DI SUSUN OLEH:
DWI SULISTYORINI
NIM. P.12079
DI SUSUN OLEH:
DWI SULISTYORINI
NIM. P.12079
i
ii
iii
iv
v
vi
DAFTAR ISI
vii
C. Perumusan masalah kepeerawatan ...................................... .. 39
D. Intervensi .......................................................................... .... 40
E. Implementasi ......................................................................... 43
F. Evaluasi ................................................................................. 46
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian ............................................................................. 51
B. Perumusan masalah keperawatan ........................................ .. 54
C. Perencanaan .......................................................................... . 58
D. Implementasi ......................................................................... 61
E. Evaluasi ................................................................................. 66
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................... . 72
B. Saran ..................................................................................... . 76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
otak, timbul mendadak dan biasanya mengenai penderita usia 45-80 tahun.
Biasanya tidak ada gejala dini, dan muncul begitu mendadak. World Health
timbul semata-mata karena penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh
sebab yang lain (Misbach, 2007). Stroke mengacu kepada tiap gangguan
aliran darah melalui sistem suplai arteri otak (Price dan Wilson, 2006 dalam
Tahihoran, 2010).
terapi merubah posisi. Jadi stroke merupakan masalah medik yang sering
dijumpai, gangguan neurologik ini sering terjadi secara mendadak dan tidak
Luka dekubitus merupakan dampak tekanan yang terlalu lama pada area
1
2
darah pada area yang tertekan dan lama kelamaan jaringan setempat
2005). Luka dekubitus adalah suatu area yang terlokalisir dengan jaringan
yang menonjol, sebagai akibat dari tekanan dalam jangka waktu yang
health care serta 8-40% di ICU karena penurunan imunitas tubuh (Enie,
dengan insiden dekubitus di ASEAN yang hanya berkisar 21-31,3% (Ida dan
Nila, 2009). Insiden dan prevalensi penderita stroke di Amerika cukup tinggi,
15%, di Indonesia hampir 25% penderita stroke terkena decubitus (Ida dan
Tengah (16,6%), diikuti Jawa Timur sebesar 16 per mil. Terjadi peningkatan
yang pernah didiagnosis nakes dan gejala) juga meningkat dari 8,3 per 1000
(2007) menjadi 12,1 per 1000 (2013) (Riskesdas, 2013). Prevalensi Stroke di
Jawa Tengah tahun 2009 adalah 0,05% lebih tinggi dibandingkan dengan
angka tahun 2008 sebesar 0.03. Prevalensi tertinggi tahun 2009 adalah di
3
Surakarta sebesar 0,75% (Dinkes, 2009). Hasil survei yang didapatkan dari
rekam medis RSUD. Dr. Moewardi Surakarta penderita stroke pada tahun
2013 mencapai 352 orang, kemudian tahun 2014 terdapat 278 penderita
stroke.
massase kulit, yang dapat mereduksi penekanan jaringan dan dapat menjadi
tambahan dari jadwal perubahan posisi yang rutin serta intervensi perubahan
posisi adalah perubahan posisi secara berkala setiap jam yaitu mulai jam
dimiringkan ke arah kiri, dan seterusnya seperti itu (Nuh Huda, 2012).
stroke dapat mencegah terjadinya luka dekubitus pada pasien stroke. Hal ini
dibuktikan dengan uji statistic dengan hasil P value 0,0000 berarti ada
keperawatan merubah posisi dan massase kulit dan yang mengalami sebanyak
yang mengalami luka dekubitus. Hal ini menjelaskan bahwa luka dekubitus
akan lebih terjadi pada laki-laki dari pada perempuan hal ini didukung oleh
dekubitus tidak terjadi. Untuk menndak lanjuti hasil penelitian yang telah
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
dengan stroke.
dengan stroke.
dengan stroke.
dengan stroke.
stroke.
dengan stroke.
6
C. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi penulis
2. Bagi institusi
datang.
tentang cara merubah posisi dan massase kulit untuk mencegah terjadinya
luka dekubitus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Stroke
a. Pengertian stroke
b. Penyebab Stroke
7
8
(Lumbantobing, 2001).
