Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH STUDI KASUS FARMASI RUMAH SAKIT

URINARY TRACTUS INFECTION

Disusun Oleh:
Kelompok 3
KELAS B.2

Modustriarti Putri Mardanny 1620313334


Muhammad Faisal 1620313335
Muhammad Ramadhan 1620313336

PROGRAM PROFESI APOTEKER


UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2016
INFEKSI SALURAN KEMIH

A. DEFINISI

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan dan
perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak
mengandung bakteri, virus, atau mikroorganisme lain, meliputi infeksi di parenkim ginjal
sampai kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna.Infeksi pada saluran bawah
termasuk sistitis (kantung urin), uretritis (uretra), prostatitis (kelenjar prostat), dan
epididimitis. Infeksi saluran bagian atas melibatkan ginjal dan dikenal dengan pielonefritis.

B. PREVALENSI
Prevalensi UTI dimasyarakat makin meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Pada
usia 40-60 tahun mempunyai angka prevalensi 3,2% sedangkan pada usia sama atau di atas
65 tahun kira-kira mempunyai angka prevalensi ISK sebesar 20%. Infeksi saluran kemih
dapat mengenal baik laki-laki maupun wanita dari semua umur, baik anak-anak, remaja,
dewasa, maupun lanjut usia. Akan tetapi wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi
umum kurang lebih 5-15%.

C. ETIOLOGI
Beberapa jenis mikroorganisme yang sering menyebabkan infeksi saluran kemih seperti
Eschericia Coli.Bakteri ini merupakan penyebab tersering pada infeksi saluran kemih.
Penyebab lain pada infeksi saluran kemih ini antara lain jamur dan virus. Beberapa penyakit
lain yang menyebabkan UTI antara lain infeksi ginjal.
Mikroorganisme dapat masuk ke dalam saluran kemih melalui beberapa cara seperti :
i) Endogen : penyebaran terjadi melalui kontak langsung
ii) Hematogen : penyebaran melalui peredaran darah
iii)Limfogen : penyebaran melalui pembuluh limfe
iv) Eksogen : penyebaran mikroorganisme melalui kontaminasi dari pemakaian alat seperti
kateter, sistokopi, dll.
Infeksi yang paling sering terjadi sebagai akibat dari mikroorganisme yang terdapat
pada feses yang naik dari perineum menuju uretra dan kandung kemih. Mikroorganisme
kemudian melekat dan berkoloni diephitelium traktus urinarius untuk menghindari
pembilasan melalui berkemih.

D. FAKTOR RESIKO
Ada beberapa hal yang dapat meningkatkan angka kejadian infeksi saluran kemih
seperti :
1. Hubungan seksual
2. Penggunaan kateter
3. Inflamasi
4. Abrasi mukosa uretra
5. imunosupresi
6. Pengososngan kandung kemih yang tidak lengkap
7. Gangguan status metabolisme misalnya Diabetes Melitus, Kehamilan, dsb.

E. KLASIFIKASI
Infeksi saluran kemih dibagi menjadi :
i) Infeksi Saluran Kemih Bagian Bawah (Sistitis)
Merupakan inflamasi pada kandung kemih.Sistisis ini paling sering dikarenakan oleh
menyebarnya infeksi dari uretra yang disebabkan oleh refluks urin dari uretra ke vesical
urinaria, kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistokopi. Sistisis memiliki gejala
klinis seperti :
a) Disuria
b) Peningkatan frekuensi berkemih
c) Perasaan ingin berkemih
d) Ada leukosit dalam urin
e) Nyeri supra pubis
f) Demam dengan disertai adanya darah dalam urin pada kasus yang parah
ii) Infeksi Saluran Kemih Bagian Atas (Pyelonefritis)
Merupakan radang pada ginjal.Pielonefritis dibagi menjadi pielonefritis akut dan
kronis.Pada pielonefritis akut biasanya terjadi akibat infeksi kandung kemih ascenden.
Penularan dapat terjadi melalui cara hematogen, dan dapat menyerang salah satu atau
kedua ginjal. Sementara pada pielonefritis kronis dapat terjadi karena infeksi yang
berulang, biasanya terjadi pada penderita dengan batu ginjal, obstruksi lain, atau refluks
vesikoureter
Pielonefritis memiliki beberapa manifestasi klinis seperti :
a) Demam
b) Menggigil
c) Nyeri pinggang
d) Disuria

