TINJAUAN PUSTAKA
1 . Pengertian
diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan
yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap
seseorang semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka
akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu (Dewi &
Wawan, 2010).
2 . Tingkat pengetahuan
a. Tahu (know)
8
9
b. Memahami (comprehension)
air tersebut.
c. Aplikasi (aplication)
diketahui tersebut pada situasi yang lain. Orang yang telah paham
d. Analisis (analysis)
komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.
e. Sintesis (synthesis)
dengan kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang pernah dibaca
dibaca.
f. Evaluasi (evaluation)
faktor, yaitu:
a. Pendidikan
hidup.
11
d. Lingkungan
e. Pengalaman
masa lalu.
f. Usia
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
4 . Kategori pengetahuan
a. Baik, bila subjek mampu menjawab dengan benar 76-100% dari seluruh
pernyataan.
b. Cukup, bila subjek mampu menjawab dengan benar 56-75% dari seluruh
pernyataan.
12
c. Kurang, bila subjek mampu menjawab dengan benar <55% dari seluruh
pernyataan.
1 . Definisi
seseorang terhadap stimulus atau obyek. Sikap itu tidak langsung dapat di
lihat, tetapi hanya dapat di tafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.
bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan
untuk bertindak terhadap stimulus atau objek, dan bisa dilihat langsung dalam
kehidupan sehari-hari.
2 . Komponen sikap
menilai terhadap penyakit kusta, apakah penyakit yang biasa saja atau
3 . Tingkatan sikap
a. Menerima (receiving)
b. Menanggapi (responding)
c. Menghargai (valuing)
1 . Pengertian
bersifat intraselular obligat. Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit
dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain
atas, sistem retikuloendotelial, mata, otot, tulang dan testis, kecuali susunan
saraf tepi, kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat.
2 . Etiologi
penyakit kusta yang ditemukan oleh sarjana dari Norwegia GH. Armauer
Hansen pada tahun 1873. Kuman ini bersifat tahan asam, berbentuk batang
dengan ukuran 1-8 , lebar 0,2-0,5 , biasanya berkelompok dan ada yang
tersebar satu-satu, hidup dalam sel terutama jaringan yang bersuhu dingin
(MB) kepada orang lain dengan cara penularan langsung. Cara penularan
yang pasti belum diketahui, tetapi sebagian besar para ahli berpendapat
bahwa penyakit kusta dapat ditularkan melalui saluran pernafasan dan kulit
(Sjamsoe, 2003).
3 . Patofisiologi
bahwa yang paling sering ialah melalui kulit yang lecet pada bagian tubuh
waktu regenerasi yang lama, serta sifat kuman yang avirulen dan nontoksis.
pada dermis atau sel Schwann di jaringan saraf. Bila kuman Mycobakterium
jaringan.
Langhans. Bila infeksi ini tidak segera diatasi akan terjadi reaksi berlebihan
sekitarnya.
bila terjadi gangguan imunitas tubuh dalam sel Schwann, kuman dapat
4 . Klasifikasi
a. Manifestasi klinik yaitu jumlah lesi pada kulit dan jumlah saraf yang
terganggu.
b. Hasil pemeriksaan bakterioogis, yaitu skin smear basil tahan asam (BTA)
penyakit kusta :
positif.
18
6 . Pengobatan
Pengobatan PB MB
Rifampisn 600 mg/bulan 600 mg/bulan
Lamprene - 300 mg/hari
Lamprene - 50 mg/hari
DDS 100 mg/bulan 100 mg/bulan
DDS 100 mg/hari 100mg/hari
PB : Pausibasiler
MB : Multibasiler
19
1. Definisi
Kecacatan kusta adalah keadaan abnormal dari fisik dan fungsi tubuh
serta hilangnya beberapa struktur dan fungsi tubuh yang diakibatkan oleh
2. Batasan kecacatan
Kusta adalah:
a. Impairment
b. Dissability
c. Handicap
yang bergantung pada umur, seks, dan faktor sosial budaya. Handicap ini
budaya.
d. Deformity
e. Dehabilitation
temannya.
f. Destitution
3. Patogenesis kecacatan
sel makrofag di sekitar pembuluh darah superfisial pada dermis atau sel
Schwann di jaringan syaraf. Kuman masuk kedalam tubuh, maka tubuh akan
dan motorik. Pada syaraf sensori akan terjadi anastesi sehingga terjadi luka
tusuk, luka sayat, dan luka bakar. Pada saraf otonom akan terjadi kekeringan
kulit yang dapat mengakibatkan kulit mudah retak-retak dan dapat terjadi
21
infeksi sekunder. Pada syaraf motorik akan terjadi paralisis sehingga terjadi
deformitas sendi.
tahap, yaitu :
a. Tahap I
Pada tahap ini terjadi kelainan pada syaraf, bentuk penebalan pada
syaraf, nyeri tanpa gangguan fungsi gerak, namun telah terjadi gangguan
sensorik.
b. Tahap II
lengkap atau paralisis awal termasuk pada otot kelopak mata, otot jari
tangan, dan otot kaki. Pada stadium ini masih dapat terjadi pemulihan
kekuatan otot. Bila berlanjut, dapat terjadi luka di mata, tangan, kaki dan
kekakuan sendi.
c. Tahap III
akan menetap. Pada stadium ini dapat terjadi infeksi yang dapat
4. Derajat kecacatan
fungsi syaraf tepi, baik karena kuman kusta mupun karena terjadinya
rasa (anastesi). Akibat kurang/ mati rasa pada telapak tangan dan kaki
22
kebutaan.
Kekuatan otot tangan dan kaki dapat menjadi lemah/ lumpuh dan
lama lama ototnya mengecil (atrofi) oleh karena tidak dipergunakan. Jari-
jari tangan dan kaki menjadi bengkok (claw hand/ claw toes) dan
Tingkat Kecacatan
Pencegahan cacat Kusta jauh lebih baik dan lebih ekonomis daripada
oleh petugas kesehatan maupun oleh pasien itu sendiri dan keluarganya. Di
samping itu perlu mengubah pandangan yang salah dari masyarakat, antara
langkah yang dilakukan jangan sampai ada cacat yang timbul atau bertambah
1) Diagnosis dini.
hilang.
24
(kejiwaan).
kusta adalah:
E. Kerangka Teori
Kusta
Kecacatan
Sumber : Kerangka teori ini dimodifikasi dari konsep Depkes RI (2007), Djuanda
(2010), Mansjoer( 2000).