Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
mengetahui ukuran,bentuk, posisi, kadar rata-rata dan esarnya cadangan serta studi kalayakan
dari endapan bahan galian atau mineral berharga yang telah diketemukan
ujuan dilakukannya eksplorasi adalah untuk mengetahui sumber daya cebakan mineral secara rinci,
yaitu unutk mengetahui,menemukan, mengidentifikasi dan menentukan gambaran geologi dam
pemineralaran berdasarkan ukuran, bentuk, sebaran, kuantitaas dan kualitas suatu endapan mineral
unruk kemudian dapat dilakukan pengembangan secara ekonomis.
Prospeksi (Prospecting) adalah tahap eksplorasi dengan jalan mempersempit daerah yang
mengandung endapan mineral yang potensial. Metoda yang digunakan adalah pemetaan
geologi untuk mengidentifikasi singkapan, dan metoda yang tidak langsung seperti studi
geokimia dan geofisika. Paritan yang terbatas, pemboran dan pencontohan mungkin juga
dilaksanakan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi suatu endapan mineral yang akan
menjadi target eksplorasi selanjutnya. Estimasi kuantitas dihitung berdasarkan interpretasi
data geologi, geokimia dan geofisika.
Eksplorasi Umum (General Exploration) adalah tahap eksplorasi yang merupakan deliniasi
awal dari suatu endapan yang teridentifikasi. Metoda yang digunakan termasuk pemetaan
geologi, pencontohan dengan jarak yang lebar, membuat paritan dan pemboran untuk
evaluasi pendahuluan kuantitas dan kualitas dari suatu endapan. Interpolasi bisa dilakukan
secara terbatas berdasarkan metoda penyeledikan tak langsung. Tujuannya adalah untuk
menentukan gambaran geologi suatu endapan mineral berdasarkan indikasi sebaran,
perkiraan awal mengenai ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitasnya. Tingkat
ketelitian sebaiknya dapat digunakan untuk menentukan apakah studi kelayakan tambang
dan eksplorasi rinci diperlukan.
Eksplorasi Rinci (Detailed Exploration) adalah tahap eksplorasi untuk mendeliniasi secara
rinci dalam 3-dimensi terhadap endapan mineral yang telah diketahui dari pencontohan
singkapan, paritan, lubang bor, shafts dan terowongan. Jarak pencontohan sedemikian rapat
sehingga ukuran, bentuk, sebaran , kuantitas dan kualitas dan ciri-ciri yang lain dari endapan
mineral tersebut dapat ditentukan dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Uji pengolahan dari
pencontohan ruah (bulk sampling) mungkin di perlukan.
Laporan Eksplorasi (Exploration Report) adalah dokumentasi mutakhir dari setiap tahap
eksplorasi yang menggambarkan ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitas endapan
mineral. Laporan tersebut memberikan status mutakhir mengenai sumber daya mineral
yang dapat digunakan untuk menentukan tahap eksplorasi berikutnya atau studi kelayakan
tambang.
1. Channel sampling : cara konvensional yg dilakukan pd sumur uji, drits, cross cut, rise dan shaft.
3. Broken ore sampling : pengambilan conto pd sekumpulan batuan yg telah terpisah dr batuan
induknya scr manual/mekanis
4. Grab Sampling : sama dengan broken ore tetapi dilakukan apabila broken ore telah diluar stope/
di atas alat angkut.
1. Tahap persiapan :
Meliputi :
Eksploprasi pendahuluan/detil,
Pendataan citra yang tersedia, peta dasar, peta geologi, peta topografi, foto udara,
laporan Penyelidikan terdahulu, teori dan metoda metoda lapangan yang ada,
sosial budaya,
hukum.
langsung ;
permukaan : pemetaan langsung, penyelidikan singkapan, penjajakan float, pembuatan parit uji,
pembuatan sumur uji,
tidak langsung :
f. Biaya.
i. Jalur eksplorasi.
j. Perijinan.
c. Surat Keputusan Kuasa Pertambangan untuk KP kepada : Perusahaan negara, Perusda, Badan
koperasi, perusahaan swasta, perorangan.