Infeksi saluran kemih (UTI) juga dibedakan menjadi :


i) UTI uncomplicated (simple)
UTI sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomi
maupun fungsional normal. UTI ini pada usia lanjut terutama mengenai penderita wanita
dan infeksi hanya mengenai mukosa superfisial kandung kemih.
ii) UTI complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit
diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika, sering
terjadi bakterimia, sepsis dan shock. UTI ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan
sebagai berikut:
a. Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral obstruksi,
atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing menetap dan prostatitis.
b. Kelainan faal ginjal : GGA maupun GGK
c. Gangguan daya tahan tubuh
d. Infeksi yang disebabkan oleh organisme virulen seperti prosteus spp yang
memproduksi urease.

F. PATOFISIOLOGI
Bakteri penyebab ISK biasanya berasal dari flora normal saluran cerna. ISK dapat
terjadi melalui tiga jalur, yaitu jalur menaik, melalui darah (hematogenous), atau melalui jalur
limfatik. Pada wanita, pendeknya uretra dan kedekatannya dengan daerah perirektal
menyebabkan kolonisasi dari uretra. Bakteri dapat memasuki kantung urin melalui uretra.
Setelah berada di kantung urin, organisme akan membelah diri dengan cepat dan dapat
bergerak ke atas menuju ginjal melalui ureter.
Tiga faktor yang menentukan perkembangan infeksi saluran kemih yaitu ukuran dari
inokulum, virulensi mikroorganisme, dan kompetensi dari mekanisme pertahanan tubuh.
Pasien yang tidak dapat mengosongkan urin secara sempurna mempunyai resiko yang sangat
besar mengalami infeksi pada saluran urin lebih sering mengalami infeksi kembali.
Faktor virulensi bakteri yang paling penting adalah kemampuannya untuk menempel
kepada sel-sel epitel urinari oleh fimbrae. Faktor virulensi lain termasuk hemolisin, protein
sitotoksik yang dihasilkan oleh bakteri yang melisiskan sel dalam jumlah banyak termasuk
eritrosit, leukosit polimorfonuklear, monosit, dan aerobaktin yang memfasilitasi ikatan dan
pengambilan besi oleh Escherichia coli.
Penyebab utama ISK yang tidak kompleks adalah E.coli, lebih dari 85% dari komunitas
infeksi, diikuti dengan Staphylococcus saprophyticus. ISK biasanya disebabkan oleh
organisme tunggal.
ISK bagian bawah (sistitis), umumnya radang kandung kemih pada pasien dengan
saluran kemih normal. Sistitis yang paling sering disebabkan oleh menyebarnya infeksi dari
uretra, hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urine dari uretra ke dalam kandung
kemih (refluks utrovesikal), kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.

G. PATOGENESIS
Infeksi saluran kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus
urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui: kontak langsung dari tempat infeksi terdekat,
hematogen, limfogen. Ada 2 jalur utama terjadi ISK yaitu asending dan hematogen.
1. Secara Asending
Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain : faktor anatomi dimana
pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek dari pada laki- laki sehingga insiden
terjadinya ISK lebih tinggi, faktor tekanan urin saat miksi, kontaminasi fekal,
Pemasangan alat kedalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian
kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi
2. Secara Hematogen
Sering terjadi pada pasien yang sistem imunnya rendah sehingga mempermudah
penyebaran infeksi secara Hematogen. Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur
dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu adanya
bendungan total urin yang yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan
intrarenal akibat jaringan.
H. GEJALA KLINIK
Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah adalah :
a. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih
b. Spasme pada area kandung kemih dan suprapubis
c. Hematuria
d. Nyeri punggung dapat terjadi

Tanda dan gejala ISK bagian atas adalah :


a. Demam
b. Menggigil
c. Nyeri panggul dan pinggang
d. Nyeri ketika berkemih
e. Malaise
f. Pusing
g. Mual dan muntah

I. PRESENTASI KLINIS
Presentasi klinis ISK bagian bawah:
a. Sistitis, yaitu presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai bakteriuria bermakna.
Presentasi klinis sistitis adalah seperti sakit suprapubik, polakisuria, nokturia, disuria,
dan stranguria.
b. SUA (Sindroma uretra akut), yaitu presentasi klinis sisititis tanpa ditemukan
mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis bakterialis. Penelitian terkini SUA
disebabkan MO anaerobik. Presentasi klinisnya adalah piuria, disuria, sering kencing,
leukosituria.