2) Stroke hemoragik
(Ida dan Nila, 2009). Stroke hemoragik juga bisa terjadi karena
Menurut Ida dan Nila (2009), tanda dan gejala stroke yaitu :
terutama hanya terasa di salah satu sisi saja, kiri atau kanan.
d. Patofisiologi
yang disertai dengan oedema otak karena pada daerah yang dialiri
mekanisme yaitu:
aneurisma.
e. Pemeriksaan penunjang
dilakukan yaitu :
1) CT Scan.
f. Komplikasi stroke
1) Bekuan darah
2) Dekubitus
sendi kaki dan tumit bila memar ini tidak bisa dirawat bisa
menjadi infeksi.
3) Pneumonia
a) Disritmia
c) Kontraktur
d) Gagal nafas
e) Kematian.
g. Penatalaksanaan stroke
1) Farmakologi
pasca stroke.
2) Non farmakologi
b) Kimia klinik
13
c) Masa protombin
h. Pencegahan
2012) :
2) menghentikan merokok
7) cegah obesitas
1) Pengkajian
a) Identitas klien
b) Riwayat kesehatan
rumah sakit.
maupun tidak.
c) Pemeriksaan fisik
frekuensi.
peristaltik, eliminasi.
strees psikologi
2) Diagnosa Keperawatan
kekuatan otot.
imobilitas fisik.
17
3) Intervensi
Intervensi
organ.
penyembuhan.
18
Intervensi
kekuatan otot.
Intervensi
tekanan
fisik.
Intervensi
tidur.
jam.
2. Luka Dekubitus
b. Penyebab
1) Faktor eksternal
21
a) Penekanan
b) Gesekan
2) Faktor internal
a) Usia
c) Nutrisi
d) Disfungsi sirkulasi
lemah, dipasung.
yang penting.
4) Gesekan dan kerusakan lainnya pada lapisan kulit paling luar bisa
Tanda dan gejala pada dekubitus untuk pertama kali ditandai dengan
kulit eritema atau kemerahan, terdapat ciri khas dimana bila ditekan
dengan jari, tanda eritema akan lama kembali lagi atau persisten.
area tersebut meningkat atau bila diraba akan terasa hangat, tanda
e. Komplikasi
f. Penatalaksanaan
Menurut Nur arif dan Kusuma (2013) luka dekubitus dibagi menjadi
1) Stadium I
23
atau ungu.
2) Stadium II
terluka atau robek maka akan timbul masalah baru yaitu infeksi.
3) Stadium III
4) Stadium IV
3. Merubah posisi
(Hidayat, 2006).
(Hidayat, 2006).
2) Mengurangi tekanan
4. Massase
a. Pengertian massase
b. Tujuan massase
2) Meningkatkan relaksasi.
c. Komponen massase
diberikan.
d. Efek massase
1) Terhadap kulit
(Pupung, 2009).
28
B. KERANGKA TEORI
Luka dekubitus
C. KERANGKA KONSEP
NO TINDAKAN
A FASE ORIENTASI
1 Memberi salam
2 Memperkenalkan diri
3 Kontrak waktu
4 Menjelaskan tujuan tindakan
5 Menyiapkan alat ke dekat pasien
6 Mencuci tangan
B FASE KERJA
1 Menjaga privasi pasien
29
30
C FASE TERMINASI
1 Merapikan pasien
2 Melakukan evaluasi tindakan
3 Merapikan alat
4 Berpamitan
5 Mencuci tangan
Menurut Potter dan Perry (2005) sebagai hasil ukur yang ditetapkan
terjadi.
2. Cukup : jika massase dilakukan sesuai standart tapi tidak sesuai jadwal
Keterangan Nilai
1 2 3 4 Hasil
Persepsi Keterbatasan Sangat Sedikit Tidak terjadi
sensori total terbatas terbatas gangguan
Kelembaban Kulit sangat Kulit kadang Kulit jarang
Kelembapa kulit yang lembab lembab lembab
n konstan
Aktivitas Beraktifitas Tidak mampu Mampu Dapat
terbatas berjalan berjalan beraktifitas
sendiri hanya dengan lancar
sebentar saja
Mobilisasi Imobilisasi Sangat Agak terbatas Tidak
total terbatas memiliki
keterbatasan
Nutrisi Asupan gizi Kurang Cukup asuhan Asupan
yang sangat asupan nutrisi nutrisi baik
buruk nutrisi
Friksi dan Memerlukan Bergerak Tidak
gesekan bantuan dengan memiliki
sedang sampai lemah dan masalah
maksimum membutuhkan
untuk bantuan
bergerak minimun
Keterangan :
LAPORAN KASUS
A. Identitas klien
B. Pengkajian
yaitu pengkajian dengan cara melihat status pasien dan menanyakan pada
keluarga.
