di atas Grup Pematang (SB25.5) dengan karakter
endapan stacked fluvial channel, diteruskan dengan intertidal hingga open marine
shales dari Formasi Bangko, serta kompleks delta dengan tidal-influence hingga
outer neritic dari Formasi Bekasap, Duri, dan Telisa. Suatu transisi signifikan
terjadi pada masa 22 dan 21 juta yang lalu dengan ditemui suatu bukti
peningkatan secara tajam mineral glaukonit, foraminifera, fosil jejak
(Glossifungites), serta semen kalsit (Johansen dan Djamaoeddin, 1997), sehingga
diidentifikasi sebagai suatu batas sikuen (SB22 dan SB21) dan untuk skala
regional berada di bagian tengah Formasi Menggala dan bagian bawah Formasi
Bekasap (Yarmanto, et al., 1996). Endapan batupasir dari Grup Sihapas menjadi
reservoir utama di Cekungan Sumatra Tengah, baik sebagai reservoir minyak dan
gas bumi. Selanjutnya episode regresi akibat tektonik inversi membentuk SB13.3
dan menghasilkan pengendapan Formasi Petani (inner neritic) hingga Formasi
Minas. Kolom stratigrafi regional Cekungan Sumatra Tengah yang disusun oleh
Yarmanto (1996) dapat dilihat pada gambar II.1.
12
II.2. Tinjauan Petroleum System Cekungan Sumatra Tengah dan Daerah
Penelitian
Lapangan minyak Duri yang terletak pada sisi timur dari AMAN Graben
Cekungan Sumatera Tengah mulai dikembangkan dengan metoda perolehan
injeksi uap sejak tahun 1985 hingga sekarang. Lapangan minyak ini merupakan
jebakan antiklin yang mengontrol keberadaan minyak pada lapisan reservoir
dengan kemiringan lapisan yang relatif landai (gently dipping anticline) dengan
lapisan reservoir yang terletak pada pada kedalaman 200 hingga 900 kaki.
Berdasakan kajian dari petroleum system, lapangan minyak Duri yang merupakan
bagian dari cekungan sumatra tengah dirangkum seperti terlampir dalam Tabel
II.1. TYPICAL LOG SOUTH CENTRAL SUMATRA
( NOT TO SCALE )
SYSTEMS FORMATION
PALEO- SEQUENCES
PALEO - ENVIRONMENTS TRACTS NAMES
BATHMETRY
METASEDIMENTS; QUARTZITE,
+ REGIONAL, ANGULAR
CARBONATE, METAGREYWACKES,
GRANITE. ++ B AS E ME N T
+++
Figure 17 : Typical well log for the southern portion of the Central Sumatra Basin: shows
generalised paleobathymetri, deposional environments, sequence boundaries
and local formation terminology
Gambar II.1. Kolom tektonostratigrafi (Heidrick dan Aulia, 1993) kiri, dan
stratigrafi regional (Yarmanto, dkk, 1996) kanan, Cekungan
Sumatra Tengah, serta kesepadanan dari reservoir-reservoir
produktif di Lapangan Minyak Duri
13
P e tr o le u m S y s te m o f th e
Table II.1. C e Petroleum
Tinjauan n tr a l System
S u mdaria Lapangan
tr a Bminyak
a s inCekungan
Sumatera Tengah. (Yarmanto, et al., 1996)
Sejarah proses migrasi dari lapisan batuan induk dari Formasi Pematang
C e n tr a lS u m a t r a B a s in 0 2 .p p t
14
0 0 0
0 RO 0 0
0 0 0
B a l am 0 5 0
0
7
KA 2 5
T ro ug h N 7 7
I
B
a NV
l ER
a
N
m SI
0
ON 2 0000 0
No
rt P
er F
h Bang ko R 0 1 0
F i e ld
B ke ON
F 0 T
. b
N B U j u n g t a n ju n g u K ilo m e te r s
ell a na
Antara
n SI n
a g NT
? ko ON F
.
