Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
4. Apa yang dimaksud dengan konsep dan prinsip budaya dalam keperawatan ?
C. Tujuan
5. Untuk mengetahui askep dari pada pemenuhan rasa aman dan nyaman
BAB II
2
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Etika berasal dari bahasa Yunani Kuno, ethos yang berarti kebiasaan/adat
istiadat, akhlak, watak, perasaan, sikap, dan cara berfikir.
Kata etika dalam Kamus besar Bahasa Indonesia mempunyai arti :
Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak).
Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
Nilai mengenai benar dan salah suatu golongan atau masyarakat.
Etika Keperawatan yaitu norma yang dianut oleh perawat dalam bertingkah
laku dengan klien, keluarga, kolega atau tenaga kesehatan lainnya disuatu
pelayanan kesehatan lainnya disuatu pelayanan keperawatan yang bersifat
profesional.
Prinsip-prinsip etika keperawatan merupakan pernyataan kolektif tentang
harapan dan standar perilaku keperawatan umtuk memabantu perawat
professional jika timbul pertanyaan tentang praktik atau prilaku yang benar.
3
Prinsip otonomi didasarkan pada hak seseorang untuk membuat
keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan
membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang
harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek
terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan
bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan
kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional
merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam
membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
B. Berbuat baik (Beneficience)
Kemurahan Hati (Benefiecence) adalah Menyeimbangkan hal-hal yang
menguntungkan dan merugikan/membahayakan dari tindakan yang dilakukan.
Melakukan hal-hal yang baik untuk orang lain. Merupakan prinsip untuk
melakukan yang baik dan tidak merugikan orang lain/pasien. Prinsip ini sering
kali sulit diterapkan dalam praktek keperawatan. Berbagai tindakan yang
dilakukan sering memberikan dampak yang merugikan pasien, serta tidak
adanya kepastian yang jelas apakah perawat bertanggung jawab atas semua
cara yang menguntungkan pasien. Contoh: Setiap perawat harus dapat
merawat dan memperlakukanklien dengan baik dan benar. Beneficience
berarti berbuat baik . Perawat wajib untuk berbuat baik, yakni melakukan
tindakan yang menguntungkan klien dan orang yang mendukung mereka.
Namun, berbuat baik juga dapat menimbulkan resiko bahaya. Sebagai contoh,
perawat dapat menganjurkan klien mengenai program latihan fisik berat untuk
meningkatkan kesehatan umum, tetapi seharusnya tidak memberi anjuran
tersebut jika klien berisiko mengalami serangan jantung.
Beneficience berarti hanya melakukan sesuatu yang baik. Prinsip ini
berkaitan dengan kewajiban melakukan yang terbaik dan tidak merugikan
orang lain.
Tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan senantiasa
memberikan yang terbaik sehingga anggota profesi selalu bersikap untuk
meningkatkan mutu yang lebih baik dalam memberikan pelayanan.
C. Keadilan (Justice)
Kemurahan Hati (Benefiecence) adalah Menyeimbangkan hal-hal yang
menguntungkan dan merugikan/membahayakan dari tindakan yang dilakukan.
4
Melakukan hal-hal yang baik untuk orang lain. Merupakan prinsip untuk
melakukan yang baik dan tidak merugikan orang lain/pasien. Prinsip ini sering
kali sulit diterapkan dalam praktek keperawatan. Berbagai tindakan yang
dilakukan sering memberikan dampak yang merugikan pasien, serta tidak
adanya kepastian yang jelas apakah perawat bertanggung jawab atas semua
cara yang menguntungkan pasien. Contoh: Setiap perawat harus dapat
merawat dan memperlakukan klien dengan baik dan benar. Beneficience
berarti berbuat baik. Perawat wajib untuk berbuat baik, yakni melakukan
tindakan yang menguntungkan klien dan orang yang mendukung mereka.
Namun, berbuat baik juga dapat menimbulkan resiko bahaya. Sebagai contoh,
perawat dapat menganjurkan klien mengenai program latihan fisik berat untuk
meningkatkan kesehatan umum, tetapi seharusnya tidak memberi anjuran
tersebut jika klien berisiko mengalami serangan jantung.