Presentasi klinis ISK bagian atas:


a. PNA (Pielonefritis akut), yaitu proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan infeksi
bakteri. Presentasi klinisnya adalah seperti panas tinggi (39.5- 40.5), disertai menggigil
dan sakit pinggang. Sering didahului sistitis.
b. PNK (Pielonefritis kronik), yaitu akibat lanjutan dari infeksi bakteri berkepanjangan
atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih dan vesikoureter refleks dengan
atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal.
Untuk anak-anak yang lebih dewasa, gejala yang ditunjukkan antara lain sebagai
berikut:
1. rasa sakit pada panggul dan punggung bagian bawah (dengan infeksi pada ginjal)
2. seringnya berkemih
3. ketidakmampuan memprodukasi urin dalam jumlah yang normal, dengan kata lain, urin
berjumlah sedikit (oliguria)
4. tidak dapat mengontrol pengeluaran kandung kemih dan isi perut
5. rasa sakit pada perut dan daerah pelvis
6. rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)
7. urin berwarna keruh dan memilki bau menyengat

Gejala pada infeksi saluran kemih ringan (misalnya: cystitis, uretritis) pada orang
dewasa, meliputi:
1. rasa sakit pada punggung
2. adanya darah pada urin (hematuria)
3. adanya protein pada urin (proteinuria)
4. urin yang keruh
5. ketidakmampuan berkemih meskipun tidak atau adanya urin yang keluar
6. demam
7. dorongan untuk berkemih pada malam hari (nokturia)
8. tidak nafsu makan
9. lemah dan lesu (malaise)
10. rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)
11. rasa sakit di atas bagian daerah pubis (pada wanita)
12. rasa tidak nyaman pada daerah rectum (pada pria)\

Gejala yang mengindikasikan infeksi saluran kemih lebih berat (misalnya:


pyelonephritis) pada orang dewasa, meliputi:
1. kedinginan
2. demam tinggi dan gemetar
3. mual
4. muntah (emesis)
5. rasa sakit di bawah rusuk
6. rasa sakit pada daerah sekitar abdome
J. FARMAKOTERAPI

Tujuan terapi pada pengobatan ISK adalah untuk mencegah atau mengobati
konsekuensi sistemik dari infeksi, untuk membunuh bakteri yang menyerang, untuk
mencegah terulangnya infeksi, dan mencegah kemungkinan gangguan organ (terutama
ginjal).

a) Terapi Farmakologi
Pada ISK yang tidak memberikan gejala klinis tidak perlu pemberian terapi, namun bila
sudah terjadi keluhan harus segera dapat diberikan antibiotika. Antibiotika yang
diberikanberdasarkan atas kultur kuman dan tes kepekaan antibiotika.
Banyak obat-obat antimikroba sistemik diekskresikan dalam konsentrasi tinggi ke
dalam urin. Karena itu dosis yang jauh dibawah dosis yang diperlukan untuk mendapatkan
efek sistemik dapat menjadi dosis terapi bagi infeksi saluran kemih.
Prinsip pengobatan infeksi saluran kemih adalah memberantas (eradikasi) bakteri
dengan antibiotika.
Idealnya, agen antimikroba yang dipilih harus dapat ditoleransi dengan baik, dapat
diabsorpsi, mencapai konsentrasi yang tinggi dalam urin, dan memiliki spektrum aktivitas
terbatas pada patogen yang diketahui atau diduga.
Terapi ISK yang paling baik dilakukan adalah dengan mengkategorikan jenis infeksi.
Dalam memilih terapi antibiotik yang tepat, penting untuk memperhitungkan tingkat
resistensi E.coli dan patogen lain terhadap antimikroba. Resistensi terhadap E.coli adalah
setinggi 30% untuk amoksisilin dan sefalosporin.

