Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan pendidikan saat ini meningkat dengan pesat sebagai


konsekwensi dari logis globalisasi. Perkembangan pendidikan keperawatan
hendaknya tidak hanya berupah peningkatan kwantitas semata,namun haSrus di
ikuti dengan peningkatan kwalitas pendidikan. Dengan demikian akan di hasilkan
perawat yang professional dan siap berkompotisi dengan enaga kesehatan
lain,baik di tingkat nasional atau internasonal.
Peningkatan pengetahuan dan teknologi yang sedemikian cepat dalam
segala bidang serta meningkatnya pengetahuan masyarakat berpengaruh pula
terhadap meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan
termasuk pelayanan keperawatan atau kebidanan. Hal ini merupakan tantangan
bagi profesi keperawatan dan kebidanan dalam mengembangkan
profesionalisme selama memberi pelayanan yang berkualitas. Kualitas
pelayanan yang tinggi memerlukan landasan komitmen yang kuat dengan
basis pada etik dan moral yang tinggi.
Perawat di tuntut untuk melaksanakan asuhan keperawatan untuk
pasien/klien baik secara individu,keluarga,kelompok,dan masyarakat dengan
memandang manusia secara biopsikososial spiritual yang komprehensi.Sebagai
tenaga yang professional,dalam melaksanakan tugasnya diperlukan suatu sikap
yang menjamin terlaksananya tugas tersebut dengan baik dan bertanggung
jawab secara moral.
Etika merupakan sesuatu yang dikenal,diketahui,diulang,serta menjadi
suatu kebiasaan di dalam suatu masyarakat,baik berupa kata-kata atau suatu
bentuk perbuatan yang nyata. Etika lebih menitik beratkan pada aturan-
aturan,prinsip-prinsip yang melandasi perilaku yang mendasar dan mendekati
aturan-aturan,hukum,dan undang-unang yang membedakan benar atau salah
secara moralitas.
Dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga, atau
komunitas,perawat sangat memerlukan etika keperawatan. Karena itu,focus dari
etika keperawatan di tujukan terhadap sifat manusia yang unik.

1
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya, yaitu :

1. Apa yang dimaksud dengan etika keperawatan ?

2. Apa yang dimaksud dengan prinsip-prinsip etika keperawatan ?

3. Apa yang dimaksud dengan prinsip norma dan budaya ?

4. Apa yang dimaksud dengan konsep dan prinsip budaya dalam keperawatan ?

5. Menjelaskan askep pada pemenuhan rasa aman dan nyaman ?

C. Tujuan

Adpun tujuannya, yaitu :

1. Untuk mengetahui pengertian etika keperawatan

2. Untuk mengetahui prinsip prinsip etika keperawatan

3. Untuk mengetahui prinsip norma dan budaya

4. Untuk mengetahui konsep dan prinsip budaya dalam keperawatan

5. Untuk mengetahui askep dari pada pemenuhan rasa aman dan nyaman

BAB II

2
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Etika berasal dari bahasa Yunani Kuno, ethos yang berarti kebiasaan/adat
istiadat, akhlak, watak, perasaan, sikap, dan cara berfikir.
Kata etika dalam Kamus besar Bahasa Indonesia mempunyai arti :
Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak).
Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
Nilai mengenai benar dan salah suatu golongan atau masyarakat.
Etika Keperawatan yaitu norma yang dianut oleh perawat dalam bertingkah
laku dengan klien, keluarga, kolega atau tenaga kesehatan lainnya disuatu
pelayanan kesehatan lainnya disuatu pelayanan keperawatan yang bersifat
profesional.
Prinsip-prinsip etika keperawatan merupakan pernyataan kolektif tentang
harapan dan standar perilaku keperawatan umtuk memabantu perawat
professional jika timbul pertanyaan tentang praktik atau prilaku yang benar.