2. Tahap Kerja Lapangan : tahap pengukuran dan pengambilan data lapangan. meliputi :
a. Observasi lapangan : bertujuan untuk mendapatkan gambaran praktis mengenai kondisi dan
keadaan lapangan.
b. Pemetaan : Pemetaan tidak mutlak dilaksanakan tetapi disesuaikan dengan tujuan kegiatan
eksplorasi.
4. Tahap Pelaporan : Pembuatan laporan setelah pengolahan data dan analisis selesai dilaksanakan.
tahap ini menurut surat keputusan Dirjen pertambangan umum no 667. K/201/040000/1986 tgl 11
november 1986 tentantg tata cara pengajuan dan penilaian permohonan KP/Perpanjangan KP :
Kata Pengantar, Daftar isi, Daftar Tabel, Daftar gambar, Daftar Peta, Daftar Lampiran, Isi laporan,
Bab II Keadaan Umum Daerah Penyelidikan (Kesampaian dan sarana hubungan, masalah
lingkungan daerah penyelidikan (Penduduk, iklim, topografi, vegetasi), Geologi)
Bab V. Kesimpulan dan saran : Keadaan geologi yang penting, Keadaan endapan Bahan galian,
Daerah yang memiliki prospek.
penyelidikan yang perbnah dilakukan sebelumnya (yang melaksanakan waktu dan cara
penyelidikan, Kesimpulan utama penyelidikan), Penyelidikan yang dilakukan kini, hal hal yang
dilakukan dalam laporan.
Geografi daerah penyelidikan (Lokasi dan kesampaian daerah, keadaan daerah penyelidikan,
morfologi daerah penyelidikan), Geologi daerah penyelidikan (Geologi umum, geologi lokal, keadaan
endapan).
Bab III Kegiatan Eksplorasi/ Penyelidikan : Metode Penyelidikan, Tahapan penyelidikan, Uraikan
Pekerjaa (Pengukuran, pemetaan,Pemboran,Parit uji/sumur uji, Pengambilan contoh, analisa
contoh.)
Bab IV . Hasil Penyelidikan : Hasil Bor, Hasil pengukuran, hasil sumur uji/parit uji, kadar bahan
galian dan penyebarannya, Perhitungan cadangan (dasar/cara perhitungan klasifikasi cadangan,
besarnya cadanhgan).
Bab. V. Kesimpulan dan Saran : Keadaan geologi yang penting, hasil penyelidikan, Kemungkinan
penambangan dan pengembangan.
A. Petunjuk Mineralogis : kesatuan kandungan mineral ukuran metallogenic province dari suatu
distrik tertentu sampai daerah yang membentang dari ratusan sampai ribuan km, berdasarkan
distribusi mineral yang ditemukan, tempat penemuan struktur, umur batuan dapat berupa jalur
mineralisasi, meliputi :
- Jalur Nias : Dari asia, P. Simelue, P. Enggano dan selatan jawa Berumur kapur sampai tersier awal
dengan kemungkinan endapan Mn.
Jalur Bengkulu : Kepulauan Banyak, Selatan jawa, nusa tenggara, batuannya Volkanik dan pluto,
berumur kapur sampai tersier akhir (bagian luar Fe, bagian tengah, au, Ag, dan Cu, bagian dalam Cu,
Zn, Hg dan Mn.
B. kandungan mineralnya : Sumatra : as. Intermediet Ag, Au, Pb, Zn, Kalimantan Ultrabasa : AU, Ag.
Pt.
- Jalur Bangka : Malaysia barat, Riau, pulau Lingga, singkep. Pulau banka, Pulau Belitung Batuannya
berumur Paleozoikakir sampai mesozik awal Mineralnya Sn, Wo, Monasit dan Zircon.
Jalur serawak Sulu : Serawak Utara, tarakan, sabah, sampai Ke kepulauan Sulu Berumur kapur
sampai tersier awal. Mineralnya Au, Ag, Hg dan Mn.
Jalur Barat Sulawesi : Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, Sulawesi selatan, Pualau Selayar,
mineralisasi pada tersier awal sampai pliosin Mineral Au, Ag, U, Pb, Zn, Mc.
