Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia, baik

sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial. Dalam hal ini sekolah

sebagai lembaga pendidikan formal mempunyai tanggung jawab dan wewenang

untuk turut mencerdaskan kehidupan bangsa. Undang-Undang UU No. 20 tahun 2003

menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan,

pengendalian diri, masyarakat, bangsa dan negara agar kemajuan suatu bangsa dapat

terus ditingkatkan.

Sistem pendidikan yang bermutu memerlukan sistem pembelajaran yang baik,

Hasbullah (2005:19) menjelaskan bahwa pembelajaran pada dasarnya merupakan

upaya untuk mengarahkan anak didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat

memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan, oleh karena itu proses

pembelajaran hendaknya harus diperhatikan dengan baik terutama terhadap

pendidikan matematika.

Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai sifat yang khas kalau

dibandingkan dengan disiplin ilmu yang lain. Hudojo (2001:74) menyatakan bahwa

matematika bukanlah ilmu yang hanya untuk keperluan dirinya sendiri, tetapi ilmu

1
2

yang bermanfaat untuk sebagian besar ilmu-ilmu lain. Dengan perkataan lain,

matematika mempunyai peranan yang sangat esensial untuk ilmu lain, yang utama

sains dan teknologi. Dari definisi-definisi tersebut setidaknya dapat memberi

gambaran tentang pengertian matematika. Semua definisi tersebut dapat diterima,

karena memang matematika dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang dan

matematika itu sendiri dapat memasuki seluruh segi kehidupan manusia mulai dari

yang paling sederhana sampai kepada yang lebih kompleks, oleh karena diperlukan

pengembangan kurikulum pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan

pendidikan matematika.

Susilo (Utami, 2014:5) menjelaskan bahwa kurikulum merupakan seperangkat

rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelengaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai

tujuan pendidikan tertentu, kurikulum disusun dengan baik agar setiap langkah

pembelajaran yang dilaksanakan dapat bermanfaat.

Muzamiroh (Utami, 2014:5) juga menjelaskan bahwa kurikulum sangat

berpengaruh dalam dunia pendidikan untuk mewujudkan generasi yang handal,

kreatif, inovatif, dan menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Jika dimisalkan

sebuah tubuh, kurikulum adalah jantungnya pendidikan. Upaya penyempurnaan

kurikulum dimaksudkan untuk mewujudkan sistem pendidikan nasional yang

kompetitif, relevan, dan mutakhir mengikuti perkembangan zaman.


3

Kurikulum memiliki sifat yang dinamis, yaitu sifat yang bisa berubah sesuai

dengan perkembangan zaman. Sehingga kurikulum dapat melakukan penyesuaian-

penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi, tempat dan waktu yang selalu

berkembang, serta kemampuan dan latar belakang siswa. Dengan demikian

kurikulum dituntut berkembang lebih baik lagi untuk meningkatkan kualitas mutu

pendidikan (Imbran, 2015:9).

Usaha penyempurnaan kurikulum terus menerus dilakukan, maka pemerintah

melalui Departemen Pendidikan Nasional mengevaluasi kurikulum yang sedang

berlangsung salah satu kurikulum terbaru yang sedangkan digunakan pemerintah

adalah Kurikulum 2013, ditinjau dari segi isi dan proses pencapaian target

kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi kurikulum 2013 tidaklah

banyak perbedaan dengan kurikulum 2004 (Sutrino, 2015:7).

