Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh:
Kelompok 3
KELAS B.2
A. DEFINISI
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan dan
perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak
mengandung bakteri, virus, atau mikroorganisme lain, meliputi infeksi di parenkim ginjal
sampai kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna.Infeksi pada saluran bawah
termasuk sistitis (kantung urin), uretritis (uretra), prostatitis (kelenjar prostat), dan
epididimitis. Infeksi saluran bagian atas melibatkan ginjal dan dikenal dengan pielonefritis.
B. PREVALENSI
Prevalensi UTI dimasyarakat makin meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Pada
usia 40-60 tahun mempunyai angka prevalensi 3,2% sedangkan pada usia sama atau di atas
65 tahun kira-kira mempunyai angka prevalensi ISK sebesar 20%. Infeksi saluran kemih
dapat mengenal baik laki-laki maupun wanita dari semua umur, baik anak-anak, remaja,
dewasa, maupun lanjut usia. Akan tetapi wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi
umum kurang lebih 5-15%.
C. ETIOLOGI
Beberapa jenis mikroorganisme yang sering menyebabkan infeksi saluran kemih seperti
Eschericia Coli.Bakteri ini merupakan penyebab tersering pada infeksi saluran kemih.
Penyebab lain pada infeksi saluran kemih ini antara lain jamur dan virus. Beberapa penyakit
lain yang menyebabkan UTI antara lain infeksi ginjal.
Mikroorganisme dapat masuk ke dalam saluran kemih melalui beberapa cara seperti :
i) Endogen : penyebaran terjadi melalui kontak langsung
ii) Hematogen : penyebaran melalui peredaran darah
iii)Limfogen : penyebaran melalui pembuluh limfe
iv) Eksogen : penyebaran mikroorganisme melalui kontaminasi dari pemakaian alat seperti
kateter, sistokopi, dll.
Infeksi yang paling sering terjadi sebagai akibat dari mikroorganisme yang terdapat
pada feses yang naik dari perineum menuju uretra dan kandung kemih. Mikroorganisme
kemudian melekat dan berkoloni diephitelium traktus urinarius untuk menghindari
pembilasan melalui berkemih.
D. FAKTOR RESIKO
Ada beberapa hal yang dapat meningkatkan angka kejadian infeksi saluran kemih
seperti :
1. Hubungan seksual
2. Penggunaan kateter
3. Inflamasi
4. Abrasi mukosa uretra
5. imunosupresi
6. Pengososngan kandung kemih yang tidak lengkap
7. Gangguan status metabolisme misalnya Diabetes Melitus, Kehamilan, dsb.
E. KLASIFIKASI
Infeksi saluran kemih dibagi menjadi :
i) Infeksi Saluran Kemih Bagian Bawah (Sistitis)
Merupakan inflamasi pada kandung kemih.Sistisis ini paling sering dikarenakan oleh
menyebarnya infeksi dari uretra yang disebabkan oleh refluks urin dari uretra ke vesical
urinaria, kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistokopi. Sistisis memiliki gejala
klinis seperti :
a) Disuria
b) Peningkatan frekuensi berkemih
c) Perasaan ingin berkemih
d) Ada leukosit dalam urin
e) Nyeri supra pubis
f) Demam dengan disertai adanya darah dalam urin pada kasus yang parah
ii) Infeksi Saluran Kemih Bagian Atas (Pyelonefritis)
Merupakan radang pada ginjal.Pielonefritis dibagi menjadi pielonefritis akut dan
kronis.Pada pielonefritis akut biasanya terjadi akibat infeksi kandung kemih ascenden.
Penularan dapat terjadi melalui cara hematogen, dan dapat menyerang salah satu atau
kedua ginjal. Sementara pada pielonefritis kronis dapat terjadi karena infeksi yang
berulang, biasanya terjadi pada penderita dengan batu ginjal, obstruksi lain, atau refluks
vesikoureter
Pielonefritis memiliki beberapa manifestasi klinis seperti :
a) Demam
b) Menggigil
c) Nyeri pinggang
d) Disuria
F. PATOFISIOLOGI
Bakteri penyebab ISK biasanya berasal dari flora normal saluran cerna. ISK dapat
terjadi melalui tiga jalur, yaitu jalur menaik, melalui darah (hematogenous), atau melalui jalur
limfatik. Pada wanita, pendeknya uretra dan kedekatannya dengan daerah perirektal
menyebabkan kolonisasi dari uretra. Bakteri dapat memasuki kantung urin melalui uretra.
Setelah berada di kantung urin, organisme akan membelah diri dengan cepat dan dapat
bergerak ke atas menuju ginjal melalui ureter.