Tabel 1. Terapi infeksi saluran urin pada dewasa

Indikasi Antibiotik Dosis Interval Durasi


Infeksi Trimetoprim-
saluran sulfametoksazol 2 tablet(160/800) Dosis tunggal 1 hari
kemih 1 tablet (80/400) 2x sehari 3 hari
bawah,tidak Siprofloksasin 250 mg 2x sehari 3 hari
komplikasi Norfloksasin 400 mg 2x sehari 3 hari
Gatifloksasin 200 400 mg 1x sehari 3 hari
Levofloksasin 250 mg 1x sehari 3 hari
Lomefloksasin 400 mg 1x sehari 3 hari
Enoxasin 200 mg 1x sehari 3 hari
Amoksisilin 6x500 mg Dosis tunggal 1 hari
500 mg 2x sehari 3 hari
Amoksisilin- 500 mg Setiap 8 jam 3 hari
klavulanat 100 mg
Trimetoprim 100 mg 2x sehari 3 hari
Nitrofurantoin 3g Setiap 6 jam 3 hari
Fosfomisin Dosis tunggal 1 hari

Infeksi Trimetoprim- 1tablet (80/400) 2x sehari 7-10 hari


saluran sulfametoksazol 100 mg 2x sehari 7-10 hari
bawah, Trimetoprim 400 mg 2x sehari 7-10 hari
komplikasi Siprofloksasin 250-500mg 2x sehari 7-10 hari
Gatifloksasin 400 mg 1x sehari 7-10 hari
Moxifloksasin 400 mg 1x sehari 7-10 hari
(hanya oral) 400 mg 1x sehari 7-10 hari
Lomefloksasin 250 mg 1x sehari 7-10 hari
Levofloksasin 500 mg Setiap 8 jam 7-10 hari

Infeksi ulang Nitrofurantoin 50 mg 1x sehari 6 bulan


(kambuh) Trimethoprim 100 mg 1x sehari 6 bulan
Trimethoprim- tablet 1x sehari 6 bulan
sulfametoksazol
Sindrom Trimetoprim- 1 tablet 2x sehari 3 hari
uretral akut sulfametoksazol
Sindrom Azitromisin 1g Dosis tunggal
uretral Doksisiklin 100 mg 2x sehari 7 hari
akut,gagal
terhadap
TMP-SMX
Pielonefritis Trimethoprim-
akut sulfametoksazol 1 tablet 2x sehari 14 hari
Siprofloksasin 500 mg 2x sehari 14 hari
Gatifloksasin 400 mg 1x sehari 14 hari
Norfloksasin 400 mg 2x sehari 14 hari
Levofloksasin 250 mg 1x sehari 14 hari
Lomefloksasin 400 mg 1x sehari 14 hari
Enoxasin 400 mg 2x sehari 14 hari
Amoksisilin-
klavulanat 500 mg Setiap 8 jam 14 hari
Tabel 2. Terapi Empirik infeksi ISK
Gambar 1. Algoritma terapi ISK pada wanita
Gambar 2. Algoritma terapi ISK pada pria
b) Terapi Nonfarmakologi

Terapi non-farmakologi untuk pasien ISK adalah :

Untuk sistisis ringan, langkah pertama yang bisa dilakukan adalah minum banyak
cairan. Aksi pembilasan ini akan membuang banyak bakteri dalam tubuh, bakteri yang
tersisa akan dilenyapkan oleh pertahanan alami tubuh. Minum air putih dalam jumlah
yang banyak agar urine yang keluar juga meningkat. Dianjurkan untuk minum 2-3
liter/hari
Hindari stress.
Jangan menahan untuk buang air kecil.
Jika membersihkan kotoran, bersihkan dari arah depan ke belakang, agar kotoran dari
dubur tidak masuk ke saluran kemih.
ANALISIS SOAP

KASUS 3. Urinary Tractus Infection

No Rekaman Medik :070114 Tanggal Masuk RS :25/07/ 2012


Diagnose Medis : susp cystitis (ISK)
Identitas klien
Nama : Tn. H
Umur : 57 thn
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tani
Pendidikan : SD
Alamat : Desa Bilo
Klien masuk rumah sakit pada tanggal 27 juli 2011 pukul 16.00 dengan keluhan nyeri pada daerah
perut bawah. Dirasakan seperti tertusuk-tusuk jarum, susah untuk BAK. Klien mengatakan bahwa
klien sebelum di bawah ke Rumah Sakit, klien di rawat di Puskesmas Bilo selama satu minggu, oleh
karena tidak ada perubahan sehingga klien di rujuk ke Rumah Sakit keluhan ini dirasakan sejak 2 hari
yang lalu sebelum klien di rawat di Puskesmas. Klien juga mengatakan bahwa klien pernah
meminum obat yang dijual di warung dan apotik, namun setelah minum obat tersebut klien merasakan
tidak ada perubahan sehingga keluarga klien membawah klien ke Puskesmas.

