Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan makalah ini dapat kami selesaikan. Makalah yang
telah diselesaikan ini tentang Nyeri Kepala.
Secara umum tugas ini menjelaskan mengenai semua data hasil presentasi kelompok
tutorial A1 dalam kasus minggu ini yang kami rangkum dalam bentuk suatu makalah, sebagai
hasil pertanggungjawaban kami terhadap kasus pada minggu ini dengan Rachmalia Nuragustin
sebagai ketua kasus dengan Sabrina Andiani sebagai sekretaris kasus ini.
Dalam penulisan makalah ini penyusun banyak dibantu oleh berbagai pihak. Dalam
kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada :
Kami sebagai penyusun menyadari sepenuhnya berbagai kekurangan yang masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bertujuan untuk membangun dan
mengembangkan makalah ini kami terima. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
1. KATA PENGANTAR.1
2. DAFTAR ISI........2
3. LEARNING PROGRESS REPORT...3
4. FISIOLOGI NYERI KEPALA7
5. ANATOMI JARAS SENSORIK...10
6. PATOFISIOLOGI GANGGUAN SENSORIK.12
7. TERMINOLOGI NYERI...22
8. TENSION TYPE HEADACHE27
9. MIGRAIN..34
10. CLUSTER HEADACHE...53
11. TRIGEMINAL NEURALGIA..56
12. NYERI KEPALA SEKUNDER58
13. VERTIGO SENTRAL...59
14. ANALGETIK61
15. GANGGUAN KEPRIBADIAN66
16. DAFTAR PUSTAKA68
2
LEARNING PROGRESS REPORT
1.1. Terminologi
1. Nyeri Kepala
- Nyeri diartikan sebagai sensasi tidak menyenangkan yang melibatkan emosi dengan
atau tanpa kerusakan jaringan (Sembulingam, 2006).
- Menurut Oxford Concise Medical Dictionary, nyeri adalah sensasi tidak
menyenangkan yang bervariasi dari nyeri yang ringan hingga ke nyeri yang berat.
Nyeri ini adalah respons terhadap impuls dari nervus perifer dari jaringan yang rusak
atau berpotensi rusak (Burton, 2007).
2. Analgetik
- Obat yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit atau obat-obat
penghilang nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
1.2. Problem
1. Apa penyebab sakit kepala pada pasien?
2. Mengapa sakitnya dirasakan didaerah tengkuk sampai dahi?
3. Apa pebedaan sakit kepala terikat dan tertekan bukan berdenyut?
4. Mengapa sakit kepala tidak disertai mual dan muntah?
5. Mengapa rasa melihat kilatan cahaya maupun mencium bau-bauan disangkal?
6. Mengapa diberi analgetik?
7. Apa hubungannya keluhan utama pasien dengan perilaku seksual suami pasien?
1.3. Hipotesis
Istri:
1. Sakit kepala
2. Vertigo
3. Stress
4. Migraine
Suami: Gangguan seksual
3
1.4. Mekanisme
Wanita
(35 tahun)
Hipotesis :
1. Sakit kepala
2. Vertigo
3. Stress
4. Migraine
Diagnosis :
Tension Type Headache
Terapi :
1. Analgetik
2. Antiansietas golongan
benzodiazepine
3. Pelemas otot
5
- MRI
- EEG
6
NYERI KEPALA
Definisi
Nosiseptor
Impuls nyeri
Disalurkan ke SSP
(Fisiologi, Sherwood)
7
Karakteristik Nyeri
Klasifikasi Nyeri
Nyeri Somatik
8
Nyeri non-nosiseptif Nyeri Neuropatik
Nyeri psikogenik
9
JARAS NYERI
10
11
GANGGUAN SENSORIK
Gangguan
Sensorik
Gangguan Gangguan
sensorik negatif: sensorik positif:
Anestesia & nyeri
parestesia
12
Sindrom defisit sensorik
13
Gangguan sensorik positif
-
Otot Trhdp tekanan, sayatan, & zat
kimia iritatif
-
Enamel gigi Dentin & pulpa peka trhdp Tdk peka nyeri
perubahan suhu & osmolalitas
14
Serabut saraf Trhdp tusukan jarum, pensayatan,
sensorik/campuran pemanasan & zat kimia
sensorik-motorik
uretra
Testis Trhdp penekanan
15
Korpus uteri Tdk peka nyeri
Sumber nyeri
16
Jika tdk terdiagnosa, maka proses tuberkulosa akan berjalan terus &
korpus vertebrae akan hancur, menimbulkan girus angular yg jelas
& mengakibatkan kompresi medula spinalis.
Nyeri radikular pd spondilosis : deformitas pd tl.belakang, akibat proses
menua, faktor kturunan & faktor eksogenik yg berkaitan dgn pekerjaan &
riwayat penyakit osteofit & sklerosis
Osteofit yg menyempitkan ruang foramen intervertebrale dpt
mengganggu saraf sensorik & motorik membangkitkan nyeri
radikular & melumpuhkan suatu miotom yg bersangkutan.
Nyeri radikular pd hernia nukleus purposus (HNP) : menembusnya nukleus
pulposus ke dlm kanalis vertebralis akibat degenerasi anulus fibrosus
korpus intervertebral
Brakialgia : nyeri yg terasa menjalar sepanjang lengan
Gambaran penyakit
a. Stlh masuk angin atau flu/tonsilitis, faringitis, rematik,
leher terasa sakit & kaku
b. Nyeri tekan & nyeri gerak dirasakan pd bagian samping
leher
c. Bila kepala diputar/dimiringkan ke sisi yg tdk sakit, maka
nyeri yg bersifat ngilu2 dirasakan menjalar
17
2) Sindrom Pancoast
Yg mendasari adlh tumor di apeks paru, yg merupakan lesi iritatif &
paralitik trhdp fasikuli pleksus brakialis, saraf interkostal, ganglion
stelatum & rangkaian saraf simpatetik.
Gambaran penyakit : nyeri yg terasa terus-menerus di daerah bahu yg
menjalar sepanjang lengan pd kawasan sensorik n.ulnaris. Pd tahap
lanjut akan terjadi atrofi otot2 intrinsik tangan.
18
Iskialgia akibat entrapment neuritis
Disebabkan krn infiltrasi sel - sel sarkoma retroperitoneal,
sakroilitis, buritis m.piriformis
Patofisiologi Somestesia
Anestesia dapat terjadi kalau reseptor impuls motorik protopatik musnah atau penghantar
perifer dan sentralnya terhalang atau terputus.
Hiperestesia jika impuls motorik protopatik atau serabut saraf perifer atau lintasan
spinotalamiknya mengalami gangguan sehingga ambang rangsangnya menurun.
Parestesia gangguan perangsangan protopatik yang timbul spontan, tanpa perangsangan
khusus/terasanya perasaan pd daerah permukaan tubuh tertentu tanpa dibangkitkan oleh
perangsangan khusus dari dunia luar.
Merupakan manifestasi sindrom neurologik atau bisa disebut juga sebagai defisit sensorik
Pola defisit :
19
Hemihipestesia
Hipestesia alternans
Hipestesia tetraplegik
Hipestesiaparaplegik
Hemihipestesia
Hipestesia Alternans
- Hipestesia pd sebelah wajah ipsilateral terhadap lesi yang bergandengan dengan hipestesia pada
belahan badan (=bagian tubuh dibawah krpala) kontra lateral terhadap lesi.
