Tugas Makalah Jiwa Korban KDRT - Kelas B - 2014 - Kampus Garut PDF
Tugas Makalah Jiwa Korban KDRT - Kelas B - 2014 - Kampus Garut PDF
FAKULTAS KEPERAWATAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kekhadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat-Nya karena kami masih diberi kesempatan untuk
menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa 2 yaitu membuat
makalah dengan judul Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).
Sebelumnya kami ucapkan terimakasih kepada Dosen Mata Kuliah
Keperawatan Jiwa karena telah memberikan bimbingannya terkait dengan makalah
ini dan kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian makalah
ini sehingga dapat terlaksanakan tepat pada waktunya. Kami menyadari bahwa
dalam makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu kami
mengharapkan adanya kritik yang mebangun, saran, petunjuk, pengarahan, dan
bimbingan dari berbagai pihak. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam
peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua dan dapat memberikan informasi
bagi para pembaca khususnya perawat mengenai Korban Kekerasan Dalam Rumah
Tangga (KDRT).
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...............................................................................................2
D. Manfaat Penulisan............................................................................................2
E. Sistematika Penulisan.......................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN JURNAL TERKAIT...............................4
A. Definisi KDRT..................................................................................................4
B. Kendala Dalam Menegakkan UUKDRT..........................................................8
C. Penanggulangan Tindak Pidana Dalam Rumah Tangga.................................12
D. Hubungan Antara KDRT dan Proses Keperawatan Penganiayaan
Pasangan..........................................................................................................17
E. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul..............................................22
F. Terapi pada Korban KDRT.............................................................................27
G. Jurnal Terkait dengan KDRT...........................................................................33
BAB III EVIDENCE BASED PRACTICE (pembahasan teori dari jurnal
terkait)...................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu definisi KDRT ?
2. Apa yang menjadi kendala dalam menegakan Undang-undang KDRT ?
3. Apa saja penanggulangan tindak pidana dalam rumah tangga terhadap
KDRT?
4. Apa hubungan antara KDRT dan proses keperawatan penganiayaan
pasangan ?
5. Apa saja diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada Korban
KDRT?
6. Apa saja terapi yang di lakukan pada Korban KDRT?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu definisi dari KDRT.
2. Untuk mengetahui apa yang menjadi kendala dalam menegakkan
Undang-undang KDRT.
3. Untuk mengetahui apa saja penanggulangan tindak pidana dalam rumah
tangga terhadap KDRT.
4. Untuk mengetahui hubungan antara KDRT dan proses keperawatan
penganiayaan pasangan.
5. Untuk mengetahui diagnosa apa yang mungkin muncul pada Korban
KDRT.
6. Untuk mengetahui apa saja terapi yang dilakukan pada Korban KDRT.
D. Manfaat Penulisan
1. Pembaca
Makalah ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan
pembaca dalam memahami segala hal yang berhubungan dengan KDRT
beserta hukum, diagnosa dan terapi dalam keperawatan jiwa.
2. Penulis
Dalam hal pembuatan makalah ini penulis dapat manfaatkannya seperti
diantaranya penulis menambah pengetahuan mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan KDRT beserta hukum, diagnosa dan terapi dalam
keperawatan jiwa
E. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan terdiri atas : latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat penulisan dan sitematika penulisan
Bab II Tinjauan Teori terdiri atas : apa definisi KDRT, kendala dan undang-
undang dalam menegakkan KDRT, apa penanggulangan tindak pidana
dalam rumah tangga, apa diagnosa yang muncul pada korban KDRT, apa
terapi yang digunakan pada korban KDRT
Bab III Evidence Based Practice terdiri atas : kasus 1, kasus 2, kasus 3
Bab IV penutup terdiri atas : kesimpulan dan saran
Daftar Pustaka
BAB II
TINJAUAN TEORITIS DAN JURNAL TERKAIT
A. Definisi KDRT
Kekerasan dalm rumah tangga merupakan salah satu fenomena sosial
yang dirasakan mengganggu ketertiban dan ketentraman kehidupan
masyarakat. Bagi sebagian masyarakat indonesia masalah kekerasan dalam
rumah tangga (domestic violence) masih dipandang sebagai massalah
internal keluarga. Orang awam menggap pihak luar dilarang campur
tanggan. Budaya masyarakat yang memberi stigma bahwa pertengkaran,
kekerasan oleh anggota keluarga langsung turut memberi andil terjadinya
kekerassan dalam rumah tangga demikian pula konstruksi sosial ,yang
menempatkan perempuan / anak pada kelompok masyarakat rentan,ketidak
berdayaan mereka semakin menempatkan mereka pada posisi yang
terpuruk.