N e lla
K G
U Ba S in g a
B alam So .
B l
U a F B
G e n t in g
m . a
E t
0 a
B e n ar
a
s n
S t g
R a n t a u b a is
H
I HI
S e ru n i
ou
G t B ala m S E GH
H h 1 N o r t h A m a n N or th
0
S in t o n g (N A N ) T r o u g h
B
or F
K e ra n g
. 1 1 7500 0
d M u ti a r a
er 2
U 2
S o u t h B a la m F. 3 bi T u n a s S i d in g i n B a ta n g
M an gg a
T ro u g h -
C an di Aka r Pa le m
M ? S i n to n g K e lo k
R Ub i SE
O M e n g g a la N . P e m b u ru F
F a
T e l in g a
u
lt
P ag er
T
A
L N o rth A m an S outh -
P M e n g g a la S . S ik la d i Ta nggu l C e n t ra l ( N A S C )
Si
kl G u lam o P un ca k
R a ng au ad Ra L in c a k R
T ro u g h M
a i O
0 nt K
K u l in
n F. au A
g
RI g 1 K op ar
0 St bai N D u ri
a e s F ie ld
KI 2
po S
3 4 P e ta n i v e eb
.F 0
Ro nd a
r a
ng 1 5000 0
1 1 a
2
Ra 1 C
ng 3
e
b
Joran g
au P e m a ta n g
R an ga u 2 ka
2 a
C ucut n
4 Jam bo n
R o k i ri P e li t a Am p u h B ek asa p HI
O b or
Fa Ja m b o n S E Se G
H iu B e ks p- Ce b akan ba H
ult
So .
Ung g u n Pu kat P u d u
F ng
A m a n
.
P e m a ta n g T i t ia n
a
Bo w P in g gir F.
Zo 0
L IB O 1
ne S a kti 2
PLATFO RM S 3
Te gar 4
TL H / 98
E X P L A N A T IO N
STR UCT URE ST R A T IG R A PH Y G E O C H E M IST R Y
P rin cip al list ric no rm al T hr us t o r r e ve rse 0
G r ou p 1
1
b o rd e r f au lt, sh ow ing fau lt un d iff. B arb s 0 - 10 0
p r ese n t - d ay b a se m en t on h an g in g w a ll b lo ck 10 0 - 400 G r ou p 2
c uto ff . H a c hu r e s o n 2
40 0 - 800 G r ou p 3
h an g in g w a ll F 3 in ve r te d b o r d e r 3
> 80 0 ft
4
fau lt. B a rb s a nd G r ou p 4
S u b sid a ry lis tr ic o r ha ch ur es on h an g in g w a ll O il p ro n e s ou r c e G r ou p 5
p la na r no rm a l f au lt, r o c k iso ch or e M ig r a tion r ou te
R ig h t - lat era l st r ike - tr a jec to ry
b lo ck on h an g in g w a ll th ic kn e ss
slip f au lt
Gambar II.2. Peta jalur migrasi dari beberapa lapangan minyak yang ditemukan pada
Cekungan Sumatera Tengah (Yarmanto, Aulia, K., Mertani, B., Heidrick,
T.L., 1996).
Stratrigrafi Lapangan Duri tersusun dari Formasi Upper Red Bed (anggota
Grup Pematang) yang tipis di bagian terbawah dan tersebar di wilayah barat
hingga tengah. Dari penampang seismik terdapat kenampakan truncated di atas
batuan dasar dan ketidakselarasan bersudut di batas atas pada wilayah tengah
Lapangan Duri. Grup Sihapas dimulai dengan Formasi Menggala yang sangat
tipis diendapkan tidak selaras di atas Formasi Upper Red Bed, serta Formasi
Bangko di atasnya dengan penyebaran kedua formasi yang terbatas. Di bagian
tengah Lapangan Duri, batupasir Formasi Bangko berperan sebagai reservoir
(Dalam) dengan penyebaran terbatas. Formasi Bekasap dan Duri sebagai suatu
endapan transgresif (tidal-delta) pada fase sag basin tersebar dengan ketebalan
15
relatif merata di seluruh Lapangan Duri. Kedua formasi ini berperan sebagai
reservoir utama (Jaga, Baji, Kedua, Pertama, dan Rindu) di Lapangan Duri. Di
bagian atas Formasi Duri terdapat 2 lapisan batupasir tipis yang disebut sebagai
240ft dan 140ft sand, dan tidak berperan sebagai reservoir yang potensial.