Jalur Sulawesi tenggara : Kepulauan Talaud sampai Sulawesi Tenggara, Batuan Ultra basa Pada
mezoik tengah Mineral Ni- Fe laterit, Cr dan mg.
Jalur Waigeo : Halmahera Timur, Kepala Burung utara, sampai Irian bagian Utara, Batuan
Ultrabasa, asam, intermediete terjadi pada tersier akhir
C. Assosiasi mineralnya : Cr, Co, ni, Fe laterit Au.
Jalur Timor : Berasal dari Endapan australia, pulau Timor Kala mezoik, asosiasi : Cu, Mn. j. Jalur Jaya
Wijaya : Pegunungan Jaya Wijaya, Irian bagian Tengah.
Jalur Sula : Kepulauan Sula, Banggai, Misool, australia utara Mineral Au dan mn.
Metallogenic Province ; Kesatuan kandungan Mineral yang dicirikan dengan adanya komposisi
mineral, bentuk dan intensitas mineralisasi (Petroscheck, 1965), Menurut Bateman (1950) : Satuan
wilayah yang dicirikan dengan adanya mineralisasi yang relatif banyak dengan satu tipe yang
dominan.
2. Petunjuk Fisiografis : Menurut Westerveld (1949) Endapan Bahan Galian di Indonesia dapat
dikelompokkan berdasarkan teori orogen, tektonik, magnetik purba, jenis batuan : Indonesia dibagi
menjadi 5 Orogen ;
Orogen Malaya : Pulau di daerah timur Sumatra, dan Kalimantan barat yang berumur Yura bahan
galian : timah putih, bauksit, emas, tembaga dan Mo.
Orogen Sumatra : Pulau sumatra, kalimantan selatan bagian Timur yang berumur kapur bahan
galian Fe, Zn, Cu Au, Ag, Intan dan Ni.
Orogen Sunda : Pantai barat sumatra, jawa, Nusa tenggara, sulawesi dan sulawesi utara berumur
miosen tengah batuannya Au, Ag dan mn.
Orogen maluku : Bagian Barat sumatra, timor maluku, dan Sulawesi bagian Timur berumur pliosen
Bahan galian Ni, Fe, cr dan Cu.
Orogen Halmahera
4. Petunjuk litologi : Mengkaitkan hubungan antara jenis batuan dengan endapan mineral :
c. batuan Basa dan ultra basa memberikan lingkungan pengendapan baik untuk intan, Nikel, kobal,
platina.
5. Petunjuk Stratigrafi : Petunjuk yang mengkaitkan formasi batuan yang mengan dung mineral.
6. Petunjuk struktur : Petunjuk yang mengkaitkan kontrol struktur geologi dgn terdapatnya mineral.
1. Prospeksi :Kreiter membagi 3 tahap : reconnaissance dengan menggunakan peta geologi skala 1 :
1000000 atau 1: 500000, tahap preliminary dengan skala 1 : 200000 atau 1 : 100000, tahap detailled
skala 1 : 50000.
2. Eksplorasi Pendahuluan : peta yang digunakan skala 1 : 10000 atau 1 ; 5000, batas luasan yang
ditentukan peta skala 1 : 10000 adalah berkisar antara 10 100 km, sedangkan luasan untuk peta
skala 1 : 5000 adalah berkisar antara 5- 25 km
3. Eksplorasi detil : Pada Eksplorasi detil yang digunakan adalah skala 1 : 2000 atau peta skala 1 :
1000, batas luasan yang ditentukan utk peta skala 1 : 2000 adalah berkisar 1-3 km sedangkan batas
luasan untuk peta skala 1 : 1000 adalah 1 km
4. Eksplorasi Lanjut : Peta yang digunakan adalah skala 1 : 200 atau peta skala 1 : 100, batasan luasan
ini tidak ditentukan.
Pengambilan Conto merupakan Suatu proses pengambilan sejumlah kecil dari populasi (gas, cairan,
padatan, tumbuhan) yang mewakili sifat fisik dan sifat kimia secara keseluruhan polasi tersebut.