B. Prinsip-Prinsip Etika Keperawatan


A. Otonomi (Autonomy/Self Determination)
Otonomi adalah suatu kekuasaan yang diberikan dari atasan kepada
bawahannya (bawahan mengatur sendiri apa yang seharusnya dijalankan
tetapi tetap diawasi oleh atasan).
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa
dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan
memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain.
Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.
Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut
pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat
menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan
dirinya.

3
Prinsip otonomi didasarkan pada hak seseorang untuk membuat
keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan
membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang
harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek
terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan
bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan
kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional
merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam
membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
B. Berbuat baik (Beneficience)
Kemurahan Hati (Benefiecence) adalah Menyeimbangkan hal-hal yang
menguntungkan dan merugikan/membahayakan dari tindakan yang dilakukan.
Melakukan hal-hal yang baik untuk orang lain. Merupakan prinsip untuk
melakukan yang baik dan tidak merugikan orang lain/pasien. Prinsip ini sering
kali sulit diterapkan dalam praktek keperawatan. Berbagai tindakan yang
dilakukan sering memberikan dampak yang merugikan pasien, serta tidak
adanya kepastian yang jelas apakah perawat bertanggung jawab atas semua
cara yang menguntungkan pasien. Contoh: Setiap perawat harus dapat
merawat dan memperlakukanklien dengan baik dan benar. Beneficience
berarti berbuat baik . Perawat wajib untuk berbuat baik, yakni melakukan
tindakan yang menguntungkan klien dan orang yang mendukung mereka.
Namun, berbuat baik juga dapat menimbulkan resiko bahaya. Sebagai contoh,
perawat dapat menganjurkan klien mengenai program latihan fisik berat untuk
meningkatkan kesehatan umum, tetapi seharusnya tidak memberi anjuran
tersebut jika klien berisiko mengalami serangan jantung.
Beneficience berarti hanya melakukan sesuatu yang baik. Prinsip ini
berkaitan dengan kewajiban melakukan yang terbaik dan tidak merugikan
orang lain.
Tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan senantiasa
memberikan yang terbaik sehingga anggota profesi selalu bersikap untuk
meningkatkan mutu yang lebih baik dalam memberikan pelayanan.
C. Keadilan (Justice)
Kemurahan Hati (Benefiecence) adalah Menyeimbangkan hal-hal yang
menguntungkan dan merugikan/membahayakan dari tindakan yang dilakukan.
4
Melakukan hal-hal yang baik untuk orang lain. Merupakan prinsip untuk
melakukan yang baik dan tidak merugikan orang lain/pasien. Prinsip ini sering
kali sulit diterapkan dalam praktek keperawatan. Berbagai tindakan yang
dilakukan sering memberikan dampak yang merugikan pasien, serta tidak
adanya kepastian yang jelas apakah perawat bertanggung jawab atas semua
cara yang menguntungkan pasien. Contoh: Setiap perawat harus dapat
merawat dan memperlakukan klien dengan baik dan benar. Beneficience
berarti berbuat baik. Perawat wajib untuk berbuat baik, yakni melakukan
tindakan yang menguntungkan klien dan orang yang mendukung mereka.
Namun, berbuat baik juga dapat menimbulkan resiko bahaya. Sebagai contoh,
perawat dapat menganjurkan klien mengenai program latihan fisik berat untuk
meningkatkan kesehatan umum, tetapi seharusnya tidak memberi anjuran
tersebut jika klien berisiko mengalami serangan jantung.
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap
orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai
ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi
yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
D. Tidak Merugikan (Nonmaleficience)
Non maleficience adalah kewajiban untuk tidak membahayakan. Meski
tampak mudah, pada kenyataannya prinsip ini sulit dilakukan. Bahaya dapat
berarti sengaja menimbulkan bahaya, membuat orang lain berisiko terdapat
bahaya, dan secara tidak sengaja menyebabkan bahaya. Dalam keperawatan,
bahaya yang disengaja tidak berterima. Namun, membuat orang berisiko
mengalami bahaya memiliki beragam sisi. Seorang klien mungkin berisiko
mengalami bahaya sebagai konsekuensi yang diketahui sebelumnya dari
suatu intervensi keperawatan yang bertujuan membantu klien. Sebagai
contoh, klien dapat mengalami efek samping terhadap obat. Pemberi asuhan
tidak selalu sepakat mengenai tingkat resiko yang secara moral diperbolehkan
untuk mencapai hasil yang bermanfaat. Bahaya yang tidak disengaja terjadi
saat resiko tidak di antisipasi sebelumnya. Sebagai contoh, saat menangkap
klien yang jatuh, perawat memegang klien dengan cukup erat sehingga
menyebabkan lebam pada lengan klien. (Buku ajar fundamental keperawatan
(konsep, proses dan praktik), Kozier, Erb, Berman, Snyder, hlm : 100). Non
5
maleficience adalah tindakan atau perilaku yang tidak menyebabkan
kecelakaan atau membahayakan orang lain. Contoh : bila ada klien dirawat
dengan penurunan kesadaran, maka harus dipasang side driil. (Buku pintar
perawat profesional teori & praktik asuhan keperawatan, Denidya Damayanti,
hlm : 29)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis
pada klien. Mengerjakan sesuatu dengan teliti, hati-hati, cermat, dan tidak
sembarangan.
E. Moral Right
Moral Right dalam keperawatan menjurus kepada acuan bagi perilaku
seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik yang dilakukan
seseorang dan merupakan kewajiban dan tanggung jawab moral sesuai
prosedur. Karena moral right hampir sama dengan etika dalam keperawatan,
hanya saja moral right menjurus pada tindakan yang baik yang dilakukan
seseorang, sedangkan etika mengacu pada tindakan yang baik dan buruk
merupakan kewajiban dan tanggung jawab moral. Standar moral dipengaruhi
oleh ajaran, agama, tradisi, norma kelompok atau masyarakat. Berikut
beberapa cara yang bisa dilakukan oleh perawat dalam etika Moral Right :
a. Advokasi, adalah memberikan saran dalam upaya melindungi dan
mendukung hak-hak pasien. Hal tersebut merupakan suatu kewajiban moral
bagi perawat dalam mempraktekkan keperawatan professional.
b. Responsibilitas ( tanggung jawab ), adalah eksekusi terhadap tugas-tugas
yang berhubungan dengan peran tertentu dari perawat. Misalnya pada saat
memberikan obat, perawat bertanggung jawab untuk mengkaji kebutuhan
klien dengan memberikannya dengan aman dan benar.
c. Loyalitas, adalah suatu konsep yang melewati simpati, peduli, dan hubungan
timbal balik terhadap pihak yang secara profesional berhubungan dengan
perawat.

