Anda di halaman 1dari 28

Nama Peserta : dr.

Afriani

Nama Wahana : RSUD. Pantura M.A Sentot Patrol Indramayu

Topik : Vesikolithiasis

Tanggal (kasus) : 24 November 2016


Nama Pasien : Tn.I No. RM : 119.514

Tempat Presentasi : RSUD. Pantura M.A Sentot Patrol Indramayu

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil


Deskripsi : Laki-laki usia 33 tahun, terasa sulit saat BAK sejak 2 minggu SMRS, nyeri saat BAK dan BAK warna
kemerahan.

Tujuan :
1. Menegakkan diagnosis dan menetapkan penatalaksanaan pasien vesikolithiasis
2. Edukasi yang tepat terhadap pasien vesikolithiasis.

Bahan bahasan: Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit


Cara membahas: Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos

Data pasien:
Nama : Tn. I Nomor Registrasi : 119.514
Usia : 33 tahun

Nama klinik : RSUD.Pantura M.A Sentot Patrol Indramayu Telp : - Terdaftar sejak : 10 Oktober 2015

Data utama untuk bahan diskusi:


1. Diagnosis / Gambaran Klinis :
Seorang laki-laki usia 33 tahun datang ke poli bedah dengan keluhan sulit BAK sejak 2 minggu SMRS. Pasien harus mengedan saat buang
air kecil, sehingga ada waktu antara proses mengedan dengan keluarnya air kencing. Pada saat buang air kecil awalnya lancar kemudian pancaran
menjadi lemah dan terputus-putus. Pada akhir buang air kecil pasien merasa tidak puas, masih ada yang tersisa sehingga terkadang pasien merasa
celananya basah tanpa disadari akibat tetesan air kencing yang keluar. Pasien mengaku jika berubah posisi saat berkemih, urin yang tadinya
terhambat kembali lancar. Hal ini menyebabkan pasien sering ke kamar mandi hingga 3 - 4 kali sehari. Pasien juga sering terbangun pada malam
hari hanya untuk BAK. Pasien merasa hal tersebut mengganggu aktivitas sehari-hari.
1 minggu SMRS, pasien merasakan nyeri saat berkemih. Nyeri terutama dirasakan di bagian penis. Nyeri bersifat hilang timbul, timbul
terutama pada akhir berkemih.
3 hari SMRS, pasien juga mengeluh urinnya keruh berwarna kemerahan. BAK berwarna kemerahan dan nyeri yang dirasakan pasien
semakin bertambah. BAK berwarna kemerahan semakin merah jika pasien sedang banyak aktifitas dan kurang minum.
Pasien tidak mengeluhkan demam, mual (-), muntah (-), nyeri perut (-), nyeri pinggamg (-). BAB lancar, makan dan minum baik.
2. Riwayat Pengobatan :
1 minggu SMRS, pasien sudah minum obat paracetamol tablet 500mg 3x1 tablet selama 3 hari dan dirasakan tidak membaik.
Pasien tidak ada riwayat alergi obat dan tidak sedang mengkonsumsi obat secara rutin.

3. Riwayat Kesehatan/Penyakit :
Pasien tidak pernah mengeluh nyeri yang menetap lama pada daerah pinggang dan lipat paha
Pasien tidak pernah mengalami trauma pada perut bagian bawah, panggul ataupun alat kelamin
Pasien tidak pernah mengalami riwayat pemasangan selang pada kemaluan
Pasien tidak pernah merasa rasa panas atau terbakar pada alat kelamin saat buang air kecil
Pasien menyangkal pernah buang air kecil berpasir, dan menyangkal pancaran kemihnya bercabang
Pasien menyangkal sulit untuk menahan berkemih
Pasien menyangkal pernah operasi di di daerah perut.
Riwayat keluhan yang sama sebelumnya disangkal
Riwayat Diabetes Melitus tipe 2 disangkal

4. Riwayat Keluarga :
10 tahun yang lalu, ayah pasien pernah operasi batu ginjal.
Riwayat Diabetes Melitus disangkal

5. Riwayat Pekerjaan :
5 tahun SMRS, pasien bekerja sebagai pengrajin rotan di Cirebon. Saat bekerja, pasien lebih sering posisi duduk dan kurang aktifitas.
berjalan.
6. Riwayat Pribadi dan Sosial :
Pasien tinggal di desa patrol lor, kecamatan patrol. Sekarang pasien bekerja sebagai buruh tani bersama istrinya. Penghasilan pasien 500.000
1.000.000 /bulan. Pasien memiliki 2 orang anak.
Pasien jarang sekali minum air putih, dalam satu hari pasien mengaku hanya minum kurang lebih 3 gelas kecil. Pasien lebih menyukai
minum dengan air teh atau kopi yang dilakukan pada waktu makan, istirahat, dan duduk-duduk santai, selain itu juga sering menahan buang air
kecil. Pasien tidak pernah mengeluh nyeri pinggang yang menjalar sampai ke lipat paha.

7. Lain-lain
A. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang


Kesadaran E4M6V5 = 15 (composmentis)
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Frek. Nadi : 82 x/menit
Reguler
Isi cukup
Frek. Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,2 0C
STATUS GENERALIS
Kulit : warna kulit sawo matang
Kepala : Normosefal, distribusi rambut merata, rambut tidak mudah dicabut, benjolan (-), warna rambut hitam, Nyeri tekan (-)
Mata : Simetris, CA -/- , SI -/- , pupil isokor 3 mm, mata cekung (-/-)
Hidung : Deviasi (-), mukosa hiperemis (-)
Telinga : Bentuk simetris, serumen dan secret -/-, membrane timpani intak, reflek cahaya (+).
Mulut : bibir sianosis (-)
Tenggorokan : uvula hiperemis (-), lidah simetris, T1-T1, faring hiperemis (-)
Leher : Pembesaran tiroid (-), KGB (-), tidak tampak bengkak daerah sub mandibularis, trakea deviasi (-), tidak tampak
pelebaran vena, JVP meningkat (-).