Tujuan : Untuk menentukan ada atau tidaknya endapan bahan galian (Prospeksi) atau menentukan
bentuk, kadar dan kedudukannya dipermukaan bumi(eksplorasi).
- Komponen Statistik: Berhubungan Dgn angka dari suatu pengambilan conto dan individu massanya.
Komponen fisik, melibatkan 2 conto : proses fisik pada pengambilan conto, sifat fisik dari populasi
yang diambil contonya.
Komponen kimia : Berhubungan Dengan proses kimia pada pengujian akhir suatu conto.
Metoda pengambilan conto :
1. Channel sampling : Cara konvensional yang dilakukan pd sumur uji, drits, cross cut, rise, shaft.
pengambilan conto metoda ini membuat saluran selebar 75-100 mm dalamnya 12 mm memotong
bijih atau batuan Samping, pengambilan conto yang ideal harus konstan panjangnya, lebarnya, dan
kedalamanya, utk mengurangi kemungkinan tjd kesalahan dlm memperkirakan pengambilan conto.
2. Chip sampling : Proses pengambilan conto pada batuan, yang tersingkap, biasanya diterapkan
pada penyelidikan dengan pola teratur dalam kemajuan penambangan.
3. Broken Ore sampling : Pengambilan conto pada sekumpulan batuan yang telah dipisahkan dari
batuan Induknya, baik scr manual maupun scr mekanis.
4. Grab sampling : Seperti broken ore sampling tetapi dilakukan apabila broken ore telah diluar
stope atau sudah diatas alat angkut.
6. Core sampling dan Cutting : sangat penting dalam penyediaan conto untuk evaluasi dan
kelengkapan data untuk memperluas cadangan bijih pada operasi tambang.
Berdasar materi conto yang diambil maka pengambilan conto dapat dibagi ;
1. Rock sampling : Pengfambilan conto pada batuan dapat berupa singkapan dan badan bijih.
2. Soil Sampling : Pengambilan conto tanah menguntungkan pada daerah yang tidak terlihat adanya
singkapan.
4. Placer Sampling ; Pengambilan dengan peralatan auger drill, banka bor empire drill dan jet drill.
5. Water sampling : Dimungkinkan tidak stabil ditempat penampungan yang tidak terlalu lama.
6. Vegetasi sampling : Pengambilan conto hampir sama dengan conto tanah dan conto air.
pengambilan conto batubara dari gerbong, conto batubara dari kapal laut,
Untuk Eksplorasi lanjut untuk Pengambilan conto di permukaan dapat dilakukan dgn 2 cara :
- Cara Pillar : Dilakukan menurut tahapan kerja sebagai berikut : mengambil conto blok batubara
berbentuk 4 persegi panjang dengan lebar 30-45 cm dan luas 450 cm, diteruskan bidang perlapisan
atas dan bawah , yang menandakan batas selang pengambilan conto, conto diambil secara
berkesinambungan dari atap ke lantai.
Cara strip / channel : menggali sebuah channel atau grove ke dalam permukaan batubara dengan
luas paling sedikit 100 cm, kumpulan semua bongkaran hasil diatas lembaran plastik bersih
kemudian mengambil batubara sebanyak 15 kg/m dari ketebalan batubara.
bujur sangkar,
4 persegi panjang,
segitiga,
Rhomboid.
- Interpretasi Analitik: dilakukan dgn 2 pedoman : Pedoman perubahan bertahap : dilakukan dgn
prosedur matematik dan prosedur grafis, sama sama menggunakan fungsi linear, secara numerik
dianggap sama sepanjang garis lurus vyang menghubungkan 2 titik pengamatan, Pedoman titik
terdekat : Nilai titik diantara 2 titik pengamatan dipertimbangkan tetap / sama dgn ttk didekatnya.
Interpretasi Empirik : Interpretasi yang berpedoman Pada hasil hasil penelitian atau pengamatan
sebelumya dan dianggap sama dengan lokasi yang diteliti.
