Anda di halaman 1dari 68

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan makalah ini dapat kami selesaikan. Makalah yang
telah diselesaikan ini tentang Nyeri Kepala.

Secara umum tugas ini menjelaskan mengenai semua data hasil presentasi kelompok
tutorial A1 dalam kasus minggu ini yang kami rangkum dalam bentuk suatu makalah, sebagai
hasil pertanggungjawaban kami terhadap kasus pada minggu ini dengan Rachmalia Nuragustin
sebagai ketua kasus dengan Sabrina Andiani sebagai sekretaris kasus ini.

Dalam penulisan makalah ini penyusun banyak dibantu oleh berbagai pihak. Dalam
kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Yang terhormat dr. Octarini Prasetyowati sebagai tutor pembimbing tutorial A1


2. Serta kepada teman teman tutorial A1 yang selalu ada untuk berbagi dalam berbagai
hal.

Kami sebagai penyusun menyadari sepenuhnya berbagai kekurangan yang masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bertujuan untuk membangun dan
mengembangkan makalah ini kami terima. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Jakarta, Mei 2013

Penyusun

1
DAFTAR ISI

1. KATA PENGANTAR.1
2. DAFTAR ISI........2
3. LEARNING PROGRESS REPORT...3
4. FISIOLOGI NYERI KEPALA7
5. ANATOMI JARAS SENSORIK...10
6. PATOFISIOLOGI GANGGUAN SENSORIK.12
7. TERMINOLOGI NYERI...22
8. TENSION TYPE HEADACHE27
9. MIGRAIN..34
10. CLUSTER HEADACHE...53
11. TRIGEMINAL NEURALGIA..56
12. NYERI KEPALA SEKUNDER58
13. VERTIGO SENTRAL...59
14. ANALGETIK61
15. GANGGUAN KEPRIBADIAN66
16. DAFTAR PUSTAKA68

2
LEARNING PROGRESS REPORT

1.1. Terminologi

Terminologi yang kami dapat pada case ini, yaitu :

1. Nyeri Kepala
- Nyeri diartikan sebagai sensasi tidak menyenangkan yang melibatkan emosi dengan
atau tanpa kerusakan jaringan (Sembulingam, 2006).
- Menurut Oxford Concise Medical Dictionary, nyeri adalah sensasi tidak
menyenangkan yang bervariasi dari nyeri yang ringan hingga ke nyeri yang berat.
Nyeri ini adalah respons terhadap impuls dari nervus perifer dari jaringan yang rusak
atau berpotensi rusak (Burton, 2007).

2. Analgetik
- Obat yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit atau obat-obat
penghilang nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.

1.2. Problem
1. Apa penyebab sakit kepala pada pasien?
2. Mengapa sakitnya dirasakan didaerah tengkuk sampai dahi?
3. Apa pebedaan sakit kepala terikat dan tertekan bukan berdenyut?
4. Mengapa sakit kepala tidak disertai mual dan muntah?
5. Mengapa rasa melihat kilatan cahaya maupun mencium bau-bauan disangkal?
6. Mengapa diberi analgetik?
7. Apa hubungannya keluhan utama pasien dengan perilaku seksual suami pasien?

1.3. Hipotesis
Istri:
1. Sakit kepala
2. Vertigo
3. Stress
4. Migraine
Suami: Gangguan seksual

3
1.4. Mekanisme

Wanita
(35 tahun)

Keluhan Utama (KU) :


Sakit kepala
(sejak 2 minggu terakhir)

Riwayat Penyakit Sekarang Riwayat Penyakit Dahulu


(RPS) : (RPD):
- Sakit kepala seperti - Sering sakit kepala
terikat sejak menikah
- Kepala dan leher pegal - Meminum analgetik
- Sakit kepala dirasakan
sepanjang hari

Hipotesis :
1. Sakit kepala
2. Vertigo
3. Stress
4. Migraine

Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan Neurologi :


Kesadaran : compos mentis GCS : E4M6V5
Vital sign Mata : DBN
TD : 120/80 mmHg Motorik : DBN
HR : 90 x/menit Refleks Fisiologis : DBN
RR : 20 x/menit Refleks Patologis : DBN
Suhu : 36 C Meningeal Sign : DBN
Pemeriksaan nervus cranial : DBN
4
EEG : DBN
MRI : DBN
Pemeriksaan Laboratorium :
Hb : DBN
Ht : DBN
Leukosit : DBN
Trombosit : DBN
GDS : DBN

Diagnosis :
Tension Type Headache

Terapi :
1. Analgetik
2. Antiansietas golongan
benzodiazepine
3. Pelemas otot

1.5. More Info


1. Pemeriksaan Fisik
Vital sign : TD, HR, RR, suhu
Kepala & leher : Kepala (jejas, edema, lesi); mata (papiledema);
hidung (sinus); mulut (gigi); telinga (OMA); leher (kaku kuduk)
2. Pemeriksaan Neurologi
- Sensorik
- Motorik
- 12 nervus cranialis
- Tanda rangsang meningeal
3. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan Laboratorium: Hb, Ht, leukosit, trombosit, GDS
- CT Scan

5
- MRI
- EEG

1.6.I Dont Know (IDK) & Learning Issues (LI)


1. Fisiologi Nyeri (Nosiseptik & Neuropatik)
a. Impuls sensorik (nyeri, suhu, raba)
b. Fisiologi propiopatik & propioseptik
2. Anatomi
a. Jaras sensorik
3. Patofisiologi
a. Gangguan sensorik (positif & negatif)
4. Analgetik
5. Nyeri kepala
a. Primer
- Migraine
- Tension type headache
- Cluster headache
- Trigeminal neuralgia
b. Sekunder
6. Vertigo
a. Sentral
b. Perifer
7. Gangguan Preferensi Seksual
8. Gangguan Identitas Gender
9. Gangguan Kepribadian

6
NYERI KEPALA

Definisi

Mekanisme protektif yg dimaksudkan untuk menimbulkan kesadaran bahwa telah atau


akan terjadi kerusakan jaringan. (Fisiologi, Sherwood)

Pengalaman sensoris & emosional yg tdk menyenangkan yg berhubungan dgn kerusakan


jaringan atau potensial akan meyebabkan kerusakan jaringan. (IPD, UI)

3 kategori reseptor nyeri

Nosiseptor mekanis : berespons trhdp kerusakan mekanis (misal: tusukan,


benturan/cubitan)
Nosiseptor termal : berespons trhdp suhu yg berlebihan terutama panas
Nosiseptor polimodal : berespons trhdp semua jns rangsangan yg merusak, termasuk
iritasi zat kimia yg dikeluarkan dr jaringan yg cedera. (Fisiologi, Sherwood)

Nosiseptor

Impuls nyeri

Serat A-delta Serat C

(jalur nyeri cepat) (jalur nyeri lambat)

Disalurkan ke SSP

(Fisiologi, Sherwood)

7
Karakteristik Nyeri

Klasifikasi Nyeri

Nyeri Somatik

Nyeri pada organ non

Nyeri nosiseptifi viseral (pasca bedah,

Nyeri akibat nyeri metastatik, nyeri

perangsangan pada tulang)

nosiseptor Nyeri Viseral

Nyeri yang berasal dari organ


viseral, biasanya akibat
distensi organ yang
berongga (usus, kandung
empedu, pankreas, jantung)

8
Nyeri non-nosiseptif Nyeri Neuropatik

Nyeri akibat iritasi atau trauma pada saraf.

Nyeri sering persisten.

Nyeri psikogenik

Pasien merasa sprit terbakar, seperti nyeri yang tidak


memenuhi tersengat listrik atau kriteria nyeri somatic
alodinia & disestesia & nyeri neuropatik, & memenuhi
kriteria untuk depresi / kelainan psikosomatik. (IPD,UI)

9
JARAS NYERI

Jalur Nyeri & Perkiraan Jalur Analgesik

10
11
GANGGUAN SENSORIK

Gejala sensorik diklasifikasikan dalam 5 gol:

Anestesia (hilang perasaan kalau dirangsang)


Hiperestesia (perasaan terasa berlebihan jika dirangsang)
Parestesia (perasaan yang timbul scr spontan, tanpa ada rangsangan)
Nyeri
Gerakan yg canggung serta simpang siur

Gangguan
Sensorik

Gangguan Gangguan
sensorik negatif: sensorik positif:
Anestesia & nyeri
parestesia

Gangguan Sensorik Negatif

Hemishipestesia : hipestesia yang dirasakan sesisi tubuh saja


Hipestesia alternans : hipestesia pada belahan wajah ipsilateral terhadap lesi yang
bergandengan dengan hipestesia pada belahan badan kontralateral terhadap lesi.
Hipestesia tetraplegik : hipestesia pada seluruh tubuh kecuali kepala & wajah.
Hipestesia selangkangan / saddle hypesthesia : hipestesia pada daerah kulit selangkangan.
Hemihipestesia sindrom Brown Sequard : hemihipestesia pada belahan tubuh
kontralateral terhadap hemilesi di medula spinalis.
Hipestesia perifer : hipestesia pada kawasan saraf perifer yang biasanya mencakup bagian
- bagian beberapa dermatoma.

12
Sindrom defisit sensorik

Sindrom trombosis serebri


Sindrom Wallenberg
Siringobulbi
Sindrom tetraplegia atau paraplegia
Sindrom Brown sequard
Sindrom radikulopatia
Lesi di pleksus brakialis
Sindrom neuritis/neuropatia

13
Gangguan sensorik positif

Jar. Peka nyeri Jar. Tak peka nyeri

Jar. subkutan Trhdp tekanan & zat kimia iritatif

-
Otot Trhdp tekanan, sayatan, & zat
kimia iritatif
-

Fasia & tendon Trhdp tusukan dgn jarum, tekanan


& zat kimia iritatif

Kartilago persendian Selaput sinoviannya sangat peka tdk peka nyeri


nyeri trhdp rangsang mekanik &
kimiawi

Enamel gigi Dentin & pulpa peka trhdp Tdk peka nyeri
perubahan suhu & osmolalitas

Pembuluh darah Trhdp perangsangan mekanik &


kimiawi iritatif

Otak & leptomeninges Trhdp stimulasi listrik, kauterisasi /


pensayatan

14
Serabut saraf Trhdp tusukan jarum, pensayatan,
sensorik/campuran pemanasan & zat kimia
sensorik-motorik

Pleura parietal, Trhdp tusukan jarum, pergesekan


peritoneum parietal & & zat kimia iritatif
bagian2 perikardium
parietal
Paru, ati, limpa, & Trhdp pensayatan, tekanan &
ginjal kauterisasi

Miokardium Trhdp zat kimia iritatif

Esofagus Tdk peka nyeri

Pelvis renalis, Trhdp pemotongan, penjepitan,


kauterisasi, & bhn kimia iritatif
ureter, basis

kandung kemih &

uretra
Testis Trhdp penekanan

15
Korpus uteri Tdk peka nyeri

Sumber nyeri

Nyeri neuromuskuloskeletal non-neurogenik : nyeri yang dirasakan pada anggota


gerak
Contohnya : artralgia, mialgia, & entesialgia
Berupa peradangan bakterial, imunologik, non-infeksi, perdarahan & maligna
Jika proses lokalnya tidak dapat terlihat, dapat dilihat dengan adanya nyeri tekan
& nyeri gerak pasif & aktif
Nyeri neuromuskuloskeletal neurogenik : nyeri akibat iritasi langsung terhadap serabut
sensorik perifer.
Mempunyai 2 ciri khas: (1) nyerinya menjalar sepanjang kawasan distal saraf yg
bersangkutan & (2) penjalaran nyeri berpangkal pd bagian saraf yg mengalami
iritasi.
Serabut sensorik perifer menyusun radiks posterior, saraf spinal, pleksus, fasikel
& segenap saraf perifer. Contoh: nyeri yang timbul akibat iritasi di radiks
posterior dinamakan nyeri radikular.
Nyeri radikular : nyeri yg berpangkal pd tulang belakang tertentu &
menjalar sepanjang kawasan dermatomal radiks posterior yg
bersangkutan.
Nyeri radikular pd spondilitis tuberkulosa.