Thorak
Anterior
Inspeksi : Bentuk normothorak, pernafasan simetris
Palpasi : Nyeri tekan (-), Ekspansi pernafasan simetris, fremitus taktil simetris, iktus kordis teraba di Intercosta VI linea
midklavikularis sinistra, kuat angkat normal, irama regular, frekuensi normal.
Perkusi : Semua lapang paru sonor
Batas paru hepar intercosta V linea midklavikularis dekstra
Batas kanan jantung Intercosta IV linea parasternalis dekstra
Apeks jantung Intercosta VI 2 jari ke arah medial linea midklavikularis sinistra
Pinggang jantung ICS III linea parasternalis dekstra.
Auskultasi :
Suara paru vesikuler simetris, Ronkhi -/-, Wheezing -/-, suara jantung I dan II reguler tidak ada suara tambahan (gallop, murmur),
vermitus vokal simetris
Katup pulmo : ICS II parasternalis sinistra, BJ II > BJ I
Katup aorta : ICS II parasternalis dextra, BJ II > BJ I
Katup trikuspid :ICS IV parasternalis sinistra, BJ I > BJ II
Katup Mitral : Intercosta VI 2 jari ke arah medial linea midklavikularis sinistra, BJ I > BJ II.
Posterior
Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris, tidak tampak kelainan kulit, Os. Scapula dan vertebra tidak ada deviasi, irama
pernafasan reguler, tidak tampak retraksi otot pernafasan
Palpasi : Ekspansi pernafasan simetris, nyeri tekan (-), fremitus taktil simetris
Perkusi : Semua lapang paru Sonor
Auskultasi : Suara paru vesikuler simetris, Ronkhi -/-, Wheezing -/-, vermitus vokal simetris
Abdomen
Inspeksi :
Bentuk normal, tidak tampak pelebaran vena, tidak tampak kelainan kulit, tidak tampak peristaltik usus.
Auskultasi :
Bising usus (+), bising aorta tidak terdengar
Perkusi
Anterior :
Timpani pada 4 kuadran abdomen.
Posterior :
Tidak ada nyeri ketok ginjal
Palpasi :
Nyeri tekan suprapubik (+), Blast tidak penuh, Hepar dan lien tidak teraba membesar
Ekstremitas Superior :
Bentuk simetris, tidak tampak kelainan kulit, tidak tampak oedem, capilar reffil time < 2, tidak nyeri tekan.
Ekstremitas Inferior :
Bentuk simetris, tidak tampak kelainan kulit, tidak tampak oedem, capilar reffil time < 2, tidak nyeri tekan.
Status Urologi
Ginjal pada regio costovertebralis
Inspeksi : dalam batas normal, tidak ada massa, tidak ada luka bekas operasi
Palpasi : nyeri tekan (-) pada CVA kanan dan kiri, Ballotement (-)
Perkusi : nyeri ketok (-) pada CVA kanan dan kiri
Ureter pada regio lumbal
Palpasi : nyeri tekan (-) pada lumbal kanan dan kiri
Vesica urinaria pada regio suprapubik
Inspeksi : dalam batas normal, tidak ada massa, tidak ada luka bekas operasi
Palpasi : buli tidak penuh, nyeri tekan (+)
Perkusi : redup
Uretra/OUE pada regio genital eksterna
Inspeksi : discharge (-), kemerahan (-)
Rectal Toucher :
Inspeksi : Benjolan (-), darah (-), lendir (-)
Palpasi :
Tonus sfingterani kuat
Ampula recti tidak colaps
Benjolan (-)
Prostat tidak teraba.
Nyeri tekan (-)
Handscoon : darah (-), feses (-), lendir (-)

B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan Laboratorium (22 November 2016)
a) Hematologi
Hemoglobin : 15,2 g/dl
Leukosit : 8.600 /mm3
Hematokrit : 44 %
Trombosit : 197.000 /mm3
CT : 1 menit 3 detik
BT : 1 menit 4 detik
b) Kimia Darah
GDS : 97 mg/dl
Ureum : 19 mg/dl
Kreatinin : 1,2 mg/dl
SGOT : 32 U/L
SGPT : 12 U/L
c) Urinalisis
Warna : Kuning tua
Kekeruhan : Jernih
Berat Jenis : 1,005
PH : 8,0
Blood :-
Bilirubin :-
Urobilinogen : -
Keton :-
Protein : Trace
Nitrit :-
Glukosa :-
Leukosit : +1
Eritrosit : 0 - 1 /LPB
Leukosit : 5 - 10 /LPB
Epitel : +2
Silinder :-
Kristal :-
Kesan : PH urine Basa, Leukosit meningkat kemungkinan terdapat infeksi pada saluran kemih.
2) Foto Polos Abdomen
Tampak opasitas bentuk bulat pada kavum pelvis
Preperitonela fat line kanan kiri baik
Psoas kanan kiri dan kontur kedua ginjal tertutup udara usus jumlah distribusi usus baik
Tampak banyak fekal material
Tak tampak distensi dan dilatasi usus
Tak tampak free air
Kesan :
Opacitas bentuk bulat pada kavum pelvis (vesikolithiasis)

3) EKG
Kesan : Normal
8. SARAN PEMERIKSAAN PENUNJANG LAIN
USG Abdomen
9. DIAGNOSIS
Vesikolithiasis
10. PENATALAKSANAAN
Advice dr.Sp.B
Non Medikamentosa :
1) Banyak minum air putih lebih dari 8 gelas ukuran sedang per hari.
2) Hindari kebiasaan menahan buang air kecil, buang air kecil normalnya setiap 4 jam atau 6 kali per hari.
3) Kurangi konsumsi teh dan kopi.
4) Aktivitas yang cukup dan olahraga teratur.
Medikamentosa :
5) IVFD RL /8jam
6) Ceftriaxone 1 x I gr (i.v)
7) Ketorolac 3 x 1 amp (i.v)
8) Ranitidin 2 x 25 mg (i.v)
9) Pasang kateter urin
10) Puasakan selama 8 jam sebelum operasi
11) Rencana operasi Vesikolitotomi hari ini tanggal 24 Desember 2016

11. Prognosis
Ad vitam : Ad bonam
Ad sanationam : Ad bonam
Ad fungsional : Ad bonam

Daftar Pustaka
1. Wim de Jong; Sjamsuhidajat, R. 2003.Batu Traktus Urinarius. Dalam Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta. EGC.
2. Schwartz BF, Stoller ML.2000.The vesical calculus. Ural Clin North Am;27(2):333-346.
4. Mansjoer, Arid dkk. 2000. Batu Saluran Kemih. Dalam Buku Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi III. Jakarta. Media Aesculapius.
5. Franzoni D.F dan Decter R.M .2006. Vesikolithiasis. Diakses dari http://www.medscape.com diunduh tanggal 17 Desember 2016.
6. Purnomo, BB., 2007. Dasar-dasar Urologi. Jakarta, Sagung Seto
7. NIDDK, 2010. Diet for Kidney Stone Prevention, tersedia pada website: http://kidney.niddk.nih.gov/kudiseases/pubs/kidneystonediet/, dikunjungi
pada 17 Desember 2016.
8. McAninch, Jack W and Tom F.Lue. 2013. Smith & Tanaghos General Urology 18th Edition. Mc Graw Hill. San Fransisco, California. Page :
249-279.
9. Sumardi, Rochani.,dkk.2007.Guidelines Penatalaksanaan Penyakit Batu Saluran Kemih.Jakarta. Page : 37-42.
10. Purnomo, B, Basuki. 2009. Dasar-dasar Urologi. Ed-2. Jakarta : CV.Sagung Seto. Hal : 57-68.
Hasil Pembelajaran:
1. Diagnosis vesikolithiasis
2. Patofisiologi vesikolithiasis
3. Penatalaksanaan vesikolithiasis
4. Edukasi mengenai penatalaksanaan vesikolithiasis