F. Nilai dan Norma Masyarakat


Nilai-nilai adalah suatu keyakinan seseorang tentang penghargaan
terhadap suatu standar atau pegangan yang mengarah pada sikap/perilaku
seseorang. Sistem nilai dalam suatu organisasi adalah rentang nilai-nilai yang
dianggap penting dan sering diartikan sebagai perilaku personal. Values (nilai-
6
nilai) yang ideals atau idaman, konsep yang sangat berharga bagi seseorang
yang dapat memberikan arti dalam hidupnya. values merupakan sesuatu yang
berharga bagi seseorang, dan bisa mempengaruhi persepsi,motivasi,pilihan
dan keputusannya. Salary dan McDonnel (1989),values yang di sadari menjadi
pengendali internal seseorang adn bertingkah, membuat pilihan dan keputusan.
Norma Masyarakat adalah kebiasaan umum yang menjadi patokan perilaku
dalam suatu kelompok masyarakat dan batasan wilayah tertentu. Norma akan
berkembang seiring dengan kesepakatan-kesepakatan sosial masyarakatnya,
sering juga disebut dengan peraturan sosial. Norma menyangkut perilaku-
perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi sosialnya.
Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat memaksa individu atau suatu
kelompok agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk.
Pada dasarnya, norma disusun agar hubungan di antara manusia dalam
masyarakat dapat berlangsung tertib sebagaimana yang diharapkan.
Nilai dan orma masyarakat dapat memberi keputusan tentang tindakan
yang diharapkan benar-tepat atau bermoral, terlebih dalam profesi
keperawatan. Dimana pelayanan kepada umat manusia merupakan fungsi
utama perawat dan dasar adanya profesi keperawatan, oleh karena itu Nilai
dan norma keperawatan dalam penjalanan pelayanan keperawatan sangat
diperlukan. Dan dapat sebagai alat untuk mengukur perilaku moral dalam
keperawatan., atau dengan kata lain merupakan suatu ungkapan tentang
bagaimana perawat wajib bertingkah laku

