Referat LOWER LIMB FRACTURE-FIK
Referat LOWER LIMB FRACTURE-FIK
tulang. Bisa saja tidak lebih dari retak, penggumpalan atau terpuntirnya korteks
tulang; tapi yang lebih sering dimaksudkan adalah patah komplet dari seluruh
struktur tulang dan fragmen tulang mengalami displaced. Jika kulit yang menutupi
masih intak maka disebut fraktur tertutup. Jika kulit atau ada salah satu rongga
tubuh yang terbuka maka kita kenal sebagai fraktur terbuka, yang dapat
Insidensi
Bagian tubuh yang terjadi fraktur adalah ekstremitas bawah (75%),
ekstremitas atas (20%), dan badan (5%) berdasarkan penelitian di daerah Edinburg
pada tahun 2000. Fraktur shaft tibia dan fibula adalah yang paling sering terjadi
pada fraktur tulang panjang. Pada populasi rata-rata, terjadi 26 kasus fraktur diafisis
tibialis per 100.000 penduduk per tahun. Insiden pada pria sekitar 41 per 100.000
per tahun dan wanita sekitar 12 per 100.000 per tahun. Usia rata-rata insiden fraktur
tibia adalah 37 tahun, dengan usia rata-rata 31 tahun pada pria dan 54 tahun pada
wanita.
Kasus fraktur pada ekstremitas inferior merupakan kasus yang sering terjadi
di Indonesia. Berdasarkan data dari rekam medik RSHS, didapatkan kasus fraktur
pada ekstremitas inferior yang masuk di rawat inap RSHS selama Januari 2015
sampai dengan Juli 2016 didapatkan sebanyak 443 kasus. Terdapat 187 kasus
dengan fraktur femur (42,2%), 170 kasus fraktur cruris (38,4%), dan 86 kasus
fraktur pada kaki (19,4 %).
Sebanyak 147 kasus (33,2%) terjadi pada perempuan dan 296 kasus (66,8%)
pada laki-laki. Sebanyak 34 kasus (7,5%) terjadi pada rentang usia <14 tahun, 226
kasus (51%) pada usia 15-45 tahun, 183 kasus (41,5%) pada usia >45.
1
Pada kasus fraktur femur, sebaran usia dan jenis kelaminnya yaitu :
perempuan 83 kasus (44,4%), laki-laki 104 kasus (55,6%). 11 kasus (5,9%) terjadi
pada usia <14 tahun, 70 kasus (37,4%) pada usia 15-45 tahun, 106 kasus (56,7%)
pada usia >45.
Pada kasus fraktur cruris, sebaran usia dan jenis kelaminnya yaitu :
perempuan 45 kasus (26,5%), laki-laki 125 kasus (73,5%). 14 kasus (8,2%) terjadi
pada usia <14 tahun, 101 kasus (59,4%) pada usia 15-45 tahun, 55 kasus (32,3%)
pada usia >45.
Pada kasus fraktur kaki, sebaran usia dan jenis kelaminnya yaitu :
perempuan 19 kasus (22,1%), laki-laki 67 kasus (77,9%). 9 kasus (10,5%) terjadi
pada usia <14 tahun, 55 kasus (63,9%) pada usia 15-45 tahun, 22 kasus (25,6%)
pada usia >45.
Sebanyak 78 kasus (28%) terjadi pada perempuan dan 201 kasus (72%)
pada laki-laki. Sebanyak 24 kasus (8,6%) terjadi pada rentang usia <14 tahun, 186
kasus (66,7%) pada usia 15-44 tahun, 69 kasus (24,7%) pada usia >45.
Dari 279 kasus total yang masuk ke IGD, hanya 83 pasien (29,7%) yang
setuju untuk dilakukan tindakan, 6 pasien (2,2%) meminta alih rawat ke RS lain,
dan 190 pasien (68,1%) menolak untuk dilakukan tindakan sesuai saran dari tim
Orthopaedi dan Traumatologi RSHS. Sebagian besar pasien yang menolak dengan
alasan keterbatasan biaya, karena tidak memiliki jaminan kesehatan.
Sementara kasus fraktur pada ekstremitas inferior yang masuk di rawat inap
RSHS selama Agustus 2016 sampai dengan Agustus 2017 berdasarkan data dari
2
rekam medik, didapatkan sebanyak 325. Terdapat 166 kasus dengan fraktur femur
(51,1%), 120 kasus fraktur cruris (36,9%), dan 39 kasus fraktur pada kaki (12 %).
Sebanyak 126 kasus (38,8%) terjadi pada perempuan dan 199 kasus (61,2%)
pada laki-laki. Sebanyak 28 kasus (8,6%) terjadi pada rentang usia <14 tahun, 165
kasus (50,8%) pada usia 15-45 tahun, 132 kasus (40,7%) pada usia >45.