Rangkuman Hasil Pembelajaran portofolio

1. Subjektif:
Seorang laki-laki usia 33 tahun datang ke poli bedah dengan keluhan sulit BAK sejak 2 minggu SMRS. Pasien harus mengedan saat
buang air kecil, sehingga ada waktu antara proses mengedan dengan keluarnya air kencing. Pada saat buang air kecil awalnya lancar kemudian
pancaran menjadi lemah dan terputus-putus. Pada akhir buang air kecil pasien merasa tidak puas, masih ada yang tersisa sehingga terkadang
pasien merasa celananya basah tanpa disadari akibat tetesan air kencing yang keluar. Pasien mengaku jika berubah posisi saat berkemih, urin
yang tadinya terhambat kembali lancar. Hal ini menyebabkan pasien sering ke kamar mandi hingga 3 - 4 kali sehari. Pasien juga sering
terbangun pada malam hari hanya untuk BAK. Pasien merasa hal tersebut mengganggu aktivitas sehari-hari.
1 minggu SMRS, pasien merasakan nyeri saat berkemih. Nyeri terutama dirasakan di bagian penis. Nyeri bersifat hilang timbul, timbul
terutama pada akhir berkemih.
3 hari SMRS, pasien juga mengeluh urinnya keruh berwarna kemerahan. BAK berwarna kemerahan dan nyeri yang dirasakan pasien
semakin bertambah. BAK berwarna kemerahan semakin merah jika pasien sedang banyak aktifitas dan kurang minum.
Pasien tidak mengeluhkan demam, mual (-), muntah (-), nyeri perut (-), nyeri pinggamg (-). BAB lancar, makan dan minum baik.
Riwayat Pengobatan
1 minggu SMRS, pasien sudah minum obat paracetamol tablet 500mg 3x1 tablet selama 3 hari dan dirasakan tidak membaik.
Pasien tidak ada riwayat alergi obat dan tidak sedang mengkonsumsi obat secara rutin.
Riwayat kesehatan/Penyakit
Pasien tidak pernah mengeluh nyeri yang menetap lama pada daerah pinggang dan lipat paha
Pasien tidak pernah mengalami trauma pada perut bagian bawah, panggul ataupun alat kelamin
Pasien tidak pernah mengalami riwayat pemasangan selang pada kemaluan
Pasien tidak pernah merasa rasa panas atau terbakar pada alat kelamin saat buang air kecil
Pasien menyangkal pernah buang air kecil berpasir, dan menyangkal pancaran kemihnya bercabang
Pasien menyangkal sulit untuk menahan berkemih
Pasien menyangkal pernah operasi di di daerah perut.
Riwayat keluhan yang sama sebelumnya disangkal
Riwayat Diabetes Melitus tipe 2 disangkal
Riwayat Keluarga
10 tahun yang lalu, ayah pasien pernah operasi batu ginjal.
Riwayat Diabetes Melitus disangkal.
Riwayat Pekerjaan
5 tahun SMRS, pasien bekerja sebagai pengrajin rotan di Cirebon. Saat bekerja, pasien lebih sering posisi duduk dan kurang aktifitas.
Sekarang pekerjaan pasien adalah buruh tani bersama istrinya.
Riwayat Pribadi dan Sosial
Pasien tinggal di desa patrol lor, kecamatan patrol. Sekarang pasien bekerja sebagai buruh tani bersama istrinya. Penghasilan pasien 500.000
1.000.000 /bulan. Pasien memiliki 2 orang anak. Pasien jarang sekali minum air putih, dalam satu hari pasien mengaku hanya minum kurang
lebih 3 gelas kecil. Pasien lebih menyukai minum dengan air teh atau kopi yang dilakukan pada waktu makan, istirahat, dan duduk-duduk
santai, selain itu juga sering menahan buang air kecil. Pasien tidak pernah mengeluh nyeri pinggang yang menjalar sampai ke lipat paha.
Dari keluhan pasien, dapat dipikirkan berbagai kemungkinan diagnosa seperti Vesikolithiasis, BPH, dan Nefrolithiasis.
2. Objektif:
Hasil pemeriksaan fisik, dan laboratorium sangat menunjang diagnosis kearah vesikolithiais. Pada kasus ini diagnosis ditegakkan berdasakan :
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran E4M6V5 = 15 (composmentis)
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Frek. Nadi : 82 x/menit
Reguler
Isi cukup
Frek. Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,2 0C
Abdomen
Inspeksi :
Bentuk normal, tidak tampak pelebaran vena, tidak tampak kelainan kulit, tidak tampak peristaltik usus.
Auskultasi :
Bising usus (+), bising aorta tidak terdengar
Perkusi
Anterior :
Timpani pada 4 kuadran abdomen.
Posterior :
Tidak ada nyeri ketok ginjal
Palpasi :
Nyeri tekan suprapubik (+), Blast tidak penuh, Hepar dan lien tidak teraba membesar
Status Urologi
Vesica urinaria pada regio suprapubik
Inspeksi : dalam batas normal, tidak ada massa, tidak ada luka bekas operasi
Palpasi : buli tidak penuh, nyeri tekan (+)
Perkusi : redup
Uretra/OUE pada regio genital eksterna
Inspeksi : discharge (-), kemerahan (-)

Rectal Toucher :
Inspeksi : Benjolan (-), darah (-), lendir (-)
Palpasi :
Tonus sfingterani kuat
Ampula recti tidak colaps
Benjolan (-)
Prostat tidak teraba.
Nyeri tekan (-)
Handscoon : darah (-), feses (-), lendir (-).
Pemeriksaan Laboratorium (22 November 2016)
Hematologi
Kesan : normal
Urinalisis
Kesan : PH urine Basa, Leukosit meningkat kemungkinan terdapat infeksi pada saluran kemih.
Kimia Darah
Kesan : normal
Foto Polos Abdomen
Kesan : Opacitas bentuk bulat pada kavum pelvis (vesikolithiasis)

