Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
SALAMAN MAGELANG
2013
i
TIM PENYUSUN
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan penelitian ini telah diseminarkan pada tanggal 19 April 2013 dan telah direvisi sesuai
dengan saran-saran yang diberikan oleh pembimbing untuk kegiatan akhir praktek kerja lapangan
di Balai Pelatihan Kesehatan Salaman, Magelang, Jawa Tengah.
Disahkan oleh:
Master of Training,
Mengetahui,
Kepala Bapelkes Salaman
iii
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji syukur kepada Tuhan yang telah melimpahkan rahmat dan kurnia-
Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian analitik tentang Faktor-
faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare di Desa Pringombo, Kecamatan Tempuran,
Kecamatan Magelang Periode 11 Maret 11 April 2013. Penyusun mengucapkan banyak terima
kasih kepada:
1. H. Taufik Hidayat, SKM, M.Kes, selaku Kepala Bapelkes Semarang yang telah mengizinkan
kami mengikuti pelatihan di Bapelkes Salaman.
2. Edy Sukiarto, SKM, M.Si, dr. Nine Luthansa, Dra. Nila Arianingsih, Apt, MQIH, selaku
Master of Training yang telah membimbing dan membina kami dalam kegiatan kami.
3. Para Widya Iswara yang telah membimbing kami selama berada di Bapelkes Salaman.
4. Kepala Desa Pringombo beserta perangkat desa yang telah mengizinkan kami melakukan
kegiatan di Desa Pringombo.
5. Keluarga Bapak Sukendro dan Bapak Sukandar yang telah menyediakan sarana dan fasilitas
selama kami di desa.
6. Segenap pihak yang telah membantu terselenggaranya kegiatan penelitian dan intervensi kami.
Kami menyadari hasil penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kami mengharapkan saran agar laporan kami ini lebih mendekati hasil yang optimal. Kami
berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diare merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah mortalitas dan morbiditas
penduduk di negara berkembang, termasuk Indonesia.1 Setiap tahunnya diperkirakan lebih dari 1
milyar kasus diare di dunia dengan 3,3 juta kematian akibat diare. Diare terutama dijumpai pada
negara berkembang dengan kepadatan penduduk yang tinggi dimana terdapat banyak faktor yang
menjadi penyebab penyebaran diare, yaitu faktor sosialdemografi, faktor lingkungan dan faktor
perilaku.2 Oleh karena tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian terutama
pada bayi dan balita di Indonesia, diare menjadi salah satu penyakit yang mendapatkan prioritas
program pemberantasan. Kematian pada penderita diare adalah akibat dehidrasi yang
menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja. Jumlah kejadian diare di Jawa Tengah
tahun 2007 yaitu sebanyak 625.022 penderita dengan IR 1,93% dengan jumlah kasus diare pada
tanggal 11 April 2013 di Dusun Sidosari dan Dusun Tepungsari, Desa Pringombo, Kecamatan
Tempuran, Kabupaten Magelang Jawa Tengah, didapatkan 27 jiwa yang menderita diare dari 129
jiwa yang sakit dalam 1 bulan terakhir. Angka kejadian diare ini menduduki urutan pertama dari
penyakit-penyakit yang ditemukan dalam 1 bulan terakhir di kedua dusun ini. Hal ini
menunjukkan bahwa angka kejadian diare masih cukup tinggi dan bisa menyerang semua
kelompok usia.
1
Kejadian diare dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu faktor sosialdemografi misalnya
tingkat pendidikan, usia ibu dan jenis pekerjaan, faktor lingkungan misalnya sumber air minum,
jenis tempat pembuangan tinja serta faktor perilaku, misalnya pemberian ASI ekslusif, pemberian
botol susu, kebiasaan cuci tangan, kebiasaan membuang tinja, menggunakan air minum tercemar
dan penggunaan jamban.4 Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Wulandari 2009
yang menyatakan adanya hubungan bermakna antara kejadian diare dengan kondisi lingkungan
yang meliputi sumber air minum (p=0,001), jenis tempat pembuangan tinja dengan kejadian diare
pada balita di Desa Belimbing (p=0,01). Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk
B. PERUMUSAN MASALAH
1. Apakah tingkat pendidikan berhubungan dengan kejadian diare di Desa Pringombo periode 11
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
2. Tujuan Khusus
3
f. Menganalisis hubungan antara tempat pembuangan sampah berhubungan dengan kejadian
D. MANFAAT
1. Menentukan cara yang tepat dalam melakukan tindakan pencegahan dan pemberantasan
diare.
2. Menetapkan metode dan materi penyuluhan yang tepat kepada masyarakat agar sedapat
3. Sebagai acuan yang dapat digunakan untuk penelitan-penelitian selanjutnya yang lebih
komprehensif.
4
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
1. Definisi Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24
jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari.
Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah. Semua kelompok usia
diserang oleh diare, baik balita, anak-anak dan orang dewasa. Tetapi penyakit diare berat dengan
kematian yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan anak balita. Diare adalah penyebab utama
kesakitan dan kematian pada anak dengan perkiraan 1,3 milyar dan 3,2 kematian tiap tahun pada
balita. Di Indonesia penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang mendapatkan prioritas
program pemberantasan karena tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian
terutama pada bayi dan balita. Penyebab utama kematian karena diare adalah dehidrasi sebagai
2. Etiologi Diare
a. Faktor infeksi
6
Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak, meliputi
b. Faktor Malabsorbsi
kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula dapat menyebabkan diare. Gejalanya
berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, dan sakit di daerah perut.
b. Malabsorbsi lemak.
Malabsorpsi lemak, terjadi bila dalam makanan terdapat lemak yang disebut triglyserida.