Moewardi Surakarta pada hari jumat jam 22:00 wib. Sebelumnya pasien
32
33
bulan yang lalu dan menyebabkan pasien tidak bisa berjalan, dan sekitar
1 tahun yang lalu pasien pernah dirawat dirumah sakit dengan keluhan
maupun obat-obatan
Genogram
Keterangan:
: Pasien
: Perempuan meninggal
: Laki-laki meninggal
: Perempuan
: Laki-laki
: Tinggal serumah
Gambar 4.1
34
Sebelum sakit pasien makan 3 kali sehari, jenis nasi, sayur, lauk dan
Selama sakit pasien makan 3 kali sehari, jenis susu 200 cc per hari,
terpasang NGT.
tidak ada keluhan. BAK 4-5 kali sehari, jumlah BAK 1500cc/hari,
Selama sakit pasien belum BAB sejak masuk Rumah Sakit. Frekuensi
tergantung total.
terbangun.
orang anak.
Selama sakit keluarga mengatakan saat sakit bila ada masalah pasien
dada simetris, tidak ada jejas, ictus cordis tidak tampak. Palpasi ictus
rb/ul, trombosit 250 rb/ul, eritrosit 3,77 rb/ul, MCV 78,4 /um, MCH
25,7 pg, MCHC 32,8 g/dl, RDW 13,2%, HDW 3,1 g/dl, MPV 7,7 fl,
hasil pengkajian sebagai berikut data subyektif tidak terkaji dan data
dengan data hasil pengkajian sebagai berikut data subyektif tidak terkaji
dan data obyektif GCS pasien E:3 V:3 M:4, pasien terlihat sulit bicara,
TD: 110/80 mmHg, Nadi: 86x/menit, RR: 32x/menit, suhu: 36,90 C. Dari
pengkajian sebagai berikut, data subyektif tidak terkaji dan data obyektif
pasien hanya berbaring, tidak ada jejas di punggung, kulit lembab, dan kulit
tidak kemerahan.
D. Intervensi
ventilasi dan pernapasan tidak ada gangguan, jalan napas paten, tidak
24x/menit.
41
dapat teratasi dengan kriteria hasil GCS : E4, V3, M4, tidak ada peningkatan
TIK.
selama 3x24 jam diharapkan masalah hambatan mobilitas fisik dapat teratasi
mandiri.
hambatan mobilitas pasien, bantu pasien melakukan rom aktif atau pasif
selama 3x24 jam diharapkan masalah resiko kerusakan integritas kulit dapat
teratasi dengan kriteria tidak ada jejas di punggung, kulit tidak terlihat
(Wilkinson, 2011).
E. Implementasi
Pada diagnosa pertama tanggal 9 Maret 2015 jam 09:20 WIB penulis
subjektif tidak terkaji dan data objektif TD:110/80 mmHg, nadi: 86x/menit,
data subjektif tidak terkaji dan data objektif obat sudah masuk melalui
intravena.
Pada diagnosa kedua tanggal 09 maret 2015 jam 09:10 WIB penulis
Pada diagnosa ketiga tanggal 9 Maret 2015 jam 09:35 WIB penulis
Pada diagnosa keempat tanggal 9 Maret 2015 jam 09:50 WIB penulis
objektif kulit tidak kemerahan,tidak ada lecet, kulit terlihat lembab. Pada
didapatkan data objektif pasien tampak nyaman saat di massase. Jam 10:30
merubah posisi setiap 2 jam dan didapatkan data objektif keluarga terlihat
Pada diagnosa pertama tanggal 10 Maret 2015 jam 09:15 WIB penulis
Pada diagnosa kedua pada tanggal 10 Maret 2015 jam 09:45 WIB
Pada diagnosa ketiga tanggal 10 Maret 2015 jam 09:00 WIB penulis
Pada diagnosa keempat tanggal 10 Maret 2015 jam 08:30 WIB penulis
Pada diagnosa pertama tanggal 11 Maret 2015 jam 09:15 WIB penulis
suhu: 37,80C.