Formasi Telisa dan Petani tidak ditemukan di Lapangan Duri, dan diperkirakan
telah tererosi pada saat terjadi fase inversi regional di Cekungan Sumatra Tengah.
Berdasarkan data inti bor sumur 4K50C mengidentifikasi suksesi fasies
reservoir Rindu-Pertama-Kedua-Baji-Jaga-Dalam di lapangan Duri sebagai outer
delta front hingga estuarine distributary facies. Studi lanjutan pada inti bor sumur
4K-50C menyimpulkan suatu fasies pengendapan yang dibentuk oleh lingkungan
kompleks distal dari sistem delta dengan pengaruh arus pantai (tidal). Kolom
stratigrafi yang menggambarkan litologi secara umum pada daerah penelitian
dapat dilihat pada gambar II.3 dan II.6.
Seluruh formasi yang ada di Cekungan Sumatera Tengah dapat dijumpai
di lapangan minyak Duri. Formasi Pematang yang merupakan endapan rift-basin
valley terbentuk pada Paleogen, merupakan unit sedimen yang paling tua di
Cekungan Sumatra Tengah dan di lapangan Duri dijumpai berupa tight sand
dengan porositas yang hanya mencapai 5 %. Secara stratigrafi sikuen, Formasi
Pematang di lapangan Duri berada pada sikuen 1 yang dimulai dari batuan dasar
hingga top formasinya.
Duri 4K-50C
16
Selanjutnya di bagian atas secara tidak selaras diendapkan Grup Sihapas
yang dimulai dari Formasi Menggala hingga Formasi Telisa. Berdasarkan analisis
biostratigrafi, ketidak-selarasan ini ditandai dengan sequence boundary (SB) 25.5.
Formasi Menggala umumnya berkembang baik di bagian barat dan menipis ke
arah timur. Walaupun formasi ini memiliki kualitas Reservoir yang sangat baik
namun di lapangan Duri, posisinyanya berada di bagian bawah oil water contact
(OWC), sehingga formasi ini di Lapangan Duri bukan merupakan reservoir
hidrokarbon.
Di atas Formasi Menggala diendapkan Formasi Bangko yang dicirikan
oleh perselingan antara batupasir halus hingga kasar dan serpih. Formasi Bangko
di lapangan Duri dibagi lagi menjadi reservoir Baji, Jaga dan Dalam, yang
masing-masingnya dipisahkan oleh lapisan serpih. Walaupun reservoir Baji, Jaga,
dan Dalam tersebar cukup luas namun yang bertindak sebagai Reservoir
hidrokarbon hanya bagian yang berada di sekitar tinggian struktur pada bagian
selatan lapangan minyak Duri. Formasi Menggala dan Formasi Bangko di
lapangan Duri berada pada sikuen 2 yang dibatasi oleh SB-25.5 dan SB-22.
Reservoir Pertama/Kedua yang ekivalen dengan Formasi Bekasap, berada
di atas reservoir Baji dan ditandai dengan sequence boundary 22 di bagian
bawahnya. Reservoir ini dicirikan dengan satuan batupasir yang tebal dengan
sisipan laminasi serpih. Di lapangan Duri, reservoir ini merupakan reservoir
yang sangat ekonomis dengan kandungan minyaknya yang tebal serta
penyebarannya yang sangat luas.