Triglyserida, dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang siap
diabsorpsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat
c. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan. Makanan yang
d. Faktor psikologis : rasa takut, cemas. Jarang terjadi pada anak balita, umumnya terjadi pada
Etiologi diare menurut Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIR RSU dr. Soetomo
berdasar klasifikasi diare salah satu diantaranya karena ada faktor penderita :
- Kejadian diare akut yang terdahulu merupakan resiko terjadinya diare kronik
8
3. Jenis diare
a. Diare Akut
Diare akut yaitu, diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 7
Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.
d. Diare dengan masalah lain
Anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten) mungkin juga disertai
dengan penyakit lain, seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.
4. Gejala diare
Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah. Suhu badann meninggi,
Tinja bayi encer, berlendir atau berdarah,
Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu,
Lecet pada anus,
Gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang,
Muntah sebelum dan sesudah diare,
Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah), dan
Dehidrasi (kekurangan cairan).
Dehidarsi dibagi menjadi tiga macam, yaitu dehidrasi ringan, dehidrasi sedang dan
dehidarsi berat. Disebut dehidrasi ringan jika cairan tubuh yang hilang 5%. Jika
cairan yang hilang lebih dari 10% disebut dehidrasi berat. Pada dehidrasi berat,
9
volume darah berkurang, denyut nadi dan jantung bertambah cepat tetapi melemah,
tekanan darah merendah, penderita lemah, kesadaran menurun dan penderita sangat
pucat.
5. Patofisiologi diare
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui
makanan atau minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja
meningkatkan risiko terjadinya diare, antara lain tidak memberikan ASI secara penuh 4-
6 bulan pada pertama kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak
pada suhu kamar, menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan
sesudah buang air besar atau sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan atau
Faktor pada pejamu yang dapat meningkatkan insiden, beberapa penyakit dan
lamanya diare. Faktor-faktor tersebut adalah tidak memberikan ASI sampai umur 2
tahun, kurang gizi, imunodefisiensi atau imunosupresi dan secara proposional diare
faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini
10
akan berinteraksi dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat
karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat pula,
1) Faktor Sosiodemografi
kelompok yang terdiri dari karakteristik sosial dan demografi, karakteristik pendidikan dan
karakteristik ekonomi. Karakteristik sosial dan demografi meliputi: jenis kelamin, umur,
Karakteristik ekonomi meliputi jenis pekerjaan, status ekonomi dan pendapatan. Faktor
sosiodemografi meliputi tingkat pendidikan ibu, jenis pekerjaan ibu, dan umur ibu.9,10
Tingkat pendidikan
Jenjang pendidikan memegang peranan cukup penting dalam kesehatan
masyarakat. Pendidikan masyarakat yang rendah menjadikan mereka sulit diberi tahu
Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi lebih berorientasi pada
tindakan preventif, mengetahui lebih banyak tentang masalah kesehatan dan memiliki
status kesehatan yang lebih baik. Pada perempuan, semakin tinggi tingkat pendidikan,
11
Karakteristik pekerjaan seseorang dapat mencerminkan pendapatan, status
sosial, pendidikan, status sosial ekonomi, risiko cedera atau masalah kesehatan dalam
suatu kelompok populasi. Pekerjaan juga merupakan suatu determinan risiko dan
determinan terpapar yang khusus dalam bidang pekerjaan tertentu serta merupakan
yang dapat membantu memastikan hubungan sebab akibat dalam hal hubungan
penyakit, kondisi cidera, penyakit kronis, dan penyakit lain yang dapat menyengsarakan
manusia, umur merupakan karakter yang memiliki pengaruh paling besar. Umur
mempunyai lebih banyak efek pengganggu daripada yang dimiliki karakter tunggal lain.
Umur merupakan salah satu variabel terkuat yang dipakai untuk memprediksi perbedaan
dalam hal penyakit, kondisi, dan peristiwa kesehatan, dan karena saling
diperbandingkan maka kekuatan variabel umur menjadi mudah dilihat. Umur adalah
Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Di dalam tubuh manusia sebagian
besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa sekitar 55- 60% berat badan terdiri dari air,
untuk anak-anak sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan air
sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Di
negara berkembang, termasuk Indonesia tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter
12
per hari. Di antara kegunaan-kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah
kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum dan masak air harus
mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi
manusia.13
Sumber air minum utama merupakan salah satu sarana sanitasi yang tidak kalah
pentingnya berkaitan dengan kejadian diare. Sebagian kuman infeksius penyebab diare
ditularkan melalui jalur fekal oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke
dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya air minum, jari-
jari tangan, dan makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar.6
Menurut Depkes RI (2000), hal - hal yang perlu diperhatikan dalam penyediaan
dan sumber pengotoran. Jarak antara sumber air minum dengan sumber pengotoran
seperti septictank , tempat pembuangan sampah dan air limbah harus lebih dari 10
meter.
d. Mengunakan air yang direbus.
e. Mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan cukup.
Jenis tempat pembuangan tinja
penyakit tertentu yang penulurannya melalui tinja antara lain penyakit diare. Menurut
13
Notoatmodjo (2003), syarat pembuangan kotoran yang memenuhi aturan kesehatan
adalah: 13
Jamban cemplung ini sering dijumpai di daerah pedesaan. Jamban ini dibuat
dengan jalan membuat lubang ke dalam tanah dengan diameter 80 s.d. 120 cm sedalam
2,5 sampai 8 meter. Jamban cemplung tidak boleh terlalu dalam, karena akan mengotori
Jamban ini terdiri dari bak yang kedap air, diisi air di dalam tanah sebagai
tempat pembuangan tinja. Proses pembusukkanya sama seperti pembusukan tinja dalam
air kali.
Jamban ini berbentuk leher angsa sehingga akan selalu terisi air. Fungsi air ini
sebagai sumbat sehingga bau busuk dari kakus tidak tercium. Bila dipakai, tinjanya
tertampung sebentar dan bila disiram air, baru masuk ke bagian yang menurun untuk
14
4. Jamban bor (Bored hole latrine)
Tipe ini sama dengan jamban cemplung hanya ukurannyalebih kecil karena
Kerugiannya bila air permukaan banyak mudah terjadi pengotoran tanah permukaan
(meluap).
