Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini banyak sekali penyakit yang menyerah sistem saluran pernafasan
dengan penyebab yang berbeda-beda muali dari virus bakteri, dll. Salah satu penyakit
saluran pernafasan ialah penyakit pneumonia. Penyakit pneumonia banyak diderita
oleh orang yang lanjut usia karena menurunnya sistem kekebalan tubuh (imun).
Pneumonia jjuga bisa menyarah kaum muda yang sehat. Saat ini dilaporkan
pneumonia menjadi penyakit utama di kalangan kanak-kanak dan merupakan satu
penyakit serius yang merenggut nyawa beribu-ribu warga tua setiap tahun (Jeremy,
dkk, 2007, Hal 76-78)
Di Indonesia penumonia menjadi penyebab kematian nomor tiga setelah
kardiovaskuler dan tuberkulosis. Gejala penyakit penumonia ini ialah demam, sesak
nafas, nadi cepat, dahak berwarna kehijauan, serta foto ronsen yang bergambarkan
kepadatan pada bagian paru. Kepadatan ini disebabkan oleh terisinya cairan yang
merupakan reaksi tubuh terhadap kuman. Akibatnya fungsi paru terganggu, penderita
mengalami kesulitan bernafas karena tidak adanya ruang untuk oksigen. Pneumonia
di lingkungan masyarakat umumnya disebabkan oleh virus, bakteri atau miklopasma
(bentuk peralihan bakteri dan virus). Bakteri ini misalnya streptococcus Pneumoniae,
Staphylococcus Aureus, Klebsiella Sp, Pneudomassp, dan virus seperti influenza
(Jeremy, dkk, 2007 Hal 76-78). Oleh karena itu dalam makalah ini kami akan
membahas bagaiman Ashan Keperawatan kepeda pendirita pneumonia.

B. Rumusan Masalah :
1. Apa definisi penyakit pneumonia?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi penyakit pneumonia?
3. Bagaimana patofisiologi penyakit pneumonia?
4. Apa tanda dan gejala penderita penumonia?
5. Bagaimana pemerikasaan penunjang penderita penumonia?
6. Bagaiman asuhan keperawatan penderita penumonia?
7. Apa terapi untuk penyakit pneumonia?
8. Bagaimana komplikasi penyakit penumonia?
9. Bagaimana pathway penyakit penumonia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi penyakit penumonia
2. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi penyakit pneumonia?
3. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit pneumonia?
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit penumonia?
5. Untuk mengetahui pemerikasaan penunjang penyakit penumonia?
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan penyakit penumonia?
7. Untuk mengetahui terapi penyakit pneumonia?
8. Untuk mengetahui komplikasi penyakit penumonia?
9. Untuk mengetahui pathway penyakit penumonia?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan bawah akut
(ISNBA) dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebakan agen
infeksius sepeti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi subtnasi asing,
berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi. ( Nurarif &
Kusuma,2015). Sedangkan menurut Somantri, 2008 pneumonia adalah suatu proses
peradangan dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli
oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami
konsolidasi dan darah dialirkan ke sekitar alveoli.
Pathogen dapat memasuki saluran pernafasan bawah dan menyebabkan
pneumonia melalui empat cara ; aspirasi, inhalasi, penyebaran hematogen dari lokasi
yang jauh, dan translokasi. Rute utama bakteri memasuki paru adalah melalui aspirasi
mikroorganisme dari orofaring. Aspirasi sering kali terjadi (>45% waktu) pada
individu yang sehat ketika mereka tidur. Resiko pasien yang mengalami penurunan
tingkat kesadaran atau disfagia, pada mereka yang terpasang slang endtrakea atau
slang enteral atau mereka yang mendapat makan secara enteral.