Pada pasien fraktur tibia dilakukan tindakan open reduction and internal
fixation with plate and screw sebanyak 54,1%, internal fixation with interlocking
nail sebanyak 18%, open reduction and external fixation sebanyak 26,2%.
Pada pasien fraktur kaki, tergantung tulang mana yang mengalami fraktur,
dilakukan tindakan open reduction and internal fixation with K-wire sebanyak
55,2%, open reduction and internal fixation with plate and screw sebanyak 20,7%,
open reduction and internal fixation with tension band wiring sebanyak 6,9%, open
reduction and external fixation sebanyak 17,2%.
Etiologi
jatuh, cedera pada olah raga, pukulan langsung atau penyiksaan, kecelakaan
kendaraan bermotor dan luka tembak. Penyebab yang paling sering terjadi adalah :
3
Kecelakaan Kendaraan Bermotor
Sebagai perbandingan dua olah raga yaitu sepak bola dan ski sering
Edinburgh, olah raga sepak bola jumlahnya 80,1% dari semua olahraga
yang menyebabkan patah tulang tibia dan 24,7% dari semua insiden patah
tulang tibia. Olah raga ski menyebabkan 7,5% dari fraktur tibialis
insidennya hanya 4,5% dari semua patah tulang tibia, yang cenderung
terjadi pada pasien yang lebih muda dan dikaitkan dengan morfologi
4
Pemeriksaan klinis
dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh serta keadaan status lokal. Pemeriksaan
memeriksa jalan nafas (airway) apakah ada sumbatan atau tidak; memeriksa
pasien dalam keadaan syok atau tidak; dan kesadaran (disability) apakah ada
terdapat kelainan maka segera dilakukan resusitasi sambil menilai apakah ada
cedera yang mengancam jiwa seperti sumbatan jalan napas, cedera tulang belakang,
syok). Evaluasi cedera dilakukan pada kepala, dada, perut, panggul, dan tulang
bagian tubuh yang cedera. menilai kulit dan kerusakan jaringan lunak. Eksplorasi
luka dalam keadaan darurat tidak diindikasikan jika telah direncanakan intervensi
operasi karena risiko kontaminasi lebih lanjut sehingga dapat berguna dalam
perdarahan lanjut.
Pemeriksaan penunjang
5
Evaluasi radiografi harus menyertakan seluruh tibia-fibula
sendi lutut.
Klasifikasi
6
Gambaran fraktur terbuka tipe III. A. Tipe II; B.Tipe IIIA; C. Tipe III B; D. Tipe III
B; E. Tipe III C
7
o Trauma tak langsung (indirect)
Disebabkan gerakan eksorotasi yang mendadak dari tungkai bawah.
Karena kepala femur terikat kuat dengan ligament iliofemoral dan
kapsul sendi, mengakibatkan fraktur di daerah kolum femur. Pada
dewasa muda apabila terjadi fraktur intrakapsuler (collum femur)
berarti traumanya cukup hebat. Sedangkan kebanyakan pada fraktur
kolum ini (intrakapsuler), kebanyakan terjadi pada wanita tua (60
tahun ke atas) dimana tulangnya sudah mengalami osteoporotic.
Trauma yang dialami oleh wanita tua ini biasanya ringan (jatuh
kepleset di kamar mandi ).
Pada umumnya pembagian klasifikasi fraktur kolum femur berdasarkan :
a) Lokasi anatomi
b) Arah garis patah
c) Dislokasi atau tidak dari fragmennya
8
Pemeriksaan Fisik
Pada penderita muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan berat
(tabrakan ). Pada penderita tua biasanya traumannya ringan (kepleset di kamar
mandi ). Penderita tak dapat berdiri karena rasa sakit sekali pada panggul. Posisi
panggul dalam keadaan fleksi dan eksorotasi. Didapatkan juga adanya perpendekan
dari tungkai yang cedera. Paha dalam posisi abduksi dan fleksidan eksorotasi. Pada
palpasi sering ditemukan adannya hematom di panggul. Pada impacted, biasanya
penderita masih dapat berjalan disertai rasa sakit yang tak begitu hebat. Posisi
tungkai masih tetap dalam posisi netral.
Pemeriksaan radiologi
Proyeksi anteroposterior dan lateral kadang-kadang diperlukan aksial. Pada
proyeksi anteroposterior kadang-kadang tidak jelas ditemukan adanya fraktur (pada
kasus yang impacted). Untuk ini perlu dengan pemeriksaan proyeksi aksial.
Terapi
Impacted Fraktur
Pada fraktur intrakapsuler terdapat perbedaan pada daerah kolum femur
dibanding fraktur tulang di tempat lain. Pada kolum femur periosteumnya sangat
tipis sehingga daya osteogenesisnya sangat kecil,sehingga seluruh penyambungan
fraktur kolum femur boleh dikata tergantung pada pembentukan kalus endosteal.
