Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1. Sebutkan dan jelaskan siklus kebijakan dengan bahasa sendiri! Berikan nilai keyakinan
terhadap yang anda tulis (skala 1-10)
- Membuat agenda
Pada tahap ini kita melihat isu/ permasalahan apa yang dianggap penting untuk dibuatkan
kebijakan. Dari sekian banyak permasalahan dipilih satu permasalahan yang dianggap
paling strategis dan penting untuk segera diselesaikan
- Merumuskan pilihan kebijakan
Pada tahap ini dimunculkan berbagai macam alternatif solusi (dalam bentuk kebijakan)
dari permasalahan yang sedang dibahas
- Memilih kebijakan
Kita memilih satu kebijakan dari sekian banyak kebijakan sebagai alternatif
- Menerapkan kebijakan
Pada tahap ini kita menerapkan kebijakan yang sudah kita buat
- Mengevaluasi kebijakan
Kita melakukan evaluasi terhadap kebijakan yang telah kita pilih dan terapkan
Sebagai tambahan. Analisis kebijakan dilakukan disetiap titik dari siklus sedangkan
advokasi dilakukan di titik evaluasi sampai tahapan memilih kebijakan.
Mengenai penjelasan diatas, tingkat keyakinan saya 9
2. Pilih salah satu produk kebijakan bidang kesehatan dan analisislah kebijakan tersebut
dengan salah satu metode yang anda pilih!
Permenkes Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat)
ANALISI KEBIJAKAN
Kondisi Puskesmas
Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) telah melakukan survei kondisi Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Indonesia. Hasilnya pelayanan Puskesmas di
Indonesia khususnya Puskesmas di daerah masih jauh dari harapan para pasien.
Pelayanan kesehatan Puskesmas di beberapa daerah di Indonesia berdasarkan
pengamatan BPKN di antaranya penilaian antara persepsi dan harapan konsumen ada gap
yang jauh ungkap Anggota Komisi III BPKN Husna Zahir saat berdiskusi dengan media
di Kantor Kementerian Perdagangan Jalan Ridwan Rais Jakarta Pusat
Minimnya pelayanan kesehatan di Puskesmas seperti waktu tunggu yang lama, antrean
yang terlalu panjang, kapasitas dokter dan sarana prasarana kesehatan dinilai masih
cukup minim. BPKN melakukan riset di 15 Puskesmas di 15 Kabupaten\/Kota di
Indonesia.
"Terutama yang paling dirasakan adalah waktu menunggu yang cukup lama. Penuhnya
Puskesmas karena antrean yang terlalu panjang. Yang dirasakan pelayanan kenyamanan
dan. Masalah soal dokter di Puskesmas masih dipersoalkan di beberapa daerah yang agak
jauh dari kota besar. Ada beberapa persoalan keberadaan dokter dan tidak sesuai dengan
waktunya. Yang juga muncul adalah banyaknya tugas non medis menjadi tanggung
jawab dokter, tuturnya. Pengadaan sarana dan prasarana juga cukup minim. Ada
keterkaitan kesehatan dan obat-obatan yang terhubung kepada Pemda ini juga masih
sedikit. Kajian kemarin memperlihatkan konsumen tidak puas terhadap pelayanan
kesehatan. Obeservasi BPKN dilakukan di 15 Puskesmas di 15 Kabupaten\/kota seluruh
Indonesia"katanya
Untuk itu menjadi catatan terutama Kementerian Kesehatan untuk memberikan fasilitas
yang cukup baik bagi Puskesmas di seluruh Indonesia.\\\"Rekomendasi kami adalah
kalau kita bicara tentang Puskesmas ada syarat pelayanan minimalyang harus dilakukan
dan ini harus diinformasikan dan segera dilakukan perbaikan. Pemerataan pengadaan
dokter dan penyediaan sarana prasarana di Puskesmas menjadi rekomendasi utama
kepada kementerian teknis,\\\" cetusnya.
I.2. Jumlah Dokter Di Indonesia Jumlah dokter di Indonesia saat ini cukup untuk
mencukupi seluruh rakyat. Masalahnya, dokter-dokter itu berkumpul di sejumlah kota
dan provinsi tertentu. Dokter enggan ditempatkan di daerah pedalaman karena kurangnya
peralatan kesehatan.
Persebaran dokter tidak baik karena bertumpuk di Pulau Jawa ataupun kota-kota besar,
kata Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir di Jakarta,
pekan lalu.
Jika mengacu pada perhitungan beban kerja ideal dokter yang ditetapkan pemerintah,
rasio satu dokter untuk 2.500 penduduk terlampaui. Rasio itu dihitung berdasarkan
jumlah penduduk dengan asumsi 20 persennya sakit, luas wilayah, beban kerja, dan
waktu layanan.
Menurut data Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) per 9 Mei 2016, jumlah dokter 110.720
orang, artinya satu dokter melayani 2.270 penduduk. Kemristek dan Dikti ingin rasio
dokter Indonesia jadi satu dokter untuk 1.100 warga, seperti di Malaysia.
Sesuai data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), rasio dokter di Malaysia pada 2010
mencapai satu dokter untuk 835 penduduk. Di Singapura pada 2013, satu dokter untuk
513 penduduk.
Meski rasio dokter Indonesia sudah melampaui target, mereka umumnya terkumpul di
kota besar dan provinsi tertentu. Sebagai perbandingan, di DKI Jakarta, sebagai provinsi
dengan rasio dokter terbaik, satu dokter menangani 608 penduduk. Di Sulawesi Barat,
provinsi dengan rasio terburuk, satu dokter mengurusi 10.417 penduduk.
Meski demikian, rasio satu dokter untuk 2.500 penduduk itu tak bisa diterapkan secara
merata. Di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah, rasio dokter belum terpenuhi
akibat jumlah penduduk besar. Di Indonesia timur, standar itu sulit diterapkan akibat
wilayah luas, medan sulit, dan penduduk terpencar.
Soal di Indonesia bukan jumlah dokter kurang, tetapi sebaran tidak merata, kata Kepala
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Kementerian
Kesehatan Usman Sumantri, kemarin. Di sisi lain, dari 9.731 puskesmas yang ada, 5
persen tak punya dokter sama sekali. Sementara 9 persen puskesmas lain memiliki
dokter, tetapi tempat tinggal dokternya jauh dari puskesmas karena lokasi puskesmas
terpencil.
Meski pemerintah membuka berbagai program pemerataan dokter, nyatanya dokter yang
berminat ditempatkan di daerah tertentu amat kurang. Dokter terkonsentrasi di daerah
kaya atau daerah yang kepala daerahnya peduli kesehatan. Selain itu, dokter cenderung
memilih bekerja di daerah yang mampu memberikan insentif besar, memiliki sarana
memadai untuk menunjang profesi mereka, dan menawarkan jenjang karier yang jelas.
Usman menambahkan, tidak meratanya dokter terkait kemampuan fiskal dan komitmen
pemerintah daerah terhadap kesehatan. Sejak pelaksanaan otonomi daerah, penerimaan
dokter menjadi kewenangan pemerintah daerah. Tak ada sistem makro yang bisa
memaksa dokter menyebar ke daerah dengan insentif cukup, katanya.
1.4. Mengintip Layanan dan Fasilitas Puskesmas Kebon Jeruk yang Dipuji Pasien
Jakarta, Berbicara puskesmas sebagai fasilitas kesehatan dasar biasanya apa yang ada di
benak orang umum? Dibandingkan dengan citra rumah sakit, puskesmas cenderung
dilihat sebagai fasilitas yang peralatan atau layanannya serba minim. Namun demikian
anggapan tersebut sepertinya tak berlaku untuk Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk,
Jakarta Barat. Dalam beberapa tahun terakhir renovasi besar-besaran dilakukan dan kini
puskesmas tersebut memiliki pelayanan yang tak kalah bersaing dengan rumah sakit.
"Dua tahun yang lalu enggak ada taman kembang-kembang seperti ini. Nulis-nulis pakai
tangan terus nyari kartunya juga jadi lama. Sekarang petugas sama dokternya cepat pakai
komputer," kata salah satu pasien Misnawati (58) ketika ditemui di puskesmas,
Registrasi pasien yang tadinya masih pengarsipan manual kini sudah berubah hampir
seluruhnya menjadi dengan bantuan sistem elektronik. Pasien yang baru datang bisa
langsung ke panel yang telah disediakan untuk mengambil nomor antrean poli yang ingin
dituju.
Puskesmas menyediakan poli gigi, gizi, sanitasi, lansia, tuberkulosis (TB), umum,
kesehatan ibu dan anak (KIA), laboratorium, radiologi, unit gawat darurat, rawat inap,
dan masih banyak lagi. Selain itu untuk menjalankan fungsi promosi kesehatannya rutin
juga diadakan acara seperti senam lansia dan penyuluhan untuk masyarakat sekitar.
Menunjang layanan kesehatan tersedia juga WIFI, terminal pengisian baterai ponsel, dan
taman relaksasi yang bisa diakses oleh pasien secara gratis. "Udah bagus lah daripada
sebelumnya. Pelayanannya cepat ramah," pungkas pasien lainnya, Heni (35).
Jumlah Ketengaan
Dokter umum 167
Jumlah Penduduk 2776159
Rasio= 16.623 penduduk dilayani 1 dokter
I. GAMBARAN HARAPAN PUSKESMAS MASA DEPAN
Permasalahan utama:
1. Perilaku masyarakat yang tidak sehat (IPK)
2. Distribusi dokter tidak merata
3. Akses menuju puskesmas tidak mudah
4. Biaya tambahan yang harus dikeluarkan
5. Fasilitas yang kurang memadai
Dari sekian banyak faktor yang sangat berperan dalam kesehatan atau ilmu
Perilaku . Indonesia saat ini memiliki masalah utama adalah perilaku sehat
dimana perilaku itu sendiri dapat dipengaruhi beberapa faktor antara lain
Faktor penguat (reinforcing factor) Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan
perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama dan para petugas kesehatan. Termasuk juga
disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah
yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang
bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif serta dukungan fasilitas saja, melainkan
diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama dan para
petugas terlebih lagi petugas kesehatan. Di samping itu, undang-undang juga diperlukan
untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut.
Sehubungan dengan HDI dan IPKM, Dalam Permenkes yang saya pilih,
kebijakan lebih menitikberatkan pada tata ulang/ restrukturisasi dari Puskesmas.
Sejauh ini dari submber-sumber yang sudah saya baca, bahwa perilaku adalah
faktor utama. sehingga penguatan faktor promosi kesehatan harus lebih
diutamakan selain kuratif juga harus dipersiapkan secara matang