- Lesi menduduki kawasan jaras spinotalamikus dan traktus spinalis nervi trigemini di medula
oblongata.
Hipestesia tetraplegik
Hipestesia selangkangan
Hipestesia perifer
20
- Hipestesia pada kawasan saraf perifer yang biasanya mencakup bagian-bagian beberapa
dermatom
Defisit sensorik dapat menjadi salah satu si sindroma atau manifestasi tunggal suatu
proses patologik. Defisit sensorik ikut menyusun suatu gambaran penyakit, seperti:
Berupa nyeri
Perangsangan yang menghasilkan nyeri bersifat destruktif terhadap jaringan yang dilengkapi
dengan serabut saraf penghantar impuls nyeri (jaringan peka rangsang)
Bentuk nyeri tergantung bagaimana seseorang menghayati nyeri, jenis jaringan yang dirangsang,
jenis serta sifat perangsangan
Jaringan subkutan
Otot
Fasia dan tendon
Pembuluh darah
Serabut saraf sensorik atau campuran sensorik-motorik
Pleura parietal
Miokardium
Testis
Pelvis renalis, ureter, basis kandung kemih dan uretra
Kartilago persendian
Enamel gigi
Otak dan leptomeninges
Paru, ati, limpah, dan ginjal
Esofagus
Usus sehat
21
TERMINOLOGI NYERI
22
Klasifikasi nyeri
Berdasarkan sumbernya
Cutaneus/ superfisial, yaitu nyeri yang mengenai kulit/ jaringan subkutan. Biasanya
bersifat burning (seperti terbakar)
Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament, pemb. Darah,
tendon dan syaraf, nyeri menyebar & lbh lama drpd cutaneus
Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dlm rongga abdomen, cranium dan
thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot, iskemia, regangan jaringan
Akut
Kronik
Pengukuran Nyeri
23
Pengukuran nyeri scr kategorikal
Pengukuran nyeri scr nummerikal
Visual Analogue Scale
Pengukuran nyeri scr multi-dimensional
Pengukuran nyeri menggunakan alat elektromekanikal/alat mekanis
24
Penatalaksanaan dgn obat - obatan
Blok saraf
Injeksi pd sendi
Terapi stimulasi
Program managemen nyeri & bantuan psikologi
Pembedahan
25
26
TENSION TYPE HEADACHE
Definisi
TTH merupakan penyakit dengan gejala klinis yang paling banyak dikeluhkan pasien
rawat jalan di klinik saraf atau klinik dokter umum. Beberapa penelitian mengindikasikan
sebagai faktor pencetus dan komorbid yang banyak dijumpai.
Epidemiologi
TTH adalah jenis yang terbanyak dari jenis nyeri kepala primer.Pada penelitian
Rasmussen dkk untuk jenis TTH, 59% dari populasi pernah mengalami beberapa kali serangan
perbulannya dari 3%-nya mengalami TTH kronik, wanita lebih banyak dari pria (1,5 : 1)
Klasifikasi
b. TTH episodik yang frekuen tidak berhubungan dengan nyeri tekan perikranial
4) Probable TTH
27
a. Probable TTH episodik yang infrekuen
c. Probable CTTH
Kriteria Diagnostik
A. Paling sedikit terdapat 10 episode serangan dengan rata-rata < 1 hari/bulan (< 12
hari/tahun) dan memenuhi kriteria B-D
B. Nyeri kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari
C. Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas:
1. Lokasi bilateral
2. Menekan/meningkat (tidak berdenyut)
3. Intensitasnya ringan dan sedang
4. Tidak diperberat oleh aktifitas rutin seperti berjalan atau naik tangga
D. Tidak didapatkan
1. Mual atau muntah
2. Lebih dari satu keluhan: fotofobia atau fonofobia
E. Tidak berkaitan dengan kelainan lain
3. TTH episodik yang infrekuen tidak berhubungan dengan nyeri tekan perikranial
28
*Pericranial tenderness (nyeri tekan perikranial) = nyeri tekan pada otot perikranial (otot frontal,
temporal, masseter, strenokleidomastoid, splenius dan trapezius) pada waktu palpasi manual
yaitu dengan menekan secara keras dengan gerakkan kecil memutar oleh jari-jari tangan kedua
dan ketiga pemeriksa. Hal ini merupakan tanda yang paling signifikan pada pasien TTH
A. Paling tidak terdapat 10 episode serangan dalam 1-15 hari/bulan selama paling tidak 3
bulan (12-180 hari/tahun) dan memenuhi kriteria B-D
B. Nyeri kepala berlangsung selama 30 menit sapai 7 hari
C. Nyeri kepala yang memiliki paling tidak 2 dari karakteristik berikut:
1. Lokasinya bilateral
2. Menekan/mengikat/ tidak berdenyut
3. Intensitas ringan atau sedang
4. Tidak betambah berat dengan aktifitas fisik yang rutin seperti berjalan atau naik
tangga
D. Tidak didapatkan
1. Mual atau muntah
2. Fotofobia atau fonofobia secara bersamaan
E. Tidak berkaitang dengan penyakit lain
6. TTH episodik yang frekuen tidak berhubungan dengan nyeri tekan perikranial
29
A. Termasuk dalam kriteris A-E dari TTH episodik yang frekuen
B. Nyeri tekan perikranial tidak meningkat
7. CTTH
A. Nyeri kepala timbul 15 hari/bulan. Berlangsung > 3 bulan ( 180 hari/tahun) dan juga
memenuhi kriteria B-D
B. Nyeri kepala berlangsung selama beberapa jam atau terus menerus
C. Nyeri kepala memiliki paling tidak 2 karakteristik berikut:
1. Lokasi bilateral
2. Menekan/mengikat (tidak berdenyut)
3. Ringan atau sedang
4. Tidak memperberat dengan aktifitas fisik yang rutin
D. Tidak didapatkan:
1. Lebih dari satu: Fotofobia, fonofobia atau mual yang ringan
2. Mual yang sedang atau berat, maupun muntah
E. Tidak ada kaitan dengan penyakit lain
10 Probable TTH
30
Penderita yang memenuhi satu dari kelompk-kelompok kirteria ini
Terapi
4. Terangkan sebaik-baiknya pada pasien bahwa penyakitnya akan ditangani secara serius
Pasien diberikan pendidikan dan motivasi mengenai pengobatan preventif dan washing period
elimintaion untuk pasien yang drug overuse,biasanya pasien drug overuse tidak responsif
terhadap pengobatan akut maupun preventif pada masa 2-10 minggu seusdah proses eliminasi
obat
A. Terapi Farmakologi
31
1. Analgetik: Ibuprofen 800 mgr/hari, acetaminofen 1000 mgr/harri, aspirin 1000 mgr/hari,
naproxen 660-760 mgr/hari, diclofenac 50-100 mg/hari
2. Coofein (nalgetik ajuvan) 65 mg
3. Kombinasi: 325 mg aspirin,acetaminophen + 40 mg caffein
4. Muscle Relaxant
Contoh: cyclobenzapine, chlorzoxazone, orphenadine citrat, eperison hidrochloride,
carisoprodol, metexolone. Muscle relaxant seperti golongan diazepam justru kurang
direkomendasikan karena sifat potensial yang habituasinya terhadap kondisi seperti
CTTH
1. Anti-depresan
Sebaiknya pemilihan obat menurut ada tidaknya gangguan tidur pada pasien, jika pasien
tidak ada gangguan tidur sebaiknya dipakai anti depresan yang non-sedatif seperti: fluksetine,
bupropion, nefadozon, desipramin, sentralin, venlafaxin, prtriptilin. Sedangkan pada pasien yang
mengeluhkan insomnia bsia dipakai: amitryptiline, notriptiline, trimipramine doxepin,
imipramine, trazodone
2. Anti-ansietas
Bermanfaat untuk pengobatan akut dan preventid terutama dengan komorbid ansietas.