Jenis
Hasil Satuan Nilai normal
pemeriksaan

WBC 8,3 H 103/ml 5,0 10,0

RBC 3,95 106/ml 4,00 5,50

HGB 13,1 H g/dl 12,0 15,0

HCT 38,3 % 40,0 48,0

MCV 37,0 H Fl 80,0 95,0

MCH 33,2 H p/g 25,0 34,0

MCHC 34,2 g/dl 32,0 36,0

PLT 2,2 103/ml 150 400

(%) (103/ml) (%)


Ly F2 2,5 11,0 49,0

MO F2 0,6 0,0 9,0

GR F4 10,8 42,0 85,0

RDW 12,2 % 10,0 16,5

PCT % 0,10 1,00

MPV 4,5 PL 5,0 10,0

PDW H % 12,0 18,0

Tanggal 26 28 Juli 2012


RL 28 tetes/menit
kotrimoksasol tablet 480 mg 3x1
Ibuprofen tablet 500 mg 3x1
Coamoxiclav 625 mg tab

Referensi :
Guideline UTI (4)
FORM DATA BASE PASIEN
UNTUK ANALISIS PENGGUNAAN OBAT

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. H No Rek Medik : 070114
Umur : 57 tahun Dokter yg merawat : -
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Desa Bilo
Ras :-
Pekerjaan : Tani
Sosial :-

Riwayat masuk RS : -
Riwayat penyakit terdahulu : -

Riwayat Sosial

Kegiatan
Pola makan/diet
- Vegetarian Ya / tidak
Merokok Ya / tidak ................batang/hari
Meminum Alkohol Ya/ tidak
Meminum Obat herbal Ya/ tidak

Riwayat Alergi : -

Keluhan / Tanda Umum

Subyektif :

Nyeri perut bawah seperti tertusuk jarum, susah BAK, seminggu di puskesmas tidak ada perubahan,
minum obat warung dan apotik.
Obyektif :

Jenis
Hasil Satuan Nilai normal
pemeriksaan
WBC 8,3 H 103/ml 5,0 10,0
RBC 3,95 106/ml 4,00 5,50
HGB 13,1 H g/dl 12,0 15,0
HCT 38,3 % 40,0 48,0
MCV 37,0 H Fl 80,0 95,0
MCH 33,2 H p/g 25,0 34,0
MCHC 34,2 g/dl 32,0 36,0
PLT 2,2 103/ml 150 400
(%) (103/ml) (%)
Ly F2 2,5 11,0 49,0
MO F2 0,6 0,0 9,0
GR F4 10,8 42,0 85,0
RDW 12,2 % 10,0 16,5
PCT % 0,10 1,00
MPV 4,5 PL 5,0 10,0
PDW H % 12,0 18,0
OBAT YANG DIGUNAKAN SAAT INI
Rute
No Nama obat Indikasi Dosis Interaksi ESO Outcome terapi
pemberian

ACE inhibitor jika


diberikan bersamaan
cotrimoxazole berpotensi
terjadi hiperkalemia.
Untuk pengobatan
Obat-obat antiaritmia:
infeksi saluran urin
cotrimoxazole
yang disebabkan Gangguan
meningkatkan resiko Menghilangkan
Kotrimoksasol E.coli, Klebsella pencernaan (mual,
480 mg aritmia ventrikel pada bakteri penyebab
1 (trimetropin & dan Enterobacter PO muntah, anorexia),
3x1 pasien yang Infeksi saluran
sulfamethoxazole) sp, reaksi dermatologi
menggunakan kemih
M.morganii,P.mira (rash atau urticaria)
amiodarone.
bilis dan
Cotrimoxazole
P.vulgaris.
menghambat metabolisme
phenytoin sehingga
meningkatkan waktu
paruhnya.
Antikoagulan (misalnya, Saluran cerna :
warfarin atau kumarin), dispepsia,
jika diberikan bersamaan heartburn, mual,
ibuprofen meningkatkan muntah, diare,
resiko perdarahan konstipasi,
lambung. anoreksia dll.
Ibuprofen menurunkan Gangguan sistem Mengurangi Nyeri
efektivitas Angiotensin- saraf : sakit kepala, pada daerah perut
Ibuprofen Nyeri ringan 500 mg converting pusing, bawah yang
2 PO
(Golongan NSAID) hingga sedang. 3x1 enzyme (ACE) inhibitor a Gangguan dirasakan seperti
tau diuretik pendengaran & tertusuk-tusuk
Menurunkan efektivitas penglihatan : jarum.
aspirin bila digunakan penurunan
untuk cardioprotection da pendengaran,
n pencegahan stroke. gangguan
Aspirin juga penglihatan,
meningkatkan resiko kenaikan SGOT &
perdarahan lambung SGPT.