Lagipula aliran pembuluh darah yang melewati kolum femur pada fraktur kolum
femur terjadi kerusakan. Lebih lagi terjadinya hemartrosis akan menyebabkan
aliran darah di sekitar fraktur tertekan alirannya. Maka mudah dimengerti apabila
terjadi fraktur intrakapsuler dengan dengan dislokasi akan terjadi avaskuler
nekrosis.
Penanggulangan
Impacted Fraktur
Pada fraktur,kolum femur yang benar-benar impacted dan stabil. Maka
penderita masih dapat berjalan selama beberapa hari. Gejalannya ringan, sakit
9
sedikit pada daerah panggul. Kalau impactednya cukup kuat, penderita dirawat 3-4
minggu kemudian diperbolehkan berobat jalan dengan memakai tongkat selama 8
minggu. Kalau pada X-Ray foto impacted nya kurang kuat, ditakutkan terjadi
disimpacted, penderita di anjurkan untuk operasi dipasang internal fiksasi. Operasi
yang dikerjakan untuk impacted fraktur biasanya dengan multi pin teknik
perkutaneus.
Pada fraktur kolum femur penderita tua (>60 tahun ) penanggulangannya agak
berlainan. Bila penderita tidak bersedia dioperasi atau dilakukan prinsip
penanggulangan : do nothing dalam arti tidak dilakukan tindakan internal fiksasi,
10
caranya penderita di rawat, dilakukan skin traksi 3 minggu sampai rasa sakitnya
hilang. Kemudian penderita dilatih berjalan dengan menggunakan tongkat (cruth).
Kalau penderita bersedia dilakukan operasi, akan digunakan prinsip pengobatan do
something yaitu dilakukan tindakan operasi artroplasti dengan pemasangan protese
Austine Moore.
Komplikasi
- Avaskular nekrosis
- Non union
- Infeksi
Klasifikasi
Banyak klasifikasi yang dibuat oleh para ahli. Tetapi yang banyak dianut di
banyak Negara yaitu klasifikasi dari Evan-massie. Klasifikasi Evan-Massie dibagi
menjadi dua :
a) Stabil
- Garis fraktur intertrochanter-undisplaced
- Garis fraktur intertrochanter displaced menjadi varus
b) Tidak stabil
- Garis fraktur kominutiva dan displaced varus
- Garis fraktur intertrokanter dan subtrokanter
11
Gejala klinis
Biasanya penderita wanita tua dengan riwayat setelah jatuh kepleset,penderita tak
dapat jalan. Pada pemeriksaan kaki yang cedera dalam posisi eksternal rotasi.
Tungkai yang cedera lebih pendek. Pada pangkal paha sakit dan bengkak.
Pemeriksaan radiologi
Dengan proyeksi anteroposterior dan lateral dengan rontgen foto dapat ditentukan
stabil atau tidak stabil jenis patahnya.
Penanggulangan
Umumnya fraktur trokanter mudah menyambung kembali karena daerah trokanter
kaya akan avaskularisasi.
Non-Operatif
Dengan balans traksi umumnya memerlukan waktu sampai 12 sampai 16
minggu. Pada penderita yang sudah tua diatas 60 tahun penanggulanganya dengan
traksi akan menimbulkan penyulit yaitu terjadi komplikasi berupa pneumonia
hipostatik,bronkopneumonia,dekubitus, emboli paru,thrombosis arterifemoralis
untuk menghindari hal tersebut di atas dipilih cara lain dengan jalan operatif.
Teknik operasi tergantung tipe frakturnya stabil atau tidak stabil. Pada fraktur yang
tidak stabil dilakukan tindakan medialisasi menurut Dimon dan Hughston baru
dilakukan internal fiksasi diantaranya dengan Jewett nail atau angle blade plate
(Ao)
Pada tipe yang stabil, tidak perlu dilakukan medialisasi, langsung dilakukan internal
fiksasi dengan alat Jawett nail dan angle blade plate (Ao)
12
pada orang tua biasanya disebabkan oleh trauma yang ringan (jatuh kepleset). Dan
pada orang muda biasanya karena trauma dengan kecepetan.
Klasifikasi
Banyak klasifikasi yang dipakai di antaranya :
- Klasifikasi Zickel
- Klasifikasi Scinshaemer
- Klasifikasi Fielding dan magliato
Yang sederhana dan mudah dipahami adalah klasifikasi Fieldinng dan magliato.
Tipe 1 : Garis fraktur satu level dengan trokanter minor
Tipe 2 : Garis patah berada 1 2 inch di bawah dari batas atas trokanter minor
Tipe 3 : Garis patah berada 2 3 inch di distal dari batas atas trochanter minor.
Pemeriksaan Fisik
Tungkai bawah yang cedera lebih pendek dan rotasi eksternal (eksorotasi) di daerah
panggul ditemukan hematoma atau ekimosis.
Radiologi
Dibuat proyeksi anterioposterior dan lateral. Pada fraktur subtrokanter
dimana trokanternya masih utuh, biasanya kedudukan fragmen bagian atas dalam
posisi abduksi dan fleksi dan fragmen distal dalam posisi abduksi.