B. Anatomi dan Fisiologi


1. Anatomi Sistem Saluran Pernapasan Bagian Atas
a. Lubang Hidung (cavum nasalis)
Hidung sebagian kecil dibentuk oleh tulang sejati, sisanya terdiri atas
kartilago dan jaringan ikat (connective tissue). Rongga hidung mengandung
rambut hidung (fimbriae) yang berfungsi sebagai penyaring terhadap benda
asing yang masuk. Pada permukaan mukosa terdapat epitel bersilia yang
mengandung sel goblet, sel yang mengeluarkan lendir agar dapat menangkap
benda asing yang masuk kedalam saluran napas. Hidung berfungsi sebagai
jalan napas, pengatur udara, pengatur kelembapan udara (humidikasi),
pengatur suhu, pelindung dan penyaring udara, indra pencium, dan resonator
suara.
b. Sinus Paranasalis
Frontalis, sinus ethmoidalis, sinus sphenoidalis, dan sinus maxillaris.
Fungsinya :
1. Membantu menghangatkan dan humidifikasi.
2. Meringankan berat tulang tengkorak.
3. Mengatur bunyi suara manusia dengan ruang resonansi
c. Faring
Merupakan pipa berotot berbentuk cerobong yang letaknya bermula dari dasar
tengkorak sampai persambungannya dengan esophagus pada ketinggian tulang
rawan (kartilago) krikoid. Faring digunakan pada saat menelan (digestion)
seperti pada saat bernapas.
Faring dibagi menjadi tiga berdasrkan letaknya :
1. Naso-faring (dibelakang hidung) : terdapat pada superior di area yang
terdapat epitel bersilia dan tonsil.
2. Oro-faring (dibelakang mulut) : berfungsi untuk menampung udara
dari naso-faring dan makanan dari mulut.
3. Laringo-faring (dibelakang laring).
d. Laring
Disebut juga (voice box) dientuk oleh struktur epiteliumlined yang
berhubungan dengan faring (di atas) dan trakhea (di bawah). Laring terletak di
anterior tulang belakang (vertebrae) ke-4 dan ke-6. Fungsi utama laring adalah
untuk pembentukan suara, sebagai proteksi jalan napas bawah dari benda
asing untuk memfasilitasi proses terjadinya batuk.
Laring terdiri atas :
1. Epiglottis : katup kartilago yang menutup dan membuka selama
menelan.
2. Glottis : lubang antara pita suara dan laring.
3. Kartilago tiroid : kartilago yang terbesar pada trachea dan terdapat
bagian yang membentuk jakun.
4. Kartilago krikoid : cincin kartilago yang utuh di laring ( terletak di
bawah kartiago tiroid ).
5. Kartilago arytenoid : digunakan pada pergerakan pita suara bersama
degan kartilago tiroid.
6. Pita suara : sebuah ligament yang dikontrol oleh pergerakan otot yang
menghasilkan suara dan menempel pada lumen laring.
2. Anatomi Saluran Pernapasan Bagian Bawah
a. Trachea
Merupakan perpanjangan laring pada ketinggian tulang vertebre torakal ke-7
yang bercabang menjadi dua bronchus. Ujung cabang disebut carina. Trachea
bersifat sangat fleksibel, berotot, dan memiliki panjang 12 cm dengan cincin
kartilago berbentuk huruf C.
b. Bronchus dan Bronkhiolus
Bronkus kanan lebih pendek, kecil, dan vertikal dibanding bronkus kiri.
Bronchus juga disusun oleh jaringan kartilago, sedangkan bronkhiolus yang
berakhir di alveoli tidak mengandung kartilago. Tidak adanya kartilago
membuat bronkhiolus dapat mengalami kolaps. Agar tidak kolaps alveoli
dilengkapi dengan poros atau lubang kecil yang terletak antar alveoli yang
berfungsi untuk mencegah kolaps alveoli.