EKG
Kesan : Normal
Dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang memperkuat diagnosis vesikolithiasis.
3. Assessment
Dari anamnesis dengan pasien laki-laki usia 33 tahun didapatkan bahwa pasien mengeluh sulit BAK sejak 2 minggu SMRS. Pasien
mengaku jika berubah posisi saat berkemih, urin yang tadinya terhambat kembali lancar, hal ini menyebabkan pasien sering ke kamar mandi
hingga 3 - 4 kali sehari. Pasien juga sering terbangun pada malam hari hanya untuk BAK. Pasien merasa hal tersebut mengganggu aktivitas
sehari-hari. 1 minggu SMRS, pasien merasakan nyeri saat berkemih. Nyeri terutama dirasakan di bagian penis. Nyeri bersifat hilang timbul,
timbul terutama pada akhir berkemih. 3 hari SMRS, pasien juga mengeluh urinnya keruh berwarna kemerahan. BAK berwarna kemerahan
dan nyeri yang dirasakan pasien semakin bertambah. BAK berwarna kemerahan semakin merah jika pasien sedang banyak aktifitas dan kurang
minum. Dari riwayat penyakit keluarga, 10 tahun yang lalu, ayah pasien pernah operasi batu ginjal. Dari riwayat pekerjaan, 5 tahun
SMRS, pasien bekerja sebagai pengrajin rotan di Cirebon. Saat bekerja, pasien lebih sering posisi duduk dan kurang aktifitas. Sekarang
pekerjaan pasien adalah buruh tani bersama istrinya. Riwayat Pribadi dan Sosial, Pasien jarang sekali minum air putih, dalam satu hari
pasien mengaku hanya minum kurang lebih 3 gelas kecil. Pasien lebih menyukai minum dengan air teh atau kopi yang dilakukan pada waktu
makan, istirahat, dan duduk-duduk santai, selain itu juga sering menahan buang air kecil. Pasien tidak pernah mengeluh nyeri pinggang yang
menjalar sampai ke lipat paha.
Pada anamnesis didapatkan pasien berjenis kelamin laki-laki berusia 33 tahun. Pada Vesikolithiasis banyak terdapat pada golongan umur
30-60 tahun. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap penderita Vesikolithiasis di RS.DR Kariadi semarang selama lima tahun (1989-1993),
frekuensi terbanyak pada dekade empat sampai dengan enam. Pasa pasien ini berjenis kelamin laki-laki, vesikolithiasis lebih sering terkena
pada laki-laki dibanding wanita 3:1. Khusus di Indonesia angka kejadian vesikolithiasis yang sesungguhnya belum diketahui, tetapi
diperkirakan paling tidak terdapat 170.000 kasus baru pertahun. Hal ini disebabkan karena serum testosteron menghasilkan peningkatan
produksi oksalat endogen oleh hati. Rendahnya serum test osteron pada wanita dan anak-anak menyebabkan rendahnya kejadian batu saluran
kemih pada wanita dan anak-anak.
Pada pasien ini, terdapat riwayat penyakit keluarga, 10 tahun yang lalu, ayah pasien pernah operasi batu ginjal, penyakit ini diduga
diturunkan dari orang tuanya. Salah satu penyebab batu ginjal adalah faktor keturunan misalnya Asidosis tubulus ginjal (ATG). ATG
menunjukkan suatu gangguan ekskresi H+ dari tubulus ginjal atau kehilangan HCO3 dalam air kemih, akibatnya timbul asidosis metabolik.
Riwayat vesikolithiasis bersifat keturunan, menyerang beberapa orang dalam satu keluarga. Penyakit-penyakit heriditer yang menyebabkan
batu saluran kemih, antara lain:
a. Dents disease yaitu terjadinya peningkatan 1,25 dehidroksi vitamin D sehingga penyerapan kalsium di usus meningkat, akibat
hiperkalsiuria, proteinuria, glikosuria, aminoasiduria dan fosfaturia yang akhirnya mengakibatkan batu kalsium oksalat dan gagal ginjal.
b. Sindroma Barter, pada keadaan ini terjadi poliuria, berat jenis air kemih rendah hiperkalsi uria dan nefrokalsinosis.
Dari riwayat pekerjaan, 5 tahun SMRS, pasien bekerja sebagai pengrajin rotan di Cirebon. Saat bekerja, pasien lebih sering posisi duduk
dan kurang aktifitas. Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktivitas atau sedentary life.
Riwayat Pribadi dan Sosial, Pasien jarang sekali minum air putih, dalam satu hari pasien mengaku hanya minum kurang lebih 3 gelas
kecil. Pasien lebih menyukai minum dengan air teh atau kopi yang dilakukan pada waktu makan, istirahat, dan duduk-duduk santai, Kurangnya
asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih. Selain itu juga
sering menahan buang air kecil. Kebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulkan stasis air kemih yang dapat berakibat timbulnya
Infeksi Saluran Kemih (ISK). ISK yang disebabkan kuman pemecah urea sangat mudah menimbulkan jenis batu struvit. Selain itu dengan
adanya stasis air kemih maka dapat terjadi pengendapan kristal.
Pada anamnesis, pasien ini mengeluhkan tiba-tiba tidak bisa buang air kecil (retensio urin), Pasien mengaku jika berubah posisi saat
berkemih, urin yang tadinya terhambat kembali lancar, hal ini menyebabkan pasien sering ke kamar mandi hingga 3 - 4 kali sehari. Pasien juga
sering terbangun pada malam hari hanya untuk BAK. Pasien merasa hal tersebut mengganggu aktivitas sehari-hari. Hal ini terjadi akibat
sumbatan batu buli-buli di ostium urethrae internum yang menghambat aliran urin. Sumbatan teratasi setelah dipasang kateter urin yang
mendorong batu yang menyumbat.
1 minggu SMRS, pasien merasakan nyeri saat berkemih. Nyeri terutama dirasakan di bagian penis. Nyeri bersifat hilang timbul, timbul
terutama pada akhir berkemih. Sedangkan persarafan pada vesica urinaria terdiri atas persarafan simpatis dan parasimpatis. Persarafan simpatis
melalui n. splanchnicus minor, n. splanchnicus imus, dan n. splanchnicus lumbalis L1-L2. Adapun persarafan parasimpatis melalui n.
splanchnicus pelvicus S2-S4, yang berperan sebagai sensorik dan motorik.
3 hari SMRS, pasien juga mengeluh urinnya keruh berwarna kemerahan. BAK berwarna kemerahan dan nyeri yang dirasakan pasien
semakin bertambah. BAK kemerahan atau hematuria disebabkan karena batu yang terdapat dalam buli-buli mengiritasi dinding buli-buli yang
kaya akan pembuluh darah sehingga terjadi iritasi dan menjadi tambah nyeri saat berkemih.
Dari hasil pemeriksaan fisik pada pasien ini, ditemukan nyeri tekan pada regio suprapubik dan saat dilakukan perkusi, terdengar redup.
Terdapat nyeri tekan disebabkan karena adanya tekanan pada regio suprapubik dan adanya infeksi pada buli-buli.
Dari hasil pemeriksaan penunjang laboratorium urinalisis, kesan PH urine Basa, Leukosit meningkat kemungkinan terdapat infeksi pada
saluran kemih. Hal ini disebabkan karena infeksi saluran kemih oleh bakteri yang memproduksi urease (proteus, providentia, klebsiella dan
psedomonas). Infeksi saluran kemih terjadi karena tingginya konsentrasi ammonium dan pH air kemih > 7. Pada kondisi tersebut kelarutan
fosfat menurun yang berakibat terjadinya batu struvit dan kristalisasi karbonapatite, sehingga batu struvit sering terjadi bersamaan dengan
batu karbonat apatite. Pada batu struvit volume air kemih yang banyak sangat penting untuk membilas bakteri dan menurunkan supersaturasi
dari fosfat. Di samping pengobatan terhadap infeksinya, membuat suasana air kemih menjadi asam dengan methionine sangat penting untuk
mencegah kekambuhan. Analisis darah dan air kemih didapatkan pH air kemih >7, juga didapatkan infeksi pada saluran kemih dan kadar