Tinja ditampung dalam ember atau bejana lain dan kemudian dibuang di tempat
lain, misalnya untuk penderita yang tak dapat meninggalkan tempat tidur. Sistem
jamban keranjang biasanya menarik lalat dalam jumlah besar, tidak di lokasi
pencemaran tanah, pemberantasan lalat, dan pencegahan pencapaian tinja oleh hewan.
rawa dan sebagainya. Kerugiannya mengotori air permukaan sehingga bibit penyakit
yang terdapat didalamnya dapat tersebar kemana-mana dengan air, yang dapat
menimbulkan wabah.
15
Tinja ditampung dalam suatu bejana yang berisi caustic soda sehingga
meningkatkan risiko terjadinya diare berdarah pada anak balita sebesar dua kali lipat
memenuhi syarat sanitasi.15 Menurut hasil penelitian Irianto (1996), anak balita yang
berasal dari keluarga yang menggunakan jamban yang dilengkapi dengan tangki septik,
prevalensi diare 7,4% terjadi di kota dan 7,2% di desa. Sedangkan keluarga yang
menggunakan kakus tanpa tangki septik 12,1% diare terjadi di kota dan 8,9% di desa.
Kejadian diare tertinggi terdapat pada keluarga yang mempergunakan sungai sebagai
3) Faktor perilaku
kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare adalah sebagai berikut :
Eksklusif secara penuh selama 4 sampai 6 bulan. Pada bayi yang tidak diberi ASI risiko
untuk menderita diare lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI penuh dan kemungkinan
menderita dehidrasi berat juga lebih besar. Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI
secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada
16
Penggunaan botol susu
Penggunaan botol susu memudahkan pencemaran oleh kuman karena botol susu
susah dibersihkan. Penggunaan botol untuk susu formula, biasanya menyebabkan risiko
penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama
sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyuapi makan anak
Membuang tinja (termasuk tinja bayi) harus dilakukan secara bersih dan benar.
Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya, padahal sesungguhnya
mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Tinja bayi dapat pula menularkan
Air mungkin sudah tercemar dari sumbernya atau pada saat disimpan dirumah.
Pencemaran dirumah dapat terjadi kalau tempat peyimpanan tidak tertutup atau tangan
yang tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan. Untuk
mengurangi risiko terhadap diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan
Penggunaan jamban
17
Penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penularan risiko
terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban sebaiknya membuat
jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban. Bila tidak mempunyai jamban,
jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat buang air besar hendaknya jauh dari rumah,
jalan setapak, tempat anak-anak bermain dan harus berjarak kurang lebih 10 meter dari
sumber air, serta hindari buang air besar tanpa alas kaki.
18
BAB III
A. Landasan Teori
Dari tinjauan pustaka diatas diperoleh landasan teori sebagai berikut :
1. Perilaku tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah BAB dapat
lain saluran pembuangan limbah yang tidak sesuai standar, tidak adanya tempat
pembuangan sampah, rumah yang tidak bebas lalat, dan sumber air minum yang
tercemar ikut memberikan andil yang besar pada penyebaran penyakit diare di
masyarakat.
3. Jenis pekerjaan, tingkat pendidikan yang rendah, dan tingkat pendapatan yang rendah
pencegahan dan pengobatan diare yang tidak adekuat, sehingga penyakit diare susah
untuk ditanggulangi.
4. Pengetahuan tentang rumah sehat dan diare pada tiap individu mempengaruhi dalam
pemahaman tentang promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif untuk penyakit diare.
19
Jenis pekerjaan
Kepemilikan
Saluran
pembuangan air Tingkat
limbah pendapatan dan
pendidikan
Kepemilikan
tempat
pembuangan Jenis jamban
sampah yang dimiliki
Kondisi rumah
bebas lalat Diare
Pengetahuan
tentang rumah
Perilaku cuci sehat
tangan dengan
sabun dan
sebelum makan
setelah BAB
Jenis pekerjaan
Pengetahuan
Kepemilikan diare
Saluran
Jenis sumber air
pembuangan
bersih air Tingkat
limbah pendapatan dan
Strata PHBS
pendidikan
Kepemilikan
tempat
pembuangan Pengetahuan
sampah tentang rumah
sehat
C. Kerangka Konsep Diare
Kondisi rumah
bebas lalat Diare
Pengetahuan
Perilaku cuci diare
tangan dengan
sabun dan 20
sebelum makan Strata PHBS
setelah BAB
D. Hipotesis
1. Terdapat hubungan antara perilaku tidak mencuci tangan dengan sabun setelah BAB
21
2. Terdapat hubungan antara perilaku tidak cuci tangan dengan sabun sebelum makan
di Desa Pringombo
4. Terdapat hubungan antara kepemilikan SPAL dengan kejadian diare pada penduduk
Desa Pringombo
5. Terdapat hubungan antara kepemilikan tempat pembuangan sampah dengan kejadian
Pringombo
BAB IV
METODE PENELITIAN
22
4.2. Tempat dan Waktu Penelitan
Jenis penelitian ini adalah unmatched case control atau kasus kelola tak berpasangan.