3. Saluran Pernapasan Terminal


a. Alveoli
Alveoli merupakan kantong udara yang berukuran sangat kecil, dan
merupakan akhir dari bronkhiolus respiratorius sehingga memungkinkan
pertukaran oksugen dan karbondioksida. Seluruh dari unit alveoli (zona
respirasi) terdiri atas bronkhiolus respiratorius, duktus alveolus, dan alveolar
sacs (kantong alveolus). Fungsi utama dari unit alveolus adalah pertukaran
oksigen dan karbondioksida diantara kapiler pulmoner dan alveoli.
b. Paru-paru
Terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut yang ujungnya berada di atas
tulang iga pertama dan dasarnya pada diafragma. Paru-paru kanan mempunyai
tiga lobus sedangkan paru-paru kiri mempunyai dua lobus. Setiap paru-paru
terbagi lagi mnjadi beberapa subbagian menjadi skeitar sepuluh unit terkecil
yang disebut bronchopulmonary segments.
Paru-paru kanan dan kiri dipisahkan oleh ruang yang disebut mediastinum.
Jantung, aorta, vena cava, pembuluh paru-paru, esophagus, bagian dari trachea
dan bronchus sera kelenjar timus terdapat pada mediastinum.
c. Dada, Diafragma dan Pleura
1. Tulang dada (sternum) berfungsi melindungi paru-paru, jantung, dan
pembuluh darah besar. Bagian luar rongga dada terdiri atas 12 pasang tulang
iga (costae). Bagian atas dada pada daerah leher terapat dua otot tambahan
inspirasi yaitu otot scaleneus dan sternocleidomastoid.
2. Diafragma terletak di bawah rongga dada. Diafragma berbentuk seperti
kubah pada keadaan relaksasi. Pengaturan saraf diaragma (nervus Phrenicus)
terdapat pada susunan saraf spinal.
3. Pleura merupakan membrane serosa yang menyelimuti paru-paru. Pleura
ada dua macam yaitu pleura parietal yang bersinggungan dengan rongga dada
(lapisan luar paru-paru) dan pleura visceral yang menutupi setiap paru-paru.
Diantara kedua pleura terdapat cairan pleura seperti selaput tipis yang
memungkinkan kedua permukaan tersebut bergesekan satu sama lain selama
respirasi, dan mencegah pelekatan dada dengan paru-paru. Tekanan dalam
rongga pleura lebih rendah daripada tekanan atmosfer sehingga mencegah
kolaps paru-paru.
d. Sirkulasi Pulmoner
Paru-paru mempunyai dua sumber suplai darah yaitu arteri bronkhialis dan
arteri pulmonaris. Sirkulasi bronchial menyediakan darah teroksigenasi dari
sirkulasi sistemik dan berfungsi memenuhi kebutuhan metabolism jaringan
paru-paru. Arteri bronkhialis berasal dari aorta torakhalis dan berjalan
sepanjang dinding posterior bronchus. Vena brinkhialis akan menglairkan
darah menuju vena pulmonalis.
Arteri pulmonalis berasal dari ventrikel kanan yang mengalirkan darah vena
ke paru-paru dimana darah tersebut mengambil bagian dalam pertukaran gas.
Jalinan kapiler paru-paru yang halus mengitari dan menutupi alveolus
merupakan kontak yang diperlukan untuk pertukaran gas antara alveolus dan
darah.

C. Patofisiologi
D. Tanda dan Gejala
Menurut Misnadiarly (2008) tanda dan gejala pneumonia yang bisa ditemukan adalah:
1. Batuk berdahak
2. Nyeri dada
3. Menggigil
4. Demam
5. Mudah merasa lelah
6. Sesak nafas
7. Sakit kepala
8. Nafsu makan berkurang
9. Mual dan muntah
10. Merasa tidak enak badan
11. Kekakuan sendi
12. Kekakuan otot

E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut doenges (1999) yang dijelaskan oleh Padila 2013 pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis pneumonia
adalah :
1. Sinar X : mengidentifikasi distribusi structural, dapat juga menyatakan abses
luas/infiltrate, empiema (stapilococcus), infiltrasi menyebar atau terlokalisasi
(bacterial), atau penyebaran/perluasan infiltrate nodul (virus).
2. GDA : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada ruas paru yang terlibat
dan penyakit paru yang ada.
3. Pemeriksaan gram atau kultur sputum dan darah : di ambil dengan biopsy
jarum, aspirasi transtrakeal, broncoskopifiberotik atau biopsy pembukaan paru untuk
mengatasi organism penyebab.
4. JDL : leukositosis biasa ada, meski sel darah putih rendah terjadi pada infeksi
virus, kondisi tekanan imun memungkinkan berkembangnya pneumonia bacterial.
5. Pemeriksaan serologi : titer virus atau legionella, agglutinin dingn.
6. LED : meningkat
7. Pemeriksaan fungsi paru : volume mungkin menurun (kongestidan kolaps
alveolar) : tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan complain menurun,
hipoksemia.
8. Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah
9. Billirubin : mungkin meningkat.
10. Aspirasi perkutan / biopsy jaringan paru terbuka : menyatakan intranuklear
tipkal dan keterlibatan sitoplasmik (CMV).
F. Asuhan Keperawatan Penyakit Pneumonia

Pengkajian :

Pengkajian keperawatan merupakan suatu pemikiran dasar dari proses keperawatan


yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan
klien baik fisisk,mental, sosial dan lingkungan (Effendy, 1995 dikutip oleh
Dermawan,2012). Data yang di kumpulkan dalam pengkajian ini meliputi holistik (bio-
psiko-sosio-spiritual). Dalam proses pengkajian ada 2 tahap yang perlu dilalui yaitu
pengumpulan data dan analisa data.