ammonium dan fosfat air kemih yang meningkat.
Jenis-Jenis Batu Pada Saluran Kemih
Komposisi kimia yang terkandung dalam batu ginjal dan saluran kemih dapat diketahui dengan menggunakan analisis kimia khusus
untuk mengetahui adanya kalsium, magnesium, amonium, karbonat, fosfat, asam urat oksalat dan sistin.
1. Batu Kalsium Oksalat
Kalsium oksalat adalah yang paling banyak menyebabkan batu saluran kemih(70 75%), batu terdiri dari kalsium oksalat, laki-laki 2 kali
lebih sering dari pada wanita. Angka kejadian tertinggi usia 30-50 tahun. Batu kalsium oksalat terjadi karena proses multifaktor, kongenital
dan gangguan metabolik sering sebagai faktor penyebab. Dua bentuk yang berbeda yaitu:
a. Whewellite (Ca Ox Monohidrate), berbentuk padat, warna cokat/ hitam dengan konsentrasi asam oksalat yang tinggi pada air kemih.
b. Kombinasi kalsium dan magnesium menjadi weddllite (CaOx Dihidrat):batu berwarna kuning, mudah hancur dari pada whewellite,
namun tipe ini memiliki angka residif yang tinggi.
Batu kalsium oksalat dapat dianalisis melalui darah dan air kemih. Sering terjadi gangguan metabolis mekalsium seperti hiperkalsiuria
dan hiperkalsemia atau keduanya (normal>2,5mmol/l). Gangguan metabolis meurat merupakan tanda pembentukan batu kalsium oksalat,
sehingga perlu diperhatikan bila kadar asam urat >6,4 mg/100 ml. Peningkatan ekskresi asam oksalat terjadi pada 20-50% pasien dengan
batu oksalat. Tingginya ekskresi oksalat berhubungan dengan pembentukan batu rekuren. Sitrat dan magnesium merupakan unsur penting
yang dapat menghambat terjadinya kristalisasi. Ekskresi yang rendah dari sitrat akan meningkatkan risiko pembentukan batu kalsium
oksalat.
2. Batu Asam Urat
Lebih dari 15% batu saluran kemih dengan komposisi asam urat. Pasien biasanya berusia 60 tahun. Pada pasien berusia lebih muda
biasanya juga menderita kegemukan. Laki-laki lebih sering dari pada wanita. Batu asam urat dibentuk hanya oleh asam urat. Diet menjadi
risiko penting terjadinya batu tersebut. Diet dengan tinggi protein dan purin serta minuman beralkohol meningkatkan ekskresi asam urat
sehingga pH air kemih menjadi rendah. Sebanyak 20-40% pasien pada Goutakan membentuk batu, oleh karena itu tingginya asam urat
yang berakibat hiperurikosuria. Batu asam urat ini adalah tipe batu yang dapat dipecah dengan obat-obatan. Sebanyak 90% akan berhasil
dengan terapi kemolisis. Analisis darah dan air kemih pada batu asam urat asam urat >380mol/dl (6,4mg/100ml), pH air kemih 5,8.
3. Batu Kalsium
Fosfat Dua macam batu kalsium fosfat terjadi tergantung suasana pH air kemih. Karbonat apatite (dahllite) terbentuk pada pH > 6,8 dengan
konsentrasi kalsium yang tinggi dan sitrat rendah. Seperti pada batu kalsium oksalat, batu kalsium fosfat juga merupakan batu campuran.
Terjadi pada suasana air kemih yang alkali atau terinfeksi. Terjadi bersama dengan CaOx atau struvit. Brushite (kalsium hydrogen fosfat)
terbentuk pada pH air kemih 6,5-6,8 dengan konsentrasi kalsium dan fosfat yang tinggi. Batu ini mempunyai sifat keras dan sulit dipecah
dengan lithotripsy, cepat terbentuk dengan angka kekambuhan yang tinggi. Sebanyak 1,5% monomineral,0,5% campuran bersama dengan
CaOx. Analisa darah dan air kemih menunjukkan hiperkalsemia (> 2-2,5 mmol/l). Penyebab terbentuknya batu kalsium oksalat renal
tubular asidosis dan infeksi saluran kemih. Kalsium dalam air kemih >2,5 mmol/liter dan pH air kemih > 6,8)
4. Batu struvit (magnesium-amonium fosfat)
Disebabkan karena infeksi saluran kemih oleh bakteri yang memproduksi urease (proteus, providentia, klebsiella dan psedomonas).
Frekuensi 4-6%, batu struvit lebih sering terjadi pada wanita dari pada laki-laki. Infeksi saluran kemih terjadi karena tingginya konsentrasi
ammonium dan pH air kemih >7. Pada kondisi tersebut kelarutan fosfat menurun yang berakibat terjadinya batu struvit dan kristalisasi
karbonapatite, sehingga batu struvit sering terjadi bersamaan dengan batu karbonat apatite. Pada batu struvit volume air kemih yang
banyak sangat penting untuk membilas bakteri dan menurunkan supersaturasi dari fosfat. Di samping pengobatan terhadap infeksinya,
membuat suasana air kemih menjadi asam dengan methionine sangat penting untuk mencegah kekambuhan. Analisis darah dan air kemih
didapatkan pH air kemih >7, juga didapatkan infeksi pada saluran kemih dan kadar ammonium dan fosfat air kemih yang meningkat.
5. Batu Cystine
Batu Cystine terjadi pada saat kehamilan, disebabkan karena gangguan ginjal. Frekuensi kejadian 1-2%. Reabsorbsi asam amino,
cystine, arginin, lysin dan ornithine berkurang, pembentukan batu terjadi saat bayi, walaupun manifestasi paling banyak terjadi pada
dekade dua. Disebabkan faktor keturunan dengan kromosom autosomal resesif, terjadi gangguan transport amino cystine, lysin, arginin
dan ornithine. Memerlukan pengobatan seumur hidup. Diet mungkin menyebabkan pembentukan batu, pengenceran air kemih yang
rendah dan asupan protein hewani yang tinggi menaikkan ekskresi cystine dalam air kemih. Penting apabila produksi air kemih
melebihi 3 liter/hari. Alkali inisasi air kemih dengan meningkatkan pH 7,5-8 akan sangat bermanfaat untuk menurunkan ekskresi
cystine dengan tiopron dan asam askorbat. Analisis darah dan air kemih menunjukkan cystein darah dalam batas normal, cystine air
kemih 0,8 mmol/hari. Kalsium, oksalat dan urat meningkat. Komposisi batu dari hasil pemeriksaan laboratorium adalah :
Komposisi Laboratorium
Batu kalsium oksalat PH air kemih normal atau rendah, kalsium air kemih tinggi, asam sitrat air kemih rendah, asam urat dan asam
oksalatair kemih tinggi, magnesium air kemih rendah
Batu asam urat PH air kemih kurang dari 6, asam urat air kemih tinggi, serum asam urat tinggi
Batu kalsium fosfat Kalsium dan fosfat air kemih tinggi, pH air kemih per hari tidak pernah kurang dari 5, 8, RTA, infeksi,
Kalsium serum tinggi
Batu struvit PH air kemih lebih dari 7,ammonium air kemih tinggi, Asam sitrata ir kemih rendah
Batu cystine Cystine air kemih tinggi
Batu xanthine Asam urat serum rendah
Batu ammonium urat PH air kemih 6.7-7 (infeksi), urat ammonium tinggi, fosfat air kemih rendah
Dari hasil pemeriksaan penunjang foto polos abdomen, kesan opacitas bentuk bulat pada kavum pelvis (vesikolithiasis). Pembuatan foto
polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radio opak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium
fosfat bersifat radio opak dan paling sering dijumpai diantara batu lain, sedangkan batu asam urat bersifat non opak (radio lusen).Urutan radio
opasitas beberapa batu saluran kemih seperti pada table.
Jenis Batu Radioopasitas
Kalsium Opak
MAP Semiopak
Urat/Sistin Non opak
Tabel :. Urutan Radioopasitas Beberapa Jenis Batu Saluran Kemih.
Pada pasien ini dilakukan tindakan seksio alta (vesikolitotomi terbuka). Diindikasikan pada batu dengan stone burden besar, batu
keras, kesulitan akses melalui uretra, tindakan bersamaan dengan prostatektomi atau divertikelektomi. Angka bebas batu: 100%.