1. Rotary Drilling :
melibatkan semua metode pemboran dalam kegiatan pengambilan conto dengan menghindari
pemukulan dan penghancuran, digunakan untuk material yang lunak sampai setengah kasar,
termasuk :
- Auger drilling : cocok utk kondisi lunak dan dangkal, memuaskan dalam kondisi kering dan tidak
memuaskan untuk kondisi basah,
Conventional auger Drilling : Biasanya dikaitkan dengan truk/traktor, kedalaman rata rata dapat
mencapai 50 m, conto dikeluarkan dalam auger fligh dan conicol mount yang berputar,
Dry stick Auger Drilling : Variasi dari Convensional auger drilling, conto ditarik secara manual untuk
memperkecil kontaminasi.
Hallow auger Drilling : Bentuk khusus dari auger drilling, rongga auger membiarkan core barel
masuk tepat melalui pusat auger yaitu sebagai tempat pengumpul conto.
Conventional rotary drilling : Pengambilan conto untuk batuan keras misal : oksida dan sulfida.
2. Bucket Drilling :
Bentuk perkembangan dari pemboran dalam rangka mengetes pondasi suatu gedung, aplikasi
digunakan untuk pengambilan conto emas Alluvial.
3. Churn Drilling :
Metode Pemboran yang dapat digunakan endapan Emas alluvial, menggunakan casing berdiameter
20 cm, core masuk dalam casing dengan alat pemecahnya chopping bit dan dimasukkan aliran air
dengan pompa.
4. Percussion Drilling :
Pengambilan conto dengan kedalaman berkisar 150 m, relatif murah tetapi tidak begitu teliti.
6. Vacuum Drilling :
Digunakan utk kedalaman sampai 50 m digunakan utk sistem dalam kondisi batuan yang relatif
lunak.
7. Banka bor :
8. Jet Drilling :
Pemboran yang dilengkapi dengan chasing dan chisel pointed bit, memanfaatkan tenaga perbedaan
muka air.
Penggaraman conto yang terjadi karena sisa pewngambilan conto pada peralatan tidak dibersihkan
terlebih dahulu,
Percampuran conto untuk kadar tinggi dan rendah yang seharuisnya dipisahkan menjadi 2 buah
conto,
Preparasi Conto adalah suatu pekerjaan yang bertujuan untuk memperkecil berat dan ukuran conto
yang dapat mewakili seluruh material conto yang diambil.
Pengambilan Conto Pada Material Lepas -> Preparasi I (Cone and Quatering) -> Kantong Conto
-> Preparasi II (Crushing and Grimding) -> Screen -> Splitter-> (Uji Laboratorium 1,2,3) ->
Diagram alir preparasi conto
1. Pengeringan conto dilakukan untuk meyakinkan bahwa terhadap conto tersebut dapat dilakukan
penggerusan dan pembagian conto dengan memakai peralatan tertentu tanpa kehilangan berat atau
terkotori;
2. Pengecilan ukuran butir dilakukan dengan cara pemecahan bongkahan batubara sampai ukuran
tertentu yang menjamin tidak akan merubah kualitas batubara tersebut;
3. Pengadukan conto dilakukan dengan cara mengaduk conto dengan peralatan tertentu untuk
mendapatkan conto yang homogen;
4. Pembagian conto dilakukan dengan cara mengurangi berat conto dengan alat pembagi conto
(riffle) tanpa merubah ukuran butiran, sehingga diperoleh conto yang mewakili seluruh conto asal.
Penanganan bahan galian dilaboratorium kristal dan mineral meliputi pengamatan sbb :
Bentuk : Mineral mempunyai bentuk yang dibatasi oleh bidang-bidang datar berdasarkan hukum
tertentu dan tetap; Kategori bentuk kristal berdasarkan porosnya :
1. Sistem reguler (tiga poros sama panjang dan saling tegak lurus),
2. Sistem tetragonal (tiga poros saling tegak lurus dan dua diantaranya sama panjang),
3. Sistem rombus (tiga poros saling tregak lurus tetapi tidak sama panjang),
4. Sistem monoklin (tiga poros tidak sama panjang, satu poros tegak lurus terhadap dua poros
lainnya yang saling menyudut),
5. Sistem triklin (tiga poros berbeda panjangnya dan ketiganya saling membentuk sudut miring),
6. Sitem heksagonal (Mempunyai 6 poros 3 diantaranya membentuk sudut 60 yang sama panjang
dan tegak lurus terhadap satu poros lainnya yang dapat lebih panjang/pendek)
Kilap : Berdasarkan kilapnya mineral dabagi menjadi 2 ; kilap logam dan bukan logam
Pada laboratorium Petrologi : Bertujuan untuk mengetahui ruang lingkup batuan asal endapan
bahan galian tertsebut sekaligus dapat mengungkapkan tabir tentang Genesa Bahan Galian.