1. Pengumpulan Data

Merupakan upaya untuk mendapatkan data yang dapat digunakan sebagai informasi
tentang klien. Data yang dibutuhakan tersebut mencankup data tentang bio-psiko-sosial
dan spiritual dari klien, data yang berhubungan dengan masalah klien serta ata tentang
faktor-faktor yang memengaruhi atau yang berhubungan dengan klien seperti data
tentang keluarga dan lingkungan yang ada (Hidayat 2009).

a. Identitas

Identitas klien yang diperlukan untuk data data keperawatan adalah nama klien, jenis
kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, agama, suku, atau bangsa (Muttaqin,2008).

b. Keluhan Utama

Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dengan pneumonia untuk meminta
pertolongan kesehatan adalah sesak napas, batik, dan peningkatan suhu tubuh/demam
(Muttaqin,2003).

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit dahulu memberikan informasi tentang riwayat kesehatan klien dan
keluarganya saat sekarang. Kaji klien terhadap kondisi kronis manifestasi pneumonia,
karena kondisi ini memberikan petunjuk tentang penyebab masalah baru (Andarmoyo,
2012). Pengajian diarahkan pada waktu sebelumnya, apakah klien pernah mengalami
infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dengan gejala seperti luka tenggorokan kongesti
nasal, bersin, dan demam ringan (Muttaqin, 2008).

d. Riwayat Kesehatan Sekarang

Awalnya keluhan batuk tidak produktif, tapi selanjutnya akan berkembang menjadi
batuk produktif dengan mukus purulen kekuning-kuningan, kehijau-hijauan,
kecoklatan, atau kemerahan, dan seringkali berbau busuk. Klien biasanya mengeluh
mengalami demam tinggi dan mengigil. Adanaya keluhan nyeri dada pleuritis, sesak
napas, peningkatan frekuensi pernapasan, lemas, dan nyeri kepala (Muttaqin, 2008).

e. Pengakajian Psiko-Sosial-Spiritual

Pengakajian psikologi klien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan peraw


untuk memperoleh persepsi yang jelasa mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku
klien, perawat mengumpulkan data hasil pemeriksaan awal klien tentang kapasitas fisik
dan intelektual saat ini. Pada kondisi klinis, klien dengan pneumonia sering mengalami
kecemasan bertingakat sesuai keluhan yang dialaminya (Muttaqin, 2008).

f. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik digunakan untuk memperoleh data objektif dari klien, pemeriksaan
fisik dilakukan untuk menentukan status kesehatan klien mengidentifikasi masalah
kesehatan, dan memperoleh data dasar guna menyusun rencana asuhan keperawatan
(Nursalam, 2009).

1. Keadaan Umum

Keadan umum paa klien dengan pneumonia dapat dilakukan secara selintas pandang
dengqn menilai keadaan fisik tiap bagian tubuh.

Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital paa klien dengan pneumonia biasanya didapatkan
peningkatansuhu tubuh lebih dari 40 derajat celcius, frekuensi napas meningkat ari
frekuensi normal. Denyut nadu biasanya menibgkat seirama dengan peningkatan suhu
tubuh (Muttaqin, 2008).

2. Kepala
Dikaji mengenai bentuk kepala, warna rambut distribusi rambut, adanya lesi atau tidak,
hygiene, apakah ada hematoma. Pada pneumojia jika ubun-ubun cekung maka
kemungkinan dapat dutemukan pada dehidrasi dan malnutrisi (Hidayat, 2006).

3. Wajah

Pemeriksaan wajah menilai apakah wajah asimetris atau tiak. Wajah yang asimetris
dapat disebabkan oleh adanya paralisis fasialis, serta dapat menilai adanya
pembengkakan daerah wajah (Hidayat, 2009).

4. Mata

Pada klien dengan pneumonia biasanya didapatkan sklera berwarna merah dikarenakan
adanya peningkatan suhu tubuh, kaji reflek cahaya, konjungtiva anemia atau tidak
(Nursalam,dkk, 2008).

5. Hidung

Menurut Nursalam, dkk (2008) pada pneumonia biasanya ada pernapasan cuping
hidung dang peningkatan secret.

6. Mulut

Pada pneumonia dengan demam yang diperberat dengan dehidrasi biasanya ditemukan
mulut kering, lidah berkerut atau bibir keting (Hidayat, 2009).

7. Telinga

Menurut Hidayat (2009), pemeriksaan telinga dapat dilakukan mulai dari telinga bagian
luar, tengah dan dalam. Pemeriksaan telinga luar meliputi daun telinga dan menentukan
bentuk, besar dan posisinya. Kemudian, dapat dilihat adanya perforasi atau tidak. Selain
itu, juga diperiksa fungsi pendengaran.

8. Leher

Pada pemeriksaan leher dinilai ada tidaknya distensi vena jugularis, ada tidaknya massa
dalam leher atau pembesaran kelenjar tiroid (Hidayat, 2009).

9. Dada
Menurut Muttaqin (2008), pemeriksaan dada pada orang dewasa pneumonia biasanya
dapat ditemukan gejala dan tanda :

a. Inspeksi

Gerakan pernapasan simetris. Pada klien dengan pneumonia sering ditemukan


peningkatan frekuensi napas cepat dan dangkal, serta adanya retraksi sternum dan
intercostal space (ICS). Napas cuping hidung pada sesak berat dialami dialami terutama
oleh orang dewasa batuk dan sputum. Saat dilakukan pengkajian batuk pada klien
dengan pneumonia, biasanya didapatkan batuk produktif disertai dengan adanya
peningkatan produktif secret dan sekresi sputum yang purulen.

b. Palpasi

Gerakan dinding thiraks antrior /ekskrusi pernapasan. Pada palpasi klien dengan
pneumonia. Gerakan daa saat bernapas biasanya normal dan seimbang antara bagian
kanan dan kiri. Getaran suara(fremitus vokal). Taktil fremitus pada klien dengan
pneumonia biasanya normal.

c. Perkusi

Klien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi, biasanya didapatkan bunyi resonan
atau sonor pada paru. Bunyi redup pada klien dengan pneumonia didapatkan apabila
bronchopneumonia menjadi suatu sarang (kunfluens).

d. Auskultasi

Pada klien dengan pneumonia, didapatkan bunyi napas melemah dan bunyi napas
tambahan ronkhi pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat melakukan pemeriksaan
untuk mendokumentasikan hasil auskultasi didaerah mana didapatkan adanya ronkhi.

10. Abdomen

a) Inspeksi

Untuk menilai ukuran dan bentuk perut.

b) Auskultasi

Untuk mendengarkan berapa kali suara peristaltik usus dalam waktu satu menit.
c) Palpasi

Untuk mengetahui ada tidaknya nyeri tekan ataupun ketegangan pada dinding perut.
(Muttaqin,2008).

11. Genetalia

Pada pemeriksaan genetalia ini dilihat ada tidaknya kelainan bentuk, oedema dan ada
tidaknya tanda- tanda infeksi (Hidayat,2009).

12. Anus

Selain pemeriksaan genetalia, area anal lebih mudah diperiksa, walaupun harus
diposisikan telungkup. Perhatikan kepadatan umum bokong dan kesimetrisab lipatan
gluteal. Kaji tonus sfinkter anak dengan merangsang reflek anal. Sentuh perlahan pada
area anal menyebakan kontraksi cepat nyata dari sfinter anal eksternal (Hidayat, 2009).

13. Integumen

Pada pneumonia dengan demam dapat ditemukan teraba hangat, kulit kemerahan dan
berkeringat pada seluruh tubuh (Carpenito,2002). Selain itu, biasanya kulit pucat
sampai sianosis (di daerah bibir, wajah dan ujung-ujung ekstremitas) dan kadang turgor
menurun pada demam yang disertai dehidrasi (Hidayat,2009).

2. Analisa Data

Analisa data merupakan kemampuan kognitif dalam pengembangan daya fikir ab


penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu pengetahuan, pengalaman dan
pengertian keperawatan. Dalam melakukan analisa data, diperlukan kemampuan
mengkaitkan data menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang
relevan untuk menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien
(Dermawan,2012).