Terapi Batu Saluran Kemih


Pada saat ini ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menangani kasus batu kandung kemih.
Diantaranya : vesikolitolapaksi, vesikolitotripsi dengan berbagai sumber energi (elektrohidrolik, gelombang suara, laser, pneumatik),
vesikolitotomi perkutan, vesikolitotomi terbuka dan ESWL.
Vesikolitolapaksi:
Merupakan salah satu jenis tindakan yang telah lama dipergunakan dalam menangani kasus batu kandung kemih selain operasi
terbuka. Indikasi kontra untuk tindakan ini adalah kapasitas kandung kemih yang kecil, batu multiple, batu ukuran lebih dari 20mm, batu
keras, batu kandung kemih pada anak dan akses uretra yang tidak memungkinkan. Teknik ini dapat dipergunakan bersamaan dengan
tindakan TUR-P, dengan tidak menambah risiko seperti halnya sebagai tindakan tunggal. Angka bebas batu: tinggi (angka ?). Penyulit: 9-
25%, berupa cedera pada kandung kemih.
Vesikolitotripsi:
a. Elektrohidrolik (EHL)
Merupakan salah satu sumber energi yang cukup kuat untuk menghancurkan batu kandung kemih. Dapat digunakan
bersamaan dengan TUR-P. Masalah timbul bila batu keras maka akan memerlukan waktu yang lebih lama dan fragmentasinya
inkomplit. EHL tidak dianjurkan pada kasus batu besar dan keras. Angka bebas batu: 63-92%. Penyulit: sekitar 8%, kasus ruptur
kandung kemih 1,8%.Waktu yang dibutuhkan: 26 menit.
b. Ul trasound
Litotripsi ultrasound cukup aman digunakan pada kasus batu kandung kemih, dapat digunakan pada batu besar, dapat
menghindarkan dari tindakan ulangan dan biaya tidak tinggi.Angka bebas batu : 88% (ukuran batu 12-50 mm). Penyulit: minimal (2
kasus di konversi). Waktu yang dibutuhkan : 56 menit.
c. Laser
Yang digunakan adalah Holmium YAG. Hasilnya sangat baik pada kasus batu besar, tidak tergantung jenis batu. Kelebihan yang lain
adalah masa rawat singkat dan tidak ada penyulit. Angka bebas batu : 100%. Penyulit: tidak ada. Waktu yang dibutuhkan : 57 menit.
d. Pneumatik
Litotripsi pneumatik hasilnya cukup baik digunakan sebagai terapi batu kandung kemih. Lebih efisien dibandingkan litotripsi
ultrasound dan EHL pada kasus batu besar dan keras. Angka bebas batu: 85%. Penyulit: tidak ada. Waktu yang dibutuhkan: 57 menit.