Golongan benzodiazepin
3. Botulinum A Botox
Diberikan di tempat nyeri tekan. Diberikan dengan dosis 2 unit. Dosis maksimal 50 100 U
32
B. Terapi non-farmakologi
1. Terapi Behavior
2. Terapi Fisik
3. Terapi Psikologis
33
MIGRAIN
Nyeri kepala merupakan keluhan yang sering dikeluhkan oleh pasien. Salah satu keluhan
tersebut adalah nyeri kepala sebelah atau yang dikenal sebagai migren. 30-40 % penduduk
USA pernah mengalami nyeri kepala hebat pada masa hidupnya, dimana nyeri tegang otot dan
migraine menduduki peringkat nomor satu.
Migren merupakan penyakit yang sering terjadi di masyarakat baik mulai dari anak-anak
sampai dewasa, akan tetapi jarang setelah umur 40 tahun. Diperkirakan 9% dari laki-laki, 16%
dari wanita, dan 3-4% dari anak-anak menderita migren. Dua perseratus dari kunjungan baru di
unit rawat jalan penyakit saraf menderita nyeri kepala migren.
Migren merupakan nyeri kepala primer. Nyeri kepala biasanya terasa berdenyut di satu
sisi kepala (unilateral) dengan intensitas sedang sampai berat dan bertambah dengan aktivitas.
Dapat disertai mual dan atau muntah atau fonofobia dan fotofobia Banyaknya dan frekuensi
serangan sangat beraneka-ragam, dari tiap hari sampai satu serangan per minggu atau bulan.1
Meski belum diketahui pasti penyebabnya, migrain diperkirakan terjadi akibat adanya
hiperaktivitas impuls listrik otak yang meningkatkan aliran darah di otak dan mengakibatkan
terjadinya pelebaran pembuluh darah otak serta proses inflamasi (peradangan). Pelebaran dan
inflamasi ini menyebabkan timbulnya nyeri dan gejala lain, seperti mual. Semakin berat
inflamasi yang terjadi, semakin berat pula migrain yang diderita. Faktor genetik umumnya sangat
berperan pada timbulnya migren.
Nyeri kepala ini merupakan penyakit yang sering menyebabkan disabilitas, di lain pihak
sampai saat ini tampaknya belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan migren kecuali
hanya usaha mengendalikan serangan nyeri kepala ini. Diagnosis yang akurat, memberi
penerangan mengenai penyakitnya, berusaha menenangkan pasien serta memberi perhatian dan
mengajak pasien bekerja sama dalam mengenal gejala dini dan gejala migren pada umumnya
serta tindakan penanggulangannya merupakan bagian dari penatalaksanaan migren yang dapat
menurunkan angka morbiditas pasien.
34
DEFINISI
Migren adalah serangan nyeri kepala berulang, dengan karakteristik lokasi unilateral,
berdenyut dan frekuensi, lama serta hebatnya rasa nyeri yang beraneka ragam.2,3,5Blau
mengusulkan definisi migren sebagai berikut nyeri kepala yang berulang-ulang dan berlangsung
2-72 jam dan bebas nyeri antara serangan nyeri kepalanya harus berhubungan dengan gangguan
visual atau gastrointestinal atau keduanya.
EPIDEMIOLOGI
Pada pubertas sampai dewasa insiden migraine lebih banyak pada wanita.2
Prevalensi migraine tertinggi pada kelompok umur 25-55 tahun (usia produktif), memuncak
menjelang awal 30-40 tahun dan menurun menjelang usia 50 tahun.
Berdasarkan status sosial ekonomi, di AS, dilaporkan prevalensi migraine berkaitan dengan
pendapatan rumah tangga dan tingkat pendidikan, dimana pada pendapatan dan tingkat
pendidikan yang lebih tinggi prevalensi migraine cenderung lebih rendah.
Dampak sosial migraine diukur dalam skala ekonomi, yang secara langsung yaitu
besarnya biaya pelayanan kesehatan, sedangkan dampak tidak langsung diukur dari hari tidak
masuk kerja dan tingkat produktifitas. Dampak individual diukur dari frekuensi dan beratnya
serangan. Kualitas hidup terkait kesehatan pada penderita migraine lebih rendah daripada orang
yang tidak menderita migraine.
KLASIFIKASI
Nyeri kepala selama 4-72 jam tanpa terapi. Sekurang-kurangnya 10 kali serangan. Pada anak-
anak kurang dari 15 tahun, nyeri kepala dapat berlangsung 2-48 jam.
35
Lokasi unilateral
Kuafitas berdenyut
Riwayat dan pemeriksaan fisik mengarah pada kelainan lain, tapi telah disingkirkan dengan
pemeriksaan penunjang yang memadai (mis: MRI atau CT Scan kepala)
- Terdiri dari empat fase yaitu: fase prodromal, fase aura, fase nyeri kepala dan fase postdromal.
- Aura dengan minimal 2 serangan
36
Satu gejala aura atau lebih mengindikasikan disfungsi CNS fokal (mis: vertigo, tinitus,
penurunan pendengaran, ataksia, gejala visual pada hemifield kedua mata, disartria, diplopia,
parestesia, paresis, penurunan kesadaran)
Gejala aura timbul bertahap selama lebih dari 4 menit atau dua atau lebih gejala aura
terjadi bersama-sama
Tidak ada gejala aura yang berlangsung lebih dari 60 menit; bila lebih dari satu gejala
aura terjadi, durasinya lebih lama
Nyeri kepala mengikuti gejala aura dengan interval bebas nyeri kurang dari 60 menit,
tetapi kadang-kadang dapat terjadi sebelum aura.
Riwayat dan pemeriksaan fisik mengarah pada kelainan lain, tapi telah disingkirkan
dengan pemeriksaan penunjang yang memadai (mis: MRI atau CT Scan kepala)
Sampai saat ini belum diketahui dengan pasti faktor penyebab migren, di duga sebagai
gangguan neurobiologis, perubahan sensitivitas sistim saraf dan avikasi sistem trigeminal-
vaskular, sehingga migren termasuk dalam nyeri kepala primer.
1. Menstruasi
37
pada wanita saat dua hari sebelum menstruasi dan sehari setelahnya. Penurunan kadar estrogen
dalam darah menjadi biang keladi terjadinya migren.
2. Kafein
Kafein terkandung dalam banyak produk makanan seperti minuman ringan, teh, cokelat, dan
kopi. Kafein dalam jumlah sedikit akan meningkatkan kewaspadaan dan tenaga, namun bila
diminum dalam dosis yang tinggi akan menyebabkan gangguan tidur, lekas marah, cemas dan
sakit kepala.
Puasa dapat mencetuskan terjadinya migren oleh karena saat puasa terjadi pelepasan hormon
yang berhubungan dengan stress dan penurunan kadar gula darah. Hal ini menyebabkan
penderita migren tidak dianjurkan untuk berpuasa dalam jangka waktu yang lama.