Coamoxiclav Pengobatan jangka Menurunkan efikasi


kontrasepsi oral, Mual, diare, ruam,
3 (Amoksisilin pendek untuk 625 mg PO meningkatkan bleeding
kolitis.
trihidrat setara infeksi saluran time dan protrombin pada
penderita yang mendapat
dengan anhidrat nafas atas dan antikoagulan
500 mg, kalium bawah, infeksi
klavulanat setara saluran kemih
dengan asam
klavulanat 125 mg)
Memenuhi
28 Edema jaringan
kebutuhan cairan
4 Infus RL Asupan nutrisi tetes/me IV - pada penggunaan
tubuh dan elektrolit
nit volume yang besar
pasien
ASSESMENT

PROBLEM SUBYEKTIF OBYEKTIF TERAPI DRP PLAN


MEDIK

ISK Nyeri pada daerah perut PLT : 2,2 (normal : Cotrimoxazole Dosis Terlalu Besar Diberikan 2 x sehari
bawah. Dirasakan seperti 150-400) tablet 480 mg 3x1 1 tablet 480 mg.
tertusuk-tusuk jarum, susah MPV : 4,5 (Normal (dipiro 9)
untuk BAK. 5-10)

Ibuprofen 500 mg Dosis Terlalu Besar Diberikan 3-4 kali


3x1 sehari 400 mg
(maximal 1,2
gram/hari)

Co-Amoxiclav Pemilihan Obat Dihentikan


625 mg yang Tidak Tepat
CARE PLAN
1. Pemeriksaan urinalisis direkomendasikan untuk memastikan diagnosis ISK pasien
dan bakteri spesifik penyebab ISK sehingga dapat dipilih antibiotik yang tepat.
2. Berdasarkan dipiro 9th pemilihan Cotrimoxazole untuk pengobatan lini pertama
untuk Infeksi Saluran Kemih Bawah (Sistisis) sudah tepat, namun frekuensi
penggunaannya kurang tepat, seharusnya 2 x sehari 1 tablet 480 mg.
3. Pemilihan ibuprofen untuk menangani nyeri pada daerah perut bawah sudah tepat,
namun dosisnya kurang tepat, seharusnya 3-4 kali sehari 400 mg (maximal 1,2
gram/hari)
4. Penggunaan Co-Amoxiclav kurang tepat karena bukan merupakan lini pertama pada
pengobatan ISK sistisis, selain itu juga dapat meningkatkan kemungkinan resistensi
terhadap E.coli.

MONITORING
1. Perlu adanya pemeriksaan urinalisis pada pasien.
2. Monitoring kepatuhan pasien menggunakan antibiotik.
3. Monitoring efek samping penggunaan ibuprofen.

TERAPI NONFARMAKOLOGI
1. Minum air putih dalam jumlah yang banyak agar urine yang keluar juga meningkat.
2. Hindari stress.
3. Jangan menahan untuk buang air kecil.
4. Jika membersihkan kotoran, bersihkan dari arah depan ke belakang, agar kotoran dari
dubur tidak masuk ke saluran kemih.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.


Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. Hal 605-608.

Dipiro, Joseph T, et al. Pharmacotherapy : A Pathopysiologic Approach, 7th Edition.


McGraw-Hill, New York.

Dipiro, J.T.et al. 2015.Pharmacotherapy: A Pathopysiologic Approach, 9th Edition.


McGraw-Hill, New York.

Nicolle, Lindsay E., et al, 2005, Infectious Diseases Society of America Guidelinesfor the
Diagnosis and Treatment of Asymptomatic Bacteriuria in Adults, Clinical Infectious
Disease

Sukandar, Elin Yulinah, dkk. 2008. ISO FARMAKOTERAPI Buku I. PT.ISFI: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai