Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa nifas atau purperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pasca persalinan harus
terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang
meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit
yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara
menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu.
Secara psikologi, pascapersalinan ibu akan merasakan gejala-gejala
psikiatrik. Meskipun demikian, adapula ibu yang tidak mengalami hal ini. Agar
perubahan psikologi yag dialami tidak berlebihan, ibu perlu mengetahui tentang
hal tentang hal yang lebih lanjut. Wanita banyak mengalami perubahan emosi
selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Penting
sekali sebagian bidan untuk mengetahui tentang penyesuaian psikologis yang
normal sehingga ia dapat menilai apakah seorang ibu memerlukan asuhan khusus
dalam masa nifas ini, untuk suatu variasi atau penyimpangan dari penyesuaian
yang normal yang umum terjadi.
Beberapa penulis berpendapat dalam minggu pertama setelah melahirkan,
banyak wanita yang menunjukan gejala-gejala psikiatrik, terutama gejala depresi
diri ringan sampai berat serta gejala-gejala neonatus traumatic, antara lain rasa
takut yang berlebihan dalam masa hamil struktur perorangan yang tidak normal
sebelumnya, riwayat psikiatrik abnormal, riwayat perkawinan abnormal, riwayat
obstetrik (kandungan) abnormal, riwayat kelahiran mati atau kelahiran cacat, dan
riwayat penyakit lainya.
Biasanya penderita akan sembuh kembali tanpa ada atau dengan
pengobatan. Meskipun demikian, kadang diperlukan terapi oleh ahli penyakit
jiwa. Sering pula kelainan-kelainan psikiatrik ini berulang setelah persalinan
berikutnya. Hal yang perlu diperhatikan yaitu adaptasi psikososial pada masa
pasca persalinan. Bagi keluarga muda, pasca persalinan adalah awal keluarga
baru sehingga keluarga perlu beradaptasi dengan peran barunya. Tanggung jawab
keluarga bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir. Dorongan serta

1
perhatian anggota keluarga lainya merupakan dukungan positif bagi ibu.
(Hilyatulhuzna, Azizah. 2015)

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep tentang respon orang tua terhadap bayi baru lahir?
2. Bagaimana proses adaptasi psikologis ibu masa nifas?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Untuk mengatahui konsep tentang respon orang tua terhadap bayi baru lahir.
2. Untuk mengatahui proses adaptasi psikologis ibu masa nifas.

BAB 2
PEMBAHASAN

1.1. Konsep Tentang Respon Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir
1.1.1. Bounding Attachment

2
Bonding Attachment adalah suatu ikatan yang terjadi diantara orang
tua dan bayi baru lahir, yaitu meliputi pemberian kasih sayang dan
pencurahan perhatian pada menit-menit pertama sampai beberapa jam
setelah kelahiran bayi. Bonding Attachment sebagai hasil dari suatu
interaksi terus-menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling
mencintai serta memberi keduanya ikatan emosional dan saling
membutuhkan. Proses ikatan batin antara ibu dan bayinya ini diawali
dengan kasih sayang terhadap bayi yang dikandung, dan dapat dimulai
sejak kehamilan. Ikatan bayi dan orang tuanya berkaitan erat dengan
pertumbuhanb psikologi yang sehat dan tumbuh kembang bayi. Tahap-
tahap Bonding Attachment bayi dan orang tua anatara lain sebagai berikut.
1. Sentuhan (Touch)
Ibu memulai dengan sebuah ujung jarinya untuk memeriksa bagian
kepala dan ekstremitas bayinya. Perabaan digunakan untuk membelai
tubuh dan mungkin bayi akan dipeluk oleh ibunya. Gerakan dilanjutkan
sebagai usaha lembut untuk menenangkan bayi. Bayi akan merapat
pada payudara ibu, menggenggam satu jari atau seuntai rambut, dan
terjadilah ikatan antara keduanya.
2. Kontak mata (Eye to Eye Contact)
Pada bayi baru lahir, satu jam, setelah kelahiran pada jarak 20-25 cm ia
dapat memutuskan perhatian pada suatu objek. Jika orang tua dan bayi
dapat mempertahankan kontak mata dengan baik, mereka akan merasa
lebih dekat dan tercipta suatu komunikasi kasih sayang antara
keduanya.

3. Bau badan (odor)


Indra penciuman pada bayi baru lahir sudah berkembang dengan baik
dan masih memainkan peran dalam nalurinya untuk mempertahankan
hidup. Ibu mengetahui bahwa setiap anak memiliki arima yang unik.
Sementara bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu
ibunya.
4. Kehangatan tubuh (Body Warm)

3
Jika dalam kondisi fisiologis, segera setelah persalinan ibu dapat
langsung meletakkan bayinya diatas perut ibu, baik setelah tahap kedua
dari proses melahirkan atau sebelum tali pusat dipotong. Kontak yang
segera ini memberi banyak manfaat baik bagi ibu maupun si bayi yaitu
terjadinya kontak kulit yang membantu agar bayi tetap hangat.
5. Suara (Voice)
Saling mendengar dan merespon suara antara orang tua dan bayinya
akan bayinya akan memberikan rasa tenang. Orang tua menanti-nanti
tangisan pertama bayinya, saat bayi lahir dengan tangisan yang keras
membuat ibu tenang pertanda bayi lahir sehat.
6. Gaya bahasa
Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan
orang dewasa. Dengan demikian, terdapat salah satu yang akan lebih
banyak dibawanya dalam memulai berbicara (gaya bahasa). Selain itu
juga mengisyaratkan umpan balik positif bagi orang tua dan
membentuk komunikasi yang efektif. Gaya bahasa terjadi saat anak
mulai bicara. Irama ini berfungsi member umpan balik positif kepada
orangtua dan menegakkan suatu pola komunikasi yang efektif.
7. Irama kehidupan
Janin dalam rahim dapat dikatakan menyesuaikan dengan irama
alamiah ibunya seperti halnya denyut jantung. Salah satu tugas bayi
setelah lahir adalah menyesuaikan irama dirinya sendiri. Orang tua
dapat membantu proses ini dengan memberikan perawatan penuh kasih
sayang secara konsisten dan dengan menggunakan tanda keadaan
bahaya bayi untuk mengembangkan respons bayi dan interaksi sosial
serta kesempatan untuk belajar.
Keuntungan Bounding Attachment
1. Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, dan menumbuhkan
sikap sosial.
2. Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi.
Hambatan Bounding Attachment
1. Kurangnya support system.
2. Ibu dengan resiko medis (ibu sakit).
3. Bayi dengan resiko (bayi premature, bayi sakit, bayi dengan cacat
fisik).
4. Kehadiran bayi yang tidak diinginkan. (Marliandiana, Yefi dkk. 2015)

4
1.1.2. Respon Ayah dan Keluarga Terhadap Ibu dan BBL
Respons terhadap bayi baru lahir berbeda antara ayah yang satu
dengan yang lain, bisa positif atau bahkan negative. Masalah lain juga
dapat berpengaruh, misalnya masalah pada jumlah anak, keadaan
ekonomi, dan lain-lain.
1. Respons positif
a. Ayah bersama keluarga menyambut kelahiran bayinya dengan
sukacita karena bayi sebagai anggota baru dalam keluarga, dianggap
sebagai anugrah yang sangat menyenangkan.
b. Ayah bertambah giat bekerja untuk mencari nafkah,memenuhi
kebutuhan bayi dan keluarga.
c. Ayah bersama sama keluarga melibatkan diri dalam perawatan bayi.
d. Perasaan bertambah sayang kepada ibu yang telah melahirkan anak
yang sangat diidam-idamkan.
2. Respons negative
a. Kecewa, karena jenis kelamin bayi tidak sesuai yang diharapkan.
b. Kelahiran bayi tidak diharapkan karena kegagalan program KB.
c. Kecemburuan saudara terhadap bayi yang baru dilahirkan, karena
perhatian ibu yang berlebihan terhadap bayi.
d. Kesehatan kurang diperhatikan karena kondisi ekonomi yang
kurang.
e. Rasa malu baik bagi ibu dan keluarga karena anak lahir cacat.
f. Anak yang dilahirkan merupakan hasil hubungan diluar pernikahan
yang sah, sehingga menimbulkan rasa malu dan aib bagi keluarga.
Perilaku orangtua yang dapat mempengaruhi ikatan kasih sayang
antara orang tua terhadap bayi baru lahir, terbagi menjadi dua, antara lain
sebagai berikut.
1. Perilaku mendukung ikatan kasih sayang
a. Menemukan cirri khas dan kelebihan anak yang dapat dibanggakan
orangtua.
b. Melakukan kontak fisik dengan anak. Missal mengelus kepalanya
berbicara dengan melihat anak.
c. Menjaga komunikasi dengan anak. Dengarkan ungkapan anak,
berbicara dengan suara rendah / tidak membentak, bahasa mudah
dipahami anak.
d. Apapun kondisi anak, orangtua harus menunjukkan bahwa ia adalah
kebanggan orangtuanya.
e. Memahami perilaku anak dan memenuhi kebutuhan anak.

5
2. Perilaku yang menghambat ikatan kasih sayang
a. Menjauhi anak, tidak memedulikan kehadiran anak .
b. Tidak menempatkan anak sebagai anggota keluarga yang lain, tidak
memberikan nama pada anak.
c. Menganggap anak sebagai sesuatu yang tidak disukai.
d. Tidak / menghindari menyentuh anaknya.
e. Terburu-buru dalam menyusui.
f. Menunjukkan kekecewaan pada anak dan tidak memenuhi
kebutuhannya.
Respons orangtua terhadap bayinya dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu
sebagai berikut.
1. Faktor internal
Faktor internal yaitu genetika, kebudayaan yang mereka paktikkan dan
menginternalisaaikan dalam diri mereka, moral dan nilai, kehamilan
sebelumnya, pengalaman yang terkait, pengidentifikasian yang telah
mereka lakukan selama kehamilan (mengidentifikasikan diri mereka
sendiri sebagai orangtua, keinginan menjadi orangtua yang telah
diimpikan serta efek pelatihan selama kehamilan).
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal yaitu perhatian yang diterima selama hamil,
melahirkan dan setelah persalinan, sikap dan perilaku pengunjung,
apakah bayinya terpisah dari orangtua selama satu jam pertama, serta
hari-hari dalam kehidupannya.
1.1.3. Sibling Rivaly
Istilah sibling rivalry menggambarkan suatu keadaan terjadinya
kompetisi atau persaingan antarsaudara kandung untuk mendapatkan cinta
kasih, afeksi, dan perhatian dari satu atau kedua orang tuanya. Persaingan
seringkali terjadi pada anak-anak usia antara 5-11 tahun. Meskipun sibling
rivalry mempunyai pengertian yang negative tetapi ada segi positifnya,
antara lain sebagai berikut.
1. Mendorong anak untuk mengatasi perbedaan dengan mengembangkan
beberapa keterampilan penting, diantaranya adalah bagaimana
menghargai nilai dan perspektif (pandangan) orang lain.
2. Cara cepat untuk berkompromi dan bernegoisasi.
3. Mengontrol (mencegah) dorongan untuk bertindak agresif.
Oleh karena itu, orang tua harus dapat menjadi fasilisator agar segi
positif tersebut dapat dicapai. Peran orangtua dalam mempersiapkan

6
kehadiran anggota keluarga baru pada saudaranya antara lain sebagai
berikut.
1. Memperlihatkan cinta dan perhatian orangtua dan keluarga terhadap
anak yang lebih tua tidak berubah walaupun akan ada kehadiran bayi.
2. Doronglah anak untuk dalam kehamilan ibu, dengan membiarkan
anak merasakan bayi menendang dan menjelaskan kepadanya apa yang
terjadi di dalam perut ibunya.
3. Perlihatkan kepada anak foto bayi didalam rahim / hasil USG dan
bukalah buku mengenai bayi bersama-sama untuk mendorong
munculnya pemahaman si anak mengenai kehadiran adik/ bayi.
Jika terjadi sibling rivalry, yang dapat dilakukan orangtua untuk
mengatasi ssibling rivaly, antara lain sebagai berikut.
1. Tidak membandingkan antara anak satu dengan saudaranya yang lain.
Setiap pribadi anak mempunyai sifat yang unik.
2. Membiarkan anak menjadi diri pribadi mereka sendiri.
3. Menyukai bakat dan keberhasilan masing masing anak, tidak
membandingkan bakat dan prestasi anak.
4. Membuat anak-anak mampu bekerja sama daripada bersaing antara
satuu sama lain. Jika ank-anak merebutkan benda yang sama, orang tua
harus dapat memberikan teknik pengajaran agar keduanya dapat
menggunakan secara bergantian, secara adil, dan menggembirakan.
5. Memberikan perhatian yang sama atau tidak memihak ketika konflik
biasa terjadi. Orang tua tidak boleh menyalahkan salah, tetapi keduanya
dihargai, seakan-akan sama benar, cara memberikan nasihat bahwa satu
itu salah adalah dengan contoh-contoh, tetapi tidak langsung saat itu.
6. Mengajarkan anak-anak dengan cara- cara positif untuk mendapatkan
perhatian dari satu sama lain.
7. Bersikap adil, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan anak. Dengan
demikian, adil bagi anak satu dengan yang lain berbeda.
8. Merencanakan kegiatan keluarga yang menyenangkan bagi semua
anggota keluarga.
9. Meyakinkan setiap anak mendapatkan waktu yang cukup dan
kebebasan mereka sendiri.
10. Orangtua tidak perlu langsung campur tangan kecuali saat tanda-tanda
akan terjadi kekerasan fisik.

7
11. Orang tua dalam memisahkan anak-anak dari konflik tidak
menyalahkan satu sama lain.dengan member kesempatan setiap anak
mengungkakan apa saja yang dirasakan tentang saudaranya, dan
membawa anak mengendalikan emosinya, serta diarahkan ke teknik
persahabatan.
12. Jangan member tuduhan tertentu tentang negatifnya sifat anak, hal ini
bisa memperdalam sibling rivalry. Tidak memberikan cap pada anak
tentang kekurangannya atau kelebihannya daripada anak lain.
13. Kesabaran dan keuletan serta contoh-contoh yang baik dari perilaku
orangtua sehari-hari adalah cara mendidik anak untuk menghindari
sibling rivalry yang paling bagus.
Peran bidan dalam mengatasi sibling rivalry, antara lain sebagai berikut.
1. Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayi dalam
jam pertama pascakelahiran.
2. Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan
respons positif tentang bayinya, baik melalui sikap maupun ucapan dan
tindakan.

1.2. Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas


1.2.1. Adaptasi Psikologis Ibu Nifas
Proses persalinan dan lahirnya bayi memberikan arti dan makna
yang sangat besar bagi seorang ibu. Bahkan sering kali dapat mengubah
sikap dan psikologis orangtua.
Meskipun fisik ibu nifas secara bertahap mengalami pemulihan,
secara emosional ibu nifas belum pulih. Minggu pertama merupakqn
masa rentan, masih terdapat rasa gembira berganti depresi atau berubah-
ubah di antara keduanya. Perasaan tidak mampu menjadi ibu, merawat
bayi, terutama jika ibu menyusui dan bertambah atau menurunnya minat
terhadap seks. Timbulnya gejala-gejala psikologis tersebut dipengaruhi
oleh:
1. Jenis persalinan yang ibu alami,
2. Dukungan dari lingkungan sekitar,

8
3. Bertambahnya tugas dan tanggung jawab ibu dengan adanya
kehadiran bayi.
Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa
nifas, antara lain sebagai berikut.
1. Memahami fungsi menjadi orang tua.
2. Adanya respons dan dukungan dari kekuarga.
3. Riwayat dan pengalaman kehamilan serta persalinan sebelumnya.
4. Harapan, keinginan dan aspirasi saat hamil dan melahirkan.
Teori Revarubin (1963) menjelaskan bahwa, "Seorang ibu yang
baru melahirkan mengalami adaptasi psikologis pada masa nifas dengan
melalui tiga fase penyesuaian ibu (perilaku ibu) terhadap perannya
sebagai ibu". Tiga fase adaptasi psikologis iby nifas dapat dipaparkan
sebagai berikut.
1. Fase taking in
Hari pertama sampai kedua setelah persalinan ibu masih
merasakan lelah karena proses persalinan yang dilaluinya, terkesan
pasif terhadap bayi dan lingkungan sekitar. Ibu masih merasakan nyeri
pada jalan lahir, rasa mulas akibat proses involusi, dan kurang tidur.
Kebitihan ibu nifas yang wajib diperhatikan pada fase ini adalah
terpenuhinya kebutuhan asupan nutrisi, dan istirahat. Dukungan
keluarga dan petugas kesehatan dalam mendampingi dan membatu ibu
melewati fase ini sangat diharapkan agar ibu tidak mengalami
gangguan psikologis seperti rasa bersalah karena belum mampu
merawat bayinya, belum bisa menyusui karena ASI belum keluar, dan
kecewa terhadap jenis kelamin yang tidak sesuai harapan.

2. Fase taking hold


Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu
merasa khawatir akan ketidakmampuan dan sudah mulai ada rasa
tanggungjawab dalam perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif
sehingga mudah tersinggung. Perhatian terhadap kemampuan

9
mengatasi fungsi tubuhnya misal kelancaran buang air besar. Hal yang
perlu diperhatikan adalah komunikasi yang baik, dukungan, dan
pemberian penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang perawatan diri
dan bayinya.
Tugas petugas kesehatan antara lain mengajarkan cara perawattan
bayi, cara menyusui yang benar, cara peraeatan luka jahitan, senam
nifas, pendidikan kesehatan gizi, istirahat, kebersihan diri, dan lain-
lain.
3. Fase letting go
Fase ini merupakan fase menerima tanggunh jawab akan peran
barunya. Fase ini berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan/ibu
sudah kembali di rumah. Ibu sudah mulai daoat menyesuaikan diri
dengan ketergantungan bayinya.Terjadi peningkatan akan oerawatan
diri dan bayinya. Ibu merasa lebih percaya diri akan peran barunya,
lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya.
Terjadi penyesuaian dalam hubungan keluarga untuk
mengobservasi bayi, hubungan antarpasangan memerlukan
penyesuaian dengan kehadiran anggota baru (bayi). Dukungan suami
dan keluarga dalam merawat bayi sangat membantu ibu, sehingga
kebutuhan akan istirahat tetap teroenuhi untuk menjaga kondisi
fisiknya.
Hal-hal yang harus dipenuhi selama masa nifas antara lain sebagai
berikut.
1. Fisik berupa istirahat, asupan gizi dan lingkungan bersih.
2. Psikologi berupa dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar
sangat diperlukan.
3. Sosial berupa perhatian, rasa kasih sayang, menghibur ibu saat
sedih dan menemani saat ibu merasa kesepian.
4. Psikososial berupa hubungan yang baik dan diterima oleh
lingkungan sekitar tempat ibu tinggal.

10
Faktor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa
menjadi orang tua pada masa nifas, antara lain sebagai berikut.
1. Respons serta dukungan keluarga dan teman
Ibu yang baru pertama melahirkan akan sangat membutuhkan
dukungan orang-orang terdekatnya karena ia belum sepenuhnya
berada pada kondisi stabil baok fisik maupun psikologis. Ia masih
sangat asing dengan perubahan peran barunya yang begitu
fantastis, yaitu peran sebagai ibu. Dengan respons posigif dari
lingkungannya, akanempercepat proses adaptasi peran ini sehingga
akan mempercepat proses adaptasi peran ini sehingga akan
memudahkan bagi bidan untuk memberikan asuhan.
2. Hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan
aspirasi
Pengalaman ketika ibu berjuag melahirkan akan sangat
mewarnai alam perasaannya. Seorang wanita akhirnya menjadi
tahu bahwa begitu beratnya ia harus berjuang untuk mlahirkan
bayinya. Hal tersebut akan memperkaya pengalaman hidupnya
untuk lebih dewasa terhadap perannya sebagai ibu.
3. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak sebelumnya
Meskipun kali ini bukqnlah pengalaman yang pertama
melahirkan bayinya, namun ibu tetap membutuhkan dukungan
positif dati lingkungannya, tidak berbeda dengan ibubyang
melahirkan anak pertama. Hanya perbedaannya adalah teknik
penyampaian dukungan yang diberikan lebih kepada support dan
apresiasi dari keberhasilannya dalam melewati saat-saat sulit pada
persalinan yang lalu.
4. Pengaruh budaya dan adat istiadat
Budaya yang dianut keluarga dan lingkungan sekitarnya
secara tidak langsung akan mempengaruhi perilaku ibu dalam
melewati masa transisi ini. Apalagi jika ada yang bertentangan
antara arahan dari tenaga kesehatan dengan budaya dan adat

11
istiadat yang dianut. Bidan harus bisa bersikap bijaksana dalam
menyikapi hal ini, namun tidak mengurangi kualitas asuhan yang
wajib diberikan. Peran keluarga dari awal dalam menentukan
bentuk asuhan dan perawatan yang harus diberikan pada ibu dan
bayi akan memudahkan bidan dalam memberikan asuhan.
(Marliandiana, Yefi dkk. 2015)
1.2.2. Post Partum Blues
Sering kali ibu postpartum mengalami perasaan sedih yang
berkaitan dengan bayinya ataupun dengan dirinya sendiri. Keadaan ini
disebut dengan postpartum blues atau baby blues, yang disebaboan oleh
perubahan perasaa yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima
khadiran bayinya. Perubahan perasaan ini merupakan respons alami
terhadap rasa lelah yang dirasakan. Selain itu juga, karena perubahan
fisik dan emosional selama beberapa bulan kehamilan. Disini hormon
memainkan peranan utama dalam hal bagimana ibu bereaksi terhadap
situasi yang berbeda. Gejala yang sering muncul, antara lain sebagai
berikut.
1. Menagis, cemas
2. Mengalami perubahan perasaan
3. Tidak mau makan
4. Perasaan lebih sensitif dan mudah tersinggung
5. Khawatir yang berlebihan mengenai bayinya
6. Penurunan gairah seks dan kurang percaya diri terhadap kemampuan
menjadi seorang ibu
Postpartum blues dapat terjadi sementara waktu, sejak hari pertaa
postpartum dan berlangsung kurang lebih dua minggu. Belum ada
analisis pasti terjadinya postpartum blues, beberapa faktor yang diduga
sebagaipencetus postpartum blues antara lai sebagai berikut.
1. Sensitivitas ibu tethadap oeribahan hormonal dianggap hanya
sebagian faktor pencetus. Pada ibi nifas kadat estrogen menurun
setelah persalinan. Estrogen memiliki efek menyupresi aktivitas

12
enzim monoaminaoksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja
menginaktivasi noradrenalin dan serotonin yang berperaan dalam
oerunhan suasana hati (mood).
2. Keluhan secara fisik seperti rasa mulas karena proses pengeluaran
lokia, nyeri pada jalan lahir terutama jika ada luka jahitan, pagudara
bengkak akibat produsi ASI dan kebutihan istirahat tidur yang kurang
dapat memicu gangguan secara psikologis.
3. Faktor individu ibu sendiri seperti status perkawinan, kehailan
diharapkan atau tidak, pendidikan, sosial ekonomi dan riwayat
kesehatan kejiwaan sebelumnya. Stres pada saat masa nifas akibat
ASI tidak keluar, bayi rewel, tidak mau tidur, bayi sakit dan lain-lain.
4. Kematangan dan kesiapan mental ibu dalam menghadapi perubahan
fisik dan peran barunya sebagai ibu (primipara) atau bertambahnya
anggota baru sehingga tanggung jawab bertambah (multipara).
5. Riwayat kehamilan dan proses persalinan yang dialaminya (mudah
atau sulit, normal atau SC).
6. Kurangnya dukungan suami dan keluarga secara nyata dalam
membantu ibu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
7. Problem keluarga dan lingkungan sekitar, misalkan faktor ekonomi
yang tidak mencukupi, konflik dengan mertua atau orang lain.
Postpartum blues sebenarnya hanya bersifat sementara dan tidak
akan berbahaya jika psikologis ibu dipersiapkan dengan baik, misalnya
dengan cara sebagai berikut.
1. Menyiapkan mental ibu sebelumnya denganbmemberikan konseling
dan memberikan referensi bacaan tentang kehamilan, persalinan, masa
nifas, tugas dan tanggung jawab sebagai ibu sehingga ibu lebih siap
saat menjalankan perannya.
2. Menjaga komukasi positif antara ibu dan keluarga jika perlu dengan
petugas kesehatan sehingga ibu lebih terbuka terhadap permasalahan
yang dirasakan.

13
3. Menyadari bahwa bayi baru lahir sangat bergantung pada ibunya,
sehingga ibu bersikap tulus dalam melaksanakan peran barunya.
4. Belajar bersikap tenang dan fleksibel terhadap berbagai masalah yang
dihadapi dalam mengurus bayi serta melaksanakan tanggung jawab
sebagai ibu rumah tangga.
5. Mengatur waktu sebaik mungkin sehingga tugas sebagai ibu
terlaksana namu kebutuhan istirahat terpenuhi.
6. Bicarakan dengan suami dan keluarga untuk membantu ibu dalam
mengerjakan pekerjaan rumah serta berbagai tugas dalam merawat
bayi.
7. Luangkan waktu beberapa menit untuk berolahraga ringan agar
peredaran darah lancar sehingga ibu lebih sehat.
Jika postparum blues tidak berhasil tertangani kondisi ini dapat
meningkat menjadi depresi postpartum yang merupakan variasi gangguan
emosional pascapersalinan. Dapat terjadi dua minggu setelah persalinan,
berlangsung terus-menerus bahkan sampai satu tahun kedepan. Berikut
ini gejala-gejala depresi postpartum, antara lain sebagai berikut.
1. Sulit tidur, bahkan ketika bayi sudah tidur.
2. Nafsu makan berkurang dan hilang.
3. Perasaan tidak berdaya atau kehilangan kontrol.
4. Terlalu cemas atau tidak perhatian sama sekali pada bayi.
5. Tidak menyukai atau takut menyentuh bayi.
6. Pikiran yang menakutkan mengenai bayi.
7. Sedikit atau tidak ada perhatian terhadap penampilan pribadi.
8. Gejala fisik seprtu banyak wanita sulit bernafas atau perasaan
berdebar-debar.
Keluarga dan lingkungan sangat besar peranannya dalam
meminimalkan risikp terjadinya depresi postpartum dengan cara sebagai
berikut.
1. Penuhi kebutuhan istirahat ibu. Jika kunjungan kerabat ternyata
menggangu watu istirahat, buat batasan waktu kunjungan.

14
2. Membantu dan mendampingi ibu dalam merawat bayi, sehingga ibu
lebih percaya diri dalam merawat bayi.
3. Jangan biarkan ibu melamun sendirian, ajaklah berdiskusi tentang apa
yang ia kawatirkan atau seputar perawatan bayi.
4. Beri kesempatan ibu untuk rileksasi, melakukan aktifitas yang
diinginkan seprti mandi lulur, spa, atau berkumpul dengan teman
sesama ibu agar ibu tidak bosan.
5. Usahakan ibu tetap beraktifitas seperti melakukan pekerjaan rumah
tangga yang ringan seperti menyapu dan memasak.
6. Gizi yang cukup membantu proses pemulihan kondisi ibu postpartum.
7. Sesekali bersantailah dengan suami setelah waktu menyusui.
1.2.3. Depresi
Post partum blues sering juga disebut sebagai maternity blues
atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan
yang sering tampak dalam minggu pertama pascapersalinan. Atau
merupakan kesedihan atau kemurungan pascapersalinan, yang biasanya
hanya muncul sementara waktu yakni sekitar 2 hari - 2 minggu sejak
kelahiran bayi. Disebabkan oleh perubahan perasaan yang dialami ibu
saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran bayinya. Perubahan
perasaan ini merupakan respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan.
Selain itu, juga karena semua perubahan fisik dan emosional selama
beberapa bulan kehamilan. Gejala-gejalanya sebagai berikut:
1. Cemas tanpa sebab
2. Menangis tanpa sebab
3. Tidak sabar
4. Tidak percaya diri
5. Sensitif mudah tersinggung
6. Merasa kurang menyayangi bayinya
Penyebabnya :
1. Kekecewaan emosional (hamil, salin)
2. Rasa sakit pada masa nifas awal.
3. Kelelahan, kurang tidur
4. Cemas terhadap kemampuan merawat bayi

15
5. Takut menarik lagi bagi suami.
Banyak faktor yang dianggap mendukung pada sindroma ini, yaitu :
1. Faktor hormonal yang terlalu rendah
2. Faktor demografik yaitu umur dan parietas.
3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan
4. Latar belakang psikososial yang bersangkutan
Depresi postpartum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari
setelah melahirkan dan berlangsung selama 30 hari, dapat terjadi
kapanpun bahkan sampai 1 tahun kedepan. Pitt (1988) dalam Pitt (Regina
dkk,2001) depresi post partum adalah depresi yang bervariasi dari hari
kehari dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu
makan dan kehilangan libido. Llewelly-jones (1994) menyatakan wanita
yang didiagnosa mengalami depresi 3 bulan pertama setelah persalinan,
wanita stersebut secara sosial dan emosional merasa terasingkan atau
mudah tegang dalam setiap kejadian hidupnya.
Depresi pasca persalinan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu: Faktor biologis dijelaskan bahwa depresi postpartum sebagai
akibat kadar hormon seperti estrogen, progesteron dan prolaktin yang
terlalu tinggi atau terlalu rendah dalam masa nifas atau mungkin
perubahan hormon tersebut terlalu cepat atau terlalu lambat.
Karakteristik ibu yang meliputi :
a. Faktor umur. Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang
tepat bagi seorang perempuan untuk melahirkan pada usia antara 20-
30 tahun, dan hal ini mendukung masalah periode yang optimal bagi
perawatan bayi oleh seorang ibu. Faktor usia perempuan yang
bersangkutan saat kehamilan dan persalinan seringkali dikaitkan
dengan kesiapan mental perempuan tersebut untuk menjadi seorang
ibu.
b. Faktor pengalaman. Depresi pasca persalinan ini lebih banyak
ditemukan pada primipara, mengingat bahwa peran seorang ibu dan