Populasi terjangkau adalah kepala keluarga yang anggota keluarganya memiliki dan tidak
23
Sampel penelitian terdiri atas kasus dan kontrol. Kasus yaitu setiap kepala keluarga yang
anggota keluarganya memiliki riwayat diare dalam 1 bulan terakhir. Kontrol adalah kepala
Kepala keluarga yang anggota keluarganya memiliki riwayat diare dalam 1 bulan
Tidak ada
24
Z1 - /2 = nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan tingkat
kemaknaan (untuk = 0.05 adalah 1.96)
Z1 - = nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan kuasa
(power) sebesar diinginkan (untuk =0.10 adalah 1.28)
p0 = proporsi paparan pada kelompok kontrol atau tidak sakit
p1 = proporsi paparan pada kelompok kasus (sakit)
qo = 1 p0 dan q1 = 1 p1
Survey kesehatan awal di Desa Pringombo tanggal 11 April 2013 menunjukkan 27 kepala
keluarga dengan kasus diare. Peneliti memperkirakan faktor yang memiliki hubungan terkuat
Proporsi responden yang tidak cuci tangan pada seluruh kepala keluarga dengan kasus diare
(p1) adalah 0.423. Proporsi responden yang tidak cuci tangan pada kepala keluarga tanpa kasus
diare sebagai kontrol (p0) adalah 0.055. Nilai CI 95 % memiliki nilai Z1 - /2 sebesar 1.96, nilai
Berdasarkan angka tersebut dan rumus diatas, didapatkan sampel minimal 23 kepala
keluarga dengan kasus diare. Peneliti mengambil 27 responden sebagai kasus dan 54 responden
Strata PHBS, Cuci tangan dengan sabun sebelum makan, Cuci tangan dengan sabun
25
setelah BAB, SPAL (saluran pembuangan air limbah), tempat pembuangan sampah, dan
bebas lalat
PNS
Lain - lain
Tidak bekerja
Tampat SMP
Tamapt SMA
Tamat PT / Akademi
4. Kurang Nominal
Pengetahuan Rumah sehat :
Cukup
Nilai pengetahuan rumah sehat berdasarkan jawaban
wawancara Baik
26
5. Pengetahuan Diare : Kurang Nominal
Sehat Paripurna
Ya
Ya
Ya
12 Diare Ya Nominal
27
Data dikumpulkan dari hasil survey kesehatan awal dan dari wawancara
4.7.1. Bahan
Data sekunder, yaitu hasil tabulasi pada survey awal kesehatan tanggal 11 April 2013
Data primer, yaitu kunjungan rumah dan wawancara kuesioner.
Hasil Penelitian
4.9.Analisis Data
Analisis hubungan tiap variabel terhadap kejadian diare dengan Chi square. Kekuatan
hubngan tiap variabel dilihat dari Odds Ratio. Apabila tidak memenuhi syarat Chi square,
Analisis kekuatan hubungan antar variabel terhadap kejadian diare dilakukan dengan
regresi logistik.
BAB V
HASIL PENELITIAN
29
Telah dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi status rumah sehat
di Desa Pringombo, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang pada 158 kepala keluarga.
diagram diatas
didapatkan bahwa sebagian besar sampel bekerja sebagai petani (84 %), diikuti oleh pekerja
swasta (12,3%), pedagang (2.5 %), dan tidak bekerja (1.2 %).
2. Tingkat pendidikan
30
Dari tabel dan diagram diatas didapatkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan
tamatan SD (72,8%), hanya sebagian kecil saja yang pernah mengenyam pendidikan
Tingkat pengetahuan tentang diare diukur per kepala kelarga melalui kuesioner, lalu
dinilai dan digolongkan menjadi tiga: kurang, cukup, dan baik. Sebagian penduduk Desa
31
Pringombo memiliki cukup pengetahuan tentang diare (44,4%), sebagian lain memiliki
Strata PHBS (Perilaku Hidup Sehat dan Bersih) adalah kriteria yang digunakan untuk
menggambarkan perilaku hidup sehat dari setiap individu. Klasifikasi PHBS, yaitu: Sehat
pratama, sehat madya, sehat utama, sehat paripurna. Dari hasil survey didapatkan sebagian
besar responden tergolong sehat utama (56,3%) dan hanya sedikit yang tergolong sehat
paripurna (1,3%).
5. Tingkat pendapatan
yang memiliki rata-rata pendapatan sekitar Rp. 300.000 per bulan, yang berarti dibawah UMR
Kab. Magelang. Hanya sebagian kecil yang memiliki pendapatan diatas UMR, yaitu sebanyak
33
Tingkat pengetahuan rumah sehat diukur per kepala kelarga melalui kuesioner, lalu
dinilai dan digolongkan menjadi tiga: kurang, cukup, dan baik. Sebagian besar penduduk
Desa Pringombo memiliki pengetahuan yang baik tentang rumah sehat (67,9%), sebagian lain
34
Sebagian besar penduduk Desa Pringombo selalu mencuci tangan sebelum makan dengan
sabun (76,5%) dan 23,5% yang tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum makan.
35
Sebagian besar penduduk Desa Pringombo selalu mencuci tangan setelah buang air besar
dengan sabun (82,7%) dan hanya 17,3% yang tidak mencuci tangan dengan sabun setelah
Sebagian besar rumah penduduk Desa Pringombo tidak bebas lalat (51.9%) dan sebagian
lain bebas lalat (48.1%).
36
Tabel 5.10 Tempat Pembuangan Sampah
No. Tempat Pembuangan Sampah Frekuensi Persentase (%)
1. Ada MS 35 43,2
2. Ada TMS 37 45,7
3. Tidak ada 9 11,1
Total 81 100
sampah, dibakar/ditimbun secara teratur sehingga tidak menjadi sarang nyamuk, lalat, dan
tikus. Sedangkan dikatakan tidak memenuhi syarat jika tidak memenuhi syarat diatas.
Sebagian penduduk Desa Pringombo telah memiliki tempat pembuangan sampah yang
memenuhi syarat (43,2%), namun sebagian lain tidak memiliki tempat pembuangan sampah
yang tidak memenuhi syarat (45,7%) dan 11,1% tidak memiliki tempat pembuangan sampah.
37
Tempat pembuangan air limbah dikatakan memenuhi syarat jika ada tempat
penampungan air limbah yang tertutup sehingga tidak ada genangan air limbah di halaman.
Sebagian penduduk Desa Pringombo belum memiliki tempat pembuangan air limbah yang
memenuhi syarat (34,6%), namun sebagian lain memiliki tempat pembuangan air limbah
yang memenuhi syarat (56,8%) dan 8,6% tidak memiliki tempat pembuangan air limbah.