C. Norma dan Budaya


Norma adalah aturan-aturan atau pedoman sosial yang khusus mengenai
tingkah laku, sikap, perbuatan yang boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan di
lingkungan kehidupannya.
Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu . Oleh
sebab itu , penting bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang
dirawat ( Pasien ) . Misalnya kebiasaan hidup sehari hari , seperti tidur , makan
, kebersihan diri , pekerjaan , pergaulan social , praktik kesehatan , pendidikan
anak , ekspresi perasaan , hubungan kekeluargaaan , peranan masing masing
orang menurut umur .

7
Norma budaya dapat berbeda-beda dalam satu kebudayaan, dan dari
generasi ke generasi. Oleh itu, sangat penting untuk membuat beberapa asumsi,
mengamati secara hati-hati, dan menanyakan kepada klien mengenai hal yang
disukai. Kesadaran terhadap perbedaan ini akan banyak membantu dalam
asuhan keperawatan.
1. Konsep Dan Prinsip Norma dalam Keperawatan
a. Kontak mata
Mengobservasi perilaku klien pada saat bersama keluarga dan orang
lain adalah cara yang baik untuk mempelajari pola kebiasaan, tentang
kontak mata. Dengan menjaga kontak mata maka klien akan merasa
diperhatikan pada saat memberikan informasi dan menunjukan bahwa
perawat siap untuk mendengarkan segala keluhan klien.
b. Sentuhan dan Jarak Personal
Orang dengan sifat religius yang tinggi cenderung menjaga jarak
personal antara diri mereka dan orang lain, dan menggunakan sedikit
sentuhan. Kelompok budaya seperti ini bisa menganggap sentuhan yang
berlebihan, terutama dari lawan jenis sebagai hal yang tidak sopan.
Sedangkan orang yang terbiasa hidup dipergaulan modern umumnya
merasa nyaman berdiri sangat dekat dengan orang lain, dan memberikan
sentuhan.
Sentuhan terapeutik akan memberikan kenyamanan pada pasien dan
menambah kepercayaan ppasien terhadap perawat.
c. Penggunaan Bahasa Tubuh
Bahasa tubuh dapat mudah disalahartikan, jadi perhatikan dengan benar
asumsi yang anda buat dari perilaku klien.
Perhatikanlah posisi pada saat melakukan tindakan, jangan sampai
perawat membelakangi klien, karena akan mengurangi kenyamanan klien.
Sebaiknya menghadap klien, selain untuk menghormati dapat juga
meningkatkan kenyamanan klien.
d. Menjaga privacy klien
Perawat harus menjaga kerahasiaan terhadap permasalahan yang
dimiliki klien. Jangan sampai diketahui oleh orang lain.
2. Konsep Dan Prinsip Budaya dalam Keperawatan
a. Mengahargai keyakinan klien menurut budayanya
8
Perawat harus bisa menghargai keyakinan klien tetapi tetap
melaksanakan tindakan untuk perawatan klien dengan mengganti dengan
alternative lain. Misalnya klien yang tidak mengkonsumsi obat-obatan kimia,
berpikir kritis dengan mengganti dengan obat herbal yang telah terbukti
pengobatannya. misalnya di budaya Jawa, Brotowali sebagai obat untuk
menghilangkan rasa nyeri
b. Menghentikan kebiasaan buruk
Apabila klien mempunyai kebiasaan merokok pada saat setelah makan,
maka perawat harus dapat melarang kebiasaan tersebut. Karena dapat
membahayakan klien dan terapi penyembuhan dapat mengalami
kegagalan. Contoh lain, kebiasaan bagi orang jawa yakni jika ada salah satu
pihak keluarga atau sanak saudara yang sakit, maka untuk menjenguknya
biasanya mereka mengumpulkan dulu semua saudaranya dan bersama
sama mengunjungi saudaranya yang sakit tersebut. Karena dalam budaya
Jawa dikenal prinsip mangan ora mangan , seng penting kumpul.
c. Mengganti kebiasaan pengobatan yang buruk
Bagi masyarakat Jawa dukun adalah yang pandai atau ahli dalam
mengobati penyakit melalui Japa Mantera, yakni doa yang diberikan oleh
dukun kepada pasien. Misalnya dukun pijat/tulang (sangkal putung) khusus
menangani orang yang sakit terkilir , patah tulang , jatuh atau salah urat.