Tiga faktor yang menentukan perkembangan infeksi saluran kemih yaitu ukuran dari
inokulum, virulensi mikroorganisme, dan kompetensi dari mekanisme pertahanan tubuh.
Pasien yang tidak dapat mengosongkan urin secara sempurna mempunyai resiko yang sangat
besar mengalami infeksi pada saluran urin lebih sering mengalami infeksi kembali.
Faktor virulensi bakteri yang paling penting adalah kemampuannya untuk menempel
kepada sel-sel epitel urinari oleh fimbrae. Faktor virulensi lain termasuk hemolisin, protein
sitotoksik yang dihasilkan oleh bakteri yang melisiskan sel dalam jumlah banyak termasuk
eritrosit, leukosit polimorfonuklear, monosit, dan aerobaktin yang memfasilitasi ikatan dan
pengambilan besi oleh Escherichia coli.
Penyebab utama ISK yang tidak kompleks adalah E.coli, lebih dari 85% dari komunitas
infeksi, diikuti dengan Staphylococcus saprophyticus. ISK biasanya disebabkan oleh
organisme tunggal.
ISK bagian bawah (sistitis), umumnya radang kandung kemih pada pasien dengan
saluran kemih normal. Sistitis yang paling sering disebabkan oleh menyebarnya infeksi dari
uretra, hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urine dari uretra ke dalam kandung
kemih (refluks utrovesikal), kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.
G. PATOGENESIS
Infeksi saluran kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus
urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui: kontak langsung dari tempat infeksi terdekat,
hematogen, limfogen. Ada 2 jalur utama terjadi ISK yaitu asending dan hematogen.
1. Secara Asending
Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain : faktor anatomi dimana
pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek dari pada laki- laki sehingga insiden
terjadinya ISK lebih tinggi, faktor tekanan urin saat miksi, kontaminasi fekal,
Pemasangan alat kedalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian
kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi
2. Secara Hematogen
Sering terjadi pada pasien yang sistem imunnya rendah sehingga mempermudah
penyebaran infeksi secara Hematogen. Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur
dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu adanya
bendungan total urin yang yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan
intrarenal akibat jaringan.
H. GEJALA KLINIK
Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah adalah :
a. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih
b. Spasme pada area kandung kemih dan suprapubis
c. Hematuria
d. Nyeri punggung dapat terjadi
I. PRESENTASI KLINIS
Presentasi klinis ISK bagian bawah:
a. Sistitis, yaitu presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai bakteriuria bermakna.
Presentasi klinis sistitis adalah seperti sakit suprapubik, polakisuria, nokturia, disuria,
dan stranguria.
b. SUA (Sindroma uretra akut), yaitu presentasi klinis sisititis tanpa ditemukan
mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis bakterialis. Penelitian terkini SUA
disebabkan MO anaerobik. Presentasi klinisnya adalah piuria, disuria, sering kencing,
leukosituria.
Gejala pada infeksi saluran kemih ringan (misalnya: cystitis, uretritis) pada orang
dewasa, meliputi:
1. rasa sakit pada punggung
2. adanya darah pada urin (hematuria)
3. adanya protein pada urin (proteinuria)
4. urin yang keruh
5. ketidakmampuan berkemih meskipun tidak atau adanya urin yang keluar
6. demam
7. dorongan untuk berkemih pada malam hari (nokturia)
8. tidak nafsu makan
9. lemah dan lesu (malaise)
10. rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)
11. rasa sakit di atas bagian daerah pubis (pada wanita)
12. rasa tidak nyaman pada daerah rectum (pada pria)\
Tujuan terapi pada pengobatan ISK adalah untuk mencegah atau mengobati
konsekuensi sistemik dari infeksi, untuk membunuh bakteri yang menyerang, untuk
mencegah terulangnya infeksi, dan mencegah kemungkinan gangguan organ (terutama
ginjal).
a) Terapi Farmakologi
Pada ISK yang tidak memberikan gejala klinis tidak perlu pemberian terapi, namun bila
sudah terjadi keluhan harus segera dapat diberikan antibiotika. Antibiotika yang
diberikanberdasarkan atas kultur kuman dan tes kepekaan antibiotika.
Banyak obat-obat antimikroba sistemik diekskresikan dalam konsentrasi tinggi ke
dalam urin. Karena itu dosis yang jauh dibawah dosis yang diperlukan untuk mendapatkan
efek sistemik dapat menjadi dosis terapi bagi infeksi saluran kemih.
Prinsip pengobatan infeksi saluran kemih adalah memberantas (eradikasi) bakteri
dengan antibiotika.