38
Sebagian besar rumah penduduk di Desa Pringombo termasuk rumah belum sehat
39
Tingkat kejadian diare di Desa Pringombo diukur sejak 1 bulan yang lalu. Terdapat 27
kasus diare yang ditemukan dari hasil survey dari 81 kepala keluarga. Sebagian 54 kepala
B. Hasil Analisis
Tabel 5.14: Analisis bivariat hubungan kejadian deiare dengan variable lain
Diare Tidak diare CI (95%)
VARIABEL p OR
(n = 27) (n = 54) Upper lower
Pendapatana
< UMR 24 49 1,000 0,816 0,180 3,704
UMR 3 5
Pekerjaana
Petani 24 44 0,528 1,818 0,456 7,247
x
Selain Petani 3 10
Pendidikan
Tidak sekolah Tamat SD y 23 38 0,145 2,421 0,721 8,134
SMP PT z 4 16
Pengetahuan Rumah Sehat
Kurang Cukup 11 15 0,194 1,907 0,716 5,079
Baik 15 39
Pengetahuan Diare 0,508 1,379 0,531 3,581
40
Kurang Cukup 16 29
Baik 10 25
Strata PHBS
Pratama Madya 21 17 <0,001* 7,618 2,603 22,292
Utama Paripurna 6 37
Cuci tangan dengan sabun sebelum makan
Tidak 15 2 <0,001* 3,.455 7,070 177,804
Ya 11 52
a
Cuci tangan dengan sabun setelah BAB
Tidak 11 3 <0,001* 12,467 3,073 50,575
Ya 15 51
SPALa
Tidak ada 4 3 0,145 3,091 0,638 14,980
Ada 22 51
Tempat Pembuangan Sampaha
Tidak ada 4 5 0,462 1,782 0,436 7,282
Ada 22 49
Bebas Lalat
Tidak 17 24 0,079 2,361 0,895 6,229
Ya 9 30
x
Swasta, Pedagang, Ibu Rumah Tangga, Pelajar, PNS
y
Tidak Sekolah, belum sekolah, tidak tamat SD, tamat SD
z
Tamat SMP, Tamat SMA, PT / Akademi
a
Analisis data menggunakan Fisher Exact Test
*
nilai p < 0.05, terdapat hubungan yang bermakna
Analisis hubungan dan kekuatan hubungan setiap variabel terhadap kejadian diare dapat
dilihat pada tabel dibawah. Sampel sub katagori pada beberapa variabel memiliki proporsi yang
tidak seimbang / timpang (variabel pekerjaan, pendidikan, dan pengetahuan rumah sehat,
pengetahuan diare strata PHBS, kepemilikan SPAL dan tempat pembuangan sampah). Proses
penggabungan sel dilakukan sebagai alternatif untuk bias dilakukan analisis bivariat. Analisis
bivariate menggunakan uji chi square; Apabila tidak memenuhi syarat dilakukan uji Fisher.
Tabel diatas menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara terjadinya diare dengan
beberapa variabel; diantaranya strata PHBS, perilaku cuci tangan dengan sabun sebelum makan,
dan cuci tangan dengan sabun setelah BAB; dengan nilai kemaknaan semua p < 0.001.
41
Analisis multivariate dilakukan untuk mengetahui variabel mana yang memiliki pengaruh
paling besar. Variabel yang memenuhi syarat analisis multivariate regresi logistic yaitu variabel
dengan nilai p < 0.25; diantaranya variabel pendidikan, pengetahuan tentang rumah sehat, strata
PHBS, cuci tangan dengan sabun sebelum makan, cuci tangan dengan sabun setelah BAB,
Tabel 5.15 : Analisis multivariat variabel factor yang mempengaruhi kejadian diare
No. Variabel OR [Exp(B)] CI 95%
1. Cuci tangan dengan sabun sebelum
224,760 11,323 4461,313
makan
2. Strata PHBS 19,429 2,170 173,938
3. Cuci tangan dengan sabun setelah BAB 16,968 1,520 189,425
4. Kondisi rumah bebas lalat 7,840 0,825 74,520
Tabel diatas menunjukkan variabel yang paling berpengaruh pada kejadian diare adalah
cuci tangan dengan sabun sebelum makan (OR = 224.760), strata PHBS (OR = 19.429), dan cuci
tangan dengan sabun setelah BAB (OR 16.968). kondisi bebas / tidak nya lalat tidak memiliki
hubungan yang bemakna secara statistic karena interval kepercayaan mencakup angka 1 (CI 0.825
74.520).