D. Pemenuhan Rasa Aman


Keamanan adalah kondisi bebas dari cedera fisik dan psikologis (Potter &
Perry, 2006). Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang
terhindar dari ancaman bahaya/kecelakaan, yang merupakan kebutuhan dasar
manusia yang harus di penuhi, terdiri dari :
1. Kemanan lingkungan
Lingkungan klien mencakup semua faklor fisik dan psikososial yang
mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan dan kelangsungan hidup
klien. Keamanan dalam lingkungan diperlukan untuk mengurangi insiden
terjadinya penyakit dan cedera, memperpendek lamanya tindakan dan
hospitalisasi, meningkatkan atau mempertahankan status gizi klien,
meningkatkan kesejahteraan klien dan juga memberikan rasa aman kepada
staff sehingga kerja mereka menjadi optimal.
9
a. Suhu
Suhu lingkungan yang nyaman bagi individu sangat bervariasi, tetapi
individu biasanya nyaman pada suhu antara 18,3-23,9 C. Pemaparan
terhadap udara yang sangat dingin dalam waktu lama menyebabkan radang
dingin (fosbite) dan hipotermia. Pemaparan terhadap panas yang eksterm
akan menyebabkan headstroke (sengatan terik mtahari) atau heat
exhaustion. Heat exhaustion menyababkan diaforesis yang berlebihan,
hipotensi, perubahan status mental.kejang otot, dan mual. Sedangkan
headsroke adalah kondisi yang mengancam kehidupan dengan perubahan
status mental yang berat.
b. Bahaya Fisik
Bahaya fisik yang ada dalam komunitas dan tempat pelayanan kesehatan
mengakibatkan cedera pada pasien. Banyak bahaya fisik, khususnya yang
mengakibatkan jatuh, dapat diminimalkan melalui pencahayaan yang
adekuat, pengurangan penghalang fisik, pengontrolan bahaya yang
mungkinkan, dan tindakan pengamanan di kamar.
c. Pengontrolan polusi
Lingkungan yang sehat adalah lingkungan yang bebas dari polusi. Polutan
adalah zat kimia atau sampah material yang berbahaya yang dibuang
kedalam air,tanah atau udara. Pada umumnya manusia hanya berfikir jenis
polusi itu hanyalah polusi udara, air ataupun tanah. Padahal ada juga polusi
yang menimbulkan resiko tarhadap kesehatan.
d. Oksigen
Perawat harus menyadari berbagai faktor yang ada di lingkungan yang
dapat menurunkan jumlah oksigen yang tersedia. Bahaya umum yang
ditemukan di rumah sakit adalah sistem pemanasan yang tidak berfungsi
dengan baik. Pembakaran yang tidak sempurna menyebabkan penumpukan
karbon monoksida di dalam ruangan. Karbon monoksida adalah gas
beracun yang tidak berbau dan tidah berwarna yang di hasilkan dari
pembakarsnkarbon atau bahan bakar organik. Karbon monoksida berikatan
kuat denganoksigen,sehingga mencegah terbentuknya oksihemoglobin dan
akhirnya akan mengurangi persediaan oksigen yang diberikan ke seluruh
tubuh.
2. Nutrisi
10
Pemenuhan kebutuhan nutrisi secara adekuat dan aman memerlukan
kontrol lingkungan dan pengetahuan misalnya jika di rumah, klien memerlukan
kulkas dan alat pembeku untuk menjaga makanan yang cepat membusuk agar
tetap segar. Makanan yang tidak di siapkan atau di simpan dalam kulkas akan
meningkatkan resiko terjadinya infeksi dan keracunan dalam makanan. Infeksi
bakteri melalui makanan disebabkan karena adanya kontaminasi mkanan oleh
bakteri seperti salmonela, shigela, dan listeriosa.
3. Pengurangan Transmisi Pathogen
Pathogen adalah setiap mikroorganisme yang mampu
menyebabkan penyakit. Salah satu metode yang paling efektif untuk
membatasi penyebaran pathogen adalah dengan cuci tangan sesuai dengan
tehnik aseptic.