Abduksi karena tarikan dari otot-otot abductor. Fleksi karena tarikan otot
iliopsoas dan adduksi karena tarikan otot adductor magnus.
Penanggulangan
Dilakukan terapi non-operatif dan operatif.
Non-operatif
Dengan melakukan skeletal traksi dan system balans dengan posisi tungkai bagian
distal dibuat abduksi dan fleksi.
13
Penanggulangan ini banyak kelemahannya yaitu mordibitas lama dan mortalitas
yang lebih tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut dilakukan penanggulangan operasi.
Operatif
Dengan melakukan open reduksi dan pemasangan internal fiksasi.
Macam-macam alat untuk fiksasi, diantaranya :
- Angle blade plate (Ao)
- Jewett nail
- Sliding compression screw
- Zickel nail
Komplikasi
- Malunion
- Non Union
14
Derajat II : Lukanya lebih besar (>1cm), luka ini disebabkan karena benturan
benda dari luar
Derajat III : Lukanya lebih luas dari derajat II, lebih kotor,jaringan lunak banyak
yang ikut rusak (otot,saraf,pembuluh darah)
Pemeriksaan Fisik
Daerah paha yang patah tulangnya sangat membengkak, ditemukan tanda
functiolaesa (tungkai bawah tidak dapat diangkat). Nyeri tekan,nyeri gerak.
Tampak adanya deformitas angulasi ke lateral atau angulasi anterior,rotasi (ekso
atau endo). Tungkai bawah ditemukan adanya perpendekan tungkai. Pada fraktur
1/3 tengah femur, pada pemeriksaan harus diperhatikan pula kemungkinan adanya
dislokasi sendi panggul dan robeknya ligament dari daerah lutut. Kecuali itu juga
diperiksa keadaan saraf sciatica dan arteri dorsalis pedis.
Radiologi
Cukup dengan dua proyeksi AP dan LAT. Dalam pembuatan foto harus mencakup
dua sendi : Panggul dan lutut.
Penanggulangan
Pada fraktur femur tertutup, untuk sementara dilakukan skin traksi dengan
metode Buck extension. Atau dilakukan dulu pemakaian Thomas Splint, tungkai
ditraksi dalam keadaan ekstensi. Tujuan skin traksi adalah untuk mengurangi rasa
sakit dan mencegah kerusakan yang lebih lanjut jaringan lunak di sekitar daerah
yang patah. Setelah dilakukan traksi kulit dapat dipilih pengobatan non operatif atau
operatif.
Non-Operatif
15
Dilakukan skeletal traksi. Yang sering digunakan ialah metode perkin dan metode
balans skeletal traksi.
Metode Perkin
Digunakan apabila fasilitas peralatan terbatas. Alat yang diperlukan :
Steinman pin, Tali, Beban katrol
Penderita tidur terlentang 1-2 jari di bawah tuberositas tibia, dibor dengan
Steinman pin, dipasang staple, ditarik dengan tali. Paha ditopang dengan 3-
4 bantal. Tarikan dipertahankan sampai lebih dari 12 minggu sampai
terbentuk kalus yang cukup kuat. Sementara itu tungkai bawah dapat dilatih
untuk gerakan ekstensi dan fleksi.
Operatif
16
Pada fraktur femur 1/3 tengah sangat baik untuk dipasang intramedullary
nail. Terdapat bermacam-macam intramedullary nail untuk femur, diantaranya :
- Kuntscher nail
- Sneider nail
- Ao nail
Diantara ke tiga nail tersebut yang paling terkenal adalah kuntscher nail.
Pemasangan intramedullary nail dapat dilakukan secara terbuka dan tertutup.
Cara terbuka yaitu dengan menyayat kulit fasia sampai ke tulang yang
patah. Pen dipasang secara retrograde.
Cara tertutup yaitu dengan menyayat daerah yang patah. Pen dimasukkan
melalui ujung trokanter mayor dengan bantuan image intersifier (C.arm).
Tulang dapat di reposisi dan pen dapat masuk ke dalam fragment bagian
distal.
Keuntungan tidak menimbulkan bekas sayatan lebar dan perdarahan terbatas.
Indikasi operatif :
1) Penanggulangan non operatif gagal
2) Multipel fraktur
3) Robeknya arteri femoralis
4) Patologik fraktur
5) Orang tua
Komplikasi dini :
Yang segera terjadi dapat berupa : syok dan emboli lemak. Emboli lemak ini jaranf
terjadi
Komplikasi lambat :
- Delayed union
- Non union
- Mal union
- Kekakuan sendi lutut
- Infeksi
17
Pada non union dapat diatasi dengan tandur alih tulang spongiosa (autogenesus
cancellous bone graft). Kekakuan sendi dimana, sendi lutut terbatas gerakan (ROM
-0-60 atau <) dapat ditolong melakukan operasi pembebasan perlengkapan otot-otot
kuadriseps dan patella.