Pada diagnosa kedua tanggal 11 Maret 2015 jam 08:00 WIB penulis
objektif tidak ada tanda muntah dan nyeri kepala, memonitor status
Pada diagnosa ketiga tanggal 11 Maret 2015 jam 08:15 WIB penulis
tampak mengerti.
Pada diagnosa keempat tanggal 11 Maret 2015 jam 08:30 WIB penulis
F. Evaluasi
adalah data Subjektif (S): keluarga mengatakan pasien sesak napas. Objektif
(O): pasien terlihat menggunakan otot bantu pernapasan dan terapi oksigen
perfusi jaringan otak adalah data subjektif (S): tidak terkaji. data Objektif
(O): GCS: E3, V2, M4. Assesment (A): masalah belum teratasi, karena
mobilitas fisik adalah data subjektif (S): keluarga mengatakan pasien belum
bangun dari tempat tidur dan saat aktivitas di bantu oleh keluarga. data
objektif (O): pasien terlihat lemah dan aktivitas tergantung total. Assesment
(A): masalah belum teratasi, karena belum mencapai kriteria hasil seperti,
fisioterapi.
pasien hanya berbaring di tempat tidur. Objektif (O): kulit tampak lembab,
tidak ada kemerahan, tidak ada lecet pada punggung. Assesment (A):
pasien masih sesak napas. Objektif (O): pasien terlihat menggunakan otot
obat.
ketidakefektifan perfusi jaringan otak adalah data Subjektif (S): tidak terkaji.
mobilitas fisik adalah data Subjektif (S): keluarga mengatakan pasien masih
48
belum bangun dari tempat tidur dan saat aktivitas masih di bantu oleh
keluarga. Objektif (O): pasien terlihat lemah dan belum bisa menggerakan
pasien hanya berbaring di tempat tidur. Objektif (O): kulit tampak lembab,
tidak ada kemerahan, tidak ada lecet pada punggung. Assesment (A):
pasien masih sesak napas. Objektif (O): pasien terlihat menggunakan otot
obat.
ketidakefektifan perfusi jaringan otak adalah data Subjektif (S): tidak terkaji.
Objektif (O): GCS: E1, V1, M4. Assesment (A):masalah belum teratasi
49
mobilitas fisik adalah data Subjektif (S): keluarga mengatakan pasien masih
dan belum bisa beraktivitas. Assesment (A): masalah belum teratasi. Planing
pasien masih terus berbaring dan diberikan perubahan posisi setiap 2 jam.
Objektif (O): kulit tampak lembab, bersih, tidak ada kemerahan, tidak ada
lecet pada punggung. Assesment (A): masalah sudah teratasi. Planing (P):
hentikan intervensi.
BAB V
PEMBAHASAN
Bab ini penulis akan membahas tentang hasil dari pemberian tindakan
merubah posisi dan massase kulit pada asuhan keperawatan Ny.S dengan
A. Pengkajian
kesadaran, GCS: E3, V2, M4, sesak nafas, tekanan darah 110/80mmHg,
tingkat kesadaran yang dikenal sebagai Glasgow Coma Scale (GCS) untuk
motorik (gerakan) (Ariani, 2012). Hal ini sudah sesuai teori pada
50
51
Penurunan kesadaran ini bisa terjadi karena arteri yang mensuplai darah ke
riwayat hipertensi pada pasien. Menurut teori Ariani (2012) salah satu
akan terjadi perdarahan otak menyempit, maka aliran darah ke otak akan
mendadak), gangguan sensabilitas pada satu atau lebih pada anggota badan
yang tidak jelas kecuali perubahan status mental, afasia, disartia, dan
gangguan sensabilitas.
dengan teori pada Ny. S yaitu melakukan aktivitas dan latihan (ADL)
dibantu keluarga.