E. Pemenuhan Rasa Nyaman


Konsep kenyamanan memiliki subjektivitas yang sama dengan nyeri.
1. Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika
jaringan sedang dirusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk
menghilangkan rangsangan nyeri. (Arthur C Curton,1983)
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah
sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat
terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
Teori Specificity suggest menyatakan bahwa nyeri adalah sensori
spesifik yang muncul karena adanya injury dan informasi ini didapat melalui
sistem saraf perifer dan sentral melalui reseptor nyeri di saraf nyeri perifer dan
spesifik di spinal cord.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri
1. Usia 6. Ansietas
2. Jenis Kelamin 7. Keletihan
3. Kebudayaan 8. Pengalaman sebelum
4. Makna nyeri 9. Dukungan Keluarga
5. Perhatian
3. Pengelolaan Nyeri
11
a. Farmakologi
Yaitu dengan penggunaan obat-obatan.
a). Analgesik Narkotik
Analgesik narkotik terdiri dari berbagai derivate opium
seperti morfin dan kodein. Narkotik dapat memberikan efek penurunan
nyeri dan kegembiraan karena obat ini mengadakan ikatan dengan
reseptor opiat dan mengaktifkan penekan nyeri endogen pada susunan
saraf pusat (Tamsuri, 2007).
b). Analgesik Non Narkotik
Analgesik non narkotik seperti aspirin, asetaminofen,
dan ibuprofen selain memiliki efek anti nyeri juga memiliki efek anti
inflamasi dan antipiretik. Obat golongan ini menyebabkan penurunan
nyeri dengan menghambat produksi prostalglandin dari jaringan yang
mengalami trauma atau inflamasi (Smeltzer & Bare, 2001).
b. Non-farmakologi
Yaitu dengan menggunakan teknik-teknik sebagai berikut.
a). Teknik Relaksasi
Relaksasi merupakan teknik yang dapat digunakan semua orang
untuk menciptakan perasaan tenang dalam batin dan diri seseorang
untuk membentuk pribadi yang baik. Dan relaksasi merupakan bentuk
terapi perilaku untuk mengendurkan teganggan, pertama-tama
jasmaniah, yang pada akhirnya mengakibatkan mengendurnya
keteganggan jiwa.
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan salah satu metode
manajemen nyeri non farmakologi. Menurut (Townsend, 1999) teknik
relaksasi nafas dalam merupakan teknik dasar dari perkembangan
teknik lainnya. Dasar konsep dari teknik pernafasan adalah semakin
banyak paru terpenuhi oleh oksigen maka makin turun derajat
ketegangan.
b). Pemijatan (Massage)
Massage yaitu tindakan keperawatan dengan cara memberikan
pemijatan pada klien dalam memenuhi kebutuhan rasa nyaman (nyeri)
pada daerah superfisial atau pada otot/tulang degan tujuan