Sering mengenai salah satu korpus vertebrae diantara T4 T7 disebut


nyeri interkostal

16
Jika tdk terdiagnosa, maka proses tuberkulosa akan berjalan terus &
korpus vertebrae akan hancur, menimbulkan girus angular yg jelas
& mengakibatkan kompresi medula spinalis.
Nyeri radikular pd spondilosis : deformitas pd tl.belakang, akibat proses
menua, faktor kturunan & faktor eksogenik yg berkaitan dgn pekerjaan &
riwayat penyakit osteofit & sklerosis
Osteofit yg menyempitkan ruang foramen intervertebrale dpt
mengganggu saraf sensorik & motorik membangkitkan nyeri
radikular & melumpuhkan suatu miotom yg bersangkutan.
Nyeri radikular pd hernia nukleus purposus (HNP) : menembusnya nukleus
pulposus ke dlm kanalis vertebralis akibat degenerasi anulus fibrosus
korpus intervertebral
Brakialgia : nyeri yg terasa menjalar sepanjang lengan

Akibat lesi iritatif di radiks posterior C4 T1 / akibat lesi iritatif pd pleksus


brakialis/pd fasikulus yg merupakan pangkal dr saraf perifer dr lengan.
Berupa peradangan (rematik), trauma, neoplasma, aneurisma, fraktur
tulang, dll. Jenis - jenisnya: (1) neuritis pleksus brakialis, (2) sindrom
Pancoast, (3) sindrom thoracic outlet

1) Neuritis pleksus brakialis

Gambaran penyakit
a. Stlh masuk angin atau flu/tonsilitis, faringitis, rematik,
leher terasa sakit & kaku
b. Nyeri tekan & nyeri gerak dirasakan pd bagian samping
leher
c. Bila kepala diputar/dimiringkan ke sisi yg tdk sakit, maka
nyeri yg bersifat ngilu2 dirasakan menjalar

17
2) Sindrom Pancoast
Yg mendasari adlh tumor di apeks paru, yg merupakan lesi iritatif &
paralitik trhdp fasikuli pleksus brakialis, saraf interkostal, ganglion
stelatum & rangkaian saraf simpatetik.
Gambaran penyakit : nyeri yg terasa terus-menerus di daerah bahu yg
menjalar sepanjang lengan pd kawasan sensorik n.ulnaris. Pd tahap
lanjut akan terjadi atrofi otot2 intrinsik tangan.

3) Sindrom thoracic outlet

Gejala utamanya: brakialgia


Komposisi manifestasinya tdk berbeda dgn sindrom Pancoast, tetapi
rasa nyerinya berbeda.
Sindrom pancoast, nyeri & parestesia menjalar dr bahu ke lengan &
terus menerus. Sedangkan, sindrom thoracic outlet, nyeri hanya terasa
pd sikap2 tertentu saja.

4) Iskialgia : nyeri yg terasa sepanjang n. iskiadikus & lanjutannya


sepanjang tungkai.

o Timbul akibat perangsangan serabut - serabut sensorik yg berasal dr


radiks posterior L4 S3.
o Jenis iskialgia: (1) iskialgia akibat lesi iritatif trhdp serabut radiks, (2)
iskialgia akibat entrapment neuritis, (3) iskialgia akibat neuritis primer.
o Iskialgia akibat lesi iritatif trhdp serabut sensorik
o Lesi trsbt dpt berupa HNP, osteofit pd spondilosis servikal, herpes
zooster ganglion spinale L4 / L5 / S1, dll.
o Nyerinya sprti sakit gigi/nyeri nod2an sprti bisul mau pecah/ linu nyeri
hebat yg dirasakan dr tulang belakang sekitar lumbosakralis,&
menjalar menurut perjalanan n. iskiadikus ke n.peroneus komunis & n.
tibialis

18
Iskialgia akibat entrapment neuritis
Disebabkan krn infiltrasi sel - sel sarkoma retroperitoneal,
sakroilitis, buritis m.piriformis

Iskialgia akibat neuritis primer


Gejala utama: nyeri yg dirasakan bertolak dr daerah antara
sakrum & sendi panggul, tepatnya di foramen
infrapiriforme/insisura iskiadika & menjalar sepanjang
perjalanan n.iskiadikus & lanjutannya pd n.tibialis &
n.peroneus komunis

Patofisiologi Somestesia

Gejala sensorik dapat diklasifikasikan dalam 5 golongan:

1. Hilang perasaan kalau dirangsang (anestesia).


2. Perasaan terasa berlebihan jika dirangsang (hiperestesia).
3. Perasaan yang timbul secara spontan, tanpa adanya perangsangan (parestesia).
4. Nyeri.
5. Gerakan canggung serta simpang siur.

Anestesia dapat terjadi kalau reseptor impuls motorik protopatik musnah atau penghantar
perifer dan sentralnya terhalang atau terputus.
Hiperestesia jika impuls motorik protopatik atau serabut saraf perifer atau lintasan
spinotalamiknya mengalami gangguan sehingga ambang rangsangnya menurun.
Parestesia gangguan perangsangan protopatik yang timbul spontan, tanpa perangsangan
khusus/terasanya perasaan pd daerah permukaan tubuh tertentu tanpa dibangkitkan oleh
perangsangan khusus dari dunia luar.

Macam-macam gangguan somestesia bisa berupa:

1. Gangguan sensorik negatif (contoh: Anestesia dan parestesia)


2. Gangguan ssensork positif (contoh: nyeri)

Gangguan sensorik negatif

Merupakan manifestasi sindrom neurologik atau bisa disebut juga sebagai defisit sensorik
Pola defisit :

19
Hemihipestesia
Hipestesia alternans
Hipestesia tetraplegik
Hipestesiaparaplegik

Hemihipestesia

- Dirasakan sesisi tubuh saja


- Terjadi karena korteks sensorik primer tidak menerima impuls sensorik dan belahan kontralateral
- Merupakan gejala utama atau gejala pengiring penyakit peredaran darah serebral (CVD=
cerebrovaskular disease)
- Biasanya karena infark akibat sumbatan arteria lentikulostriata

Hipestesia Alternans

- Hipestesia pd sebelah wajah ipsilateral terhadap lesi yang bergandengan dengan hipestesia pada
belahan badan (=bagian tubuh dibawah krpala) kontra lateral terhadap lesi.
- Lesi menduduki kawasan jaras spinotalamikus dan traktus spinalis nervi trigemini di medula
oblongata.

Hipestesia tetraplegik

- Hipestesia pada seluruh tubuh kecuali kepala dan wajah


- Timbul akibat lesi transversal yang memotong medula spinalis ditingkat servikal
- Jika lesi menduduki segmen medula spinalis dibawah tingkat T1 hipestesia paraplegik

Hipestesia selangkangan

- Atau disebut juga Saddle Hypestesia

- Ialah hipestesia pada kulit selangkangan


- Lesi yang mengakibatkan merusak kauda ekuina

Hemihipestesia sindrom Brown Squard

- Hemihipestesia pada belahan tubuh kontralateral terhadap hemilesi di medula spinalis

Hemihipestesia atau hipestesia dermatomal

- Terjadi akibat lesi di radiks posterior.


- Dimana daerah yang hipestetik dipersarafi oleh serabut-serabut radiks posterior yang terkena lesi.

Hipestesia perifer

20
- Hipestesia pada kawasan saraf perifer yang biasanya mencakup bagian-bagian beberapa
dermatom

Sindrom defisit sensorik

Defisit sensorik dapat menjadi salah satu si sindroma atau manifestasi tunggal suatu
proses patologik. Defisit sensorik ikut menyusun suatu gambaran penyakit, seperti:

1. Defisit sensorik pada sindroma trombosis serebri


2. Defisit sensorik pada sindroma Wallenberg
3. Defisit sensorik siringobulbi
4. Defisit sensorik pada sindrom tetraplegia atau paraplegia
5. Defisit sensorik pada sindrom Brown Squard
6. Defisit sensorik pd sindrom radikulopatia
7. Defisit sensorik akibat lesi di pleksus brakialis
8. Defisit sensorik pada sindrom neuritis/neuropatia

Gangguan sensorik positif

Berupa nyeri
Perangsangan yang menghasilkan nyeri bersifat destruktif terhadap jaringan yang dilengkapi
dengan serabut saraf penghantar impuls nyeri (jaringan peka rangsang)
Bentuk nyeri tergantung bagaimana seseorang menghayati nyeri, jenis jaringan yang dirangsang,
jenis serta sifat perangsangan

Jaringan peka nyeri

Jaringan subkutan
Otot
Fasia dan tendon
Pembuluh darah
Serabut saraf sensorik atau campuran sensorik-motorik
Pleura parietal
Miokardium
Testis
Pelvis renalis, ureter, basis kandung kemih dan uretra

Jaringan tak peka nyeri

Kartilago persendian
Enamel gigi
Otak dan leptomeninges
Paru, ati, limpah, dan ginjal
Esofagus
Usus sehat

21
TERMINOLOGI NYERI

Alodinia Nyeri yg dirasakan pasien akibat rangsangan noksius, yg pd orang normal


tdk merasakannya. Cnth:nyeri neuropatik, neuralgia pasca herpetik,
sindrom nyeri regional kronik & neuropati perifer lainnya.
Hiperpatia Nyeri yg berlebihan, ditimbulkan oleh rangsangan berulang
Disestesi Parestesi yg nyeri. Misalnya:pd neuropati perifer alkoholik, neuropati
diabetik di tungkai

Parestesi Rasa seperti tertusuk jarum/titik2 yg dapat timbul spontan/dicetuskan,


misalnya ketika saraf tungkai tertekan.
Hipoestesi Turunnya sensitivitas trhdp rangsangan nyeri
Analgesia Hilangnya sensasi nyeri pd rangsangan nyeri yg normal
Anestesia dolorosa Nyeri yg timbul di daerah yg hipoestesi/daerah yg didesensitasi
Neuralgia Nyeri yg timbul di sepanjang distribusi suatu persarafan
Nyeri Tabetik Salah satu bentuk nyeri neuropatik yg timbul sbg komplikasi dr sifilis
Nyeri sentral Nyeri yg berasal dr otak atau medula spinalis, misalnya pd pasien stroke
atau pasca trauma spinal. Nyeri terasa seperti terbakar & lokasinya sulit di
deskripsikan
Nyeri pindah Nyeri yg dirasakan di tempat lain, bukan ditmpt kerusakan jaringan yg
menyebabkan nyeri. Misal :pd infark miokard yg dirasakan di bahu kiri
(referred pain)
atau nyeri akibat kolesistitis yg dirasakan di bahu kanan
Nyeri Fantom Nyeri yg dirasakan pd bagian tubuh yg baru diamputasi;pasien merasakan
seolah2 bagian yg diamputasi itu masih ada
Nyeri akut Nyeri yg timbul segera stlh rangsangan & hilang setelah penyembuhan
Nyeri kronik Nyeri yg menetap slm >3bln walaupun proses penyembuhan sudah
selesai.