Vesikolitotomi perkutan
Merupakan alternatif terapi pada kasus batu pada anak-anak atau pada penderita dengan kesulitan akses melalui uretra, batu besar atau batu
multipel. Tindakan ini indikasi kontra pada adanya riwayat keganasan kandung kemih, riwayat operasi daerah pelvis, radioterapi, infeksi
aktif pada saluran kemih atau dinding abdomen. Angka bebas batu: 85-100%. Penyulit :tidak ada. Waktu yang dibutuhkan: 40-100 menit.
Vesikolitotomi terbuka
Diindikasikan pada batu dengan stone burden besar, batu keras, kesulitan akses melalui uretra, tindakan bersamaan dengan
prostatektomi atau divertikelektomi. Angka bebas batu: 100%.
ESWL
Merupakan salah satu pilihan pada penderita yang tidak memungkinkan untuk operasi. Masalah yang dihadapi adalah migrasi batu saat
tindakan. Adanya obstruksi infravesikal serta residu urin pasca miksi akan menurunkan angka keberhasilan dan membutuhkan
tindakan tambahan per endoskopi sekitar 10% kasus untuk mengeluarkan pecahan batu. Dari kepustakaan, tindakan ESWL umumnya
dikerjakan lebih dari satu kali untuk terapi batu kandung kemih. Angka bebas batu : elektromagnetik; 66% pada kasus dengan obstruksi dan
96% pada kasus non obstruksi. Bila menggunakan piezoelektrik didapatkan hanya 50% yang berhasil.

4. Plan
Diagnosis :
Berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, pasien ini didiagnosa vesikolithiasis.
Pengobatan :
Advice dr.Sp.B
Non Medikamentosa :
1. Banyak minum air putih lebih dari 8 gelas ukuran sedang per hari.
2. Hindari kebiasaan menahan buang air kecil, buang air kecil normalnya setiap 4 jam atau 6 kali per hari.
3. Kurangi konsumsi teh dan kopi.
4. Aktivitas yang cukup dan olahraga teratur.
Medikamentosa :
1. IVFD RL /8jam
2. Ceftriaxone 1 x I gr (i.v)
3. Ketorolac 3 x 1 amp (i.v)
4. Ranitidin 2 x 25 mg (i.v)
5. Pasang kateter urin
6. Puasakan selama 8 jam sebelum operasi
7. Rencana operasi vesikolitotomi hari ini tanggal 24 Desember 2016

24-11-2016 S : Sulit BAK (+), BAK warna kemerahan (+), demam (-), mual (-), Th/
IVFD RL /8 jam
muntah (-), bab (+).
O : TD : 120/80, RR : 22 x/menit, P : 80 x/menit, S : 37,0 C Ceftriaxone 1 x Igr i.v
Mata : CA (-/-), SI(-/-) Ranitidin 2x1 i.v
Leher :KGB DBN Ketorolak 3 x 1 i.v
Thorax :Rh(-/-)Wh(-/-),Gallop (-) BNO polos
Abdomen :Datar,Soepel,BU (+), nyeri tekan suprapubik (+) Cek darah rutin, urinalisis,
Eks :Akral Hangat (+), oedem -/- CT/BT, GDS
A : Vesikolithiasis Puasakan selama 8 jam
Rencana operasi
vesikolithiasis hari ini
25-11-2016 S : nyeri pada luka operasi (+), flatus (+), demam (-), mual (-), Th/
IVFD RL /8 jam
muntah (-), bak (+), bab (+).
O : TD : 110/70, RR : 20 x/menit, P : 82 x/menit, S : 37,2 C Ceftriaxone 1 x Igr i.v
Mata : CA (-/-), SI(-/-) Ranitidin 2x1 i.v
Leher :KGB DBN Ketorolak 3 x 1 i.v
Thorax :Rh(-/-)Wh(-/-),Gallop (-) GV/ 24jam
Abdomen :Datar,Soepel,BU (+), nyeri tekan suprapubik (-)
Eks :Akral Hangat (+), oedem -/-
Lo : tertutup verban (+), pus (-), rembesan darah (-), Nyeri tekan
(+)
Urine 500 cc/24 jam
Drain 10 cc warna kemerahan
A : Post OP Vesikolitotomi H+1
26-11-2016 S : Nyeri pada luka operasi (+), flatus (+), demam (-), mual (-), Th/
IVFD RL /8 jam
muntah (-), bak (+), bab (+).
O : TD : 120/70, RR : 24 x/menit, P : 72 x/menit, S : 36,2 C Ceftriaxone 1 x Igr i.v
Mata : CA (-/-), SI(-/-) Ranitidin 2x1 i.v
Leher :KGB DBN Ketorolak 3 x 1 i.v
Thorax :Rh(-/-)Wh(-/-),Gallop (-) GV/ 24jam
Abdomen :Datar,Soepel,BU (+), nyeri tekan suprapubik (+)
Eks :Akral Hangat (+), oedem -/-
Lo : tertutup verban (+), pus (-), rembesan darah (-), Nyeri tekan
(+)
Urine 500 cc/24 jam
Drain 5 cc warna kemerahan
A : Post OP Vesikolitotomi H+2
27-11-2016 S : Nyeri pada luka operasi (+), flatus (+), demam (-), mual (-), Th/
IVFD RL /8 jam
muntah (-), bak (+), bab (+).
Ceftriaxone 1 x Igr i.v
O : TD : 110/80, RR : 23 x/menit, P : 76 x/menit, S : 36,6 C Ranitidin 2x1 i.v
Mata : CA (-/-), SI(-/-) Ketorolak 3 x 1 i.v
Leher :KGB DBN GV/ 24jam
Thorax :Rh(-/-)Wh(-/-),Gallop (-) BLPL
Abdomen :Datar,Soepel,BU (+), nyeri tekan suprapubik (+)
Eks :Akral Hangat (+), oedem -/-
Lo : tertutup verban (+), pus (-), rembesan darah (-), Nyeri tekan
(-)
Urine 500 cc/24 jam
Drain 2 cc warna kemerahan
A : Post OP Vesikolitotomi H+3

Pendidikan :
1. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyebab terjadinya penyakit, perjalanan penyakit, penanganan dan pencegahan
terjadinya vesikolithiasis.
2. Memberitahukan kepada keluarga bahwa penyakit ini membutuhkan istirahat total setelah operasi.
3. Kepada keluarga pasien dijelaskan cara merawat luka post operasi agar mencegah terjadinya tetanus, mulai dari penanganan luka. Beberapa
pencegahan yang bisa dilakukan adalah :
a. Sebelum mengganti verban luka post operasi, diharuskan keluarga pasien mencuci tangan dengan sabun.
b. Perawatan luka, dan pergantian verban /24 jam saat pasien sudah pulang ke rumah, jika keluarga pasien tidak mampu untuk mengganti
verban, maka pasien dapat kontrol luka post operasi ke puskesmas atau poli bedah untuk perawatan luka