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang lebih mengoptimalkan potensi

siswa sehingga kurikulum 2013 diharapkan dapat membawa pengaruh yang positif

dan membawa perubahan. Pengembangan Kurikulum 2013 diharapkan untuk

menghasilkan generasi Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui

penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Dalam proses

penerapannya, pemerintah perlu mengadakan uji coba (try out) pada beberapa sekolah

sebelum semua satuan pendidikan siap menerapkan kurikulum 2013 (Jazuli,

2011:12).
4

Pengembangan kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan kualitas

sumberdaya manusia dan meningkatkan daya saing bangsa, dan seiring dengan

perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, tujuan ini dilakukan melalui

pelaksanaan pendidikan dengan memperbaiki muatan pendidikan, melakukan

pergeseran paradigma belajar ke konstruktivisme, dari siswa menerima materi

menjadi siswa membentuk pemahaman konsep dalam mata pelajaran sendiri,

menggunakan penilaian berbasis kompetensi, dan penilaian kelas secara otentik

(Depdikbud, 2014).

Proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru sering mengalami kesulitan

yang kemudian berdampak pada kurang optimalnya suatu informasi yang diberikan

oleh guru kepada siswa atau sering diistilahkan dengan kendala belajar. Kesulitan

proses pembelajaran biasanya ditandai dengan adanya hambatan-hambatan yang

mungkin disadari dan mungkin juga tidak disadari (Mulyadi, 2010:19).

Hasbullah (2005:19) menjelaskan bahwa proses pembelajaran pada dasarnya

merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik ke dalam proses belajar sehingga

mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan,

pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi individu anak karena merekalah

yang akan belajar, anak didik merupakan individu yang berbeda satu sama lain,

memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena

itu pembelajaran hendaknya memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak

tersebut, sehingga pembelajaran diharapkan dapat menjadikan anak didik lebih aktif,
5

terlatih, mandiri, inovatif serta dapat menambah pengetahuan terhadap hal-hal yang

belum dimengerti.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru bidang studi matematika di

SMA Negeri 1 Blangpidie maka diperoleh beberapa informasi bahwa kesulitan yang

dialami guru dalam pelaksanaan pembelajaran dengan penerapkan kurikulum 2013

adalah membentuk siswa bukan hanya memiliki kompetensi kognitif saja, namun

juga pada kompetensi sikap dan keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa,

menerapkan asesmen otentik, selanjutnya guru harus membimbimbing siswa untuk

memecahkan masalah, meningkatkan penalaran siswa, meningkatkan kemampuan

komunikasi siswa, melatih soswa mengaitkan ide matematika dan membimbing siswa

untuk mempresentasikan hasil belajar yang tekah diperoleh.

Kesulitan yang dialami guru adalah menyampaikan materi yang harus

disesuaikan dengan 4 kompetensi inti, yaitu kompetensi sikap sosial, sikap spiritual,

pengetahuan, dan keterampilan, masing-masing kompetensi kemudian dijabarkan

menjadi beberapa kompetensi dasar. Keempat kompetensi inti masing-masing diberi

penelakanan yang sama. Hal ini yang membedakan kurikulum 2013 dengan Commented [A1]: perbaiki

kurikulum yang berlaku sebelumnya, penekanan bukan hanya pada kompetensi

kognitif saja, namun juga pada kompetensi sikap dan keterampilan juga menjadi hal

penting untuk dipelajari dan dilatihkan kepada siswa (Ramdana, 2015:12).

Proses pembelajaran di sekolah tidak dapat terlepas dari peran seorang guru,

salah satu peran guru dalam proses pembelajaran yaitu sebagai evaluator. Menurut
6

Usman (2006:11) guru harus selalu mengadakan penilaian yang bertujuan untuk

mengetahui apakah tujuan yang dirumuskan sudah tercapai atau belum, guru juga

harus mengetahui keefektifan metode mengajar yang digunakan agar setiap

informasi-informasi yang diperoleh dari evaluasi tersebut kemudian dijadikan titik

tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya.

Peran seorang guru dalam proses pembelajaran akan memberikan dampak positif

terhadap kesulitan yang dihadapi siswa dalam mempelajari materi trigonometri.