42
43
BAB VI
PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mencari faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
diare pada penduduk Desa Pringombo, Kecamatan Tempuran, Magelang. Berdasarkan tabel 5.2
diketahui bahwa sebagian besar penduduk Desa Pringombo berpendidikan rendah yaitu sebesar
73,4%. Kategori berpendidikan rendah yaitu tidak pernah sekolah sampai tamat SD. Pendidikan
merupakan hal yang penting dalam mempengaruhi pikiran seseorang. Menurut Notoatmodjo,
memberikan pengetahuan sehingga terjadi peningkatan perubahan perilaku yang positif. Menurut
Widyastuti, orang yang memiliki tingkat pengetahuan lebih tinggi berorientasi pada tindakan
preventif, mengetahui lebih banyak tentang masalah kesehatan dan memiliki status kesehatan yang
lebih baik. Namun pada hasil pengujian pada penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan
tingkat pendidikan pada kejadian diare dengan nilai p = 0,145. Hasil ini sejalan dengan penelitian
Sander yang meneliti faktor sosiobudaya pada kejadian diare di Kecamatan Sidoarjo. Hal tersebut
memberi arti bahwa tingkat pendidikan belum menjamin dimilikinya pengetahuan diare dan
pencegahannya.17,18
Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pendapatan
dibawah UMR yaitu sebesar 86,1%. Menurut Valman apabila tingkat pendapatan baik, maka
fasilitas kesehatan khususnya didalam rumah akan terjamin. Namun pada penelitian ini
pendapatan tidak memiliki hubungan yang bermakna p = 1,00. Hal tersebut memberi arti bahwa
kejadian diare. Wujud dari PHBS itu sendiri mencakup pemeliharaan kesehatan kulit, kaki, dan
tangan, yang juga merupakan salah satu variabel dari penelitian ini, yaitu perilaku mencuci tangan
sebelum makan dan setelah buang air besar. Cara untuk membersihkan kulit, tangan, dan kaki
yaitu mencucinya dengan sabun secara teratur. Dalam penelitian ini, baik variabel mencuci tangan
sebelum makan dan setelah makan setelah BAB dengan sabun memiliki hubungan yang
bermakna, dengan nilai p < 0,05. Hal ini sejalan teori yang dikemukakan oleh Suriadi yang
menyebutkan bahwa keadaan kesehatan yang tidak baik mempengaruhi terhadap terjadinya
penyakit diare dibandingkan dalam kesehatan yang lebih baik. Perilaku cuci tangan dengan sabun
dianggap cukup sederhana tetapi tidak selalu mudah dilakukan, terutama pada keluarga yang
belum terbiasa.18
a. Pada penelitian ini kualitas fisik sumber air bersih dan air minum tidak diteliti,
sumber air bersih dan air minum yang tidak memenuhi syarat fisik berdasarkan
45
BAB VII
a. Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian diare di Desa Pringombo,
b. Tidak ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan kejadian diare di Desa Pringombo,
c. Tidak ada hubungan antara pendapatan dengan kejadian diare di Desa Pringombo,
d. Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan rumah sehat dengan kejadian diare di
e. Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan diare dengan kejadian diare di Desa
f. Tidak ada hubungan antara kepemilikan SPAL dengan kejadian diare di Desa Pringombo,
g. Tidak ada hubungan antara kepemilikan tempat pembuangan sampah dengan kejadian
h. Tidak ada hubungan antara kondisi rumah yang bebas lalat dengan kejadian diare di Desa
46
i. Terdapat hubungan antara perilaku cuci tangan sebelum makan dan setelah buang air
besar dengan sabun dengan kejadian diare di Desa Pringombo, Kecamatan Tempuran,
Magelang.
j. Terdapat hubungan antara strata PHBS dengan kejadian diare di Desa Pringombo,
memotivasi masyarakat dalam penggalakan perilaku cuci tangan sebelum makan dan setela
b. Bagi masyarakat, hendaknya lebih meningkatkan perilaku hidup sehat dan bersih, terutama
melakukan tindakan pebcegahan terjadinya diare seperti mencuci tangan sebelum makan
c. Bagi peneliti lain, dapat ditindaklanjuti factor-faktor lain misalnya keadaan fisik air minum
dan air bersih dan status gizi penderita. Dapat juga menambah jumlah sampel yang lebih
47
TINJAUAN PUSTAKA
2. Mansjoer A et al (editor). Diare Akut. Dalam buku Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1,
3. Marto S., Subijanto., Reza Gunadi R., Alpha Farda Aniyah., 2008. Diare. Dalam buku
Pedoman Diagnosis dan Terapi BAG/SMF Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1, Edisi III.
5. Behrman, Kliegman, Arvin. A.S Wahab editors. Gastroenteritis. Dalam buku Ilmu
kesehatan Anak Nelson. Vol 2, Edisi 15. Jakarta; kedokteran EGC. 1996. Hal 889-893
6. Depkes, RI. 2000. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta : Ditjen
7. Widjaja, 2002. Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita . Jakarta : Kawan Pustaka.
8. Depkes RI. 2005. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare . Jakarta : Ditjen PPM dan
PL
Penerbit FE UI
11. Sander, M. A., 2005. Hubungan Faktor Sosio Budaya dengan Kejadian Diare di Desa
48
Candinegoro Kecamatan Wonoayu Sidoarjo. Jurnal Medika. Vol 2. No.2. Juli-
12. Widyastuti, P., (ed). 2005. Epidemiologi Suatu Pengantar , edisi 2. Jakarta : EGC.
13. Notoatmodjo, S., 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat . Jakarta : Rineka Cipta.
14. Entjang, I., 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat , cetakan ke XIII. Bandung : PT. Citra
Aditya Bakti.
15. Wibowo, T., Soenarto, S., dan Pramono, D., 2004. Faktor-Faktor Risiko Kejadian
16. Irianto, J., Soesanto. S., Supraptini, Inswiasri, Irianti, S., dan Anwar, A., 1996. Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare pada Anak Balita (Analisis Lanjut Data
17. Widyastuti, P., (ed). 2005. Epidemiologi Suatu Pengantar , edisi 2. Jakarta : EGC
18. Notoatmodjo, S., 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat . Jakarta : Rineka Cipta