Pengamatan conto secara kristal optik dapat menentukan : indeks bias kristal, sudut pemadaman,
warna interferesi, orientasi kristl dan tanda optik kristal, ortientsi mineral, sumbu optik kristal.
2. Berat jenis tanah (Perbandingan antara berat butir-butir dengan berat air destilasi di udara dg
volume yang sama dan temperatur tertentu),
3. Batas cair tanah (Kadar air tanah tersebut pada keadaan batas peralihan antara cair dan keadaan
plastis tanah),
4. Batas plastis dan index plastisitas (Kadaer air minimum (%) bagi tanah tersebut yang masih dalam
keadaan plastis).
5. Batas susut (kadar air max dari pengurangan kadar air yang tidak menyebabkan berkurangnya
volume tanah).
6. Distribusi ukuran butir tanah (pengertian tanah yang tidak mengendung butir apabila tertahan
saringan no. 10).
7. Pemadatan tanah (Hubungan antara kadar air dan kepadatan tanah apabila didapatkan dengan
tenaga pemedatan tertentu),
8. Penilaian CBR,
12. Triaxsial (Penentuan parameter geser tanah dengan alat triaxsial pada kondisi consolidated-
undraided tanpa pembacan pengukuran tekanan pori,
Pada laboratorium mekanika batuan : uji sifaty fisik batuan, uji kuat tekan uniaxsial, uji triaksial, uji
geser langsung, uji keceptan rambat gelombang ultrasonik, uji kuat tarik tidak langsung, uji schimidt
hammer, uji beban titik.
b. Tahap secondary crushing, alat sama dengan diatas, disk crusher, hammer mill, roll crusher;
3. Derajat kemagnetan (perbandingan antara material yang tertarik magnet dengan jumlah material
keseluruhan dalam %)
Umpan terbesar; Nip angle (sudut efektif yang dapat menjepit umpan); Reduction ratio
(perbandingan umpan dan produk); derajat liberasi (prosentase terpisahnya butir mineral terhadap
butir mineral keseluruhannya)
2. Metode gravimetri (mengendapkan zat yang telah diketahui kemudian menetapkan kadarnya
dengan cara menimbang); 3. Metode kompleksometri (menggunakan EDTA dengan membandingkan
dengan kurva standar);
4. Metode Spektofotometri (menentukan panjang gelombang maximal serapan komplek dengan alat
spektronik);
5. Metode X-ray.
1. Satu dimensi (pada sumur uji, conto inti bor, conto sayatan yang diambil pada terowongan dan
conto cuting pemboran);
2. Dua dimensi;
3. Tiga dimensi;
4. Berat;
Pengenalan obyek foto udara dan citra satelit dapat dilakukan melalui unsur-unsur interprestasi :
2. Textur,
3. Pola,
4. Bentuk,
5. Ukuran,
6. Bayangan,
1. Skala citra (membandingkan jarak fokus terhadap ketinggian terbang. skala = f/H; f= fokus, H =
tinggi terbang. Cara lain membandingkan jarak pada citra dan jarak sebenarnya di lapangan. Skala =
d/D),
2. Pengukuran beda tinggi (menggunakan paralaks Bar, dh = (dp . H) /( b + dp) ; b = (d1 + b2)/2,
keterangan : dh= beda tinggi, h = tinggi terbang, dp= beda paralaks A dan B, b= jarak titik pusat
sebenarnya dengan titik pindahan).
Penentuan luas dan volume ; Pengukuran luas dan penyebaran Ekonomi Bahan Galian dapat
dihitung diatas lembar citra : Metode persegi empat, Metode segitiga, Metode strip, Metode
planimetri.