16
segala yang berkaitan dengan bayinya merupakan situasi yang sama
sekali baru bagi dirinya dan dapat menimbulkan stres.
c. Faktor pendidikan. Perempuan yang berpendidikan tinggi,
menghadapi tekanan sosial dan konflik peran, antara tuntutan
sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja atau
melakukan aktifitasnya diluar rumah dengan peran mereka sebagai
ibu rumah tangga dan orang tua dari anak-anak mereka.
d. Faktor selama proses persalinan. Hal ini mencakup lamanya
persalinan, serta intervensi medis yang digunakan selama proses
pesalinan. Diduga semakin besar trauma fisik yang ditimbulkan pada
saat persalinan maka akan semakin besar pula trauma psikis yang
muncul dan kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan
menghadapi depresi pasca persalinan.
e. Faktor dukungan sosial. Banyaknya kerabat yang membantu pada
saat kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan, beban seorang ibu
karena kehamilannya sedikit banyak berkurang.
Gejala depresi seringkali timbul dengan gejala kecemasan.
Manivestasi dari kedua gangguan ini lebih lanjut sering timbul sebagai
keluhan umum seperti sukar tidur, merasa bersalah, kelelahan, sukar
konsentrasi, hingga pikiran mau bunuh bdiri. Keluhan dan gejala depresi
postpartum tidak berbeda dengan yang terdapat pada kelainan depresi
lainnya. Hal yang terutama mengkhawatirkan pikiran-pikiran ingin
bunuh diri, paham-paham paranoid dan ancaman-ancaman kekerasan
terhadap anak-anaknya. Tetapi dibandingkan dengan depresi yang umum,
depresi postpartum mempunyai karakteristik yang spesifik antara lain
mimpi buruk, insomnia, fobia, kecemasan, meningkatnya sensifitas, dan
perubahan mood. (Hilyatulhuzna, Azizah. 2015)
1.2.4. Kesedihan dan Dukacita
Perasaan sedih dan berdukla dapat dialami oleh siapapun ketika
seseorang kehilangan atau terpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada,

17
atau dapat dimaknai sebagai perubahan dalam hidup. Kesedihan dan
berduka pada ibu nifas sering kali kita jumpai sebgai hal berikut.
1. Kemurungan masa nifas.
Kemurungan masa nifas normal terjadi dan disebabkan oleh
perubahan dalam tubuh seseorang wanita selama kehamilan serta
perubahan dalam pola kehidupan setelah bayi lahir. Seorang ibu lebih
beresiko mengalami kemurungan pacasalinan, karema ibu sering kali
mempunyai masalah dalam menyusui bayinya. Kemurungan pada
masa nifas merupakan hal yang umum , dan bahwa perasaan-perasaan
demikian biasanya hilang sendiri dalam dua minggu sesudah
melahirkan.
a. Tanda-tanda dan gejalanya yaitu sangat emosional, sedih, khawatur,
mudah tersinggung, cemas, merasa hilang semangat, mudah marah,
sedih tanoa ada sebabya, menangis berulang kali.
b. Etiologi, berbagai perubahan yang terjadi dalam tubuh wanita
selama kehamilan dan perubahan dalam pola hidupnya sesudah
mempunyai bayi. Perubahan hormonal yang cepat sementara tubuh
kembali pada keadaan tidak hamil dan sementara proses menyisui
telah terjadi. Adanya perasaan kehilangan secara fisik sesudah
melahirkan yang menjurus pada suatu perasaan sedih. Kemurungan
dapat menjadi semakin parah oleh adanya ketidaknyamanan
jasmani, rasa letih, stres, atau kecemasan yang tidak diharapkan
karena adanya ketegangan dalam keluarga atau adanya cara
penanganan yang tidak peka oleh para petugas.
c. Penatalaksanaan secara tradisional dan secar kebidanan (yang
mengkin saja sama) bila da kemurungan masa nifas. Anjurkan ibu
utuk berdiskusi dengan keluarga/bidan apa yang dirasakannya.
Apabila lebih parah pastikan ada yang menemani ibu dan bayinya
selama beberapa hari atau minggu. Gunakan obat-obatan jika
keluhan sangat menggangu. Berikan pada ibu kesempatan luas
untuk bertanya, diskusikan apa yang terjadi selama proses
persalinan, dan biarkan ibu mengungkapkan apa yang