Korban kekerasan dalam rumah tangga, kebanyakan adalah perempuan,
harus mendapat perlindungan dari negara dan / atau masyarakat agar
terhindar dan terbebas dari kekerasan atau ancaman kekerasan, penyiksaan,
atauy perlakuan yang merendahkan derajat dan martabat kemanusiaan.
Didalam kenyataannya kasus kekerasan dalam rumah tangga banyak terjadi.
Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan kekerassan dalam
rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama
perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara
fisik, seksual, psikologis dan /atau penelantaran rumah tangga termasuk
ancaman untukmelakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dalm lingkup rumah tangga.
Lingkup rumah tangga dalam undang-undang ini meliputi suami,
istri,dan anak orang-orangyang mempunyai hubungan keluarga dengan
orang karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan dan
perwalian, yang menetap dalam rumah tangga, dan/atau orang yang bekerja
membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut. Orang
yang bekerja dipandang sebagai anggota keluarga dam jangka waktu
selamaberada dalam rumah tangga yang bersangkutan.
Sesuai dengan falsafah Pancasila dan undang-undang Dasar Negara
Indonesia Tahun 1945, setiap warga negara berhak mendapat rasa aman dan
bebas dari segala bentuk kekerassan segala bentuk kekerasan, terutama
kekerasan dalam rumah tangga, merupakan pelanggaran hak asasi manusia
dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan serta bentuk diskriminasi
yang harus dihapus.
Sehubungan dengan hal tersebut, Indonesia sebagai salah satu negara
yang meratifikasi Convention on the elimination off all from of
discrimination against woman (CEDAW ), maka negara wajib memberikan
penghormatan ( how to respect ), perlindungan ( how to protect ) dan
pemenuhan ( how to fulfil ) terhadap hak asasi warga negaranya terutama
hak atas rasa aman dan bebas dari segala bentuk kekerasan serta
diskriminasi.
Di indonesia selain hal tersebut diatas ada beberapa peraturan
perundang-undangan antara lain, dalam undang-undang dasar negara
republik indonesia tahun 1945 passca amandemen, pengaturan hak asasi
manusia sudah sangat kongkrit sebagai mana yang tertera dalam pasal 28,
pasal 29, demikian ula didalam undang-undang nomer 39 tahun 1999
tentang hak asasi manusia pada tanggal 22 september 2004 bangsa
indonesia telah mengesahkan undang-undang no 23 tahun 2004 tentang
penghapusan kekerasan dalm rumah tangga ( UU PKDRT ). Pembentukan
undang-undang ini dimaksudkan untuk menyelesaikan, meminimalisir,
menindak pelaku kekerasan, bahkan merehabilitasi korban yang mengalami
kekerasan rumah tangga. Definisi kekerasan dalam rumah mendapatkan
layanan, masih memerlukan penjelasan tekniss dalam penlaksanaanya.
Dalam passal 43 UU PKDRT, dimandatkan untuk dibuatnya peraturan
pemerintah terkait pelaksanaan pemenuhan hak-hak korban dalam rangka
pemulihan. Peraturan pemerintah UU PKDRT terkait dengan upaya
pemulihan baru ditetapkan tahun 2006, yakni peraturan pemerintah nomor
4 tahun 2006 tentang penyelenggaraan dan kerjasama pemulihan korban
kekerasan dalam rumah tangga.
Peraturan pemerintah ini menekankan bahwa pemulihan terhadap
korban KDRT tidak hanya pemulihan fisik, tetapi juga psikis, oleh karna itu
diperlukan pasilitass dan kerjasama antar pihak yang telah disebutkan dalam
undang-undang. Peraturan pemerintah ini juga menyebutkan pentingnya
peran masyarakat. Upaya-upaya seperti inilah yang dilakukan oleh
organisasi perempuan dan kementrian pemberdayaan perempuan untuk
memecahkan massalah karena korban tidak berani atau terbatasnya akses
korban kepada hukum. Selain itu juga untuk mengatasi penomena gunung
es KDRT dan menjawab keadilan bagi korban dengan menggungkapkan
kebenaran.