Skor 0: tidak ada/paralisis otot, skor 1: buruk/ suatu kontraksi halus yang
hanya dapat dirasakan bila otot diraba, skor 2: sedikit/kontraksi otot cukup
sedang/ kontraksi otot cukup kuat dapat menggerakan sendi melawan gaya
gravitasi, skor 4: baik kekuatan kontraksi otot yang cukup kuat dapat
kekuatan otot penuh (Purwanti dan purwaningsih, 2013). Hal ini sudah
sesuai dengan teori pada data klien yaitu kekuatan otot ekstremitas kanan
simetris, tidak ada jejas, ictus cordis tidak tampak. Palpasi ictus cordis di
murni tidak ada suara tambahan. Pada pemeriksaan paru didapatkan hasil
tidak terkaji, perkusi terdengar suara sonor. Auskultasi vasikuler (tidak ada
perut datar, tidak ada bekas luka. Auskultasi bising usus 14x/menit.
Perkusi suara tympani. Palpasi tidak ada nyeri tekan. Hal ini sudah sesuai
1200cc/hari, genetalia bersih, rektum bersih, tidak ada luka dan hemoroid.
Hasil pemeriksaan pada ekstremitas atas kekuatan otot kanan kiri 3, pada
ekstremitas bawah kekuatan otot kanan kiri 3, capilary refile kurang dari 2
detik, tidak ada perubahan bentuk tulang, perabaan akral hangat, rom
teori.
imobilisasi fisik.
pengkajian yaitu data subjektif (S): tidak terkaji. Data Objektif (O): pasien
2011).
pengkajian yaitu data Subjektif (S): tidak terkaji. Data Objektif (O): GCS:
(Herdman, 2011)
tubuh satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah. Penulis
bisa berbaring, data Obyektif (O): tidak ada jejas pada punggung, kulit
2011).
terjadi dekubitus, skala branden terdiri dari 6 sub kala yaitu persepsi
total berada dari rentang 6 sampai 23, total rendah menunjukkan risiko
tinggi tinggi terjadi dekubitus. Klien dewasa yang dirawat di rumah sakit
dengan nilai 16 ataupun kurang dan klien lansia lansia dengan nilai 17 atau
C. Perencanaan
pola napas pada Ny. S dapat teratasi dengan batas waktu pencapaian
tujuan ini adalah suatu tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam
waktu singkat, biasanya kurang dari satu minggu. Kriteria waktu ini
rom aktif atau pasif sesuai kemampuan dengan rasional untuk melatih
dapat teratasi dengan kriteria hasil tidak ada jejas pada punggung, kulit
D. Implementasi
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang lebih
61
2012).
dapatkan data subjektif tidak terkaji dan data objektif TD:110/80 mmHg,
dapatkan data subjektif tidak terkaji dan data objektif obat sudah masuk
tetap adekuat dan mencegah terjadinya hipoksia pada otak (Widiyanto dan
yamin, 2014)
data subjektif tidak terkaji dan data objektif E3 V2 M4 dan pasien terlihat
lemah, mengatur posisi kepala lebih tinggi didapatkan data objektif pasien
objektif tidak ada tanda muntah dan nyeri kepala. Pada tindakan
pada pola aktivitas dan latihan. Pada Ny. S penulis melakukan tindakan
rom pasif menurut teori Murtaqip (2013), pada pasien stroke akan
63
kekuatan otot.
didapatkan data objektif kulit tidak kemerahan, tidak ada lecet, kulit
untuk merubah posisi setiap 2 jam dan didapatkan data objektif keluarga
luka dekubitus.
posisi secara berkala setiap jam yaitu mulai jam 08.00-10.00 WIB pasien
kiri, dan seterusnya. Tujuan dari teknik merubah posisi adalah untuk
dalam waktu yang lama dapat menyebabkan hipoksia dan nekrosis yang
dibawah kulit, kulit menjadi lunak dan elastic, dan perasaan kulit menjadi
2009).