Penanggulangan
Umumnya dengan terapi non operatif akan menyambung baik. Perpendekan
kurang 2 cm masih dapat diterima karena dikemudian hari perpendekan ini
akan sama panjangnya dengan tungkai yang normal.
Hal ini dimungkinkan karena anak-anak daya remodellingnya masih tinggi.
Penanggulangan non operatif dengan traksi kulit anak berumur di bawah 3
tahun.
18
- Tali
- Plester
Mekanisme trauma
Biasanya terjadi trauma langsung dari arah samping lutut, dimana kakinya
masih terfiksir di tanah (orang sedang berjalan ditabrak mobil dari samping-
bumper fraktur)
Gaya dari samping ini menyebabkan lutut didorong sangat kuat kea rah
valgus. Hal ini menyebabkan permukaan sendi bagian lateral tibia (tibia
plateau) akan menerima beban yang sangat besar dan akhirnya menyebabkan
fraktur intraartikular atau terjadi amblasnya permukaan sendi bagian lateral
tibia.
Kemungkinan yang lain, penderita jatuh dari ketinggian yang menyebabkan
penekanan vertical pada permukaan sendi tibia. Hal ini akan menyebabkan
patah intrartikular berbentuk T atau Y.
Klasifikasi
19
Menurut Hone M. dan Moore T.M dibagi menjadi lima tipe :
a) Split fracture
b) Entire plateau fracture
c) Rim avulsion
d) Rim compression
e) Four part fracture
Gejala Klinik
Lutut yang cedera membengkak dan disertai rasa sakit. Kadang-kadang
ditemukan deformitas (varus atau valgus pada lutut)
Pada permukaan lebih aktif, gerak sendi lutut terbatas karena rasa sakit
atau adanya hemartrosis. Varus dan valgus stress test kadang positif. Hal ini
disebabkan karena fragmen tulang yang amblas atau disertai dengan
rupturnya ligament kolateral lateral atau lligament kolateral medial.
Radiologi
Cukup dengan membuat dua proyeksi anteroposterior dan lateral. Dari
gambar radiologi dapat ditentukan tipe patahnya.
Penanggulangan
Terdiri dari non operatif dan operatif.
Untuk fraktur yang tidak mengalami dislokasi dapat ditanggulangi dengan
beberapa cara, diantaranya dengan memasang :
- Verband elastic (Robert Jones teknik)
- Dengan memasang gip (long leg plaster)
- Skeletal traksi
20
Operatif
Apabila terjadi dislokasi yang cukup lebar atau apabila permukaan sendi
tibia amblas lebih dari 8 mm, dilakukan open reduksi dan dipasang internal
fiksasi dengan buttress plate dan cancellous screw.
Pada kasus dimana permukaan sendi tibia amblas,harus dilakukan
rekonstruksi,permukaan yang amblas diangkat kembali ke atas dan bekas
lubangnya diisi dengan tulang spongiosa dari tempat lain (autogenous bone
graft)
Komplikasi
1. Kekakuan sendi lutut
Hal ini disebabkan karena terjadinya perlengketan intraartikular dan
perlengketan peri-artikular. Bila terjadi hal tersebut di atas dapat
dilakukan manipulasi dengan pemberian anestesi umum.
2. Lesi dari n.poplitea
Akibat penekanan fragmen tulang atau akibat penekanan gip
3. Artritis post traumatika
Diakibatkan karena permukaan sendi yang tidak rata.
21
4. Otot fleksor
Keempat grup otot tersebut membentuk tiga kompartemen
Group I : Membentuk kompartemen anterior
Group II : membentuk kompartemen lateral
Group III : membentuk kompartemen posterior yang terdiri dari kompartemen
superficial dan kompartemen dalam.
Arteri
- Arteri tibialis anterior
- Arteri tibialis posterior
- Arteri peroneus
Saraf
- n. Tibialis anterior dan n.Peroneus untuk mensarafi otot ekstensor dan
abductor
- n. Tibialis posterior dan n.Poplitea untuk mensarafi otot fleksor dan otot
trosep surae.
Mekanisme trauma
Trauma langsung dan trauma tidak langsung
Trauma langsung-energi tinggi
Akibat kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian lebih dari 4
meter, fraktur yang terjadi biasanya fraktur terbuka.
Trauma langsung-energi rendah
Akibat cedera pada waktu olahraga. Biasanya fraktur yang terjadi
fraktur tertutup.
Trauma tidak langsung
Diakibatkan oleh gaya gerak tubuh sendiri. Biasanya berupa torsi tubuh
,kekuatan trauma disalurkan melalui sendi. Akibat yang terjadi biasanya
fraktur tibia fibula dengan garis patah spiral dan tidak sama tinggi pada
tibia di bagian distal sedang pada fibula bagian proksimal.