Kekerasan dalam rumah tangga ( KDRT ) merupakan fakta sosial yang
bersifat universal karena dapat terjadi dalam sebuah rumah tangga tanpa
pembedaan budaya, agama, suku bangsa, dan umur pelaku maupun
korbannya. Hal ini dapat terjadi dalam rumah tangga keluarga sederhana,
miskin dan terbelakang maupun rumah tangga keluarga kaya, terdidik,
terkenal, dan terpandang. Tindak kekerasan ini dapat dilakukan oleh suami
atau istri terhadap pasangan masing-masing atau sebaliknya seorang istri
melakuan kekerasan terhadap suami, orang tua terhadap anak-anak, anggota
keluarga yang lain, dan terhadap pembantu mereka secara berlainan maupun
bersamaan. Perilaku merusak ini berpotensi kuat menggoyahkan sendi-
sendi kehidupan rumah tangga yang mempunyai akibat fatal, termasuk yang
terburuk seperti perceraian suatu rumah tangga.
Tindak KDRT di indonesia ceenderung bersifat laten hingga jarang
terungkap ke permukaan. Akibatnya, lebih merupakan kejadian sederhana
yang kurang menarik ketimbang sebagai fakta sosial yang seharusnya
mendapatkan perhatian khusus dan penanganan yang sungguh-sungguh dari
masyarakat dan pemerintah. Kekerassan dalam kasus dan intesitasnya yang
kian hari cenderung kian meningkat. Media massa cetak dan elektronik
indonesia malah tak pernah lenggang dari berita-berita dan informasi-
informasi terbaru tentang tindak KDRT, termasuk dalam rumah tangga para
selebriti.
Komisi nasional anti kedkerasan terhadap perempuan ( komnas
perempuan ) mencatat kasuskekerasan terhadap perempuan meningkat
sepanjang tahun 2011. Dalam laporan catatan tahunan komnas perempuan,
jumlah kasus kekerasan yang ditangani lembaga pengada layanan yang
berada di 33 provinsi, mencapai 119.107 kasus. Dibandingkan dengan tahun
2010, yang mencapai 111105,103 kasus.
Ketua komnas mengatakan sebagian besar kasus yang dilaporkan
adalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) 95,61%. Sebanyak 4,3%
kasus terjadi diranah publik dan sisanya 0,03% atau 42 kasus terjadi di ranah
negara seperti pengambilan lahan, penahanan, penembakan dan lain-lain.
Jumlah ini hanya menunjukan puncak gunung es dari personal
kekerasan terhadap perempuan, sebab masih banyak perempuan korban
yang enggan atau tidak dapat melaporkan kasusnya. Pelayanan terhadap
kasus kekerasan terhadap perempuan juga berbeda di setiap daerah,
tergantung kepada kuantitas dan kapasitas lembaga layanan yang tersedia
diwilayah itu. Jumlah kasus yang paling banyak ditangani adalah provinsi
jawa tengah sebanyak 25.628 kasus, disusul jawa timur sekitar 24.555
kasus, disusul jawa barat dan DKI jakarta.
Kasus kekerasan seksual perempuan khususnya teror perkosaan di
angkutan umum dan pemberitaan tentang kekerasan seksual di media
massa, perlu mendapatkan perhatian khusus.
Laporan komnas perempuan juga mencatat adanya 73 terobosan
kebijakan untuk pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap
perempuan, antara lain meliputi kebijakan layanan bagi perempuan korban
kekerasan, kebijakan tentang trafficking, kebijakan untuk pendidikan dan
kesehatan, serta partisipasi perempuan dan pengarusutamaan gender. Meski
terobosan kebijakan sudah dilaksanakan, tetapi belum menyentuh masalah
pokok terjadinya kekerasan terhadap perempuan. kondisi ini terjadi karena
minimnya pemahaman dan penghargaan para pengambil kebijakan dan
aparat penegak hukum terhadap pemenuhan hak-hak perempuan korban
dalam penanganan kekerasan yang merupakan hasil dari relasi kekuasaan
yang tidak setara. Komnas perempuan juga menyebutkan penanganan dan
pencegahan masih parsial, karena belum terbangunnya sistem hukum yang
berperspektif HAM dan gender yang efektif dan menyeluruh. Masalah itu
pula yang menyebabkan penanganan perempuan korban kekerasan masih
stagnan, kommnas perempuan menilai kondisi ini merupakan stagnansi
memenuhi hak perempuan korban atas kebenaran, keadilan dan pemulihan.