E. Evaluasi
antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon
belum bangun dari tempat tidur dan saat aktivitas di bantu oleh keluarga.
data objektif (O): pasien terlihat lemah dan aktivitas tergantung total.
pasien hanya berbaring di tempat tidur. Objektif (O): kulit tampak lembab,
67
tidak ada kemerahan, tidak ada lecet pada punggung. Assesment (A):
masalah belum teratasi, karena belum mencapai kriteria hasil. Planing (P):
jam.
masih belum bangun dari tempat tidur dan saat aktivitas masih di bantu
oleh keluarga. Objektif (O): pasien terlihat lemah dan belum bisa
pasien hanya berbaring di tempat tidur. Objektif (O): kulit tampak lembab,
tidak ada kemerahan, tidak ada lecet pada punggung. Assesment (A):
lemah dan belum bisa beraktivitas. Assesment (A): masalah belum teratasi.
pasien masih terus berbaring dan diberikan perubahan posisi setiap 2 jam.
Objektif (O): kulit tampak lembab,bersih, tidak ada kemerahan, tidak ada
lecet pada punggung. Assesment (A): masalah sudah teratasi. Planing (P):
hentikan intervensi.
orang (80%) setelah diberikan perubahan posisi dan massase kulit terdapat
intervensi keperawatan merubah posisi dan massase kulit. Hal ini terjadi
massase kulit pada pasien stroke, sehingga hasilnya tidak maksimal yaitu
selain itu alasan yang lain adalah bahwa responden yang mengalami luka
tersebut berada dalam batasan usia dewasa menengah dan dewasa tua.
merubah posisi dan massase kulit pada pasien stroke menunjukan hasil
70
aplikasi riset yang sudah dilakukan selama tiga hari dibandingkan dengan
hasil penelitian dalam jurnal Caroline dkk (2013) tidak ada kesenjangan,
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
fisik.
3. Intervensi keperawatan
pola napas dapat teratasi dengan kriteria hasil status ventilasi dan
71
72
16-24x/menit.
otak dapat teratasi dengan kriteris hasil GCS normal E4 V5 M6, tidak
dengan lancar.
dapat teratasi dengan kriteria hasil turgor kulit kurang sari 2 detik, kulit
4. Implementasi
jalan napas.
5. Evaluasi
adalah data subjektif tidak terkaji dan data objektif pasien terlihat
perfusi jaringan otak adalah data subjektif tidak terkaji dan data objektif
terlihat lemah dan belum bisa beraktivitas. Hasil analisa masalah belum
tidak ada kemerahan, tidak ada lecet pada punggung. Hasil analisa
6. Analisa hasil
posisi dan massase kulit dan didapatkan hasil sebelum dilakukan pasien
belum ada luka dekubitus, dan setelah dilakukan tindakan merubah posisi
75
dan massase kulit tidak ada luka dekubitus sehingga sesuai dengan jurnal
Carolina dkk (2013) yang berisi tentang tindakan merubah posisi dan
B. Saran
3. Bagi Pendidik
bidang keperawatan pada tindakan merubah posisi dan massase kulit pada
4. Bagi Penulis
merubah posisi dan massase kulit pada asuhan keperawatan Ny.S dengan
Stroke.
DAFTAR PUSTAKA
Batticaca, B.F. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Salemba Medika. Jakarta.
Huda, Nuh. 2012. Pengaruh Posisi Miring Untuk Mengurangi Luka Tekan Pada
Pasien Dengan Gangguan Persyarafan. Jurnal keperawatan.
Iktan, iskandar farmasi indonesia. 2011. Informasi spesialis obat (iso) indonesia.
Jakarta: pt. Ifsi
M, Carolina dan margareth asirait. 2013. Pengaruh Merubah Posisi dan Massase
Kulit pada pasien Stroke terhadap terjadinya Luka Dekubitus, Jurnal
Keperawatan. 117-125
Mubarak, Wahit Iqbal. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan
Aplikasi dalam Praktek. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Rendy dan Margareth. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Dan Penyakit
Dalam . Yogyakarta : Nuha Medika
Widiyanto, budi dan yamin, LS. 2014. Terapi Oksigen Terhadap Perubahan
Saturasi Oksigen Melalui Pemeriksaan Oksimetri Pada Pasien Infark
Miokard. Jurnal Ilmu Keperawatan PPNI.138-140.