22
Klasifikasi nyeri

Berdasarkan sumbernya

Cutaneus/ superfisial, yaitu nyeri yang mengenai kulit/ jaringan subkutan. Biasanya
bersifat burning (seperti terbakar)

cnth: terkena ujung pisau atau gunting

Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament, pemb. Darah,
tendon dan syaraf, nyeri menyebar & lbh lama drpd cutaneus

cnth: sprain sendi

Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dlm rongga abdomen, cranium dan
thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot, iskemia, regangan jaringan

Perbedaan karakteristik nyeri kronik & akut

Akut

Lamanya dalam hitungan menit


Ditandai peningkatan BP, nadi, dan respirasi
Respon pasien : Fokus pada nyeri, menyetakan nyeri menangis dan mengerang
Tingkah laku menggosok bagian yang nyeri

Kronik

Lamanya sampai hitungan bulan, > 6bln


Fungsi fisiologi bersifat normal
Tidak ada keluhan nyeri
Tidak ada aktifitas fisik sebagai respon terhadap nyeri

Pengukuran Nyeri

23
Pengukuran nyeri scr kategorikal
Pengukuran nyeri scr nummerikal
Visual Analogue Scale
Pengukuran nyeri scr multi-dimensional
Pengukuran nyeri menggunakan alat elektromekanikal/alat mekanis

24
Penatalaksanaan dgn obat - obatan

Obat - obatan untuk nyeri ringan-sedang


1. Aspirin
2. Asetaminofen
3. AINS

Obat - obatan untuk nyeri sedang-berat


1. Morfin Sulfat
2. Metadon
3. Kodein
4. Meperidin
Obat - obatan adjuvant untuk mengontrol nyeri
1. KortikosteroidDexametason
2. AntikonvulsiFenitoin, carbamazepin
3. Antidepressanamitriptilin
4. Anestesi lokalBupivacaine

Penatalaksanaan dengan metode yang lain

Blok saraf
Injeksi pd sendi
Terapi stimulasi
Program managemen nyeri & bantuan psikologi
Pembedahan

25
26
TENSION TYPE HEADACHE

Definisi

TTH merupakan penyakit dengan gejala klinis yang paling banyak dikeluhkan pasien
rawat jalan di klinik saraf atau klinik dokter umum. Beberapa penelitian mengindikasikan
sebagai faktor pencetus dan komorbid yang banyak dijumpai.

Epidemiologi

TTH adalah jenis yang terbanyak dari jenis nyeri kepala primer.Pada penelitian
Rasmussen dkk untuk jenis TTH, 59% dari populasi pernah mengalami beberapa kali serangan
perbulannya dari 3%-nya mengalami TTH kronik, wanita lebih banyak dari pria (1,5 : 1)

Klasifikasi

1) TTH episodik yang infrekuen

a. TTH infrekuen yang berhubungan dengan nyeri tekan perikranial

b. TTH infrekuen yang tidak berhubungan dengan nyeri tekan perikranial

2) TTh episodik yang frekuen

a. TTh episodik yang frekuen berhubungan dengan nyeri tekan perikranial

b. TTH episodik yang frekuen tidak berhubungan dengan nyeri tekan perikranial

3) TTH Kronik (CTTH)

a. CTTH yang berhubungan dengan nyeri tekan perikranial

b. CTTH yang tidak berhubungan dengan nyeri tekan perikranial

4) Probable TTH

27
a. Probable TTH episodik yang infrekuen

b. Probable TTH yang frekuen

c. Probable CTTH

Kriteria Diagnostik

1. TTH episodik yang infrekuen

A. Paling sedikit terdapat 10 episode serangan dengan rata-rata < 1 hari/bulan (< 12
hari/tahun) dan memenuhi kriteria B-D
B. Nyeri kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari
C. Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas:
1. Lokasi bilateral
2. Menekan/meningkat (tidak berdenyut)
3. Intensitasnya ringan dan sedang
4. Tidak diperberat oleh aktifitas rutin seperti berjalan atau naik tangga
D. Tidak didapatkan
1. Mual atau muntah
2. Lebih dari satu keluhan: fotofobia atau fonofobia
E. Tidak berkaitan dengan kelainan lain

2. TTH episodik yang infrekuen berhubungan dengan nyeri tekan perikranial

A. Memenuhi kirteri A-E dari TTH episodik yang infrekuen


B. Nyeri tekan perikranial meningkat pada palpasi manual

3. TTH episodik yang infrekuen tidak berhubungan dengan nyeri tekan perikranial

A. Memenuhi kriteria A-E dari TTH episodik yang infrekuen


B. Nyeri tekan perikranial tidak meningkat

28
*Pericranial tenderness (nyeri tekan perikranial) = nyeri tekan pada otot perikranial (otot frontal,
temporal, masseter, strenokleidomastoid, splenius dan trapezius) pada waktu palpasi manual
yaitu dengan menekan secara keras dengan gerakkan kecil memutar oleh jari-jari tangan kedua
dan ketiga pemeriksa. Hal ini merupakan tanda yang paling signifikan pada pasien TTH

4. TTH episodik yang frekuen

A. Paling tidak terdapat 10 episode serangan dalam 1-15 hari/bulan selama paling tidak 3
bulan (12-180 hari/tahun) dan memenuhi kriteria B-D
B. Nyeri kepala berlangsung selama 30 menit sapai 7 hari
C. Nyeri kepala yang memiliki paling tidak 2 dari karakteristik berikut:
1. Lokasinya bilateral
2. Menekan/mengikat/ tidak berdenyut
3. Intensitas ringan atau sedang
4. Tidak betambah berat dengan aktifitas fisik yang rutin seperti berjalan atau naik
tangga
D. Tidak didapatkan
1. Mual atau muntah
2. Fotofobia atau fonofobia secara bersamaan
E. Tidak berkaitang dengan penyakit lain

5. TTH episodik yang frequent berhubungan dengan nyeri tekan perkranial

A. Termasukdalam kriteria A-E dari TTH episodik yang frekuen


B. Meningkatnya nyeri tekan perikranial pada palpasi normal

6. TTH episodik yang frekuen tidak berhubungan dengan nyeri tekan perikranial

29
A. Termasuk dalam kriteris A-E dari TTH episodik yang frekuen
B. Nyeri tekan perikranial tidak meningkat

7. CTTH

A. Nyeri kepala timbul 15 hari/bulan. Berlangsung > 3 bulan ( 180 hari/tahun) dan juga
memenuhi kriteria B-D
B. Nyeri kepala berlangsung selama beberapa jam atau terus menerus
C. Nyeri kepala memiliki paling tidak 2 karakteristik berikut:
1. Lokasi bilateral
2. Menekan/mengikat (tidak berdenyut)
3. Ringan atau sedang
4. Tidak memperberat dengan aktifitas fisik yang rutin
D. Tidak didapatkan:
1. Lebih dari satu: Fotofobia, fonofobia atau mual yang ringan
2. Mual yang sedang atau berat, maupun muntah
E. Tidak ada kaitan dengan penyakit lain

8. CTTH yang berhubungan dengan nyeri tekan perikranial

A. Nyeri kepala yang memenuhi dalam kriteria A_E dari CTTH


B. Nyeri tekan perikranial yang meningkat pada palapsi manual

9. CTTH yang tidak berhubungan dengn nyeri tekan perikranial

A. Nyeri tekan yang memenuhi kriteris A-E dari CTTH


B. Nyeri tekan perikranial tidak meningkat

10 Probable TTH

30
Penderita yang memenuhi satu dari kelompk-kelompok kirteria ini

Terapi

Pokok strategi penanganan TTH

1. Diagnosis meurut kriteria HIS


2. Pengenalan diferensial diagnosis
3. Terapi farmakologik dan non-farmakologik
Penderita CTTH bisa sangat sulit disembuhkan terutama jika diikuti dengan komplikasi
medication overuse, comorbid psychiatry, low frustation Tolerance dan dependesi maupun
emosionla

Tindakan yang utama adalah:

1. Eksklusikan kemungkinan suatu nyeri kepala sekunder

2. Pastikan diagnosis spesifik nyeri kepala primer

3. Identifikasipenyakit komorbid medis klinis maupun psikiatrisnya

4. Terangkan sebaik-baiknya pada pasien bahwa penyakitnya akan ditangani secara serius

Pasien diberikan pendidikan dan motivasi mengenai pengobatan preventif dan washing period
elimintaion untuk pasien yang drug overuse,biasanya pasien drug overuse tidak responsif
terhadap pengobatan akut maupun preventif pada masa 2-10 minggu seusdah proses eliminasi
obat

A. Terapi Farmakologi

A. I. Pada serangan akut tidak boleh melebihi 2 kali/minggu

31
1. Analgetik: Ibuprofen 800 mgr/hari, acetaminofen 1000 mgr/harri, aspirin 1000 mgr/hari,
naproxen 660-760 mgr/hari, diclofenac 50-100 mg/hari
2. Coofein (nalgetik ajuvan) 65 mg
3. Kombinasi: 325 mg aspirin,acetaminophen + 40 mg caffein
4. Muscle Relaxant
Contoh: cyclobenzapine, chlorzoxazone, orphenadine citrat, eperison hidrochloride,
carisoprodol, metexolone. Muscle relaxant seperti golongan diazepam justru kurang
direkomendasikan karena sifat potensial yang habituasinya terhadap kondisi seperti
CTTH

A.II Untuk akut dan kronik

1. Anti-depresan

Sebaiknya pemilihan obat menurut ada tidaknya gangguan tidur pada pasien, jika pasien
tidak ada gangguan tidur sebaiknya dipakai anti depresan yang non-sedatif seperti: fluksetine,
bupropion, nefadozon, desipramin, sentralin, venlafaxin, prtriptilin. Sedangkan pada pasien yang
mengeluhkan insomnia bsia dipakai: amitryptiline, notriptiline, trimipramine doxepin,
imipramine, trazodone

Penggunaan antidepresan, terutama jenis triskilkik (amitriptilin) sering diteliti sebagai


terapeutik maupun sebagai pencegaan TTH .adache, obat ini mempunyai efek analgetika dengan
cara mengurangi fiting rate of trigeminal nucleus caudatus.

2. Anti-ansietas

Bermanfaat untuk pengobatan akut dan preventid terutama dengan komorbid ansietas.
Golongan benzodiazepin

3. Botulinum A Botox

Diberikan di tempat nyeri tekan. Diberikan dengan dosis 2 unit. Dosis maksimal 50 100 U

32
B. Terapi non-farmakologi

1. Terapi Behavior

Manajemen stress, terapi relaksasi

2. Terapi Fisik

1. Latihan psotur dan posisi


2. massage, ultra sound, manual terapi, kompres panas/dingin
3. Traksi
4. Akupuntur dan TENS (transcutaneous electrical stimulation)

3. Terapi Psikologis

Penjelasan tentang penyakit untuk menenangkan pasien

33
MIGRAIN

Nyeri kepala merupakan keluhan yang sering dikeluhkan oleh pasien. Salah satu keluhan
tersebut adalah nyeri kepala sebelah atau yang dikenal sebagai migren. 30-40 % penduduk
USA pernah mengalami nyeri kepala hebat pada masa hidupnya, dimana nyeri tegang otot dan
migraine menduduki peringkat nomor satu.

Migren merupakan penyakit yang sering terjadi di masyarakat baik mulai dari anak-anak
sampai dewasa, akan tetapi jarang setelah umur 40 tahun. Diperkirakan 9% dari laki-laki, 16%
dari wanita, dan 3-4% dari anak-anak menderita migren. Dua perseratus dari kunjungan baru di
unit rawat jalan penyakit saraf menderita nyeri kepala migren.