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap
orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai
ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi
yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
D. Tidak Merugikan (Nonmaleficience)
Non maleficience adalah kewajiban untuk tidak membahayakan. Meski
tampak mudah, pada kenyataannya prinsip ini sulit dilakukan. Bahaya dapat
berarti sengaja menimbulkan bahaya, membuat orang lain berisiko terdapat
bahaya, dan secara tidak sengaja menyebabkan bahaya. Dalam keperawatan,
bahaya yang disengaja tidak berterima. Namun, membuat orang berisiko
mengalami bahaya memiliki beragam sisi. Seorang klien mungkin berisiko
mengalami bahaya sebagai konsekuensi yang diketahui sebelumnya dari
suatu intervensi keperawatan yang bertujuan membantu klien. Sebagai
contoh, klien dapat mengalami efek samping terhadap obat. Pemberi asuhan
tidak selalu sepakat mengenai tingkat resiko yang secara moral diperbolehkan
untuk mencapai hasil yang bermanfaat. Bahaya yang tidak disengaja terjadi
saat resiko tidak di antisipasi sebelumnya. Sebagai contoh, saat menangkap
klien yang jatuh, perawat memegang klien dengan cukup erat sehingga
menyebabkan lebam pada lengan klien. (Buku ajar fundamental keperawatan
(konsep, proses dan praktik), Kozier, Erb, Berman, Snyder, hlm : 100). Non
5
maleficience adalah tindakan atau perilaku yang tidak menyebabkan
kecelakaan atau membahayakan orang lain. Contoh : bila ada klien dirawat
dengan penurunan kesadaran, maka harus dipasang side driil. (Buku pintar
perawat profesional teori & praktik asuhan keperawatan, Denidya Damayanti,
hlm : 29)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis
pada klien. Mengerjakan sesuatu dengan teliti, hati-hati, cermat, dan tidak
sembarangan.
E. Moral Right
Moral Right dalam keperawatan menjurus kepada acuan bagi perilaku
seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik yang dilakukan
seseorang dan merupakan kewajiban dan tanggung jawab moral sesuai
prosedur. Karena moral right hampir sama dengan etika dalam keperawatan,
hanya saja moral right menjurus pada tindakan yang baik yang dilakukan
seseorang, sedangkan etika mengacu pada tindakan yang baik dan buruk
merupakan kewajiban dan tanggung jawab moral. Standar moral dipengaruhi
oleh ajaran, agama, tradisi, norma kelompok atau masyarakat. Berikut
beberapa cara yang bisa dilakukan oleh perawat dalam etika Moral Right :
a. Advokasi, adalah memberikan saran dalam upaya melindungi dan
mendukung hak-hak pasien. Hal tersebut merupakan suatu kewajiban moral
bagi perawat dalam mempraktekkan keperawatan professional.
b. Responsibilitas ( tanggung jawab ), adalah eksekusi terhadap tugas-tugas
yang berhubungan dengan peran tertentu dari perawat. Misalnya pada saat
memberikan obat, perawat bertanggung jawab untuk mengkaji kebutuhan
klien dengan memberikannya dengan aman dan benar.
c. Loyalitas, adalah suatu konsep yang melewati simpati, peduli, dan hubungan
timbal balik terhadap pihak yang secara profesional berhubungan dengan
perawat.
7
Norma budaya dapat berbeda-beda dalam satu kebudayaan, dan dari
generasi ke generasi. Oleh itu, sangat penting untuk membuat beberapa asumsi,
mengamati secara hati-hati, dan menanyakan kepada klien mengenai hal yang
disukai. Kesadaran terhadap perbedaan ini akan banyak membantu dalam
asuhan keperawatan.
1. Konsep Dan Prinsip Norma dalam Keperawatan
a. Kontak mata
Mengobservasi perilaku klien pada saat bersama keluarga dan orang
lain adalah cara yang baik untuk mempelajari pola kebiasaan, tentang
kontak mata. Dengan menjaga kontak mata maka klien akan merasa
diperhatikan pada saat memberikan informasi dan menunjukan bahwa
perawat siap untuk mendengarkan segala keluhan klien.
b. Sentuhan dan Jarak Personal
Orang dengan sifat religius yang tinggi cenderung menjaga jarak
personal antara diri mereka dan orang lain, dan menggunakan sedikit
sentuhan. Kelompok budaya seperti ini bisa menganggap sentuhan yang
berlebihan, terutama dari lawan jenis sebagai hal yang tidak sopan.
Sedangkan orang yang terbiasa hidup dipergaulan modern umumnya
merasa nyaman berdiri sangat dekat dengan orang lain, dan memberikan
sentuhan.
Sentuhan terapeutik akan memberikan kenyamanan pada pasien dan
menambah kepercayaan ppasien terhadap perawat.
c. Penggunaan Bahasa Tubuh
Bahasa tubuh dapat mudah disalahartikan, jadi perhatikan dengan benar
asumsi yang anda buat dari perilaku klien.
Perhatikanlah posisi pada saat melakukan tindakan, jangan sampai
perawat membelakangi klien, karena akan mengurangi kenyamanan klien.
Sebaiknya menghadap klien, selain untuk menghormati dapat juga
meningkatkan kenyamanan klien.
d. Menjaga privacy klien
Perawat harus menjaga kerahasiaan terhadap permasalahan yang
dimiliki klien. Jangan sampai diketahui oleh orang lain.