Secara teoretis, pembelajaran pada Kurikulum 2013, khususnya dalam

pelajaran matematika sejalan dengan pembelajaran matematika yang ditetapkan

NCTM. Pembelajaran matematika yang dirumuskan oleh National Council of

Teachers of Matematics (Retnawati, 2015:392) menetapkan bahwa siswa harus

mempelajari matematika melalui pemahaman dan aktif membangun pengetahuan

baru dari pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Ada lima

standar proses dalam pembelajaran matematika, yaitu: (1) belajar untuk memecahkan

masalah; (2) belajar untuk bernalar dan bukti;(3) belajar untuk berkomunikasi; (4)

belajar untuk mengaitkan ide; dan (5) belajar untuk mempresentasikan.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka dalam pelaksanaan pembelajaran

matematika di sekolah harus secara bertahap, berurutan serta berdasarkan kepada

pengalaman yang telah ada sebelumnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Dienes

(Muhkal, 2003:67) yang menyatakan bahwa Belajar metematika melibatkan suatu


7

struktur hirarki dari konsep-konsep tingkat lebih tinggi yang dibentuk atas dasar apa

yang telah terbentuk sebelumnya.

Berdasarkan penelitian yang terdahulu dilaksanakan oleh Ningsih (2014)

dapat disimpulkan bahwa kendala-kendala yang dihadapi dalam menerapkan

Kurikulum 2013 di SMP N 12 Surakarta adalah penyesuaian diri guru dalam

penerapan scientific approach masih kurang, guru matematika masih sering

mendominasi kelas. Guru belum terbiasa mengaktifkan siswa dalam aktivitas

pembelajaran. Selanjutnya penelitian yang dilaksanakan oleh (Pramudya, 2016) dari Commented [A2]: Hasil kesimpulan tidak perlu pakai tanda
petik

hasil penelitian disimpulkan bahwa kesulitan dalam pelaksanaan kurikulum 2013

adalah kurangnya keterampilan dan pemahaman guru dalam menjalan proses

pembelajaran dengan pendekatan saintifik, kurangnya kesadaran siswa untuk belajar

dan mau mengiuti proses pembelajaran yang baik.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian dengan

judul: Analisis Kesulitan guru Matematika dalam Melaksanakan Pembelajaran

Kurikulum 2013 di SMA Negeri 1 Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran matematika menggunakan pembelajaran

kurikulum 2013 di SMA Negeri 1 Blangpidie


8

2. Apa saja kesulitan yang dihadapi guru dalam pembelajaran matematika

menggunakan Kurikulum 2013 di SMA Negeri 1 Blangpidie

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dalam

penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Pelaksanaan pembelajaran matematika menggunakan pembelajaran kurikulum

2013 di SMA Negeri 1 Blangpidie

2. Kesulitan yang dihadapi guru dalam pembelajaran matematika menggunakan

Kurikulum 2013 di SMA Negeri 1 Blangpidie

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang

terlibat baik guru, siswa, peneliti, maupun peneliti lain.

1. Bagi siswa

Dapat memberikan dorongan kepada peserta didik agar lebih aktif, kreatif,

percaya diri, dan mandiri dalam belajar menyelesaikan masalah-masalah

matematika melalui penerapan kurikulum 2013

2. Bagi guru

Sebagai acuan dalam penyampaian materi-materi matematika, agar guru bisa

meningkatkan mutu pendidikan serta meningkatkan hasil belajar siswa melalui


Commented [A3]: Sebagai salah satu alternatif untuk mencari
solusi dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam
penerapan pembelajaran kurikulum 2013. pelaksanaan kurikulum 2013 di kelas
9

3. Bagi Sekolah

Menciptakan panduan terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar pada

pelajaran lain, dan sebagai bahan pertimbangan dalam dalam menyelesaikan

masalah yang dihadapi siswa di masa yang akan datang dengan terus

menggunakan pembelajaran kurikulum 2013.

4. Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman dalam proses belajar mengajar agar mengetahui teknik dan

cara dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh para siswa.

Anda mungkin juga menyukai