Kecenderungan meningkatnya kasus KDRT yang dilaporkan ini
menunjukan adanya bangunan kesadaran masyarakat tentang kekerasan
khususnya kekerasan yang terjadi di ranah rumah tangga pada umumnya
dan kesadaran serta keberanian perempuan korban un tuk melaporkan kasus
KDRT yang dialaminya.
3. STRATEGI KOMUNIKASI
Dorong klien untuk membicarakan situasi yang dialami.
Gunakan pendekatan langsung. Beri pertanyaan secara langsung
misalnya Bagaimana anda dilukai? Apakah pasangan anda yang
menyebabkan cedera ini? Apakah anda hidup bersama orang yang
melukai anda?
Ientifikasi pola penganiayaan, termasuk derajat bahaya, keparahan,
durasi, tipe dan bagaimana penganiayaan tersebut memuncak.
Nyatakan bahwa klien tidak pantas dianiaya, bahwa penganiayaan
bukan akibat kesalahannya dan bahwa pemukulan melanggar hukum.
Akui bahwa penganiayaan merupakan hal yang sulit dibicarakan oleh
klien.
Dorong wanita untuk mengeksplorasi semua perasaannya, termasuk
perasaan negatif yang kuat, seperti rasa takut, ansietas, depresi, rasa
marah, malu dan keinginannya untuk balas dendam.
Akui semua perasaan klien yang ambivalen dan kurang percaya akan
kemampuannya untuk mengatasi situasi.
Tayakan pada wanita tentang apa yang ingin dilakukan dan bagaimana
perawat dapat membantunya.
Hindari pertanyaan atau pernyataan yang menyalahkan korban.
(Mengapa Anda tinggal bersamanya? Kamu perlu
mempertahankan harga dirimu.)
Sarankan klien untuk mempertahankan energinya dalam menjamin
keamanan pribadi dan merencanakan masa depan daripada berupaya
mengubah hubungan.
Buat rencana keselamatan, misalnya bagaimana meninggalkan tempat
penganiayaan dan menghubungi personal pendukung jika
penganiayaan nampaknya akan terjadi.
Bicarakan menganai sumber-sumber komunitas, seperti tempat
berlindung dan layanan konseling untuk korban penganiayaan, dan
berikan nomor hot line penganiayaan kepada klien.
3. Terapi Individual
Diskusikan gaya hidup dan situasi wanita
Eksplorasi pola-pola kekerasan yang sedang terjadi.
Bicarakan tentang riwayat klien, termasuk asal keluarga, dan
bagaimana ia membentuk hubungan dengan orang lain.
Kaji sifat klien yang mudah diserang, dan bantu dia mengenali pola-
pola pribadi yang menyebebakan ubungan destuktif dan
disfungsional.
Upayakan untuk mengubah pola piker dan ide-ide tidak sehat yang
berhubungan dengan harga diri rendah. Dorong klien untuk berhenti
memandang dirinya sebagai orang yang lebih rendah dari
pasangannya.
Anjurkan klien untuk mendapatkan kembali perasaan control dan
sikap mental asertif supaya dapat mengembangkan kekuatan
pribadinya.
Jelaskan bahwa klien mampu melindungi dan memelihara diri sendiri
dan anak-anaknya.
Ajarkan siklus kekerasan pada klien : tahap pembentukan ketegangan,
fase pemukulan akut, dan tahap bulan madu. Informasi ini memberi
wanita daya tilik kedalam dinamika penganiayaan pasangan.
Bila perlu, bantu klien memproses pengalaman penganiayaan.
Fokuskan pada bagaimana pengalaman tersebut mempengaruhi
wanita.
Diskuisikan dan dukung rencana klien untuk berubah.
Fokuiskan pada bagaimana menganggu atau memutuskan pola
penganiayaan.