Reservoir Rindu yang ekivalen dengan Formasi Duri berada di atas reservoir
Pertama/Kedua. Reservoir ini dicirikan oleh selang-seling antara batupasir halus
hingga sedang dengan lapisan serpih yang tebal. Pada bagian atas unit reservoir
ini di jumpai sequence boundary 21. Dengan demikian, Formasi Bekasap dan
Formasi Duri berada pada sikuen 3 yang dibatasi oleh SB-22 dan SB-21.
Reservoir Rindu mengandung cadangan minyak bumi terbanyak kedua di
lapangan minyak Duri, dan secara lateral melampar cukup luas dan menutupi
daerah seluas 25.000 acre. Sulistyo dkk. (1995), mengungkapkan bahwa ada
sekitar 1,2 miliar barel minyak bumi yang terkandung dalam reservoir Rindu.
Secara keseluruhan Reservoir Rindu terdiri dari 5 Reservoir utama yang kemudian
17
dinamakan sebagai Rindu-1 hingga Rindu-5. Ke-5 tubuh reservoir ini secara
vertikal umumnya dipisahkan oleh lapisan serpih (shale) atau batulanau
(siltstone). Dari ke-5 reservoir ini hanya Rindu-1 yang merupakan reservoir yang
berkembang sangat baik dengan pelamparannya yang cukup luas serta lapisannya
yang cukup tebal. Reservoir Rindu-1 merupakan unit Reservoir yang terletak di
antara flooding surface Rindu-1 (FS_RN1) dan Sequence Boundary Intra Rindu
(SB_INTRN). Berdasarkan litotratigrafi, Reservoir Rindu-1 merupakan lapisan
batupasir yang dibatasi oleh lapisan tipis serpih di bagian bawah dan lapisan
sarpih yang sangat tebal di bagian atasnya. Pada top reservoir Rindu-1, di
beberapa tempat umumnya dicirikan oleh hadirnya batupasir karbonatan
(calcareous sandstone) yang sangat keras (tight sand).
Reservoir 140 Sand dan 240 Sand yang terletak di bagian paling atas Formasi
Duri dicirikan oleh batupasir halus dan mempunyai pemilahan yang tidak terlalu
baik, serta kandungan material lempungnya yang relatif banyak. Kedua reservoir
ini berkembang sebagai reservoir hidrokarbon hanya pada daerah sekitar tinggian
struktur di bagian utara, sedangkan pada bagian selatan, kedua Reservoir kurang
berkembang sehingga bukan merupakan target pengembangan produksi. Secara
stratigrafi, Reservoir 240 Sand dan 140 Sand berada dalam sikuen 4 yang
dibatasi oleh SB21 dan SB13.
II.3.2. Struktur Geologi Daerah Lapangan Minyak Duri dan Area Penelitian
18
barat lapangan Duri dan berarah timurlaut-baratdaya di bagian utara, sedangkan di
selatan berarah relatif utara-selatan serta timurlaut-baratdaya.
Patahan
Sebanga
F3
19
Beberapa zona patahan memiliki strike-slip throw yang besar dimana resolusi
data seismik sangat mempenagruhi hasil interpretasi patahan tersebut.
Daerah penelitian
(Area 10)
Synthetic and
Antithetic Fault
Gambar II.5. Peta struktur Puncak Lapisan Pertama di Lapangan Duri dengan
Patahan Sebanga berarah relatif utara-selatan sebagai Patahan utama
(tanpa skala)
20
Gambar II.6. Penampang vertikal dari Lapangan Minyak Duri dan sekitarnya yang memperlihatkan sebaran stratigrafi
dan kerangka struktur patahan serta konfigurasi batuan dasar (Yarmanto, Aulia, K., Mertani, B., Heidrick, T.L., 1996)
21
Gambar II.7. Peta Strukur Regional Duri dan Lokasi daerah penelitian memperlihatkan pola struktur patahan dengan arah tegasan utama
utara timur lalu selatan barat daya.
22