12
meningkatkan sirkulasi pada daerah yang di massage dan
meningkatkan relaksasi.
c). Kompres
Kompres yaitu tindakan keperawatan dengan cara memberikan
kompres dingin basah ataupun panas kering dengan menggunakan
cairan atau alat yang menimbulkan hangat maupun dingin pada bagian
tubuh yang memerlukannya.
d). Imajinasi Terbimbing (Guided Imagery)
Melakukan bimbingan yang baik kepada klien untuk menghayal.
e). Distraksi
Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan nyeri dengan
cara mengalihkan perhatian pasien pada hal-hal yang lain sehingga
pasien akan lupa terhadap nyeri yang dialami ( Priharjo, 1996 ).
Sedangkan manfaat dari penggunaan teknik ini, yaitu agar seseorang
yang menerima teknik ini merasa lebih nyaman, santai, dan merasa
berada pada situasi yang lebih menyenangkan.
Teknik ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
Distraksi visual
Distraksi pendengaran
Distraksi intelektual
c. Pengukuran Nyeri
Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai berikut.
1). Skala Deskriptif
Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS)
merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata
pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang
garis. Pendeskripsi ini dirangking dari tidak terasa nyeri sampai nyeri
yang tidak tertahankan.
2). Skala penilaian numeric
Numerical Rating Scale (NRS) menilai nyeri dengan menggunakan
skala 0-10. Skala ini sangat efektif untuk digunakan saat mengkaji
intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik.
3). Skala Analog Visual

13
Visual Analog Scale (VAS) merupakan suatu garis lurus yang
mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki alat
pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberikan
kebebasan penuh pada pasien untuk mengidentifikasi keparahan nyeri.
E. Asuhan Keperawatan Pada Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
A. Pengkajian
1). Ekspresi klien terhadap nyeri
2). Klasifikasi pengalaman nyeri
3). Karakteristik nyeri
Durasi
Lokasi
Sebaran
Kualitas
Pola nyeri
Cara mengatas
Tanda lain yang menyertai
4). Efek nyeri pada klien
Tanda dan gejala fisik
Efek tingkah laku
5). Mengidentifikasi penyebab nyeri

B. Diagnosa keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan injuri fisik, pengurangan suplai darah,
proses melahirkan
Nyeri kronik berhubungan dengan proses keganasan
Cemas berhubungan dengan nyeri yang dirasakan
Koping individu tidak efektif berhubungan dengan nyeri kronik
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri musculoskeletal
Resiko injuri berhubungan dengan kekurangan persepsi terhadap nyeri
Perubahan pola tidur berhubungan dengan low back pain

C. Intervensi
Mengurangi gangguan rasa nyaman nyeri

14
Memberikan intervensi pereda nyeri
Kaji tingkat skala nyeri
Dampingi pasien dalam mobilisasi
Kolaborasi dengan dokter dan pemberian terapi nyeri
D. Implementasi
Mengkaji tingkat nyeri
Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pengobatan nyeri
Mengajarkan klien tehnik relaksasi
Membantu pasien dalam mobilisasi
E. Evaluasi
Mengevaluasi efektivitas pereda nyeri
Intervensi dilanjutkan

15
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sering kali perawat dihadapkan pada situasi yang memerlukan keputusan


untuk mengambil tindakan. Sebagai perawat yang professional kita di tuntut
untuk mengambil tindakan yang tidak merugikan perawat maupun pasien itu
sendiri.
Dengan mengenal, mempelajari dan menerapkan prinsip-prinsip etika dalam
diri seorang perawat maka tujuan dari proses keperawatan dapat terlaksana
dengan baik sesuai dengan hukum dan norma yang berlaku. Seorang perawat
juga akan mampu mengambil keputusan yang terbaik dalam melaksanakan
tindakan keperawatan yang ada.

B. SARAN

Sebaiknya dalam melakukan tindak keperawatan,seorang perawat harus


bertindak sesuai dengan prinsip etika tersebut. Dalam menghadapi situasi yang
memerlukan keputusan untuk mengambil tindakan, seorang perawat harus
mampu memberikan tindakan sesuai dengan norma hukum yang berlaku.

16

Anda mungkin juga menyukai