Anjurkan klien, anak-anak dan anggota keluarga besar lain yang tepat
untuk mendiskusikan bagaimana penganiayaan mempengaruhi
kehidupan mereka.
Dorong untuk mengekspresikan perasaan
Jelaskan bahwa keluarga tidak dapat mengubah pelaku aniaya;
sebaliknya, orang tersebut perlu bertanggung jawab atas perilaku diri
sendiri dan orang lain.
Bersama dengan anggota keluarga berupaya membuat pedoman atau
epraturan untuk membuat susunan kekuatan, dan membantu mereka
mengatur penggunaan kekuatan sevara efektif.
Berupaya memberdayakan klien untuk tetap berada dalam peran
dewasa dan mempertahankan ruang lingkup antar generasi. Orang
dewasa harus bertindak seperti orang dewasa, dan anak-anak harus
bertindak seperti anak-anak.
Berupaya mencegah keterlibatan anggota keluarga dengan obat-
obatan atau alcohol sebagai suatu mekanisme koping.
4. PENGOBATAN
Obat-obatan psikotropika tidak lazim digunakan untuk klien yang
menderita penganiayaan.
Pada beberapa kondisi, sebuah obat dapat diberikan untuk penanganan
gejala tertentu dalam jangka pendek. Misalnya, klien yang mengalami
ansietas berat dapat diberikan obat antiansietas, atau klien depresi
berat dapat diberikan obat antidepresan untuk menambah psikoterapi
individual atau kelompok.
Di masa lalu, banyak klien teraniaya diberikan obat-obatan
antiansietas dan obat antinyeri. Klien yang diberi obat ini tampaknya
kurtang menghargai pilihan mereka dan membuat keputusan untuk
membantu diri dan anak-anak mereka. Klien depresi yang diberi obat
antidepresan yang sesuai, bagaimanapun juga lebih mampu membuat
keputusan dan mengungkan pilihan-pilihan.
Penggunaan obat yang tidak perlu dapat membahayakan klien yang
teraniaya dan harus dicegah karena meningkatkan kecenderungan
sedasi, yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi penilaian atau
menyebabkan kecelakaan akibat efek depresan pada system saraf
pusat. (Lihat lampiran D untuk informasi pengobatan).
Abstrak
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan kekerasan
yang paling banyak dialami oleh perempuan di Indonesia. KDRT di Kota
Padang terus meningkat yaitu sebanyak 98 kasus tahun 2011, 102 kasus
di 2012, dan 135 kasus pada 2013. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui hubungan riwayat kekerasan masa lalu dan pola asuh suami
sewaktu kecil dengan kejadian KDRT terhadap istri. Penelitian ini
menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi adalah semua suami
yang berada di Kecamatan Padang Selatan dengan jumlah sampel 400
orang. Pengumpulan data dengan cara penyebaran angket. Hasil
penelitian didapatkan kejadian KDRT sebebsar 61%, responden yang
pernah mengalami riwayat kekerasan di masa lalu (59,8%), memiliki
pola asuh yang buruk (55,3%). Terdapat hubungan antara riwayat
kekerasan di masa lalu (p=0,025), pola asuh sewaktu kecil (p=0,016),
dengan kejadian KDRT. Diharapkan kepada Komnas Perempuan dan
Camat Padang Selatan beserta jajarannya bekerja sama dengan jajaran
Polsek wilayah Padang Selatan untuk memberikan sosialisasi dan
informasi tentang perlindungan hukum.