Cokelat dilaporkan sebagai salah satu penyebab terjadinya migren, namun hal ini dibantah oleh
beberapa studi lainnya yang mengatakan tidak ada hubungan antara cokelat dan sakit kepala
migren. Anggur merah dipercaya sebagai pencetus terjadinya migren, namun belum ada cukup
bukti yang mengatakan bahwa anggur putih juga bisa menyebabkan migren. Tiramin (bahan
kimia yang terdapat dalam keju, anggur, bir, sosis, dan acar) dapat mencetuskan terjadinya
migren, tetapi tidak terdapat bukti jika mengkonsumsi tiramin dalam jumlah kecil akan
menurunkan frekuensi serangan migren. Penyedap masakan atau MSG dilaporkan dapat
menyebabkan sakit kepala, kemerahan pada wajah, berkeringat dan berdebar debar jika
dikonsumsi dalam jumlah yang besar pada saat perut kosong. Fenomena ini biasa disebut
Chinese restaurant syndrome. Aspartam atau pemanis buatan yang banyak dijumpai pada
minuman diet dan makanan ringan, dapat menjadi pencetus migren bila dimakan dalam jumlah
besar dan jangka waktu yang lama.
38
Cahaya yang terlalu terang dan intensitas perangsangan visual yang terlalu tinggi akan
menyebabkan sakit kepala pada manusia normal. Mekanisme ini juga berlaku untuk penderita
migren yang memiliki kepekaan cahaya yang lebih tinggi daripada manusia normal. Sinar
matahari, televisi dan lampu disko dilaporkan sebagai sumber cahaya yang menjadi faktor
pencetus migren.
6. Psikis baik pada peristiwa duka ataupun pada peristiwa bahagia (stress).
Gangguan mekanisme tidur seperti tidur terlalu lama, kurang tidur, sering terjaga tengah malam,
sangat erat hubungannya dengan migren dan sakit kepala tegang, sehingga perbaikan dari
mekanisme tidur ini akan sangat membantu untuk mengurangi frekuensi timbulnya migren.
Tidur yang baik juga dilaporkan dapat memperpendek durasi serangan migren.
8. Faktor herediter
9. Faktor kepribadian
1. Jenis nyeri kepala berdenyut-denyut adalah khas untuk menunjukan nyeri kepala vaskuler,
selain itu terasa tertusuk-tusuk atau kepala mau pecah.
2. Migren merupakan nyeri kepala episodik berlangsung selama 5 20 jam tetapi tidak lebih dari
72 jam
4. Waktu terjadinya migren dapat muncul sewaktu-waktu baik siang maupun malam, tetapi
sering kali mulai pada pagi hari.
39
5. Lokasi migren sering bersifat unilateral (satu sisi) biasanya pada daerah frontal, temporal,
namun suatu saat dapat menyeluruh.
6. Nyeri berdenyut dari migren sering ditutupi oleh perasaan nyeri yang bersifat terus menerus.
o Gejala hemiferik.
1. Hemiparesis
2. Parestesia
3. Gangguan berbahasa.
9. Migren mereda apabila dipakai untuk istirahat, menghindari cahaya dan tidur.
Migren merupakan suatu penyakit kronis, bukan sekedar sakit kepala. Secara umum
terdapat 4 fase gejala, meskipun tak semua penderita migren mengalami keempat fase ini.
Keempat fase tersebut adalah : fase prodromal, aura, serangan, dan postdromal.
A. Fase Prodromal
Fase ini terdiri dari kumpulan gejala samar / tidak jelas, yang dapat mendahului serangan
migren. Fase ini dapat berlangsung selama beberapa jam, bahkan dapat 1-2 hari sebelum
serangan. Gejalanya antara lain:
40
o Psikologis : depresi, hiperaktivitas, euforia (rasa gembira yang berlebihan), banyak bicara
(talkativeness), sensitif / iritabel, gelisah, rasa mengantuk atau malas.
o Neurologis : sensitif terhadap cahaya dan/atau bunyi (fotofobia & fonofobia), sulit
berkonsentrasi, menguap berlebihan, sensitif terhadap bau (hiperosmia)
o Umum : kaku leher, mual, diare atau konstipasi, mengidam atau nafsu makan meningkat,
merasa dingin, haus, merasa lamban, sering buang air kecil
B. Aura
Umumnya gejala aura dirasakan mendahului serangan migren. Secara visual, aura
dinyatakan dalam bentuk positif atau negatif. Penderita migren dapat mengalami kedua jenis
aura secara bersamaan.Aura positif tampak seperti cahaya berkilauan, seperti suatu bentuk
berpendar yang menutupi tepi lapangan pengelihatan. Fenomena ini disebut juga sebagai
scintillating scotoma (scotoma = defek lapang pandang). Skotoma ini dapat membesar dan
akhirnya menutupi seluruh lapang pandang. Aura positif dapat pula berbentuk seperti garis-garis
zig-zag, atau bintang-bintang.
Aura negatif tampak seperti lubang gelap/hitam atau bintik-bintik hitam yang menutupi
lapangan pengelihatannya. Dapat pula berbentuk seperti tunnel vision; dimana lapang pandang
daerah kedua sisi menjadi gelap atau tertutup, sehingga lapang pandang terfokus hanya pada
bagian tengah (seolah-seolah melihat melalui lorong).
Beberapa gejala neurologis dapat muncul bersamaan dengan timbulnya aura. Gejala-
gejala ini umumnya: gangguan bicara; kesemutan; rasa baal; rasa lemah pada lengan dan tungkai
bawah; gangguan persepsi penglihatan seperti distorsi terhadap ruang; dan kebingungan
(confusion).
C. Fase Serangan
Tanpa pengobatan, serangan migren umumnya berlangsung antara 4-72 jam. Migren
yang disertai aura disebut sebagai migren klasik. Sedangkan migren tanpa disertai aura
merupakan migren umum (common migraine).
41
Gejala-gejala yang umum adalah:
1. Nyeri kepala satu sisi yang terasa seperti berdenyut-denyut atau ditusuk-tusuk. Nyeri
kadang-kadang dapat menyebar sampai terasa di seluruh bagian kepala
8. Terdapat paling tidak 1 gejala aura (pada migren klasik), yang berkembang secara
bertahap selama lebih dari 4 menit. Nyeri kepala dapat terjadi sebelum gejala aura atau pada saat
yang bersamaan.
D. Fase Postdromal
Setelah serangan migren, umumnya terjadi masa prodromal, dimana pasien dapat merasa
kelelahan (exhausted) dan perasaan seperti berkabut.
PATOFISIOLOGI
Dulu migren oleh Wolff disangka sebagai kelainan pembuluh darah (teori vaskular).
Sekarang diperkirakan kelainan primer di otak. Sedangkan kelainan di pembuluh darah sekunder.
Ini didasarkan atas tiga percobaan binatang2:1. Penekanan aktivitas sel neuron otak yang
menjalar dan meluas (spreading depression dari Leao)
42
Teori depresi yang meluas Leao (1944), dapat menerangkan tumbuhnya aura pada migren
klasik. Leao pertama melakukan percobaan pada kelinci. Ia menemukan bahwa depresi yang
meluas timbul akibat reaksi terhadap macam rangsangan lokal pada jaringan korteks otak.