2. Konsep Dan Prinsip Budaya dalam Keperawatan
a. Mengahargai keyakinan klien menurut budayanya
8
Perawat harus bisa menghargai keyakinan klien tetapi tetap
melaksanakan tindakan untuk perawatan klien dengan mengganti dengan
alternative lain. Misalnya klien yang tidak mengkonsumsi obat-obatan kimia,
berpikir kritis dengan mengganti dengan obat herbal yang telah terbukti
pengobatannya. misalnya di budaya Jawa, Brotowali sebagai obat untuk
menghilangkan rasa nyeri
b. Menghentikan kebiasaan buruk
Apabila klien mempunyai kebiasaan merokok pada saat setelah makan,
maka perawat harus dapat melarang kebiasaan tersebut. Karena dapat
membahayakan klien dan terapi penyembuhan dapat mengalami
kegagalan. Contoh lain, kebiasaan bagi orang jawa yakni jika ada salah satu
pihak keluarga atau sanak saudara yang sakit, maka untuk menjenguknya
biasanya mereka mengumpulkan dulu semua saudaranya dan bersama
sama mengunjungi saudaranya yang sakit tersebut. Karena dalam budaya
Jawa dikenal prinsip mangan ora mangan , seng penting kumpul.
c. Mengganti kebiasaan pengobatan yang buruk
Bagi masyarakat Jawa dukun adalah yang pandai atau ahli dalam
mengobati penyakit melalui Japa Mantera, yakni doa yang diberikan oleh
dukun kepada pasien. Misalnya dukun pijat/tulang (sangkal putung) khusus
menangani orang yang sakit terkilir , patah tulang , jatuh atau salah urat.
12
meningkatkan sirkulasi pada daerah yang di massage dan
meningkatkan relaksasi.
c). Kompres
Kompres yaitu tindakan keperawatan dengan cara memberikan
kompres dingin basah ataupun panas kering dengan menggunakan
cairan atau alat yang menimbulkan hangat maupun dingin pada bagian
tubuh yang memerlukannya.
d). Imajinasi Terbimbing (Guided Imagery)
Melakukan bimbingan yang baik kepada klien untuk menghayal.
e). Distraksi
Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan nyeri dengan
cara mengalihkan perhatian pasien pada hal-hal yang lain sehingga
pasien akan lupa terhadap nyeri yang dialami ( Priharjo, 1996 ).
Sedangkan manfaat dari penggunaan teknik ini, yaitu agar seseorang
yang menerima teknik ini merasa lebih nyaman, santai, dan merasa
berada pada situasi yang lebih menyenangkan.
Teknik ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
Distraksi visual
Distraksi pendengaran
Distraksi intelektual
c. Pengukuran Nyeri
Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai berikut.
1). Skala Deskriptif
Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS)
merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata
pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang
garis. Pendeskripsi ini dirangking dari tidak terasa nyeri sampai nyeri
yang tidak tertahankan.
2). Skala penilaian numeric
Numerical Rating Scale (NRS) menilai nyeri dengan menggunakan
skala 0-10. Skala ini sangat efektif untuk digunakan saat mengkaji
intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik.
3). Skala Analog Visual
13
Visual Analog Scale (VAS) merupakan suatu garis lurus yang
mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki alat
pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberikan
kebebasan penuh pada pasien untuk mengidentifikasi keparahan nyeri.
E. Asuhan Keperawatan Pada Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
A. Pengkajian
1). Ekspresi klien terhadap nyeri
2). Klasifikasi pengalaman nyeri
3). Karakteristik nyeri
Durasi
Lokasi
Sebaran
Kualitas
Pola nyeri
Cara mengatas
Tanda lain yang menyertai
4). Efek nyeri pada klien
Tanda dan gejala fisik
Efek tingkah laku
5). Mengidentifikasi penyebab nyeri
B. Diagnosa keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan injuri fisik, pengurangan suplai darah,
proses melahirkan
Nyeri kronik berhubungan dengan proses keganasan
Cemas berhubungan dengan nyeri yang dirasakan
Koping individu tidak efektif berhubungan dengan nyeri kronik
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri musculoskeletal
Resiko injuri berhubungan dengan kekurangan persepsi terhadap nyeri
Perubahan pola tidur berhubungan dengan low back pain
C. Intervensi
Mengurangi gangguan rasa nyaman nyeri
14
Memberikan intervensi pereda nyeri
Kaji tingkat skala nyeri
Dampingi pasien dalam mobilisasi
Kolaborasi dengan dokter dan pemberian terapi nyeri
D. Implementasi
Mengkaji tingkat nyeri
Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pengobatan nyeri
Mengajarkan klien tehnik relaksasi
Membantu pasien dalam mobilisasi
E. Evaluasi
Mengevaluasi efektivitas pereda nyeri
Intervensi dilanjutkan
15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
16