Edukasi Pada Pasien dan keluarga Sebelum Operasi


Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa sebelum dilakukan operasi, harus dilakukan pemasangan kateter urin yang bertujuan untuk
mengetahui pengeluaran urin.
Menjelaskan kepada pasien bahwa pasien menderita penyakit vesikolithiasis yang merupakan batu pada saluran kemihnya.
Menjelaskan kepada pasien mengenai penyebab terjadinya penyakit, perjalanan penyakit, penanganan dan pencegahan terjadinya
vesikolithiasis.
Menjelaskan kepada pasien bahwa vesikolithiasis biasanya terjadi pada produktif usia 25-50 tahun dan faktor resiko bisa karena faktor
herediter (keturunan), jenis kelamin (laki-laki > perempuan), Asupan Air, diet, pekerjaan, danKebiasaan Menahan Buang Air Kemih
Menjelaskan kepada pasien bahwa sebelum dilakukan operasi, harus puasa selama 8 jam.
Menjelaskan tentang operasi yang dilakukan bertujuan untuk mengambil batu yang ada di saluran kemih pasien. Operasi ini tidak mengubah
bentuk perut, tetapi meninggalkan jaringan parut di lokasi operasi yang akan diganti oleh jaringan normal secara perlahan.

Edukasi Pada Pasien Sesudah Operasi


Menjelaskan kepada pasien, pasien boleh minum dan makan setelah flatus.
Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini membutuhkan istirahat total setelah operasi.
Menjelaskan kepada pasien cara merawat luka post operasi agar mencegah terjadinya tetanus, mulai dari penanganan luka. Menjaga luka
perasi agar tetap kering dan tidak boleh terbasuh air.
Menjelaskan kepada pasien, untuk mengkonsumsi makanan tinggi protein selama masa penyembuhan luka operasi, seperti telur ayam,
daging ayam tanpa kulit, dan ikan.
Banyak minum air putih (8-15 gelas/hari). Cukup atau tidaknya minum bisa dikontrol dari warna urine. Bila minum sudah cukup, urine
berwarna jernih kecuali urine pertama pada pagi hari. Bila kurang minum, warna uirne menjadi kuning keruh. Kehilangan cairan akibat
banyak berkeringat juga harus segera diganti dengan banyak minum guna menghindari tingginya konsentrasi asam urat di urine.
Dianjurkan untuk mengurangi asupan daging dan unggas, karena makanan tersebut menyebabkan meningkatnya kadar asam urat di dalam
air kemih.
Kadar oksalat yang tinggi dalam air kemih, yang menyokong terbentuknya batu kalsium, merupakan akibat dari mengkonsumsi makanan
yang kaya oksalat (misalnya bayam, coklat, kacang-kacangan, merica dan teh). Oleh karena itu sebaiknya asupan makanan tersebut
dikurangi. Kadang batu kalsium terbentuk akibat penyakit lain, seperti hiperparatiroidisme, sarkoidosis, keracunan vitamin D, asidosis
tubulus renalis atau kanker. Pada kasus ini sebaiknya dilakukan pengobatan terhadap penyakit-penyakit tersebut.
Kurangi makan makanan cepat saji, dianjurkan untuk olahraga yang teratur sehingga memiliki pola hidup sehat, dan banyak aktifitas.
Menjelaskan kepada pasien agar tidak sering menahan BAK, buang air kecil normalnya setiap 4 jam atau 6 kali per hari.
Menjelaskan kepada pasien, setelah selesai perawatan di RS, maka harus kontrol luka jahitan operasi ke poli bedah.
Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit batu saluran kemih dapat berulang jika pola hidup tidak sehat.

Edukasi Pada Keluarga Pasien setelah operasi


Keluarga harus selalu memberi semangat dan dukungan kepada pasien dan juga selalu menemani pasien serta mengingatkan pasien
mengenai edukasi yang telah disampaikan.
Memberitahukan kepada keluarga bahwa penyakit ini membutuhkan istirahat total setelah operasi.
Memberitahukan kepada keluarga pasien tentang cara merawat luka post operasi agar mencegah terjadinya tetanus, mulai dari penanganan
luka. Beberapa pencegahan yang bisa dilakukan adalah :
a. Sebelum mengganti verban luka post operasi, diharuskan keluarga pasien mencuci tangan dengan sabun.
b. Perawatan luka, dan pergantian verban /24 jam saat pasien sudah pulang ke rumah, jika keluarga pasien tidak mampu untuk mengganti
verban, maka pasien dapat kontrol luka post operasi ke poli bedah RS untuk perawatan luka.
Keluarga juga harus memiliki pola hidup sehat dengan olahraga secara teratur dan perbanyak makan buah dan sayuran serta mengurangi
makan makanan cepat saji, tidak boleh menahan BAK.
Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa penyakit batu saluran kemih dapat berulang jika pola hidup tidak sehat dan dapat terjadi pada
keluarga pasien karena adanya faktor keturunan.

Konsultasi :
Dijelaskan secara rasional tentang perlunya rawat inap pada pasien ini.
Kegiatan Periode Hasil yang diharapkan
Mengobservasi keadaan umum, Setiap hari selama di RS Keadaan umum, klinis membaik
Tanda vital baik.
kesadaran, tanda vital pasien
Mengobservasi keluhan pasien seperti Setiap hari selama di RS Tidak terdapat keluhan
nyeri saat berkemih, demam, nyeri luka
post operasi, keadaan luka post operasi,
keluaran urine post operasi dengan
catheter, dan drain.
Mengobservasi masukan nutrisi pada Setiap hari selama di RS Jumlah protein dan kalori adekuat, agar penyembuhan luka
pasien operasi menjadi baik dan nafsu makan membaik
Edukasi mengenai penyebab terjadinya Saat perawatan di Pasien dan keluarga pasien memahami penyebab terjadinya
vesikolithiasis kepada pasien dan bangsal vesikolithiasis
keluarga pasien.
Edukasi mengenai pencegahan, Saat perawatan di Pasien dan keluarga pasien memahami pencegahan,
pengobatan, dan prognosis. bangsal pengobatan, dan prognosis penyakitnya
Edukasi untuk kontrol jahitan operasi ke Saat perawatan di Pasien dan keluarga pasien memahami, jika harus kontrol
poli bedah setelah selesai perawatan di bangsal jahitan operasi ke poli bedah setelah selesai perawatan di RS.
RS.

Indramayu, 27 Desember 2016


Mengetahui,
Dokter Pendamping, Dokter DPJP

dr.Hj.Titin Ning Prihatini, MH dr. Wahyu Waspodo, Sp.B

Dokter Internsip,

dr. Afriani

Anda mungkin juga menyukai