49
DIARE / TIDAK DIARE
- < 6 = Kurang
- 6-7 = Cukup
- > 7 = Baik
- < 6 = Kurang
- 6-7 = Cukup
- > 7 = Baik
2
Frequency Table
Diare
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 27 33.3 33.3 33.3
tidak 54 66.7 66.7 100.0
Total 81 100.0 100.0
Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Petani 68 84.0 84.0 84.0
Pedagang 2 2.5 2.5 86.4
Swasta 10 12.3 12.3 98.8
Tidak bekerja 1 1.2 1.2 100.0
Total 81 100.0 100.0
Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak pernah sekolah 2 2.5 2.5 2.5
Tamat SD/sederajat 59 72.8 72.8 75.3
Tamat SLTP/sederajat 14 17.3 17.3 92.6
Tamat SLTA/akademi 3 3.7 3.7 96.3
Tamat perguruan tinggi 3 3.7 3.7 100.0
Total 81 100.0 100.0
1
pengetahuan_diare
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 10 12.3 12.3 12.3
Cukup 37 45.7 45.7 58.0
Baik 34 42.0 42.0 100.0
Total 81 100.0 100.0
pengetahuan_rumah_sehat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 6 7.4 7.4 7.4
Cukup 20 24.7 24.7 32.1
Baik 55 67.9 67.9 100.0
Total 81 100.0 100.0
strata_phbs
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sehat pratama 5 6.2 6.2 6.2
Sehat madya 33 40.7 40.7 46.9
Sehat utama 43 53.1 53.1 100.0
Total 81 100.0 100.0
cuci_tangan
2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 62 76.5 76.5 76.5
Tidak 19 23.5 23.5 100.0
Total 81 100.0 100.0
sabun_bab
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 67 82.7 82.7 82.7
Tidak 14 17.3 17.3 100.0
Total 81 100.0 100.0
pembuangan_sampah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada MS 35 43.2 43.2 43.2
Ada TMS 37 45.7 45.7 88.9
Tidak ada 9 11.1 11.1 100.0
Total 81 100.0 100.0
pembuangan_air_limbah
3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada MS 28 34.6 34.6 34.6
Ada TMS 46 56.8 56.8 91.4
Tidak ada 7 8.6 8.6 100.0
Total 81 100.0 100.0
status_rumah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sehat 22 27.2 27.2 27.2
Belum sehat 59 72.8 72.8 100.0
Total 81 100.0 100.0
pendapatan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < UMR 73 90.1 90.1 90.1
>= UMR 8 9.9 9.9 100.0
Total 81 100.0 100.0
Crosstabs
4
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pendapatan * Diare 81 100.0% 0 .0% 81 100.0%
petani v swasta * Diare 81 100.0% 0 .0% 81 100.0%
SD v smp-akad * Diare 81 100.0% 0 .0% 81 100.0%
madya v utama * Diare 81 100.0% 0 .0% 81 100.0%
limbah T * Diare 80 98.8% 1 1.2% 81 100.0%
rs T * Diare 80 98.8% 1 1.2% 81 100.0%
Pengetahuan diare T *
Diare 80 98.8% 1 1.2% 81 100.0%
sampah T * Diare 80 98.8% 1 1.2% 81 100.0%
cuci tangan reg * Diare 80 98.8% 1 1.2% 81 100.0%
bab reg * Diare 80 98.8% 1 1.2% 81 100.0%
lalatbukanbebaslalat *
Diare 81 100.0% 0 .0% 81 100.0%
pendapatan * Diare
5
Crosstab
Diare Total
ya tidak ya
pendapatan < UMR Count 24 49 73
Expected Count 24.3 48.7 73.0
>= UMR Count 3 5 8
Expected Count 2.7 5.3 8.0
Total Count 27 54 81
Expected Count 27.0 54.0 81.0
Chi-Square Tests
Risk Estimate
Diare Total
ya tidak ya
petani v Petani Count 24 44 68
swasta Expected Count 22.7 45.3 68.0
Swasta dll. Count 3 10 13
Expected Count 4.3 8.7 13.0
Total Count 27 54 81
Expected Count 27.0 54.0 81.0
Chi-Square Tests
Risk Estimate
SD v smp-akad * Diare
Crosstab
8
Diare Total
ya tidak ya
SD v smp-akad Tidak sekolah - SD Count 23 38 61
Expected Count 20.3 40.7 61.0
Pendidikan SMP - PT Count 4 16 20
Expected Count 6.7 13.3 20.0
Total Count 27 54 81
Expected Count 27.0 54.0 81.0
Chi-Square Tests
Risk Estimate
Diare Total
ya tidak ya
madya v Pratama - Madya Count 21 17 38
utama Expected Count 12.7 25.3 38.0
Utama - Paripurna Count 6 37 43
Expected Count 14.3 28.7 43.0
Total Count 27 54 81
Expected Count 27.0 54.0 81.0
Chi-Square Tests
10
Correction(a)
Likelihood Ratio 16.104 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
Association 15.300 1 .000
N of Valid Cases 81
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.67.
Risk Estimate
limbah T * Diare
Crosstab
Diare Total
ya tidak ya
11
limbah T Tak Ada SPAL Count 4 3 7
Expected Count 2.3 4.7 7.0
ada SPAL Count 22 51 73
Expected Count 23.7 49.3 73.0
Total Count 26 54 80
Expected Count 26.0 54.0 80.0
Chi-Square Tests
Risk Estimate
12
Odds Ratio for limbah T
(Tak Ada SPAL / ada 3.091 .638 14.980
SPAL)
For cohort Diare = ya 1.896 .913 3.936
For cohort Diare = tidak .613 .257 1.462
N of Valid Cases 80
rs T * Diare
Crosstab
Diare Total
ya tidak ya
rs T Kurang - cukup Count 11 15 26
Expected Count 8.5 17.6 26.0
Baik Count 15 39 54
Expected Count 17.6 36.5 54.0
Total Count 26 54 80
Expected Count 26.0 54.0 80.0
Chi-Square Tests
13
Continuity
1.092 1 .296
Correction(a)
Likelihood Ratio 1.656 1 .198
Fisher's Exact Test .212 .148
Linear-by-Linear
Association 1.668 1 .197
N of Valid Cases 80
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.45.
Risk Estimate
Diare Total
14
ya tidak ya
Pengetahuan Kurang - cukup Count 16 29 45
diare T Expected Count 14.6 30.4 45.0
Baik Count 10 25 35
Expected Count 11.4 23.6 35.0
Total Count 26 54 80
Expected Count 26.0 54.0 80.0
Chi-Square Tests
Risk Estimate
15
Odds Ratio for
Pengetahuan diare T 1.379 .531 3.581
(Kurang - cukup / Baik)
For cohort Diare = ya 1.244 .646 2.396
For cohort Diare = tidak .902 .667 1.220
N of Valid Cases 80
sampah T * Diare
Crosstab
Diare Total
ya tidak ya
sampah T tdak ada Count 4 5 9
Expected Count 2.9 6.1 9.0
ada/TM Count 22 49 71
Expected Count 23.1 47.9 71.0
Total Count 26 54 80
Expected Count 26.0 54.0 80.0
Chi-Square Tests
16
Continuity
.189 1 .664
Correction(a)
Likelihood Ratio .631 1 .427
Fisher's Exact Test .462 .323
Linear-by-Linear
Association .651 1 .420
N of Valid Cases 80
a Computed only for a 2x2 table
b 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.93.