Migren merupakan nyeri kepala primer. Nyeri kepala biasanya terasa berdenyut di satu
sisi kepala (unilateral) dengan intensitas sedang sampai berat dan bertambah dengan aktivitas.
Dapat disertai mual dan atau muntah atau fonofobia dan fotofobia Banyaknya dan frekuensi
serangan sangat beraneka-ragam, dari tiap hari sampai satu serangan per minggu atau bulan.1
Meski belum diketahui pasti penyebabnya, migrain diperkirakan terjadi akibat adanya
hiperaktivitas impuls listrik otak yang meningkatkan aliran darah di otak dan mengakibatkan
terjadinya pelebaran pembuluh darah otak serta proses inflamasi (peradangan). Pelebaran dan
inflamasi ini menyebabkan timbulnya nyeri dan gejala lain, seperti mual. Semakin berat
inflamasi yang terjadi, semakin berat pula migrain yang diderita. Faktor genetik umumnya sangat
berperan pada timbulnya migren.

Nyeri kepala ini merupakan penyakit yang sering menyebabkan disabilitas, di lain pihak
sampai saat ini tampaknya belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan migren kecuali
hanya usaha mengendalikan serangan nyeri kepala ini. Diagnosis yang akurat, memberi
penerangan mengenai penyakitnya, berusaha menenangkan pasien serta memberi perhatian dan
mengajak pasien bekerja sama dalam mengenal gejala dini dan gejala migren pada umumnya
serta tindakan penanggulangannya merupakan bagian dari penatalaksanaan migren yang dapat
menurunkan angka morbiditas pasien.

34
DEFINISI

Migren adalah serangan nyeri kepala berulang, dengan karakteristik lokasi unilateral,
berdenyut dan frekuensi, lama serta hebatnya rasa nyeri yang beraneka ragam.2,3,5Blau
mengusulkan definisi migren sebagai berikut nyeri kepala yang berulang-ulang dan berlangsung
2-72 jam dan bebas nyeri antara serangan nyeri kepalanya harus berhubungan dengan gangguan
visual atau gastrointestinal atau keduanya.

EPIDEMIOLOGI

Pada pubertas sampai dewasa insiden migraine lebih banyak pada wanita.2
Prevalensi migraine tertinggi pada kelompok umur 25-55 tahun (usia produktif), memuncak
menjelang awal 30-40 tahun dan menurun menjelang usia 50 tahun.
Berdasarkan status sosial ekonomi, di AS, dilaporkan prevalensi migraine berkaitan dengan
pendapatan rumah tangga dan tingkat pendidikan, dimana pada pendapatan dan tingkat
pendidikan yang lebih tinggi prevalensi migraine cenderung lebih rendah.

Dampak sosial migraine diukur dalam skala ekonomi, yang secara langsung yaitu
besarnya biaya pelayanan kesehatan, sedangkan dampak tidak langsung diukur dari hari tidak
masuk kerja dan tingkat produktifitas. Dampak individual diukur dari frekuensi dan beratnya
serangan. Kualitas hidup terkait kesehatan pada penderita migraine lebih rendah daripada orang
yang tidak menderita migraine.

KLASIFIKASI

Klasifikasi migren menurut International Headache Society (IHS):

1. Migrain tanpa aura (common migraine)

Nyeri kepala selama 4-72 jam tanpa terapi. Sekurang-kurangnya 10 kali serangan. Pada anak-
anak kurang dari 15 tahun, nyeri kepala dapat berlangsung 2-48 jam.

Nyeri kepala minimal mempunyai dua karakteristik berikut ini:

35
Lokasi unilateral

Kuafitas berdenyut

Intensitas sedang sampai berat yang menghambat aktivitas sehari-hari

Diperberat dengan naik tangga atau aktivitas fisik rutin.

Selama nyeri kepala, minimal satu dari gejala berikut muncul:

Mual dan atau muntah

Fotofobia dan fonofobia

Minimal terdapat satu dari berikut:

Riwayat dan pemeriksaan fisik tidak mengarah pada kelainan lain.

Riwayat dan pemeriksaan fisik mengarah pada kelainan lain, tapi telah disingkirkan dengan
pemeriksaan penunjang yang memadai (mis: MRI atau CT Scan kepala)

2.Migrain dengan aura (classic migraine)

- Terdiri dari empat fase yaitu: fase prodromal, fase aura, fase nyeri kepala dan fase postdromal.
- Aura dengan minimal 2 serangan

- Terdapat minimal 3 dari 4 karakteristik sebagai berikut :

36
Satu gejala aura atau lebih mengindikasikan disfungsi CNS fokal (mis: vertigo, tinitus,
penurunan pendengaran, ataksia, gejala visual pada hemifield kedua mata, disartria, diplopia,
parestesia, paresis, penurunan kesadaran)

Gejala aura timbul bertahap selama lebih dari 4 menit atau dua atau lebih gejala aura
terjadi bersama-sama

Tidak ada gejala aura yang berlangsung lebih dari 60 menit; bila lebih dari satu gejala
aura terjadi, durasinya lebih lama

Nyeri kepala mengikuti gejala aura dengan interval bebas nyeri kurang dari 60 menit,
tetapi kadang-kadang dapat terjadi sebelum aura.

- Sekurang-kurangnya terdapat satu dari yang tersebut dibawah ini :

Riwayat dan pemeriksaan fisik tidak mengarah pada kelainan lain.

Riwayat dan pemeriksaan fisik mengarah pada kelainan lain, tapi telah disingkirkan
dengan pemeriksaan penunjang yang memadai (mis: MRI atau CT Scan kepala)

ETIOLOGI DAN FAKTOR PENCETUS

Sampai saat ini belum diketahui dengan pasti faktor penyebab migren, di duga sebagai
gangguan neurobiologis, perubahan sensitivitas sistim saraf dan avikasi sistem trigeminal-
vaskular, sehingga migren termasuk dalam nyeri kepala primer.

Diketahui ada beberapa faktor pencetus timbulnya serangan migren yaitu:

1. Menstruasi

Biasa pada hari pertama menstruasi atau sebelumnya/ perubahan hormonal.


Beberapa wanita yang menderita migren merasakan frekuensi serangan akan meningkat saat
masa menstruasi. Bahkan ada diantaranya yang hanya merasakan serangan migren pada saat
menstruasi. Istilah menstrual migraine sering digunakan untuk menyebut migren yang terjadi

37
pada wanita saat dua hari sebelum menstruasi dan sehari setelahnya. Penurunan kadar estrogen
dalam darah menjadi biang keladi terjadinya migren.

2. Kafein

Kafein terkandung dalam banyak produk makanan seperti minuman ringan, teh, cokelat, dan
kopi. Kafein dalam jumlah sedikit akan meningkatkan kewaspadaan dan tenaga, namun bila
diminum dalam dosis yang tinggi akan menyebabkan gangguan tidur, lekas marah, cemas dan
sakit kepala.

3. Puasa dan terlambat makan

Puasa dapat mencetuskan terjadinya migren oleh karena saat puasa terjadi pelepasan hormon
yang berhubungan dengan stress dan penurunan kadar gula darah. Hal ini menyebabkan
penderita migren tidak dianjurkan untuk berpuasa dalam jangka waktu yang lama.

4. Makanan misalnya akohol, coklat, susu, keju dan buah-buahan.

Cokelat dilaporkan sebagai salah satu penyebab terjadinya migren, namun hal ini dibantah oleh
beberapa studi lainnya yang mengatakan tidak ada hubungan antara cokelat dan sakit kepala
migren. Anggur merah dipercaya sebagai pencetus terjadinya migren, namun belum ada cukup
bukti yang mengatakan bahwa anggur putih juga bisa menyebabkan migren. Tiramin (bahan
kimia yang terdapat dalam keju, anggur, bir, sosis, dan acar) dapat mencetuskan terjadinya
migren, tetapi tidak terdapat bukti jika mengkonsumsi tiramin dalam jumlah kecil akan
menurunkan frekuensi serangan migren. Penyedap masakan atau MSG dilaporkan dapat
menyebabkan sakit kepala, kemerahan pada wajah, berkeringat dan berdebar debar jika
dikonsumsi dalam jumlah yang besar pada saat perut kosong. Fenomena ini biasa disebut
Chinese restaurant syndrome. Aspartam atau pemanis buatan yang banyak dijumpai pada
minuman diet dan makanan ringan, dapat menjadi pencetus migren bila dimakan dalam jumlah
besar dan jangka waktu yang lama.

5. Cahaya kilat atau berkelip.

38
Cahaya yang terlalu terang dan intensitas perangsangan visual yang terlalu tinggi akan
menyebabkan sakit kepala pada manusia normal. Mekanisme ini juga berlaku untuk penderita
migren yang memiliki kepekaan cahaya yang lebih tinggi daripada manusia normal. Sinar
matahari, televisi dan lampu disko dilaporkan sebagai sumber cahaya yang menjadi faktor
pencetus migren.

6. Psikis baik pada peristiwa duka ataupun pada peristiwa bahagia (stress).

7. Banyak tidur atau kurang tidur.

Gangguan mekanisme tidur seperti tidur terlalu lama, kurang tidur, sering terjaga tengah malam,
sangat erat hubungannya dengan migren dan sakit kepala tegang, sehingga perbaikan dari
mekanisme tidur ini akan sangat membantu untuk mengurangi frekuensi timbulnya migren.
Tidur yang baik juga dilaporkan dapat memperpendek durasi serangan migren.

8. Faktor herediter

9. Faktor kepribadian

GEJALA DAN TANDA

1. Jenis nyeri kepala berdenyut-denyut adalah khas untuk menunjukan nyeri kepala vaskuler,
selain itu terasa tertusuk-tusuk atau kepala mau pecah.

2. Migren merupakan nyeri kepala episodik berlangsung selama 5 20 jam tetapi tidak lebih dari
72 jam

3. Puncak nyeri 1-2 jam setelah awitan dan berlangsung 6 36 jam.

4. Waktu terjadinya migren dapat muncul sewaktu-waktu baik siang maupun malam, tetapi
sering kali mulai pada pagi hari.

39
5. Lokasi migren sering bersifat unilateral (satu sisi) biasanya pada daerah frontal, temporal,
namun suatu saat dapat menyeluruh.

6. Nyeri berdenyut dari migren sering ditutupi oleh perasaan nyeri yang bersifat terus menerus.

7. Gejala yang menyertai migren adalah

o Mual, muntah, dan anoreksia.

o Gejala visual baik yang positif dan negatif.

o Gejala hemiferik.

1. Hemiparesis

2. Parestesia

3. Gangguan berbahasa.

4. Gangguan batang otak:

8. Aktivitas bekerja memperberat terjadinya migren.

9. Migren mereda apabila dipakai untuk istirahat, menghindari cahaya dan tidur.

Migren merupakan suatu penyakit kronis, bukan sekedar sakit kepala. Secara umum
terdapat 4 fase gejala, meskipun tak semua penderita migren mengalami keempat fase ini.
Keempat fase tersebut adalah : fase prodromal, aura, serangan, dan postdromal.

A. Fase Prodromal

Fase ini terdiri dari kumpulan gejala samar / tidak jelas, yang dapat mendahului serangan
migren. Fase ini dapat berlangsung selama beberapa jam, bahkan dapat 1-2 hari sebelum
serangan. Gejalanya antara lain:

40
o Psikologis : depresi, hiperaktivitas, euforia (rasa gembira yang berlebihan), banyak bicara
(talkativeness), sensitif / iritabel, gelisah, rasa mengantuk atau malas.
o Neurologis : sensitif terhadap cahaya dan/atau bunyi (fotofobia & fonofobia), sulit
berkonsentrasi, menguap berlebihan, sensitif terhadap bau (hiperosmia)
o Umum : kaku leher, mual, diare atau konstipasi, mengidam atau nafsu makan meningkat,
merasa dingin, haus, merasa lamban, sering buang air kecil

B. Aura

Umumnya gejala aura dirasakan mendahului serangan migren. Secara visual, aura
dinyatakan dalam bentuk positif atau negatif. Penderita migren dapat mengalami kedua jenis
aura secara bersamaan.Aura positif tampak seperti cahaya berkilauan, seperti suatu bentuk
berpendar yang menutupi tepi lapangan pengelihatan. Fenomena ini disebut juga sebagai
scintillating scotoma (scotoma = defek lapang pandang). Skotoma ini dapat membesar dan
akhirnya menutupi seluruh lapang pandang. Aura positif dapat pula berbentuk seperti garis-garis
zig-zag, atau bintang-bintang.

Aura negatif tampak seperti lubang gelap/hitam atau bintik-bintik hitam yang menutupi
lapangan pengelihatannya. Dapat pula berbentuk seperti tunnel vision; dimana lapang pandang
daerah kedua sisi menjadi gelap atau tertutup, sehingga lapang pandang terfokus hanya pada
bagian tengah (seolah-seolah melihat melalui lorong).

Beberapa gejala neurologis dapat muncul bersamaan dengan timbulnya aura. Gejala-
gejala ini umumnya: gangguan bicara; kesemutan; rasa baal; rasa lemah pada lengan dan tungkai
bawah; gangguan persepsi penglihatan seperti distorsi terhadap ruang; dan kebingungan
(confusion).

C. Fase Serangan

Tanpa pengobatan, serangan migren umumnya berlangsung antara 4-72 jam. Migren
yang disertai aura disebut sebagai migren klasik. Sedangkan migren tanpa disertai aura
merupakan migren umum (common migraine).

41
Gejala-gejala yang umum adalah:

1. Nyeri kepala satu sisi yang terasa seperti berdenyut-denyut atau ditusuk-tusuk. Nyeri
kadang-kadang dapat menyebar sampai terasa di seluruh bagian kepala

2. Nyeri kepala bertambah berat bila melakukan aktivitas

3. Mual, kadang disertai muntah

4. Gejala gangguan pengelihatan dapat terjadi

5. Wajah dapat terasa seperti baal / kebal, atau semutan

6. Sangat sensitif terhadap cahaya dan bunyi (fotofobia dan fonofobia)

7. Wajah umumnya terlihat pucat, dan badan terasa dingin

8. Terdapat paling tidak 1 gejala aura (pada migren klasik), yang berkembang secara
bertahap selama lebih dari 4 menit. Nyeri kepala dapat terjadi sebelum gejala aura atau pada saat
yang bersamaan.

D. Fase Postdromal

Setelah serangan migren, umumnya terjadi masa prodromal, dimana pasien dapat merasa
kelelahan (exhausted) dan perasaan seperti berkabut.

PATOFISIOLOGI

Dulu migren oleh Wolff disangka sebagai kelainan pembuluh darah (teori vaskular).
Sekarang diperkirakan kelainan primer di otak. Sedangkan kelainan di pembuluh darah sekunder.
Ini didasarkan atas tiga percobaan binatang2:1. Penekanan aktivitas sel neuron otak yang
menjalar dan meluas (spreading depression dari Leao)

42
Teori depresi yang meluas Leao (1944), dapat menerangkan tumbuhnya aura pada migren
klasik. Leao pertama melakukan percobaan pada kelinci. Ia menemukan bahwa depresi yang
meluas timbul akibat reaksi terhadap macam rangsangan lokal pada jaringan korteks otak.
Depresi yang meluas ini adalah gelombang yang menjalar akibat penekanan aktivitas sel neuron
otak spontan. Perjalanan dan meluasnya gelombang sama dengan yang terjadi waktu kita
melempar batu ke dalam air. Kecepatan perjalanannya diperkirakan 2-5 mm per menit dan
didahului oleh fase rangsangan sel neuron otak yang berlangsung cepat. Jadi sama dengan
perjalanan aura pada migren klasik.

Percobaan ini ditunjang oleh penemuan Oleson, Larsen dan Lauritzen (1981). dengan
pengukuran aliran darah otak regional pada penderita-penderita migren klasik. Pada waktu
serangan migren klasik, mereka menemukan penurunan aliran darah pada bagian belakang otak
yang meluas ke depan dengan kecepatan yang sama seperti pada depresi yang meluas. Mereka
mengambil kesimpulan bahwa penurunan aliran darah otak regional yang meluas ke depan
adalah akibat dari depresi yang meluas.

Terdapat persamaan antara percobaan binatang oleh Leao dan migren klinikal, akan tetapi
terdapat juga perbedaan yang penting, misalnya tak ada fase vasodilatasi pada pengamatan pada
manusia, dan aliran darah yang berkurang berlangsung terus setelah gejala aura. Meskipun
demikian, eksperimen perubahan aliran darah memberi kesan bahwa manifestasi migren terletak
primer di otak dan kelainan vaskular adalah sekunder.

Sistem trigemino-vaskular

Pembuluh darah otak dipersarafi oleh serat-serat saraf yang mengandung. substansi P
(SP), neurokinin-A (NKA) dan calcitonin-gene related peptid (CGRP).

43
Semua ini berasal dari ganglion nervus trigeminus sesisi SP, NKA. dan CGRP
menimbulkan pelebaran pembuluh darah arteri otak. Selain ltu, rangsangan oleh serotonin
(5hydroxytryptamine) pada ujung-ujung saraf perivaskular menyebabkan rasa nyeri dan
pelebaran pembuluh darah sesisi.

Seperti diketahui, waktu serangan migren kadar serotonin dalam plasma meningkat. Dulu
kita mengira bahwa serotoninlah yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah pada fase
aura. Pemikiran sekarang mengatakan bahwa serotonin bekerja melalui sistem trigemino-
vaskular yang menyebabkan rasa nyeri kepala dan pelebaran pembuluh darah. Obat-obat anti-
serotonin misalnva cyproheptadine (Periactin) dan pizotifen (Sandomigran, Mosegor)
bekerja pada sistem ini untuk mencegah migren

lnti-inti syaraf di batang otak

Inti-inti saraf di batang otak misalnya di rafe dan lokus seruleus mempunyai hubungan
dengan reseptor-reseptor serotonin dan noradrenalin.

44
Juga dengan pembuluh darah otak yang letaknya lebih tinggi dan sumsum tulang daerah
leher yang letaknya lebih rendah. Rangsangan pada inti-inti ini menyebabkan vasokonstriksi
pembuluh darah otak sesisi dan vasodilatasi pembuluh darah di luar otak. Selain itu terdapat
penekanan reseptor-reseptor nyeri yang letaknya lebih rendah di sumsum tulang daerah leher.
Teori ini menerangkan vasokonstriksi pembuluh darah di dalam otak dan vasodilatasi pembuluh
darah di luar otak, misalnya di pelipis yang melebar dan berdenyut.

Faktor pencetus timbulnya migren dapat dibagi dalam faktor ekstrinsik dan faktor
intrinsik. Faktor ekstrinsik, misalnya ketegangan jiwa (stress), baik emosional maupun fisik atau
setelah istirahat dari ketegangan, makanan tertentu, misalnya buah jeruk, pisang, coklat, keju,
minuman yang mengandung alkohol, sosis yang ada bahan pengawetnya. Lain-lain faktor
pencetus seperti hawa terlalu panas, terik matahari, lingkungan kerja yang tak menyenangkan,
bau atau suara yang tak menyenangkan. Faktor intrinsik, misalnya perubahan hormonal pada
wanita yang nyeri kepalanya berhubungan dengan hari tertentu siklus haid. Dikatakan bahwa
migren menstruasi ini jarang terdapat, hanya didapatkan pada 3 dari 600-700 penderita.
Pemberian pil KB dan waktu menopause sering mempengaruhi serangan migren.
Mual dan muntah mungkin disebabkan oleh kerja dopamin atau serotonin pada pusat muntah di

45
batang otak (chemoreseptor trigger zone/ CTZ). Sedangkan pacuan pada hipotalamus akan
menimbulkan fotofobia. Proyeksi/pacuan dari LC ke korteks serebri dapat mengakibatkan
oligemia kortikal dan mungkin menyebabkan penekanan aliran darah, sehingga timbulah aura7.
Pencetus (trigger) migren berasal dari:

1. Korteks serebri: sebagai respon terhadap emosi atau stress,

2. Talamus: sebagai respon terhadap stimulasi afferen yang berlebihan: cahaya yang
menyilaukan, suara bising, makanan,

3. Bau-bau yang tajam,

4. Hipotalamus sebagai respon terhadap 'jam internal" atau perubahan "lingkungan"


internal (perubahan hormonal),

5. Sirkulasi karotis interna atau karotis eksterna: sebagai respon terhadap vasodilator,
atau angiografi.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Banyak dokter yang meminta suatu serial pemeriksaan darah untuk pemeriksaan penyakit
kelenjar gondok, anemia atau infeksi yang dapat menyebabkan sakit kepala. Kadang-kadang
diperlukan pemeriksaan sken otak seperti computed tomographic scan (CT-scan) atau magnetic
resonance imaging (MRI) untuk menepis gangguan otak yang serius. Jika dicurigai adanya
aneurisma pembuluh darah otak, perlu dilakukan pemeriksaan angiogram.

Untuk mendiagnosis migren tidak selalu mudah, terutama pada pasien-pasien yang
memiliki gejala yang tidak jelas. Elektroensefalogram (EEG) dilakukan untuk mengukur
aktivitas kerja otak. EEG ini dapat mengidentifikasi suatu malfungsi saraf otak, tetapi tidak dapat
menunjukkan secara tepat masalah yang menyebabkan suatu sakit kepala.

Termografi, suatu teknik percobaan yang sedang dikembangkan untuk mendiagnosis


sakit kepala dan menjanjikan untuk menjadi alat klinis yang berguna dikemudian hari. Pada
termografi, sebuah kamera infra merah akan mengubah temperatur kulit menjadi suatu gambar

46
yang berwarna atau suatu termogram dengan berbagai warna yang berbeda sebagai akibat tingkat
pemanasan yang berbeda.

Temperatur kulit ini dipengaruhi oleh aliran darah. Para saintis menemukan termogram
pada pasien-pasien yang menderita sakit kepala menunjukkan pola panas yang berbeda sangat
menyolok dari mereka yang tidak pernah atau jarang mengalami sakit kepala.

DIAGNOSIS

Tidak ada pemeriksaan khusus untuk mendiagnosis migren. Untuk menentukan sakit
kepala yang diklasifikasikan sebagai migren adalah setelah dilakukan pencatatan riwayat
penyakit (anamnesis) dan pemeriksaan fisik yang lengkap. Dokter akan menanyakan penderita
mengenai gejala-gejala yang dialaminya. Misalnya berapa sering sakit kepala terjadi, lokasi nyeri
kepala, lamanya dan gejala lainnya yang timbul sebelum, selama atau setelah sakit kepala
tersebut. Perlu suatu catatan harian yang mencatat karakteristik dari sakit kepala tersebut yang
dihubungkan dengan gaya hidup, diet, menstruasi dan penggunaan obat.

PENATALAKSANAAN

Penatalaksaan migrain secara garis besar dibagi atas mengurangi faktor resiko, terapi
farmaka dengan memakai obat dan terapi nonfarmaka. Terapi farmaka dibagi atas dua kelompok
yaitu terapi abortif (terapi akut) dan terapi preventif (terapi pencegahan), walau pada terapi
nonfarmaka juga dapat bertujuan untuk abortif dan pencegahan. Terapi abortif merupakan
pengobatan pada saat serangan akut yang bertujuan untuk meredakan serangan nyeri dan
disabilitas pada saat itu dan menghentikan progresivitas.

Pada terapi preventif atau profilaksis migrain terutama bertujuan untuk mengurangi
frekwensi, durasi dan beratnya nyeri kepala

1. Mengurangi faktor risiko/pencetus

- Stres dan kecemasan

- Kurang atau telalu banyak tidur, perubahan jadwal seperti jetlag.

47
- Hipoglikemia (terlambat makan)

- Kelelahan

- Perubahan hormonal seperti haid, obat hormonal

Kadar estrogen yang berfluktuasi dapat dilakukan dengan menghentikan pil KB atau obat-obat
pengganti estrogen

- Diet

Menghindari makanan tertentu cukup membantu pada 25-30% penderita migrain. Secara
umum, makanan yang harus dihindari adalah: MSG, beberapa minuman beralkohol (anggur
merah, prot, sherry, scotch, bourbon), keju (Colby, Roquefort, Brie, Gruyere, cheddar, bleu,
mozzarella, Parmesan, Boursault, Romano), coklat, dan aspartame.

Diet dilakukan selama 1 bulan. Apabila setelah 1 bulan gejala tidak membaik, berarti
modifikasi diet tidak bermanfaat. Apabila makanan menjadi pencetus gejala, maka jenis
makanan tersebut harus diidentifikasi dengan cara menambahkan satu jenis makanan sampai
gejala muncul. Sebaiknya dibuat diari makanan selama mengidentifikasi makanan apa yang
menjadi pencetus migrain, karena beberapa jenis makanan dapat langsung menimbulkan gejala
(anggur merah, MSG), sementara makanan lain baru menimbulkan gejala setelah 1 hari (coklat,
keju).

2. Terapi farmaka migrain

Terapi Abortif

Pada terapi abortif dapat diberikan analgesia nonspesifik yaitu analgesia yang dapat diberikan
pada kasus nyeri lain selain nyeri kepala, dan atau analgesia spesifik yang hanya bekerja sebagai
analgesia nyeri kepala. Secara umum dapat dikatakan bahwa terapi memakai analgesia
nonspesifik masih dapat menolong pada migrain dengan intensitas nyeri ringan sampai sedang.

48
Pada kasus sedang sampai berat atau berespons buruk dengan OAINS pemberian analgesia
spesifik lebih bermanfaat.

Domperidon atau metoklopramid sebagai antiemetik dapat diberikan saat serangan nyeri kepala
atau bahkan lebih awal yaitu pada saat fase prodromal. Fase prodromal migrain dihubungkan
dengan gangguan pada hipotalamus melalui neurotransmiter dopamin dan serotonin. Pemberian
antiemetik akan membantu penyerapan lambung di samping meredakan gejala penyerta seperti
mual dan muntah. Kemungkinan timbulnya efek samping antiemetik seperti sedasi dan
parkinsonism pada orang tua patut diperhatikan.

Analgesik nonspesifik

Yang termasuk analgesia nonspesifik adalah asetaminofen (parasetamol), aspirin dan obat anti
inflamasi nonsteroid (OAINS). Pada umumnya pemberian analgesia opioid dihindari.

Beberapa obat OAINS yang telah diteliti diberikan pada migrain antara lain adalah:

- Diklofenak.

- Ketoprofen

- Ibuprofen.

- Naproksen.

- Golongan fenamat.

Ketorolak IM membantu pasien dengan mual atau muntah yang berat. Kombinasi antara
asetaminofen dengan aspirin atau OAINS serta penambahan kafein dikatakan dapat menambah
efek analgetik, dan dengan dosis masing-masing obat yang lebih rendah diharapkan akan
mengurangi efek samping obat. Mekanisme kerja OAINS pada umumnya terutama menghambat
enzim siklooksigenase sehingga sintesa prostaglandin dihambat.

Pasien diminta meminum obatnya begitu serangan migrain terasa. Dosis obat harus
adekuat baik secara obat tunggal atau kombinasi. Apabila satu OAINS tidak efektif dapat dicoba

49
OAINS yang lain. Efek samping pemberian OAINS perlu dipahami untuk menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan. Pada wanita hamil hindari pemberian OAINS setelah minggu ke 32
kehamilan. Pada migrain anak dapat diberikan asetaminofen atau ibuprofen.

TERAPI PROFILAKSIS

Terapi preventif harus selalu diminum tanpa melihat adanya serangan atau tidak.
Pengobatan dapat diberikan dalam jangka waktu episodik, jangka pendek (subakut) atau jangka
panjang (kronis). Terapi episodik diberikan apabila faktor pencetus nyeri kepala dikenal dengan
baik sehingga dapat diberikan analgesia sebelumnya. Terapi preventif jangka pendek berguna
apabila pasien akan terkena faktor risiko yang telah dikenal dalam jangka waktu tertentu seperti
pada migrain menstrual. Terapi preventif kronis akan diberikan dalam beberapa bulan bahkan
tahun tergantung respons pasien. Biasanya diambil patokan minimal dua sampai tiga bulan.
- Indikasi:

Penyakit kambuh beberapa kali dalam sebulan

Penyakit berlangsung terus menerus selama beberapa minggu atau bulan

Penyakit sangat mengganggu kuafitas/gaya hidup penderita

Adanya kontra indikasi atau efek samping yang tidak dapat ditoleransi terhadap terapi
abortif.

Kecenderungan pemakaian obat yang berlebih pada terapi abortif.


- Terapi profilaksis lini pertama: calcium channel blocker (verapamil), antidepresan trisiklik
(nortriptyline), dan beta blocker (propanolol)

- Terapi profilaksis lini kedua: methysergide, asam valproat, asetazolamid.


- Mekanisme kerja obat-obat tersebut tidak seluruhnya dimengerti. Diduga obat tersebut
menghambat pelepasan neuropeptida ke dalam pembuluh darah dural melalui efek antagonis
pada reseptor 5-HT2. Satu jenis obat profilaksis tidak lebih efektif daripada obat yang lain. oleh

50
karena itu, bila tidak ada kontraindikasi, verapamil lebih sering digunakan pada awal terapi
karena efek sampingnya paling minimal dibandingkan yang lain.

- Apabila dizziness tidak dapat dikontrol dengan satu obat, gunakan jenis obat yang lain. Bila
dizziness sudah terkontrol, obat diberikan terus menerus selama minimal 1 tahun (kecuali
methysergide yang memerlukan interval bebas obat selama 3-4 minggu pada bulan ke-6 terapi).
Obat dapat diberikan ulang pada tahun berikutnya apabila dizziness muncul lagi setelah terapi
dihentikan.

Nama Obat Dosis_


Propranolol 40-240 mg/hari
Nadolol 20-160 mg/hari
Metoprolol 50-100 mg/hari
Timolol 20-60 mg/hari
Atenolol 50-100 mg/hari
Amitriptilin 10-200 mg/hari
Nortriptilin 10-150 mg/hari
Fluoksetin 10-80 mg/hari
Mirtazapin 15-45 mg/hari
Valproat 500-1500 mg/hari
Topiramat 50-200 mg/hari
Gabapentin 900-3600 mg/hari
Verapamil 80-640 mg/hari
Flunarizin 5-10 mg/hari
Tabel 2. Terapi farmaka pencegahan migraine

TERAPI NONFARMAKA

Walaupun terapi farmaka merupakan terapi utama migren, terapi nonfarmaka tidak bisa
dilupakan. Pada kehamilan terapi nonfarmaka bahkan diutamakan. Terapi nonfarmaka dimulai

51
dengan edukasi dan menenangkan pasien (reassurance). Pada saat serangan pasien dianjurkan
untuk menghindari stimulasi sensoris berlebihan. Bila memungkinkan beristirahat di tempat
gelap dan tenang dengan dikompres dingin. Menghindari faktor pencetus mungkin merupakan
terapi pencegahan yang murah.

Intervensi terapi perilaku (behaviour) sangat berperan dalam mengatasi nyeri kepala yang
meliputi terapi cognitive-behaviour, terapi relaksasi serta terapi biofeedback dengan memakai
alat elektromiografi atau memakai suhu kulit atau pulsasi arteri temporalis. Olahraga terarah
yang teratur dan meningkat secara bertahap umumnya sangat membantu. Beberapa penulis
mengusulkan terapi alternatif lain seperti meditasi, hipnosis, akupunktur dan fitofarmaka. Pada
migrain menstrual dapat dianjurkan mengurangi garam dan retensi cairan.

52
CLUSTER HEADACHE

Cluster headache adalah nyeri kepala hebat yang periodic, unilateral dan biasanya
terlokalisir di orbita, berlangsung singkat (15menit-2jam) tanpa gejala prodromal.

Sinonim : sefalgia histaminic (teori Horton), eritroprosofalgia, neuralgia migrenosa

Epidemiologi :

Laki-laki lima kali lebih banyak dari perempuan, dan kebanyakan menderita serangan pertama
pada usia 20-40tahun

Etiologi :

Penyebab yang mendasarinya tidak sepenuhnya dipahami

Faktor predisposisi:

Factor pemicu utama adalah alcohol, selain itu stress, perubahan cuaca dan serangan hay fever,
kekurangan oksigen (misalnya didaerah pegunungan)

Gejala dan tanda:

- Tipe periodic
Serangan singkat 1-3 kali sehari selama 4-8 minggu diikuti oleh interval bebas nyeri yang
lamanya rata-rata 1 tahun
- Nyeri : konstan, tidak berdenyut , tajam dan menusuk
- Lokasi nyeri : unilateral, biasanya terlokalisir di orbita dan selalu pada sisi yang sama
- Lamanya nyeri : beberapa menit sampai beberapa jam (15 -180 menit)
- Nyeri kepala sering terjadi pada malam hari sehingga penderita terbangun dari tidurnya,
berjalan bolak-balik, gelisah dan tidak mampu dudukdiam. Puncaknya penderita bisa
bunuh diri.
- Biasanya pengulangan terjadi disisi yang sama
- Disisi yang sama , terdapat pula;

53
Kemerahan pada pipi (flushing) , lakrimasi , hidung tersumbat, rhinorreah (lender cair
dihidung)

Pathogenesis :
Pathogenesis nyeri kepala klaster belum diketahui. Namun banyak teori yang menjelaskan
pathogenesis dari penyakit ini, antara lain
- Patofisiologi dasar diperkirakan adalah system vascular trigeminus, jalur akhir bersama ,
dengan nyeri dipicu secara siklik oleh suatu pemicu sentral yang terganggu.
- Mekanisme histaminergik dan humoral diperkirakan mendasari gejala otonom yang
terjadi bersamaan dengan nyeri kepala ini.

Pemeriksaan
- Anamnesa
- Pemeriksaan fisik
Ditemukan lakrimasi , palpebra edema, conjungtiva hiperemis , rhinorrea
- Pemeriksaan tambahan
CT-scan , namun gambarannya normal

Dasar diagnose :
- Nyeri kepala hebat
- Unilateral diorbita, supraorbita
- Berlangsung 15-180 menit, frekuensi 1-8 kali sehari
- Lakrimasi, pipi flushing ,hidung tersumbat disisi yang sama dengan nyeri kepala.

Penatalaksanaan
- Obat vasokonstriktor;
Orgotmin tartat : 2x1 mg sebelum tidur
- Antagonis serotonin
Metisergid : 4-8 mg sehari dalam dosis terbagi (sekitar 3 bulan)
Litium Karbonat ; 300 mg, 3-4 kali sehari, jika metisergid tidak efektif
Predmison ; 20-40 mg sehari

54
- Inhalasi oksigen murni, 7 liter/menit selama 10-15 menit, dapat menghilangkan serangan
akut.

Diagnose differensial
- Kronis paroxysmal hemicranias (CPH) : serangan lebih singkat (beberapa detik saja)
- Migrain

Prognosis
Serangan-serangan nyeri dapat diperingan atau dihindari dengan memprhatikan factor-fkator
pencetus

55
TRIGEMINAL NEURALGIA

Definisi : Nyeri pada nervus trigeminus, yang menghantarkan rasa nyeri menuju ke wajah.

Trigeminal Neuralgia merupakan suatu keadaan yg mempengaruhi N. V, nervus kranialis


terbesar. Dicirikan dgn suatu nyeri yg muncul mendadak, berat, seperti sengatan listrik, / nyeri
yg menusuk-nusuk, biasanya pd satu sisi rahang / pipi. Pada beberapa penderita, mata, telinga,
atau langit-langit mulut dpt pula terserang. Pada kebanyakan penderita, nyeri berkurang saat
malam hari, / pada saat penderita berbaring.

Etiologi : Idiopatik (belum diketahui atau masih kontroversial).

Gambaran Klinis :

Unilateral (satu sisi wajah saja)


Berlangsung dlm beberapa detik sampai semenit.
Onset & penghentian yang mendadak
Terbatas pada distribusi satu / lebih divisi dari saraf trigeminal
Ditimbulkan oleh rangsangan sepele mencuci, mencukur, merokok, berbicara,
menyikat gigi (faktor pencetus)
Nyeri kepala ringan seperti ditusuk
Nyeri kepala sedang seperti kena setrum listrik
Nyeri kepala berat seperti ditembak, seperti ada kawat di sepanjang wajah
Hilang timbul
Mata, telinga, atau langit-langit mulut dapat pula terserang
Nyeri berkurang saat malam hari atau saat berbaring
Serangan paroksismal nyeri sepersekian detik sampai 2 menit
Tidak ada defisit neurologis

Patogenesis :

Kompresi pembuluh darah (vena atau arteri) di pintu masuk saraf trigeminal ke dalam pons

56
Menghasilkan demielinasi saraf trigeminal fokal

Klasifikasi Neuralgia Trigeminal :

Dibedakan dari nyeri wajah idiopatik (atipikal), serta kelainan lain yg menyebabkan nyeri
kranio-fasial, yaitu :

1. Neuralgia Trigeminal Tipikal


2. Neuralgia Trigeminal Atipikal
3. Neuralgia karena Multipel Sklerosis
4. Neuralgia Trigeminal Sekunder
5. Neuralgia Trigeminal Pasca Trauma
6. Failed Neuralgia Trigeminal

Penatalaksanaan Trigeminal Neuralgia :

Karbamazepin
Suntikan Lokal
Operasi

Mekanisme Kerja Karbamazepin :

Menghambat channel sodium / Na menghambat depolarisasi


Menghambat transmisi sinyal pada nukleus trigeminal menghilangkan nyeri
Anti-aritmia
Relaksasi otot
Anti-kolinergik
Perbaikan psikis

57
NYERI KEPALA SEKUNDER

1. PENINGKATAN TIK

Adanya tumor, yaitu terjadi saat bangun / membangunkan pasien pd saat tidur, diperberat
saat bersin, mengejan, membungkuk, angkat beban.
Tanda-tanda neurologis (-)
Harus dilakukan CT-Scan utk menyingkirkan hipotesis adanya massa di intrakranial,
seperti tumor

2. HIPERTENSI INTRAKRANIAL IDIOPATIK BENIGNA

Umumnya pd wanita muda obesitas


Nyeri kepala pd pagi hari, muntah, kadang ggn penglihatan
Adanya papilledema bilateral
CT Scan otak dpt menyingkirkan lesi massa & memperlihatkan ukuran ventrikel normal
Terapi : Kortikosteroid (tappering off)

3. IRITASI MENINGEAL (MENINGISMUS)

Muntah
Fotofobia
Kaku kuduk
Perdarahan subaraknoid onset tiba-tiba & hebat, pasien dpt kehilangan kesadaran
Pada meningitis bakterial terjadi perburukan dlm hitungan menit / jam

4. ARTRITIS GIANT CELL

Terjadi penyempitan lumen pembuluh darah yg dpt teroklusi dgn trombus


Etiologi = infeksi virus / autoimun
Nyeri kepala non-spesifik, tetapi terlokalisasi di daerah pelipis
Nyeri tekan saat menyisir rambut
Nyeri saat mengunyah
Terapi : hidrokortison iv

58
VERTIGO SENTRAL

Vertigo sentral adalah vertigo yang disebabkan penyakit system saraf pusat

Etiologi :
- Vaskuler
- Degenerative
- Tumor
- Trauma
- Ketidakseimbangan didalam otak, khususnya dibagian saraf keseimbangan yaitu
percabanagn otak , cerebellum

Gejala dan tanda:


- Derajat vertigo ringan
- Bangkitan vertigo lambat
- Tidak ada pengaruh gerakan kepala, gejala otonom, gangguan pendengaran dan
mual/muntah
- Sifat vertigo ; melayang , hilang kesadaran , hilang keseimbangan
- Vertigo dicetuskan oleh gerakan vobjek visual. Dan situasi pencetus seperti keramaian ,
kemacetan

Pemeriksaan :

- Pemeriksaan fisik
Dengan manuver nylen-barany /maneuver-Hallpike (untuk membangkitkan vertigo dan
nistagmus) didapatkan
Vertigo : ringan
Masa laten : tidak ada
Nistagmus : tidak berkurang atau mereda walaupun maneuver berulang-ulang
- Pemeriksaan tambahan
Lab rutin : darah , urin

59
Rontgen tengkorak , leher
CT scan , MRI

Penatalaksanaan :
- Kausal
- Simptomatik
Obat antivertigo : dimenhidrinat , 25-50 mg setiap 6 jam, oral / IV
Difenhidramin ; 25-50 mg setiap 6 jam
Prometazin, 25 mg setiap 6 jam, oral
- Terapi rehabilitative
Latihan vestibuler; melatih mata dan otot, melatih meningkatkan keseimbangan dan lain-
lain
Maneuver epley ; pengobatan sederhana

Prognosis : Dapat sembuh sendiri, dengan latihan rehabilitatif .

60
ANALGETIK

Analgetik adalah senyawa yang dapat menekan fungsi sistem saraf secara selektif. Digunakan
untuk mengurangi rasa sakit tanpa mempengaruhi kesadaran. Analgetik bekerja dengan
meningkatkan nilai ambang persepsi rasa sakit.

Macam-macam analgetik

Terdapat 3 kelompok obat nyeri:

1. Analgesik nonopioid
2. Analgesik opioid
3. Antagonis dan agonisopioid

Bisa juga diobati dengan kelompok keempat obat disebut adjuvan atau koanalgesik

Analgesik nonopioid

Sangat efektif untuk penatalaksanaan nyeri sampai sedang terutama Asetaminofen (Tylenol) dan
OAINS (obat antiinflamasi non steroid)

OAINS

Tersedia dengan berbagai macam efek antipiretik, analgesik, dan antiinflamasi (kecuali
asetominofen) yang paling sering digunakan : Asam asetilsalisilat (aspirin) dan ibuprofen
(motrin, advil)

INDIKASI : sangat efektif untuk mengatasi nyeri akut derajat ringan, penyakit meradang kronik
seperti artritis, dan nyeri akibat kanker yang ringan.

MEKANISME KERJA: mengganggu mekanisme transduksi nosiseptor aferen primer dengan


menghambat sintesis Prostaglandin

Perkembangan OAINS tipe baru brdrs. Pemahaman mengenai kelas siklooksigenase (COX)
utama:

61
COX-1 scr konstitutif diekspresikan untuk fungsi fisiologik normal di banyak sistem tubuh

COX-2 diinduksi oleh peradangan dengan tanggung jawab menghasilkan berbagai hasil akhir
peradangan yang menimbulkan nyeri

Inhibitor COX-2 memperkecil efek samping seperti iritasi lambung, dan penurunan fungsi
ginjal, sekaligus menghasilkan efek antiinflamasi yg baik.

OAINS tdk menimbulkan ketergantungan dan toleransi fisik (ceiling effect dan ceiling dose)

Kontraindikasi : Pasien dgn gangguan saluran cerna , meningkatnya perdarahan (aspirin),


penglihatan kabur, perubahan minor uji fungsi hati, dan berkurangnya fungsi ginjal

Asetaminofen

Efek analgesik-antipiretik sama seperti aspirin namun kurang mempunyai efek antiinflamasi

Keunggulannya dibanding aspirin tidak men menimbulkan efek pada sistem kardiovaskular
dan pernafasan. Dan tidakmenimbulkan gangguan keseimbangan asam basa, fungsi trombosit,
atau aktivitas COX-1 di lambung dan ginjal

Kekurangan: obat ini dapat menyebabkan kerusakan hati fatal dalam dosis yang berlebihan

Analgesia Opioid

Merupakan analgetik paling kuat yg digunakan pada penatalaksanaan nyeri sedang-berat. Obat-
obat ini merupakan patokan dalam pengobatan nyeri pascaoperasi dan nyeri terkait kanker

Opoid :

- Eksogen : cth morfin


- Endogen : cth endorfin-enkefalin

Efek opioid nergantung pada reseptor yg diikatnya, namun paling bayak diikat adalah reseptor
mu-

62
Morfin

Adalah suatu alkaloid yang berasal dr getah tumbuhan opium poppy yang telah dikeringkan,
memiliki efek analgetik, sedatif dan euforik

Menimbulkan efek analgetiknya di sentral dengan cara mengikat reseptor opioid di nukleus
modulasi nyeri di batang otak. Morfin menimbulkan efek pada sistem desenden yang
menghambat nyeri. Di tingkat kornu dorsalis medula spinalis morfin dpt menghambat
transmisi impuls nosiseptor yg dtg dengan mengikat reseptor opioid di substansia gelatinosa

Pola efek samping morfin:

- Depresi pernafasan
- Mual dan muntah
- Sedasi
- Konstipasi

Morfin berpotensi menimbulkan:

- Toleransi
- Ketergantungan
- Ketagihan (adiksi)

Antagonis dan Agonis-Antagonis opioid

Antagonis opioid adalah obat yang melawan efek obat opioid dengan mengikat reseptor dan
menghambat pengaktifannya

Contoh obat Naloksolon

Naloksolon :

- Antagonis opium murni


- Menghilangkan analgesia dan efek samping obat

63
- Digunakan utk melawan efek kelebihan dosis narkotik, yaitu yg paling serius depresi
pernapasan dan sedasi

Agonis-antagonis opioid adalah kombinasi agonis dan antagonis sepertri pentazosin (Talwin)
dan butorfanol (stadol)

Apabila diberikan kepada pasien yg bergantung pada narkotik maka obat-obat ini akan
dapat memicu gejala putus obat

Agonis-antagonis opoid adalah analgetik efektif apabila diberikan tersendiri dan lebih
kecil kemungkinannya menimbulkan efek samping yg tidak diinginkan (misalnya depresi
pernapasan) dibandingkan dengan agonis opioid murni

Adjuvan atau Koanalgesik

Sangat efektif dalam mengendalikan nyeri neuropatik yg mungkin tidak berespon terhadap
opioid

Antikejang:

- Kabarmazepin (Tagretol) atau fenitoin (dilantin) efektif atasi nyeri menyayat yang
berkaitan dengan kerusakan saraf
- Antikejang efektif utk nyeri neuropatik karena obat golongan ini menstabilkan membran
saraf dan menekan respon akhir di saraf.
- Gabapentin efektif utk nyeri menyayat, berkaitan dgn reseptor spesifik di otak.
Mengambat arus natrium yg bergantung pada voltase, dan mungkin meningkatkan
pelepasan GABA

Antidepressan tersiklik

- Amitriptilin (evalil) atau impramin (Tofranil) sgt terbukti utk nyeri neuropatik, serta
berbagai penyakit lain yg menimbulkan nyeri

64
Digunakan sbg terapi untuk neuralgia pasca herpes, invasi struktur saraf oleh karsinoma, nyeri
pascabedah dan artritis reumatoid

Antidepresan siklik memiliki efek analgetik yang independen dari aktivitas antidepresannya

Menghilangkan nyeri dengan menghambat penyerapan ulang amina-amina biogenik di SSP.


Dengan meningkatkan efek inhibitorik serotonin dan norepinefrin pada neuron-neuron untuk
transmisi nyeri spinal

Obat adjuvan lain yg bermanfaat dalam pengobatan nyeri adalah hidroksizin


(Vistaril)memiliki efek sedatif bila diberikan bersama morfin, Diazepam (valium) pelemas
otot, yg dipakai untuk kejang otot yg berkaitan dgn nyeri; Deksametason (Decadron) utk
mengendalikan gejala yg berkaitan dgn kompresi medula spinalis atau metastasis tulang pada
pasien kanker

Ada juga yg berupa agonis reseptor adrenergik-alfa (misalnya, agonis alfa-2, klonidin), antagonis
alfa-1, prazosin. Efek samping obat-obat ini adalah hipotensi dan potensial depresi pernapasan
yg diinduksi opioid

65
GANGGUAN KEPRIBADIAN

Mencakup berbagai kondisi klinis yang bermakna dan pola perilaku yang cenderung menetap
dan merupakan ekspresi dari pola hidup yang khas dari seseorang dan cara-cara berhubungan
dengan diri sendiri dan orang lain.

Beberapa dari kondisi dan pola perilaku tersebut berkembang sejak dini dari masa pertumbuhan
dan perkembangan dirinya sebagai hasil interaksi factor-faktor konstitusi dan pengalaman hidup,
sedangkan yang lainnya didapat pada masa kehidupan selanjutnya.

Terdiri dari :

F.60. Gangguan kepribadian Khas


Suatu gangguan berat dalam konstitusi karakteriologis dan kecendrungan perilaku dari
seseorang yang biasanya meliputi beberapa bidang dari kepribadian dan hampir selalu
berhubungan dengan kesulitan pribadi dan social.
Pedoman diagnostic
- kondisi yang tidak berkaitan langsung dengan kerusakan atau penyakit otak berat atau
gangguan jiwa lain
-memenuhi criteria berikut ini:

Disharmoni sikap dan perilaku yang cukup berat, biasanya meliputi beberapa bidang
fungsi, misalnya afek, kesiagaan, pengendalian impuls, cara memandang dan
berpikir,serta gaya berhubungan dengan orang lain.
Pola perilaku abnormal berlangsung lama, berjangka panjang dan tidak terbatas pada
episode gangguan jiwa
Pola perilaku abnormal bersifat pervasif (mendalam) dan maladaptive yang jelas terhadap
keadaan pribadi dan social yang luas
Manifestasi di atas selalu muncul pada masa kanak / remaja dan berlanjut sampai usia
dewasa
Gangguan ini menyebabkan penderitaan pribadi yang cukup berarti tapi baru menjadi
nyata setelah perjalanan lanjut.
F.61. Gangguan kepribadian campuran dan lainnya.
Kategori ini dimaksudkan untuk gangguan kepribadian dan kelainan-kelainan yang
seringkali menyulitkan, tetapi tidak menunjukkan pola gejala yang khas yang menjadi ciri-ciri
dari gangguan F.60
F.62. Perubahan kepribadian yang berlangsung lama dan tidak diakibatkan oleh kerusakan/
penyakit otak

66
Kelompok ini meliputi gangguan dari kepribadian dan perilaku dewasa yang berkembang
setelah mengalami katastrofik atau stress yang berkepanjangan, atau setelah mengalami
gangguan jiwa yang berat pada penderita yang tanpa gangguan kepribadian sebelumnya.
(Berdasarkan DSM-IV)
Kepribadian : totalitas sifat emosional & perilaku yang menandai kehidupan seseorang.
Gangguan terbagi atas:
*gangguan kepribadian kluster A : individu yang aneh/eksentrik
1.paranoid: ketidakpercayaan dan kecurigaan pervasive kepada orang lain
2.skizoid : menyukai kesendirian, tidak punya minat terhadap hubungan dekat dan kedinginan
emosi
3.skizotipal : keyakinan yang aneh,pengalaman persepsi yang tidak lazim, afek yang tidak sesuai,
serta pikiran, perilaku, penampilan dan cara bicara yang aneh
*gangguan kepribadian Kluster B : individu yang dramatis,emosional
1. ambang : perasaan kekosongan yang kronis, gangguan identitas, kemarahan yang kuat dan
tidak pada tempatnya, kelabilan emosi yang ekstrem.
2.anti social : berulang kali melakukan pelanggaran hukum, iritabilitas dan agresifitas,
mengabaikan keselamatan diri sendiri dan ketidakjujuran.
3.narsistik : rasa kepercayaan diri yang besar, yakin bahwa dia adalah khusus dan unik, tidak
punya empati dan sering iri pada orang lain
4, histrionic :menunjukkan dramatisasi diri, ekspresi emosi yang berlebihan, mudah disugesti,
secara terus-menerus menggunakan penampilan fisik untuk menarik perhatian kepada dirinya.
*gangguan kepribadian kluster C : individu yang pencemas/ ketakutan
1. menghindar : rendah diri, perasaan tidak adekuat , tidak mau terlibat langsung dengan orang
lain
2. dependen : tidak nyaman dan tidak berdaya jika sendirian, membutuhkan orang lain untuk
melaksanakan/ memutuskan sesuatu
3. obsesif kompulsif: perfeksionis, kekakuan dan keras kepala, terlalu berhati2, teliti dan tidak
fleksibel

67
DAFTAR PUSTAKA

Anief,Moh.2000. Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi. Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada


University Press.

Anief, Moh. 2000. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Katzung,B.G.1997. Farmakologi Dasar dan Klinik, ed IV.Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran


EGC.

68

Anda mungkin juga menyukai

  • Faal - Case 5
    Faal - Case 5
    Dokumen12 halaman
    Faal - Case 5
    Kendy Rizky Hadyan
    Belum ada peringkat
  • JANTUNG ISIPAN
    JANTUNG ISIPAN
    Dokumen20 halaman
    JANTUNG ISIPAN
    Kendy Rizky Hadyan
    Belum ada peringkat
  • Idk Case 6-Faal
    Idk Case 6-Faal
    Dokumen19 halaman
    Idk Case 6-Faal
    Kendy Rizky Hadyan
    Belum ada peringkat
  • Idk Case 6-Faal
    Idk Case 6-Faal
    Dokumen19 halaman
    Idk Case 6-Faal
    Kendy Rizky Hadyan
    Belum ada peringkat
  • Ganglia Basal
    Ganglia Basal
    Dokumen2 halaman
    Ganglia Basal
    Kendy Rizky Hadyan
    Belum ada peringkat
  • EMBRIOLOGI JANTUNG (Case1)
    EMBRIOLOGI JANTUNG (Case1)
    Dokumen15 halaman
    EMBRIOLOGI JANTUNG (Case1)
    Kendy Rizky Hadyan
    Belum ada peringkat
  • JANTUNG ISIPAN
    JANTUNG ISIPAN
    Dokumen20 halaman
    JANTUNG ISIPAN
    Kendy Rizky Hadyan
    Belum ada peringkat
  • Chop RS
    Chop RS
    Dokumen3 halaman
    Chop RS
    Kendy Rizky Hadyan
    Belum ada peringkat
  • Peran Ganglia Basalis
    Peran Ganglia Basalis
    Dokumen6 halaman
    Peran Ganglia Basalis
    Kendy Rizky Hadyan
    Belum ada peringkat
  • Red Blood Cell His Case 3
    Red Blood Cell His Case 3
    Dokumen13 halaman
    Red Blood Cell His Case 3
    Kendy Rizky Hadyan
    Belum ada peringkat
  • Bab 3 Aplikasi
    Bab 3 Aplikasi
    Dokumen8 halaman
    Bab 3 Aplikasi
    Kendy Rizky Hadyan
    Belum ada peringkat
  • UCEN Penyembuhan Luka
    UCEN Penyembuhan Luka
    Dokumen12 halaman
    UCEN Penyembuhan Luka
    Kendy Rizky Hadyan
    Belum ada peringkat
  • Catatan Si Dako
    Catatan Si Dako
    Dokumen2 halaman
    Catatan Si Dako
    Kendy Rizky Hadyan
    Belum ada peringkat
  • Kimia Ghani
    Kimia Ghani
    Dokumen2 halaman
    Kimia Ghani
    Kendy Rizky Hadyan
    Belum ada peringkat
  • Presentation 1
    Presentation 1
    Dokumen10 halaman
    Presentation 1
    Kendy Rizky Hadyan
    Belum ada peringkat
  • Mekanisme Regulasi Hormon
    Mekanisme Regulasi Hormon
    Dokumen16 halaman
    Mekanisme Regulasi Hormon
    Kendy Rizky Hadyan
    Belum ada peringkat
  • Virus
    Virus
    Dokumen13 halaman
    Virus
    Kendy Rizky Hadyan
    Belum ada peringkat
  • Virus
    Virus
    Dokumen13 halaman
    Virus
    Kendy Rizky Hadyan
    Belum ada peringkat
  • ANEURISMA AORTA: DEFINISI, PATOGENESIS, GEJALA DAN PENATALAKSANAAN
    ANEURISMA AORTA: DEFINISI, PATOGENESIS, GEJALA DAN PENATALAKSANAAN
    Dokumen22 halaman
    ANEURISMA AORTA: DEFINISI, PATOGENESIS, GEJALA DAN PENATALAKSANAAN
    Kendy Rizky Hadyan
    Belum ada peringkat
  • EMBRIOLOGI JANTUNG (Case1)
    EMBRIOLOGI JANTUNG (Case1)
    Dokumen15 halaman
    EMBRIOLOGI JANTUNG (Case1)
    Kendy Rizky Hadyan
    Belum ada peringkat
  • Anemia
    Anemia
    Dokumen7 halaman
    Anemia
    Kendy Rizky Hadyan
    Belum ada peringkat
  • Juvenil Dako
    Juvenil Dako
    Dokumen26 halaman
    Juvenil Dako
    Kendy Rizky Hadyan
    Belum ada peringkat
  • JANTUNG ISIPAN
    JANTUNG ISIPAN
    Dokumen20 halaman
    JANTUNG ISIPAN
    Kendy Rizky Hadyan
    Belum ada peringkat
  • JANTUNG ISIPAN
    JANTUNG ISIPAN
    Dokumen20 halaman
    JANTUNG ISIPAN
    Kendy Rizky Hadyan
    Belum ada peringkat
  • BHP A-1
    BHP A-1
    Dokumen26 halaman
    BHP A-1
    Kendy Rizky Hadyan
    Belum ada peringkat
  • Kolangitis
    Kolangitis
    Dokumen8 halaman
    Kolangitis
    Kendy Rizky Hadyan
    Belum ada peringkat
  • Catatan Si Dako
    Catatan Si Dako
    Dokumen2 halaman
    Catatan Si Dako
    Kendy Rizky Hadyan
    Belum ada peringkat
  • Juvenil Dako
    Juvenil Dako
    Dokumen26 halaman
    Juvenil Dako
    Kendy Rizky Hadyan
    Belum ada peringkat
  • Basic
    Basic
    Dokumen28 halaman
    Basic
    Kendy Rizky Hadyan
    Belum ada peringkat