Anda di halaman 1dari 2

Kajian tentang Al Qur'an tidak hanya menarik perhatian sarjana muda muslim dari berbagai

belahan dunia, akan tetapi juga menarik perhatian besar dari kalangan orientalis. Pengertian
orientalis disini seperti yang dijelaskan oleh Robert D. Lee dalam bukunga yang berjudul
Overcoming Tradition and Modernity yakni para sarjana non muslim dari barat maupun timur yang
mempelajari dan meneliti tentang kebudayaan ketimur-tengahan secara khusus atau keislaman
secara umum.

Kajian orientalis terhadap Al Qur'an sudah dimulai sejak abad ke 12 masehi oleh Peter the
Venerable seorang paderi dari cluny. Ia menaru perhatian yang sangat mendalam dalam kajiannya
terhadap Islam sampai-sampai ia mengumpulkan para sarjana muda dan memberikannya masing-
masing tugas guna mengkaji lebih dalam tentang Islam. Maka muncullah karya seorang sarjana
muda dari Inggris bernama Robert Kerton pada tahun 1143 masehi yakni terjemahan Al Qur'an
dalam bahasa latin.

Dan dengan munculnya mesin percetakan serta masuknya kekuasaan Turki Utsmani kedunia barat
memberikan karya baru dalam keilmuan Islam di abad 16 masehi. Diantara karya tersebut ialah
cetakan Al Qur'an dalam huruf Arab pada tahun 1537 masehi di Venesia, dan terjemahan Al Qur'an
dalam bahasa latin oleh Robert Kerton di tahun 1543 masehi. Kemudian pada tahun 1649 masehi
diterbitkan pula terjemahan Al Qur'an dalam bahasa Inggris karya Alexander Ross seorang sarjana
berkebangsaan Skotlandia.

Memasuki abad ke 19 masehi perkembangan kajian terhadap Al Qur an oleh para orientalis
mengalamai perkembangan yang pesat. Diadakannya sayembara oleh akademi inskripsi dan sastra
paris pada tahun 1857 masehi tentang "kritik sejarah terhadap teks Al Qur'an" mengundang para
sarjana muda barat untuk saling menunjukkan keilmuan mereka dalam penelitian dunia timur.
Sayembara ini dimenangkan oleh Theodor Noldeke dengan karyanya tentang sejarah Al Qur'an,
kemudian karyanya tersebut diterbitkan di Jerman pada tahun 1860 masehi dengan judul Geshichte
des Qorans.

Memang pada awal kajiannya para orientalis memang gemar menyebutkan hal-hal yang bersifat
apologi dan polemik dengan kecenderungan menyudutkan Al Qur'an. Namun, di abad 20 masehi ini
kecendurungan mereka mengangkat topik yang bersifat apologi dan polemik berkurang. Dan kajian
tentang Al Qur'an oleh para orientalis di penghujung abad 20 masehi diwarnai dengan
terbentuknya sebuah konsorsium guna membentuk The Encyclopedoa of The Qur'an yang telah di
terbitkan pada tahun 2002 dengan dewan editor yang diketuai oleh Prof. Jane Dammer.
Kajian Al Qur'an sekarang ini tidak hanya ditujukan untuk mencari-cari kesalahan atau kecatatan di
dalam Al Qur'an sehingga menjatuhkan citra Islam di mata dunia.

Al Qur'an adalah kitab suci umat Islam yang di dalam terdapat berbagai hukum, sejarah, kisah,
ilmu pengetahuan, sains, dan sebagainya. Al Qur'an adalah sumber ilmu pengetahuan bagi umat
manusia sehingga tak ada satu ilmu pengetahuan yang terlewatkan didalam Al Qur'an, dan suatu
ilmu dapat diukur kebenarannya dengan menjadikan Al Qur'an sebagai standarnya. Al Qur'an
memuat seluruh aturan kehidupan manusia tentang berhubungan dengan Tuhan, berhubungan
dengan sesama manusia, dan berhubungan dengan lingkungan dan alam semesta. Seluruh ilmu
yang diperlukan manusia untuk menjalani kehidupannya sebenarnya ada di dalam Al Qur'an kalau
saja manusia mau mengkajinya.

Anda mungkin juga menyukai