Klasifikasi
22
- Fraktur tertutup
- Fraktur terbuka
Fraktur terbuka
Ketentuan fraktur terbuka bila terdapat hubungan antara tulang yang patah
dengan dunia luar. Fraktur terbuka ini dibagi menjadi tiga derajat :
Derajat I : Bila terdapat hubungan dengan dunia luar,timbul luka kecil,biasanya
diakibatkan tuskan fragmen tulang dari dalam menembus luar.
Derajat II : Lukanya lebih besar (>1cm),luka ini disebabkan karena benturan
benda dari luar.
Derajat III : Lukanya lebih luasa dari derajat II,lebih kotor,jaringan lunak
banyak yang ikut rusak (0tot,saraf,pembuluh darah)
Gejala klinik
Daerah yang patah tampak bengkak. Tampak deformitas angulasi atau
endo/eksorotasi ditemukan nyeri gerak,nyeri tekan pada daerah yang patah.
Radiologi
Umumnya cukup dibuat 2 proyeksi anterior posterior dan lateral.
Penanggulangan
Fraktur tertutup dilakukan reposisi tertutup.
Imobilisasi dengan gips
Caranya : penderita tidur terlentang diatas meja periksa. Kedua lutut dalam
posisi fleksi 90 derajat, sedangkan kedua tungkai bawah menggantung di tepi
meja.Tungkai bawah yang patah ditarik kea rah bawah. Rotasi diperbaiki,
setelah tereposisi baru dipasang gips melingkar. Ada beberapa cara pemasangan
gips,yaitu :
1. Cara long leg plester :
23
Imobilisasi cara ini dilakukan dengan pemasangan gips mulai pangkal
jari kaki sampai proksimal femur dengan sendi talokrural dalam posisi
netral sedang posisi lutut dalam fleksi 20 derajat.
2. Cara Sarmiento :
Pemasangan gips dimulai dari jari kaki sampai diatas sendi talokrural
dengan molding sekitar malleolus. Kemudian setelah kering segera
dilanjutkan ke atas sampai 1 inci di bawah tuberositas tibia dengan
molding pada permukaan anterior tibia, gips dilanjutkan sampai ujung
proksimal patella. Keuntungan cara ini : kaki dapat diinjakkan lebih
cepat.
Fraktur Terbuka
Lukanya dilakukan debridement,kemudian tulang yang patah dilakukan
reposisi secara terbuka. Setelah itu dilakukan imobilisasi.
Bermacam-macam cara imobilisasi untuk fraktur terbuka :
Cara Trueta :
Luka setelah dilakuakn debridement tetap dibiarkan terbuka,tidak perlu
dijahit. Setelah tulangnya direposisi, gips dipasang langsung tanpa
pelindung kulit kecuali pada derajat SIAS,kalkaneus dan tendo Achilles.
Gips dibuka setelah berbau dan basah
Cara ini sudah ditinggalkan orang. Dahulu banyak dikerjakan pada zaman
perang
24
Cara long leg plaster :
Cara seperti ini telah diuraikan di atas. Hanya untuk fraktur terbuka dibuat
jendela setelah beberapa hari di atas luka. Dari lubang jendela ini luka
dirawat sampai sembuh.
Komplikasi
Dini :
Sindrom kompartemen
Komplikasi ini terutama terjadi pada fraktur proksima tibia tertutup
Komplikasi ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan gangguan
vaskularisasi tungkai bawah yang dapat mengancam kelangsungan
hidup tungkai bawah. Yang palin sering terjadi yaitu sindrom
kompartemen anterior.
Mekanisme : Dengan terjadi fraktur tibia terjadi perdarahan
intrakompartemen,hal ini akan menyebabkan tekanan
intrakompartemen meninggi,menyebabkan aliran balik darah vena
terganggu. Hal ini akan menyebabkan edema. Dengan adanya
edema,tekanan intrakompartemen makin meninggi sampai akhirnya
menyumbat arteri di intrakompartemen.
Gejala : rasa sakit pada tungkai bawah dan ditemukan paraestasia. Rasa
sakit akan bertambah bila jari digerakan secara pasif. Kalau hal ini
berlangsung cukup lama dapat terjadi paralise pada otot ekstensor
halusis longus,ekstensor digitorum longus dan tibial anterior.
25
Tekanan intrakompartemen dapat diukur langsung dengan cara
whitesides.
Penanganan : Dalam waktu kurang dari 12 jam harus dilakukan
fasiotomi.
Lanjut :
Malunion : Biasanya terjadi pada fraktur yang kominutiva sedang
imobilisasinya longgar,sehingga terjadi angulasi dan rotasi. Untuk
memperbaiki perlu dilakukan osteotomi.
Delayed union : Terutama terjadi pada fraktur terbuka yang diikuti
dengan infeksi atau pada fraktur yang kominutiva. Hal ini dapat diatasi
dengan operasi tandur alih tulang spongiosa.