Depresi yang meluas ini adalah gelombang yang menjalar akibat penekanan aktivitas sel neuron
otak spontan. Perjalanan dan meluasnya gelombang sama dengan yang terjadi waktu kita
melempar batu ke dalam air. Kecepatan perjalanannya diperkirakan 2-5 mm per menit dan
didahului oleh fase rangsangan sel neuron otak yang berlangsung cepat. Jadi sama dengan
perjalanan aura pada migren klasik.
Percobaan ini ditunjang oleh penemuan Oleson, Larsen dan Lauritzen (1981). dengan
pengukuran aliran darah otak regional pada penderita-penderita migren klasik. Pada waktu
serangan migren klasik, mereka menemukan penurunan aliran darah pada bagian belakang otak
yang meluas ke depan dengan kecepatan yang sama seperti pada depresi yang meluas. Mereka
mengambil kesimpulan bahwa penurunan aliran darah otak regional yang meluas ke depan
adalah akibat dari depresi yang meluas.
Terdapat persamaan antara percobaan binatang oleh Leao dan migren klinikal, akan tetapi
terdapat juga perbedaan yang penting, misalnya tak ada fase vasodilatasi pada pengamatan pada
manusia, dan aliran darah yang berkurang berlangsung terus setelah gejala aura. Meskipun
demikian, eksperimen perubahan aliran darah memberi kesan bahwa manifestasi migren terletak
primer di otak dan kelainan vaskular adalah sekunder.
Sistem trigemino-vaskular
Pembuluh darah otak dipersarafi oleh serat-serat saraf yang mengandung. substansi P
(SP), neurokinin-A (NKA) dan calcitonin-gene related peptid (CGRP).
43
Semua ini berasal dari ganglion nervus trigeminus sesisi SP, NKA. dan CGRP
menimbulkan pelebaran pembuluh darah arteri otak. Selain ltu, rangsangan oleh serotonin
(5hydroxytryptamine) pada ujung-ujung saraf perivaskular menyebabkan rasa nyeri dan
pelebaran pembuluh darah sesisi.
Seperti diketahui, waktu serangan migren kadar serotonin dalam plasma meningkat. Dulu
kita mengira bahwa serotoninlah yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah pada fase
aura. Pemikiran sekarang mengatakan bahwa serotonin bekerja melalui sistem trigemino-
vaskular yang menyebabkan rasa nyeri kepala dan pelebaran pembuluh darah. Obat-obat anti-
serotonin misalnva cyproheptadine (Periactin) dan pizotifen (Sandomigran, Mosegor)
bekerja pada sistem ini untuk mencegah migren
Inti-inti saraf di batang otak misalnya di rafe dan lokus seruleus mempunyai hubungan
dengan reseptor-reseptor serotonin dan noradrenalin.
44
Juga dengan pembuluh darah otak yang letaknya lebih tinggi dan sumsum tulang daerah
leher yang letaknya lebih rendah. Rangsangan pada inti-inti ini menyebabkan vasokonstriksi
pembuluh darah otak sesisi dan vasodilatasi pembuluh darah di luar otak. Selain itu terdapat
penekanan reseptor-reseptor nyeri yang letaknya lebih rendah di sumsum tulang daerah leher.
Teori ini menerangkan vasokonstriksi pembuluh darah di dalam otak dan vasodilatasi pembuluh
darah di luar otak, misalnya di pelipis yang melebar dan berdenyut.
Faktor pencetus timbulnya migren dapat dibagi dalam faktor ekstrinsik dan faktor
intrinsik. Faktor ekstrinsik, misalnya ketegangan jiwa (stress), baik emosional maupun fisik atau
setelah istirahat dari ketegangan, makanan tertentu, misalnya buah jeruk, pisang, coklat, keju,
minuman yang mengandung alkohol, sosis yang ada bahan pengawetnya. Lain-lain faktor
pencetus seperti hawa terlalu panas, terik matahari, lingkungan kerja yang tak menyenangkan,
bau atau suara yang tak menyenangkan. Faktor intrinsik, misalnya perubahan hormonal pada
wanita yang nyeri kepalanya berhubungan dengan hari tertentu siklus haid. Dikatakan bahwa
migren menstruasi ini jarang terdapat, hanya didapatkan pada 3 dari 600-700 penderita.
Pemberian pil KB dan waktu menopause sering mempengaruhi serangan migren.
Mual dan muntah mungkin disebabkan oleh kerja dopamin atau serotonin pada pusat muntah di
45
batang otak (chemoreseptor trigger zone/ CTZ). Sedangkan pacuan pada hipotalamus akan
menimbulkan fotofobia. Proyeksi/pacuan dari LC ke korteks serebri dapat mengakibatkan
oligemia kortikal dan mungkin menyebabkan penekanan aliran darah, sehingga timbulah aura7.
Pencetus (trigger) migren berasal dari:
2. Talamus: sebagai respon terhadap stimulasi afferen yang berlebihan: cahaya yang
menyilaukan, suara bising, makanan,
5. Sirkulasi karotis interna atau karotis eksterna: sebagai respon terhadap vasodilator,
atau angiografi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Banyak dokter yang meminta suatu serial pemeriksaan darah untuk pemeriksaan penyakit
kelenjar gondok, anemia atau infeksi yang dapat menyebabkan sakit kepala. Kadang-kadang
diperlukan pemeriksaan sken otak seperti computed tomographic scan (CT-scan) atau magnetic
resonance imaging (MRI) untuk menepis gangguan otak yang serius. Jika dicurigai adanya
aneurisma pembuluh darah otak, perlu dilakukan pemeriksaan angiogram.
Untuk mendiagnosis migren tidak selalu mudah, terutama pada pasien-pasien yang
memiliki gejala yang tidak jelas. Elektroensefalogram (EEG) dilakukan untuk mengukur
aktivitas kerja otak. EEG ini dapat mengidentifikasi suatu malfungsi saraf otak, tetapi tidak dapat
menunjukkan secara tepat masalah yang menyebabkan suatu sakit kepala.
46
yang berwarna atau suatu termogram dengan berbagai warna yang berbeda sebagai akibat tingkat
pemanasan yang berbeda.
Temperatur kulit ini dipengaruhi oleh aliran darah. Para saintis menemukan termogram
pada pasien-pasien yang menderita sakit kepala menunjukkan pola panas yang berbeda sangat
menyolok dari mereka yang tidak pernah atau jarang mengalami sakit kepala.
DIAGNOSIS
Tidak ada pemeriksaan khusus untuk mendiagnosis migren. Untuk menentukan sakit
kepala yang diklasifikasikan sebagai migren adalah setelah dilakukan pencatatan riwayat
penyakit (anamnesis) dan pemeriksaan fisik yang lengkap. Dokter akan menanyakan penderita
mengenai gejala-gejala yang dialaminya. Misalnya berapa sering sakit kepala terjadi, lokasi nyeri
kepala, lamanya dan gejala lainnya yang timbul sebelum, selama atau setelah sakit kepala
tersebut. Perlu suatu catatan harian yang mencatat karakteristik dari sakit kepala tersebut yang
dihubungkan dengan gaya hidup, diet, menstruasi dan penggunaan obat.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan migrain secara garis besar dibagi atas mengurangi faktor resiko, terapi
farmaka dengan memakai obat dan terapi nonfarmaka. Terapi farmaka dibagi atas dua kelompok
yaitu terapi abortif (terapi akut) dan terapi preventif (terapi pencegahan), walau pada terapi
nonfarmaka juga dapat bertujuan untuk abortif dan pencegahan. Terapi abortif merupakan
pengobatan pada saat serangan akut yang bertujuan untuk meredakan serangan nyeri dan
disabilitas pada saat itu dan menghentikan progresivitas.