Risk Estimate
Diare Total
17
ya tidak ya
cuci tangan Tidak Count 15 2 17
reg Expected Count 5.5 11.5 17.0
Ya Count 11 52 63
Expected Count 20.5 42.5 63.0
Total Count 26 54 80
Expected Count 26.0 54.0 80.0
Chi-Square Tests
Risk Estimate
18
Odds Ratio for cuci
tangan reg (Tidak / Ya) 35.455 7.070 177.804
For cohort Diare = ya 5.053 2.874 8.885
For cohort Diare = tidak .143 .039 .527
N of Valid Cases 80
Diare Total
ya tidak ya
bab Tidak Count 11 3 14
reg Expected Count 4.6 9.5 14.0
Ya Count 15 51 66
Expected Count 21.5 44.6 66.0
Total Count 26 54 80
Expected Count 26.0 54.0 80.0
Chi-Square Tests
19
Continuity
13.972 1 .000
Correction(a)
Likelihood Ratio 15.598 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
Association 16.214 1 .000
N of Valid Cases 80
a Computed only for a 2x2 table
b 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.55.
Risk Estimate
lalatbukanbebaslalat * Diare
Crosstab
Diare Total
20
ya tidak ya
lalatbukanbebaslalat ADA Count 18 24 42
Expected Count 14.0 28.0 42.0
tidak Count 9 30 39
Expected Count 13.0 26.0 39.0
Total Count 27 54 81
Expected Count 27.0 54.0 81.0
Chi-Square Tests
Risk Estimate
21
Odds Ratio for
lalatbukanbebaslalat 2.500 .954 6.552
(ADA / tidak)
For cohort Diare = ya 1.857 .949 3.633
For cohort Diare = tidak .743 .543 1.016
N of Valid Cases 81
Logistic Regression
Case Processing Summary
Parameter
Frequency coding
(1) (1)
22
limbah T Tak Ada SPAL
7 1.000
ada SPAL
73 .000
rs T Kurang - cukup
26 1.000
Baik
54 .000
madya v utama Pratama - Madya
38 1.000
Utama - Paripurna
42 .000
cuci tangan reg Tidak
17 1.000
Ya
63 .000
bab reg Tidak
14 1.000
Ya
66 .000
lalatbukanbebaslalat ADA
41 1.000
tidak
39 .000
SD v smp-akad Tidak sekolah - SD
60 1.000
Pendidikan SMP - PT
20 .000
Predicted
Percentage
diarereg Correct
23
Overall Percentage 67.5
a Constant is included in the model.
b The cut value is .500
Score df Sig.
Step 0 Variables pendidikan_T(1) 1.899 1 .168
Peng_rs_T(1) 1.689 1 .194
phbs_T(1) 17.096 1 .000
cuci_tangan_reg_t(1) 30.568 1 .000
bab_reg_T(1) 16.419 1 .000
lalaTRbarut(1) 3.080 1 .079
limbah_T(1) 2.124 1 .145
Overall Statistics 47.272 7 .000
24
Block 1: Method = Backward Stepwise (Likelihood Ratio)
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 61.596 7 .000
Block 61.596 7 .000
Model 61.596 7 .000
Step Step -.121 1 .728
2(a) Block 61.475 6 .000
Model 61.475 6 .000
Step Step -.446 1 .504
3(a) Block 61.029 5 .000
Model 61.029 5 .000
Step Step -1.133 1 .287
4(a) Block 59.896 4 .000
Model 59.896 4 .000
a A negative Chi-squares value indicates that the Chi-squares value has decreased from the previous step.
Model Summary
25
Hosmer and Lemeshow Test
26
9 0 .000 10 10.000 10
Step 3 1 1 1.000 0 .000 1
2 19 18.885 0 .115 19
3 13 12.578 0 .422 13
4 8 8.175 1 .825 9
5 4 4.538 3 2.462 7
6 8 8.363 5 4.637 13
7 1 .462 8 8.538 9
8 0 .000 9 9.000 9
Step 4 1 20 19.922 0 .078 20
2 13 12.611 0 .389 13
3 8 8.360 1 .640 9
4 2 2.625 2 1.375 4
5 8 8.125 5 4.875 13
6 3 2.201 6 6.799 9
7 0 .139 6 5.861 6
8 0 .018 6 5.982 6
27
Classification Table(a)
Predicted
Percentage
diarereg Correct
28
Variables in the Equation
29
Model if Term Removed
Change in
Model Log -2 Log Sig. of the
Variable Likelihood Likelihood df Change
Step 1 pendidikan_T -19.709 .121 1 .728
Peng_rs_T -19.808 .318 1 .573
phbs_T -24.552 9.807 1 .002
cuci_tangan_reg_t -31.840 24.384 1 .000
bab_reg_T -23.232 7.168 1 .007
lalaTRbarut -21.060 2.823 1 .093
limbah_T -20.261 1.226 1 .268
Step 2 Peng_rs_T -19.932 .446 1 .504
phbs_T -24.679 9.940 1 .002
cuci_tangan_reg_t -31.970 24.522 1 .000
bab_reg_T -23.249 7.079 1 .008
lalaTRbarut -21.274 3.130 1 .077
limbah_T -20.326 1.234 1 .267
Step 3 phbs_T -24.744 9.623 1 .002
cuci_tangan_reg_t -31.970 24.076 1 .000
bab_reg_T -23.303 6.742 1 .009
lalaTRbarut -21.292 2.719 1 .099
limbah_T -20.499 1.133 1 .287
Step 4 phbs_T -26.450 11.903 1 .001
cuci_tangan_reg_t -34.887 28.777 1 .000
bab_reg_T -24.262 7.528 1 .006
lalaTRbarut -22.708 4.420 1 .036
30
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step Variables pendidikan_T(1) .123 1 .726
2(a) Overall Statistics .123 1 .726
Step Variables pendidikan_T(1) .254 1 .615
3(b) Peng_rs_T(1) .429 1 .512
Overall Statistics
.554 2 .758
31