Non union : disebabkan karena terjadi kehilangan segmen tulang tibia
disertai dengan infeksi. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan bone
grafting menurut cara papineau.
Kekakuan sendi : Hal ini disebabkan karena pemakaian gips yang terlalu
lama. Pada persendian kaki dan jari-jari biasanya terjadi hambatan
gerak. Hal ini dapat diatasi dengan fisioterapi.
26
Secara anatomi sendi pergelangan kaki,dibentuk oleh 3 tulang yaitu dari tulang
tibia,fibula dan talus. Bagian dinding medial sendi berupa tulang maelleolus
lateralis. Bagian posterior dibatasi oleh tulang tibia yang melengkun, dan
disebut maleolus posterior.
Persendian pergelangan kaki merupakan sendi yang kuat karena terdapatnya
ligament-ligamen yang menghubungkan antara tulang di daerah tersebut.
Antara maleolus medialis dengan tulang-tulang tarsal, dihubungkan oleh
ligament. Tibio kalkaneal,ligament tibia talar dan ligament tibio navikular.
Ketiga ligament tersebut disebut sebagai ligament deltoid. Antara maleolus
lateral dan tulang tarsal dihubungkan oleh ligament kalkaneofibular dan
ligament talofibular.
Antara tibia dan fibula bagian distal dihubungkan dengan
ligament,tibiofibula anterior dan posterior.
Mekanisme trauma
Apabila terjadi gaya abduksi maka akan terjadi dorongan yang mendorong
maleolus lateral. Hal ini akan menyebabkan fraktur dari maleolus lateral
setinggi permukaan sendi atau di atasnya. Sedangkan ujung maleolus medial
tertarik sangat kuat oleh ligament deltoid,menyebabkan fraktur avulse pada
ujung maleolus medialis.
Gaya adduksi : akan mendorong tulang talius pada maleolus medialis
menyebabkan fraktur maleolus medialis di atas permukaan sendi. Sedang gaya
rotasi dari kaki dapat menyebabkan fraktur kedua malleolus disertai robeknya
ligament tibiofibula bagian distal. Atau dapat disertai fraktur malleolus
posterior. Kalau terjadi robekan ligament tibiafibula bagian distal maka tulang
talus akan mengalami dislokasi kea rah lateral.
Gejala klinik
Pada fraktur pergelangan kaki penderita akan mengeluh sakit sekali dan tak
dapat berjalan. Di daerah pergelangan kaki sangat bengkak. Bila terjadi fraktur
kedua maleolus akan jelas tampak deformitas.
27
Radiologi
Umumnya dengan proyeksi anteroposterior dan lateral dapat diketahui adanya
fraktur di daerah pergelangan kaki.
Penanggulangan
Fraktur Malleolus medialis
Dapat dicoba dengan reposisi tertutup. Bila berhasil baik dipertahankan dengan
imobilisasi gips di bawah lutut selama 8 minggu. Bila hasil reposisi jelek,harus
dipikirkan kemungkinan terjadinya interposisi di periosteum antara kedua
fragmen. Untuk hal ini harus dilakukan tindakan operasi,dipasang internal
fiksasi dengan pemasangan screw.
Komplikasi
28
Kekauan sendi (ankilosis). Hal ini disebabkan karena kerusakan ligament-
ligamen , dapat diatasi dengan melakukan fisioterapi.
Mal union : Biasanya pada penanganan non operatif dimana terjadi reposisi
yang tidak tepat. Arteritis post traumatic disebabkan karena mal union.
FRAKTUR TALUS
Tulang talus merupakan salah satu tulang yang sangat penting untuk menahan dan
menyebar beban berat badan. Tulang talus sering mengalami fraktur.
Mekanisme trauma
Bisa disebabkan trauma yang tak langsung, hal ini terjadi pada penderita sewaktu
mengendarai mobil mengalami kecelakaan dengan mendadak dan sekuat tenaga
kaki menginjak pijakan rem. Posisi kaki secara mendadak dalam posisi
hiperdorsofleksi,hal ini akan menyebabkan fraktur di daerah leher talus. Atau jatuh
dari suatu ketinggian akan menimbulkan gaya tekan aksial pada tulang talus. Hal
ini akan menyebabkan fraktur di daerah korpus. Kemungkinan yang lain, sewaktu
posisi kaki dalam plantar fleksi terjadi kecelakaan dimana terjadi gaya dorong pada
metatarsal diteruskan ke tulang navikular yang akhirnya menyebabkan fraktur pada
kepala talus.
Klasifikasi
Berdasarkan lokalisasi garis patah :
- Fraktur leher talus
- Fraktur korpus talus
- Fraktur kepala talus
Pemeriksaan fisik
Mengalami kecelakaan berat (tabrakan mobil jatuh dari ketinggian). Terasa sakit
sekali di daerah pergelangan kaki dan kaki. Daerah pergelangan kaki dan kaki
sangat membengkak.