18
dirisaukannya. Doronglah seorang wanita lain didalam keluarga
untuk membantu merawat ibu dan bayi dengan baik. Biarkan bayi
bersama ibunya. Berikan dukungan dan dorongan pada ibu untuk
merawat bayinya., namun ibu jangan melakukan sendiri perawatan
tersebut, jika ibu yang berisiko tinggi dan mempunyai reaksi
psikologis lebih parah daripada kemurungan masa nifas, misalkan
ibu yang sebelumnya pernah mengalami depresi atau btekanan
jiwa, ibu yang rasa percaya dirinya (harkatnya) rendah, ibu yang
tidak memounyai jaringan dukungan, ibu yang bayinya meninggal,
atau menyandang masalah.
2. Tanda-tanda dan gejala ibu yang mengalami atau mempunyai reaksi
psikologis yang lebih parah daripada kemurungan masa nifas.
Tidak bisa tidur, tidak nafsu makan, merasa bahwa ia tidak dapat
merawat dirinya sendiri dan bayinya, berfikir untuk mencederai dirinya
sendiri dan bayinya, seolah mendengar suara-suara atau tidak dapat
berpikir secara jernih, perilaku aneh, kehilangan sentuhan atau hubungan
dengan kenyataan, adanya halusinasi atau khayalan menyangkal bahwa
bayi yang dilahirkan adalah anaknya.
Penatalaksanaan:
Banyak perempuyan dibawah depresi yang tidak menanggapi atau
dipengaruhi oleh dorongan atau bujukan dan dukungan fisik yang
diberikan oleh bidan atau anggota keluarganya. Apabila seorang ibuk
tidak bereaksi positif terhadap dorongan atau dukungan yang diberikan
atauu ia tetap menunjukkan perilaku yang aneh (mendengar suara-suara,
berada diluar kenyataan, berhalusinasi atau berkhayal, menolak bayinya)
atau bila ibu berfikir untuk mencederai dirinya sendiri bahkan bayinya,
ibu harus dirujuk kepada seorang ahli yang mampu menangani masalah
psikologis. Ibu mungkin memerlukan pengobatan khusus untuk
membantu mengatasi keadaanya.
3. Berduka dan kehilangan pada ibu nifas dapat berupa Sudden Infant
Death Syndrome (SIDS), yaitu kematian bayi saat bayi berumur satu
bulan sampai satu tahun yang disebabkan oleh penyakit jantung kelainan
metabolisme, infeksi, dan lain-lain. Dalam hal ini ibu sangat

19
membutuhkan pendamping , motivasi dari suami, keluarga, dan petugas
kesehatan. (Saleha, Sitti. 2009)

BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Konsep tentang respon orang tua terhadap bayi baru lahir
a. Bounding Attachment
Bonding Attachment adalah suatu ikatan yang terjadi diantara orang tua
dan bayi baru lahir, yaitu meliputi pemberian kasih sayang dan
pencurahan perhatian pada menit-menit pertama sampai beberapa jam
setelah kelahiran bayi.
b. Respon ayah dan keluarga terhadap ibu dan bbl

20
Respons terhadap bayi baru lahir berbeda antara ayah yang satu dengan
yang lain, bisa positif atau bahkan negative.
c. Sibling rivaly
Istilah sibling rivalry menggambarkan suatu keadaan terjadinya
kompetisi atau persaingan antarsaudara kandung untuk mendapatkan
cinta kasih, afeksi, dan perhatian dari satu atau kedua orang tuanya.
2. Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas
Proses persalinan dan lahirnya bayi memberikan arti dan makna yang sangat
besar bagi seorang ibu. Bahkan sering kali dapat mengubah sikap dan
psikologis orangtua.
- Fase taking in
Hari pertama sampai kedua setelah persalinan ibu masih merasakan lelah
karena proses persalinan yang dilaluinya, terkesan pasif terhadap bayi
dan lingkungan sekitar.
- Fase taking hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa
khawatir akan ketidakmampuan dan sudah mulai ada rasa tanggungjawab
dalam perawatan bayinya.
- Fase letting go
Fase ini merupakan fase menerima tanggunh jawab akan peran barunya.
Fase ini berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan/ibu sudah kembali
di rumah.
Post Partum Blues
Sering kali ibu postpartum mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan
bayinya ataupun dengan dirinya sendiri.
Depresi
Post partum blues sering juga disebut sebagai maternity blues atau baby blues
dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak
dalam minggu pertama pascapersalinan.
Kesedihan dan Dukacita
Perasaan sedih dan berdukla dapat dialami oleh siapapun ketika seseorang
kehilangan atau terpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, atau dapat

21
dimaknai sebagai perubahan dalam hidup.

3.2 Saran
Demikianlah isi makalah yang dapat kami buat, semoga makalah ini
dapat bermanfaat dan dapat kita terapkan di kehidupan kita sehari-hari. Serta
apabila ada kesalahan dalam pengetikan maupun isi makalah ini, kami sangat
membutuhkan kritik dan saran yang dapat membangun untuk menyempurnakan
makalah ini. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Hilyatulhuzna, Azizah. 2015. Proses Adaptasi Psikologi Ibu. http://googleweblight.com.


Pdf. Diunduh 27 November 2017.

Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Marliandiana, Yefi dkk. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas dan
menyusui. Jakarta: Salemba Medika

22

Anda mungkin juga menyukai