Idealnya, agen antimikroba yang dipilih harus dapat ditoleransi dengan baik, dapat
diabsorpsi, mencapai konsentrasi yang tinggi dalam urin, dan memiliki spektrum aktivitas
terbatas pada patogen yang diketahui atau diduga.
Terapi ISK yang paling baik dilakukan adalah dengan mengkategorikan jenis infeksi.
Dalam memilih terapi antibiotik yang tepat, penting untuk memperhitungkan tingkat
resistensi E.coli dan patogen lain terhadap antimikroba. Resistensi terhadap E.coli adalah
setinggi 30% untuk amoksisilin dan sefalosporin.
Untuk sistisis ringan, langkah pertama yang bisa dilakukan adalah minum banyak
cairan. Aksi pembilasan ini akan membuang banyak bakteri dalam tubuh, bakteri yang
tersisa akan dilenyapkan oleh pertahanan alami tubuh. Minum air putih dalam jumlah
yang banyak agar urine yang keluar juga meningkat. Dianjurkan untuk minum 2-3
liter/hari
Hindari stress.
Jangan menahan untuk buang air kecil.
Jika membersihkan kotoran, bersihkan dari arah depan ke belakang, agar kotoran dari
dubur tidak masuk ke saluran kemih.
ANALISIS SOAP
Jenis
Hasil Satuan Nilai normal
pemeriksaan
Referensi :
Guideline UTI (4)
FORM DATA BASE PASIEN
UNTUK ANALISIS PENGGUNAAN OBAT
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. H No Rek Medik : 070114
Umur : 57 tahun Dokter yg merawat : -
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Desa Bilo
Ras :-
Pekerjaan : Tani
Sosial :-
Riwayat masuk RS : -
Riwayat penyakit terdahulu : -
Riwayat Sosial
Kegiatan
Pola makan/diet
- Vegetarian Ya / tidak
Merokok Ya / tidak ................batang/hari
Meminum Alkohol Ya/ tidak
Meminum Obat herbal Ya/ tidak
Riwayat Alergi : -
Subyektif :
Nyeri perut bawah seperti tertusuk jarum, susah BAK, seminggu di puskesmas tidak ada perubahan,
minum obat warung dan apotik.
Obyektif :
Jenis
Hasil Satuan Nilai normal
pemeriksaan
WBC 8,3 H 103/ml 5,0 10,0
RBC 3,95 106/ml 4,00 5,50
HGB 13,1 H g/dl 12,0 15,0
HCT 38,3 % 40,0 48,0
MCV 37,0 H Fl 80,0 95,0
MCH 33,2 H p/g 25,0 34,0
MCHC 34,2 g/dl 32,0 36,0
PLT 2,2 103/ml 150 400
(%) (103/ml) (%)
Ly F2 2,5 11,0 49,0
MO F2 0,6 0,0 9,0
GR F4 10,8 42,0 85,0
RDW 12,2 % 10,0 16,5
PCT % 0,10 1,00
MPV 4,5 PL 5,0 10,0
PDW H % 12,0 18,0
OBAT YANG DIGUNAKAN SAAT INI
Rute
No Nama obat Indikasi Dosis Interaksi ESO Outcome terapi
pemberian
ISK Nyeri pada daerah perut PLT : 2,2 (normal : Cotrimoxazole Dosis Terlalu Besar Diberikan 2 x sehari
bawah. Dirasakan seperti 150-400) tablet 480 mg 3x1 1 tablet 480 mg.
tertusuk-tusuk jarum, susah MPV : 4,5 (Normal (dipiro 9)
untuk BAK. 5-10)
MONITORING
1. Perlu adanya pemeriksaan urinalisis pada pasien.
2. Monitoring kepatuhan pasien menggunakan antibiotik.
3. Monitoring efek samping penggunaan ibuprofen.
TERAPI NONFARMAKOLOGI
1. Minum air putih dalam jumlah yang banyak agar urine yang keluar juga meningkat.
2. Hindari stress.
3. Jangan menahan untuk buang air kecil.
4. Jika membersihkan kotoran, bersihkan dari arah depan ke belakang, agar kotoran dari
dubur tidak masuk ke saluran kemih.
DAFTAR PUSTAKA
Nicolle, Lindsay E., et al, 2005, Infectious Diseases Society of America Guidelinesfor the
Diagnosis and Treatment of Asymptomatic Bacteriuria in Adults, Clinical Infectious
Disease
Sukandar, Elin Yulinah, dkk. 2008. ISO FARMAKOTERAPI Buku I. PT.ISFI: Jakarta