29
Radiologi
Proyeksi anterioposterior dan obliqus untuk melihat daerah korpus talus. Proyeksi
lateral untuk melihat daerah leher dan kepala talus.
Penanggulangan
Bila tidak terjadi dislokasi fragmenya, dilakukan imobilisasi dengan gips sirkuler
di bawah lutut. Gips dipertahankan + 3 bulan sampai terjadi union. Bila terjadi
dislokasi, dicoba dengan melakukan reposisi dalam narkose. Bila kedudukan
berhasil baik,dipasang imobilisasi dengan gips sirkuler di bawah lutut. Bila
kedudukan fragmennya tetap dislokasi,dilakukan operasi open reduksi difiksasi
dengan skrup.
Komplikasi
- Infeksi
- Mal union
- Avaskuler nekrosis
- Delayed union
- Artritis post traumatika
FRAKTUR KALKANEUS
Tulang kalkaneus terdiri dari tulang spongiosa,dengan korteks yang tipis. Pada
tulang kalkaneus kaya akan vaskularisasi ,maka mudah dimengerti pada fraktur
kalkaneus mudah terjadi penyembuhan.
Mekanisme trauma
Dapat disebabkan daya puntir yang akan menyebabkan terjadinya fraktur kalkaneus
ekstraartikular. Sedangkan daya tekan vertikel akibat jatuh dari ketinggian akan
menyebabkan fraktur intrartikular.
Klasifikasi
Ekstrartikular fraktur,dimana garis patahnya tidak menembus permukaan sendi
subtalar. Intraartikular fraktur, dimana garis patah menembus permukaan sendi
subtalar.
30
Pemeriksaan fisik
Rasa sakit dan nyeri tekan di daerah sinus tarsi. Bengkak pada jenis
ekstraartikular tidak begitu jelas. Penderita tak dapat bediri. Pada jenis intraartikular
pembengkakan tumit pada daerah yang patah lebih pendek.
Harus diperhatikan pula kemungkinan adanya nyeri di daerah lumbal atau
dorsolumbal. Kemungkinan adanya fraktur vertebra lumbal atau vertebra torakalis.
Hal ini penting karena menurut carve 10% dari fraktur kalkaneus diikuti oleh
fraktur vertebra lumbal atau vertebra torakal.
Radiologi
Proyeksi anteroposterior,proyeksi lateral dan proyeksi aksial
Penanggulangan
Pada jenis ekstraartikular,bila tidak terjadi dislokasi garis patahnya cukup
dilakukan imobilisasi dengan gips sirkuler dibawah lutut. Bila terjadi dislokasi
dilakukan reposisi dengan menekan fragmen yang menonjol kea rah dalam posisi
kaki dibuat equines,baru dipasang gips sirkuler di bawah lutut. Untuk jenis
intraartikular dimana permukaan sendi subtalar amblas,harus dilakukan open
reduksi. Yang amblas diangkat kembali dan daerah yang berlubang ditanam alih
tulang spongiosa,setelah itu dilakukan imobilisasi dengan gips sirkuler di bawah
lutut + 6 minggu.
Komplikasi
- Mal union
- Artritis post traumatic
31
FRAKTUR METATARSAL
Mekanisme trauma
Trauma langsung (direct), karena kejatuhan barang yang cukup berat atau karena
trauma tak langsung (indirect),hal ini dapat terjadi sewaktu kaki menginjak tanah
dengan kuat secara tiba-tiba badan melakukan gerakan putar.
Pemeriksaan fisik
Penderita mengeluh sakit di daerah pedis. Tampak pembengkakan dan ekimosis.
Pada palpasi dapat ditemukan nyeri tekan,krepitasi dan nyeri sumbu.
Radiologi
- Proyeksi anteroposterior
- Proyeksi oblique
- Proyeksi lateral
Penanggulangan
Bila fragmen fraktur tak menglami dislokasi dilakukan imobilisasi dengan
pemasangan gips sirkuler (short walking cast),dipertahankan sampai 4-6 minggu.
Bila terjadi dislokasi terutama pada kepala metatarsal kea rah plantar harus
dilakukan reposisi tertutup. Kalau gagl dilakukan open reduksi dengan pemasangan
internl fiksasi dengan Kirschner wire.
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Court-Bown CM. Fractures of the tibia and fibula. : Bucholz RW, Heckman
JD, Court-Brown CM, editors. dalam Rockwood and Greens fractures in
adults. 6th ed. New York : Lippincott Williams & Walkins; 2006. hal. 2080-
86.
2. Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apleys system of orthopaedics and
fractures. 8th ed. London : Arnold; 2001. hal. 530-40.
3. Salter RB. Textbook of disorders and injuries of the musculoskeletal
system. 3rd ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins; 1999.
hal. 415-22.
4. Wood II GW. Trauma principles. In : Canale ST, Beaty JH, editors.
Campbells operative orthopaedics. 11th ed. Philadelphia : Mosby Inc; 2007.
hal. 3025-33.
33