Pada terapi preventif atau profilaksis migrain terutama bertujuan untuk mengurangi
frekwensi, durasi dan beratnya nyeri kepala
47
- Hipoglikemia (terlambat makan)
- Kelelahan
Kadar estrogen yang berfluktuasi dapat dilakukan dengan menghentikan pil KB atau obat-obat
pengganti estrogen
- Diet
Menghindari makanan tertentu cukup membantu pada 25-30% penderita migrain. Secara
umum, makanan yang harus dihindari adalah: MSG, beberapa minuman beralkohol (anggur
merah, prot, sherry, scotch, bourbon), keju (Colby, Roquefort, Brie, Gruyere, cheddar, bleu,
mozzarella, Parmesan, Boursault, Romano), coklat, dan aspartame.
Diet dilakukan selama 1 bulan. Apabila setelah 1 bulan gejala tidak membaik, berarti
modifikasi diet tidak bermanfaat. Apabila makanan menjadi pencetus gejala, maka jenis
makanan tersebut harus diidentifikasi dengan cara menambahkan satu jenis makanan sampai
gejala muncul. Sebaiknya dibuat diari makanan selama mengidentifikasi makanan apa yang
menjadi pencetus migrain, karena beberapa jenis makanan dapat langsung menimbulkan gejala
(anggur merah, MSG), sementara makanan lain baru menimbulkan gejala setelah 1 hari (coklat,
keju).
Terapi Abortif
Pada terapi abortif dapat diberikan analgesia nonspesifik yaitu analgesia yang dapat diberikan
pada kasus nyeri lain selain nyeri kepala, dan atau analgesia spesifik yang hanya bekerja sebagai
analgesia nyeri kepala. Secara umum dapat dikatakan bahwa terapi memakai analgesia
nonspesifik masih dapat menolong pada migrain dengan intensitas nyeri ringan sampai sedang.
48
Pada kasus sedang sampai berat atau berespons buruk dengan OAINS pemberian analgesia
spesifik lebih bermanfaat.
Domperidon atau metoklopramid sebagai antiemetik dapat diberikan saat serangan nyeri kepala
atau bahkan lebih awal yaitu pada saat fase prodromal. Fase prodromal migrain dihubungkan
dengan gangguan pada hipotalamus melalui neurotransmiter dopamin dan serotonin. Pemberian
antiemetik akan membantu penyerapan lambung di samping meredakan gejala penyerta seperti
mual dan muntah. Kemungkinan timbulnya efek samping antiemetik seperti sedasi dan
parkinsonism pada orang tua patut diperhatikan.
Analgesik nonspesifik
Yang termasuk analgesia nonspesifik adalah asetaminofen (parasetamol), aspirin dan obat anti
inflamasi nonsteroid (OAINS). Pada umumnya pemberian analgesia opioid dihindari.
Beberapa obat OAINS yang telah diteliti diberikan pada migrain antara lain adalah:
- Diklofenak.
- Ketoprofen
- Ibuprofen.
- Naproksen.
- Golongan fenamat.
Ketorolak IM membantu pasien dengan mual atau muntah yang berat. Kombinasi antara
asetaminofen dengan aspirin atau OAINS serta penambahan kafein dikatakan dapat menambah
efek analgetik, dan dengan dosis masing-masing obat yang lebih rendah diharapkan akan
mengurangi efek samping obat. Mekanisme kerja OAINS pada umumnya terutama menghambat
enzim siklooksigenase sehingga sintesa prostaglandin dihambat.
Pasien diminta meminum obatnya begitu serangan migrain terasa. Dosis obat harus
adekuat baik secara obat tunggal atau kombinasi. Apabila satu OAINS tidak efektif dapat dicoba
49
OAINS yang lain. Efek samping pemberian OAINS perlu dipahami untuk menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan. Pada wanita hamil hindari pemberian OAINS setelah minggu ke 32
kehamilan. Pada migrain anak dapat diberikan asetaminofen atau ibuprofen.
TERAPI PROFILAKSIS
Terapi preventif harus selalu diminum tanpa melihat adanya serangan atau tidak.
Pengobatan dapat diberikan dalam jangka waktu episodik, jangka pendek (subakut) atau jangka
panjang (kronis). Terapi episodik diberikan apabila faktor pencetus nyeri kepala dikenal dengan
baik sehingga dapat diberikan analgesia sebelumnya. Terapi preventif jangka pendek berguna
apabila pasien akan terkena faktor risiko yang telah dikenal dalam jangka waktu tertentu seperti
pada migrain menstrual. Terapi preventif kronis akan diberikan dalam beberapa bulan bahkan
tahun tergantung respons pasien. Biasanya diambil patokan minimal dua sampai tiga bulan.
- Indikasi:
Adanya kontra indikasi atau efek samping yang tidak dapat ditoleransi terhadap terapi
abortif.
50
karena itu, bila tidak ada kontraindikasi, verapamil lebih sering digunakan pada awal terapi
karena efek sampingnya paling minimal dibandingkan yang lain.
- Apabila dizziness tidak dapat dikontrol dengan satu obat, gunakan jenis obat yang lain. Bila
dizziness sudah terkontrol, obat diberikan terus menerus selama minimal 1 tahun (kecuali
methysergide yang memerlukan interval bebas obat selama 3-4 minggu pada bulan ke-6 terapi).
Obat dapat diberikan ulang pada tahun berikutnya apabila dizziness muncul lagi setelah terapi
dihentikan.
TERAPI NONFARMAKA
Walaupun terapi farmaka merupakan terapi utama migren, terapi nonfarmaka tidak bisa
dilupakan. Pada kehamilan terapi nonfarmaka bahkan diutamakan. Terapi nonfarmaka dimulai
51
dengan edukasi dan menenangkan pasien (reassurance). Pada saat serangan pasien dianjurkan
untuk menghindari stimulasi sensoris berlebihan. Bila memungkinkan beristirahat di tempat
gelap dan tenang dengan dikompres dingin. Menghindari faktor pencetus mungkin merupakan
terapi pencegahan yang murah.
Intervensi terapi perilaku (behaviour) sangat berperan dalam mengatasi nyeri kepala yang
meliputi terapi cognitive-behaviour, terapi relaksasi serta terapi biofeedback dengan memakai
alat elektromiografi atau memakai suhu kulit atau pulsasi arteri temporalis. Olahraga terarah
yang teratur dan meningkat secara bertahap umumnya sangat membantu. Beberapa penulis
mengusulkan terapi alternatif lain seperti meditasi, hipnosis, akupunktur dan fitofarmaka. Pada
migrain menstrual dapat dianjurkan mengurangi garam dan retensi cairan.
52
CLUSTER HEADACHE
Cluster headache adalah nyeri kepala hebat yang periodic, unilateral dan biasanya
terlokalisir di orbita, berlangsung singkat (15menit-2jam) tanpa gejala prodromal.
Epidemiologi :
Laki-laki lima kali lebih banyak dari perempuan, dan kebanyakan menderita serangan pertama
pada usia 20-40tahun
Etiologi :
Faktor predisposisi:
Factor pemicu utama adalah alcohol, selain itu stress, perubahan cuaca dan serangan hay fever,
kekurangan oksigen (misalnya didaerah pegunungan)
- Tipe periodic
Serangan singkat 1-3 kali sehari selama 4-8 minggu diikuti oleh interval bebas nyeri yang
lamanya rata-rata 1 tahun
- Nyeri : konstan, tidak berdenyut , tajam dan menusuk
- Lokasi nyeri : unilateral, biasanya terlokalisir di orbita dan selalu pada sisi yang sama
- Lamanya nyeri : beberapa menit sampai beberapa jam (15 -180 menit)
- Nyeri kepala sering terjadi pada malam hari sehingga penderita terbangun dari tidurnya,
berjalan bolak-balik, gelisah dan tidak mampu dudukdiam. Puncaknya penderita bisa
bunuh diri.
- Biasanya pengulangan terjadi disisi yang sama
- Disisi yang sama , terdapat pula;
53
Kemerahan pada pipi (flushing) , lakrimasi , hidung tersumbat, rhinorreah (lender cair
dihidung)
Pathogenesis :
Pathogenesis nyeri kepala klaster belum diketahui. Namun banyak teori yang menjelaskan
pathogenesis dari penyakit ini, antara lain
- Patofisiologi dasar diperkirakan adalah system vascular trigeminus, jalur akhir bersama ,
dengan nyeri dipicu secara siklik oleh suatu pemicu sentral yang terganggu.
- Mekanisme histaminergik dan humoral diperkirakan mendasari gejala otonom yang
terjadi bersamaan dengan nyeri kepala ini.
Pemeriksaan
- Anamnesa
- Pemeriksaan fisik
Ditemukan lakrimasi , palpebra edema, conjungtiva hiperemis , rhinorrea
- Pemeriksaan tambahan
CT-scan , namun gambarannya normal
Dasar diagnose :
- Nyeri kepala hebat
- Unilateral diorbita, supraorbita
- Berlangsung 15-180 menit, frekuensi 1-8 kali sehari
- Lakrimasi, pipi flushing ,hidung tersumbat disisi yang sama dengan nyeri kepala.
Penatalaksanaan
- Obat vasokonstriktor;
Orgotmin tartat : 2x1 mg sebelum tidur
- Antagonis serotonin
Metisergid : 4-8 mg sehari dalam dosis terbagi (sekitar 3 bulan)
Litium Karbonat ; 300 mg, 3-4 kali sehari, jika metisergid tidak efektif
Predmison ; 20-40 mg sehari
54
- Inhalasi oksigen murni, 7 liter/menit selama 10-15 menit, dapat menghilangkan serangan
akut.
Diagnose differensial
- Kronis paroxysmal hemicranias (CPH) : serangan lebih singkat (beberapa detik saja)
- Migrain
Prognosis
Serangan-serangan nyeri dapat diperingan atau dihindari dengan memprhatikan factor-fkator
pencetus
55
TRIGEMINAL NEURALGIA
Definisi : Nyeri pada nervus trigeminus, yang menghantarkan rasa nyeri menuju ke wajah.
Gambaran Klinis :
Patogenesis :
Kompresi pembuluh darah (vena atau arteri) di pintu masuk saraf trigeminal ke dalam pons
56
Menghasilkan demielinasi saraf trigeminal fokal
Dibedakan dari nyeri wajah idiopatik (atipikal), serta kelainan lain yg menyebabkan nyeri
kranio-fasial, yaitu :
Karbamazepin
Suntikan Lokal
Operasi
57
NYERI KEPALA SEKUNDER
1. PENINGKATAN TIK
Adanya tumor, yaitu terjadi saat bangun / membangunkan pasien pd saat tidur, diperberat
saat bersin, mengejan, membungkuk, angkat beban.
Tanda-tanda neurologis (-)
Harus dilakukan CT-Scan utk menyingkirkan hipotesis adanya massa di intrakranial,
seperti tumor
Muntah
Fotofobia
Kaku kuduk
Perdarahan subaraknoid onset tiba-tiba & hebat, pasien dpt kehilangan kesadaran
Pada meningitis bakterial terjadi perburukan dlm hitungan menit / jam
58
VERTIGO SENTRAL
Vertigo sentral adalah vertigo yang disebabkan penyakit system saraf pusat
Etiologi :
- Vaskuler
- Degenerative
- Tumor
- Trauma
- Ketidakseimbangan didalam otak, khususnya dibagian saraf keseimbangan yaitu
percabanagn otak , cerebellum
Pemeriksaan :
- Pemeriksaan fisik
Dengan manuver nylen-barany /maneuver-Hallpike (untuk membangkitkan vertigo dan
nistagmus) didapatkan
Vertigo : ringan
Masa laten : tidak ada
Nistagmus : tidak berkurang atau mereda walaupun maneuver berulang-ulang
- Pemeriksaan tambahan
Lab rutin : darah , urin
59
Rontgen tengkorak , leher
CT scan , MRI
Penatalaksanaan :
- Kausal
- Simptomatik
Obat antivertigo : dimenhidrinat , 25-50 mg setiap 6 jam, oral / IV
Difenhidramin ; 25-50 mg setiap 6 jam
Prometazin, 25 mg setiap 6 jam, oral
- Terapi rehabilitative
Latihan vestibuler; melatih mata dan otot, melatih meningkatkan keseimbangan dan lain-
lain
Maneuver epley ; pengobatan sederhana
60
ANALGETIK
Analgetik adalah senyawa yang dapat menekan fungsi sistem saraf secara selektif. Digunakan
untuk mengurangi rasa sakit tanpa mempengaruhi kesadaran. Analgetik bekerja dengan
meningkatkan nilai ambang persepsi rasa sakit.
Macam-macam analgetik
1. Analgesik nonopioid
2. Analgesik opioid
3. Antagonis dan agonisopioid
Bisa juga diobati dengan kelompok keempat obat disebut adjuvan atau koanalgesik
Analgesik nonopioid
Sangat efektif untuk penatalaksanaan nyeri sampai sedang terutama Asetaminofen (Tylenol) dan
OAINS (obat antiinflamasi non steroid)
OAINS
Tersedia dengan berbagai macam efek antipiretik, analgesik, dan antiinflamasi (kecuali
asetominofen) yang paling sering digunakan : Asam asetilsalisilat (aspirin) dan ibuprofen
(motrin, advil)
INDIKASI : sangat efektif untuk mengatasi nyeri akut derajat ringan, penyakit meradang kronik
seperti artritis, dan nyeri akibat kanker yang ringan.
Perkembangan OAINS tipe baru brdrs. Pemahaman mengenai kelas siklooksigenase (COX)
utama:
61
COX-1 scr konstitutif diekspresikan untuk fungsi fisiologik normal di banyak sistem tubuh
COX-2 diinduksi oleh peradangan dengan tanggung jawab menghasilkan berbagai hasil akhir
peradangan yang menimbulkan nyeri
Inhibitor COX-2 memperkecil efek samping seperti iritasi lambung, dan penurunan fungsi
ginjal, sekaligus menghasilkan efek antiinflamasi yg baik.
OAINS tdk menimbulkan ketergantungan dan toleransi fisik (ceiling effect dan ceiling dose)
Asetaminofen
Efek analgesik-antipiretik sama seperti aspirin namun kurang mempunyai efek antiinflamasi
Keunggulannya dibanding aspirin tidak men menimbulkan efek pada sistem kardiovaskular
dan pernafasan. Dan tidakmenimbulkan gangguan keseimbangan asam basa, fungsi trombosit,
atau aktivitas COX-1 di lambung dan ginjal
Kekurangan: obat ini dapat menyebabkan kerusakan hati fatal dalam dosis yang berlebihan
Analgesia Opioid
Merupakan analgetik paling kuat yg digunakan pada penatalaksanaan nyeri sedang-berat. Obat-
obat ini merupakan patokan dalam pengobatan nyeri pascaoperasi dan nyeri terkait kanker
Opoid :
Efek opioid nergantung pada reseptor yg diikatnya, namun paling bayak diikat adalah reseptor
mu-
62
Morfin
Adalah suatu alkaloid yang berasal dr getah tumbuhan opium poppy yang telah dikeringkan,
memiliki efek analgetik, sedatif dan euforik
Menimbulkan efek analgetiknya di sentral dengan cara mengikat reseptor opioid di nukleus
modulasi nyeri di batang otak. Morfin menimbulkan efek pada sistem desenden yang
menghambat nyeri. Di tingkat kornu dorsalis medula spinalis morfin dpt menghambat
transmisi impuls nosiseptor yg dtg dengan mengikat reseptor opioid di substansia gelatinosa
- Depresi pernafasan
- Mual dan muntah
- Sedasi
- Konstipasi
- Toleransi
- Ketergantungan
- Ketagihan (adiksi)
Antagonis opioid adalah obat yang melawan efek obat opioid dengan mengikat reseptor dan
menghambat pengaktifannya
Naloksolon :
63
- Digunakan utk melawan efek kelebihan dosis narkotik, yaitu yg paling serius depresi
pernapasan dan sedasi
Agonis-antagonis opioid adalah kombinasi agonis dan antagonis sepertri pentazosin (Talwin)
dan butorfanol (stadol)
Apabila diberikan kepada pasien yg bergantung pada narkotik maka obat-obat ini akan
dapat memicu gejala putus obat
Agonis-antagonis opoid adalah analgetik efektif apabila diberikan tersendiri dan lebih
kecil kemungkinannya menimbulkan efek samping yg tidak diinginkan (misalnya depresi
pernapasan) dibandingkan dengan agonis opioid murni
Sangat efektif dalam mengendalikan nyeri neuropatik yg mungkin tidak berespon terhadap
opioid
Antikejang:
- Kabarmazepin (Tagretol) atau fenitoin (dilantin) efektif atasi nyeri menyayat yang
berkaitan dengan kerusakan saraf
- Antikejang efektif utk nyeri neuropatik karena obat golongan ini menstabilkan membran
saraf dan menekan respon akhir di saraf.
- Gabapentin efektif utk nyeri menyayat, berkaitan dgn reseptor spesifik di otak.
Mengambat arus natrium yg bergantung pada voltase, dan mungkin meningkatkan
pelepasan GABA
Antidepressan tersiklik
- Amitriptilin (evalil) atau impramin (Tofranil) sgt terbukti utk nyeri neuropatik, serta
berbagai penyakit lain yg menimbulkan nyeri
64
Digunakan sbg terapi untuk neuralgia pasca herpes, invasi struktur saraf oleh karsinoma, nyeri
pascabedah dan artritis reumatoid
Antidepresan siklik memiliki efek analgetik yang independen dari aktivitas antidepresannya
Ada juga yg berupa agonis reseptor adrenergik-alfa (misalnya, agonis alfa-2, klonidin), antagonis
alfa-1, prazosin. Efek samping obat-obat ini adalah hipotensi dan potensial depresi pernapasan
yg diinduksi opioid
65
GANGGUAN KEPRIBADIAN
Mencakup berbagai kondisi klinis yang bermakna dan pola perilaku yang cenderung menetap
dan merupakan ekspresi dari pola hidup yang khas dari seseorang dan cara-cara berhubungan
dengan diri sendiri dan orang lain.
Beberapa dari kondisi dan pola perilaku tersebut berkembang sejak dini dari masa pertumbuhan
dan perkembangan dirinya sebagai hasil interaksi factor-faktor konstitusi dan pengalaman hidup,
sedangkan yang lainnya didapat pada masa kehidupan selanjutnya.
Terdiri dari :
Disharmoni sikap dan perilaku yang cukup berat, biasanya meliputi beberapa bidang
fungsi, misalnya afek, kesiagaan, pengendalian impuls, cara memandang dan
berpikir,serta gaya berhubungan dengan orang lain.
Pola perilaku abnormal berlangsung lama, berjangka panjang dan tidak terbatas pada
episode gangguan jiwa
Pola perilaku abnormal bersifat pervasif (mendalam) dan maladaptive yang jelas terhadap
keadaan pribadi dan social yang luas
Manifestasi di atas selalu muncul pada masa kanak / remaja dan berlanjut sampai usia
dewasa
Gangguan ini menyebabkan penderitaan pribadi yang cukup berarti tapi baru menjadi
nyata setelah perjalanan lanjut.
F.61. Gangguan kepribadian campuran dan lainnya.
Kategori ini dimaksudkan untuk gangguan kepribadian dan kelainan-kelainan yang
seringkali menyulitkan, tetapi tidak menunjukkan pola gejala yang khas yang menjadi ciri-ciri
dari gangguan F.60
F.62. Perubahan kepribadian yang berlangsung lama dan tidak diakibatkan oleh kerusakan/
penyakit otak
66
Kelompok ini meliputi gangguan dari kepribadian dan perilaku dewasa yang berkembang
setelah mengalami katastrofik atau stress yang berkepanjangan, atau setelah mengalami
gangguan jiwa yang berat pada penderita yang tanpa gangguan kepribadian sebelumnya.
(Berdasarkan DSM-IV)
Kepribadian : totalitas sifat emosional & perilaku yang menandai kehidupan seseorang.
Gangguan terbagi atas:
*gangguan kepribadian kluster A : individu yang aneh/eksentrik
1.paranoid: ketidakpercayaan dan kecurigaan pervasive kepada orang lain
2.skizoid : menyukai kesendirian, tidak punya minat terhadap hubungan dekat dan kedinginan
emosi
3.skizotipal : keyakinan yang aneh,pengalaman persepsi yang tidak lazim, afek yang tidak sesuai,
serta pikiran, perilaku, penampilan dan cara bicara yang aneh
*gangguan kepribadian Kluster B : individu yang dramatis,emosional
1. ambang : perasaan kekosongan yang kronis, gangguan identitas, kemarahan yang kuat dan
tidak pada tempatnya, kelabilan emosi yang ekstrem.
2.anti social : berulang kali melakukan pelanggaran hukum, iritabilitas dan agresifitas,
mengabaikan keselamatan diri sendiri dan ketidakjujuran.
3.narsistik : rasa kepercayaan diri yang besar, yakin bahwa dia adalah khusus dan unik, tidak
punya empati dan sering iri pada orang lain
4, histrionic :menunjukkan dramatisasi diri, ekspresi emosi yang berlebihan, mudah disugesti,
secara terus-menerus menggunakan penampilan fisik untuk menarik perhatian kepada dirinya.
*gangguan kepribadian kluster C : individu yang pencemas/ ketakutan
1. menghindar : rendah diri, perasaan tidak adekuat , tidak mau terlibat langsung dengan orang
lain
2. dependen : tidak nyaman dan tidak berdaya jika sendirian, membutuhkan orang lain untuk
melaksanakan/ memutuskan sesuatu
3. obsesif kompulsif: perfeksionis, kekakuan dan keras kepala, terlalu berhati2, teliti dan tidak
fleksibel
67
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 2000. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
68