Kata Kunci: KDRT,Riwayat Kekerasan, Pola Asuh
2. Jurnal ke-2
DINAMIKA FORGIVENESS PADA ISTRI YANG MENGALAMI
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT)
Oleh Dewa Ayu Dwika Puspita Dewi dan Nurul Hartini
Dipublikasikan, 26 Juni 2017
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dinamika
forgiveness pada istri yang mengalami KDRT. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus
instrumental. Kriteria subjek dalam penelitian ini yaitu seorang istri
yang memiliki rentang usia 18-40 tahun, pernah mengalami KDRT oleh
suami dan masih bertahan dalam perkawinan. Penelitian ini melibatkan
tiga orang subjek yang pernah mengalami KDRT oleh suami dan masih
bertahan dalam perkawinan selama 14-25 tahun. Penggalian data pada
penelitian ini menggunakan teknik wawancara dan menggunakan teknik
analisis tematik theory driven. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa
istri yang mengalami KDRT sulit memaafkan pelaku karena adanya
ruminasi yaitu ingatan terhadap peristiwa KDRT yang pernah dialami
dan adanya atribusi serta penilaian negatif mengenai pelaku. Dinamika
forgiveness terjadi ketika istri yang mengalami KDRT mengubah
dorongan untuk menghindari pelaku dan mengurangi dorongan
membalas dendam terhadap pelaku ke arah yang positif melalui
akomodasi. Meskipun pelaku meminta maaf atas kesalahannya, namun
tidak ditemukan adanya empati untuk memaafkan pasangan. Penelitian
ini menemukan adanya dorongan untuk berbuat baik kepada pelaku
dengan melayani suami, meskipun demikian hal tersebut merupakan
tugas dari seorang istri dalam rumah tangga yaitu untuk melayani
suami.
Kata kunci: dinamika forgiveness, istri, kekerasan dalam rumah
tangga (KDRT)
3. Jurnal ke-3
APLIKASI KONSEP STRESS ADAPTASI MENURUT CALISTA
ROY TERHADAP PENGALAMAN IBU RUMAH TANGGA
PASCA TRAUMA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
(KDRT)
Oleh Syane A.F. Djaru, Esrom Kanine dan Tinneke Tololiu
Dipublikasikan, Februari 2016
Abstrak
Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap
seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan
atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara
melawan hukum dalam lingkup rumah tangga., pengalaman ibu rumah
tangga terhadap kejadian ini menunntut ibu dalam melakukan adaptasi.
Tujuan penelitian ini adalah digambarkannya Pengalaman Ibu Rumah
Tangga pasca Trauma menurut konsep model stress adaptasi Calista
Roy. Penelitian ini dilaksanakan sejak Januari sampai dengan Februari
2015 di Kelurahan Girian Indah Lingkungan II dengan populasi adalah
ibu rumah tangga, sedangkan sampel diambil secara purposive
sampling. Metode Penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Studi
Kasus. Hasil penelitian menunjukan bahwa hampir sebagian besar
adaptasi responden termasuk pada kategori adaptasi yang positif pada
aspek Fungsi peran yaitu sebanyak 26 orang (30,0%) dan adaptasi
Fisiologis. Sedangkan adaptasi pada kategori negatif yang paling
banyak adalah pada aspek konsep diri yaitu sebanyak 21 orang
(70,0%), dan adaptasi pada fungsi ketergantungan yaitu sebanyak 20
orang (66,3%). Kesimpulan penelitian ini adalah rentang sehat-sakit
berhubungan erat dengan keefektifan koping yang dilakukan untuk
memelihara kemampuan beradaptasi
Kata Kunci : Konsep Adaptasi Calista Roy, Stress pasca KDRT
BAB III
EVIDENCE BASED PRACTICE
(pembahasan dari jurnal dan teori terkait)
1. Kasus 1
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT) SEBAGAI
SALAH SATU ISU KESEHATAN MASYARAKAT SECARA
GLOBAL
Oleh Mery Ramdani dan Fitri Yuliani
Dipublikasikan, 1 April 2015
2. Kasus 2
DINAMIKA FORGIVENESS PADA ISTRI YANG MENGALAMI
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT)
Oleh Dewa Ayu Dwika Puspita Dewi dan Nurul Hartini
Dipublikasikan, 26 Juni 2017
3. Kasus 3
APLIKASI KONSEP STRESS ADAPTASI MENURUT CALISTA
ROY TERHADAP PENGALAMAN IBU RUMAH TANGGA PASCA
TRAUMA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT)
Oleh Syane A.F. Djaru, Esrom Kanine dan Tinneke Tololiu
Dipublikasikan, Februari 2016
Copel, Linda Carman. 2002. Kesehatan Jiwa dan Psikiatri : Pedoman Klinis
Perawat.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Ibung, Dian & Nagiga, 2009. Haru Biru Mertua Menantu. Jakarta: PT
Media Elex Komputondo
Wicaksana, Inu. 2008. Mereka Bilang Aku Sakit Jiwa, refleksi kasus-kasus
psikiatri dan problematika kesehatan jiwa di Indonesia.Yogyakarta:
Penerbit KANISIUS