Tabel analisa data


DS: Klien kemungkinan mengeluh Bersihkan jalan Peningkatan
pusing,sesak nafas,dan batuk. nafas tidak efektif produksi sputum di
DO: Dispensia, gas darah arteri jalan nafas
1.
abnormal,hiperkapnia,hipoksemi,
sianosis,serta takikardi.
DS: klien kemungkinan mengeluh sesak Gangguan Perubahan
nafas, batuk, dan keletihan., pertukaran gas membran alveolar-
DO: Dispnea,diaforensi, gasd darah arteri kapiler
2.
abnormal, gelisah, hipoksemia, serta nafas
cuping hidung.

DS: klien kemungkinan mengeluh sakit Resiko infeksi Ketidak adekuatan


dengan kondisinya sekarang penurunan kerja
DO: Malnutrisi, prosedur invasif, terdapat silia
3.
penyakit kronis yang timbul, serta stasis
cairan

DS: klien kemungkinan mengeluh sesak Intoleransi Ketidak


nafasa saat beraktivitas aktivitas seimbangan antara
4. DO: Mudah lelah,nyeri dada saat beraktivitas suplai dan
,sesak nafas saat beraktivitas kebutuhan oksigen

DS: Klien kemungkinan mengeluh nyeri Nyeri akut Inflamasi parenkim


dada yang hilang timbul paru
5. DO: Diaforensi, dilatasi pupil, ekspresi wajah
menahan nyeri, serta tidak nafsu makan

DS: Klien kemungkinan mengeluh tidak Nutrisi kurang dari Peningkatan


nafsu makan kebutuhan tubuh kebutuhan
DO: Berat badan turun, kram abdomen, cepat metabolik sekunder
6.
kenyang setelah makan sedikit, serta terhadap demam
membran mukosa pucat dan proses infeksi

DS: Klien kemungkinan mengeluh sering Kekurangan Kehilanagan


haus dan tubuh terasa panas volume cairan caiaran berlebih
DO: Kulit kering, membran mukosa kerin,
7.
penurunan berat badan , penurunan tugor
kulit, serta peningkatan frekuensi urine

DS: Klien mengeluh sesak nafas Pola napas tidak Pemenuhan


DO: Kemungkinan ditemukan Dispnea, serta efektif oksigen yang tidak
8.
nafas cuping hidung adekuat

DS: Klien kemungkinan mengeluh badan hipertermi Proses penyakit,


terasa panas inflamasi, proses
9. DO: Kemungkinan ditemukan apnea, peradangan
gelisah,hipotensi,takikardi

(sumber : North America Nursing Diagnosi Associatio-Internation,2015)


Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan Merupakan suatu keputusan klinis tentang respon individu,


keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial dimana
berdasarkan pendidikan dan pengalaman, perawat secara akuntabilitas dapat
mendefinisikandab memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan,
membatasi, mencegah dan merupakan status klien (Carpenito, 2000 dalam Dermawan,
2012). Diagnosa Keperawatan yang muncul pada pasien pneumonia Menurut Doenges
(2014) berupa :

No Diagnosa

1 Bersihakan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan priduktif sputum
di jalan nafas.

2 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kapiler


(efek inflamasi).

3 Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan ketidak adekuatan kerja silia,
perlengketan secret pernapasan.

4 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen.

5 Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru.

6 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan


metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.

7 Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang
berlebih.

8 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pemenuhan oksigen yang tidak adekuat.

9 Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit, inflamasi, proses peradangan.

Perencanaan

Intervensi keperawatan adalah suatu tindakan yang dirancang untuk membantu klien
dalam beralih dari tindakan kesehatan saat ini ketingkat yang diinginkan sesuai hasil
yang diharapakan (Gordon, 1994 dalam Dermawan,2012).
Menurut Doenges (2014) intervensi dari beberapa diagnosa keperawatan pneumonia
yaitu :

1. Bersihkan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produktif sputum
di jalan napas.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebersihan jalan napas


kembali efektif.

Kriteria : mengidentifikasi atau menunjukkan perilaku mencapai kebersihan jalan napas,


menunjukan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih, tidak ada dispnea, sianosis.

Intervensi :

a. Kaji frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada.

Rasional : Takipnea, pernapasan dangakal, dan gerakan dada tak simetris sering terjadi
karena ketidak nyamanan gerakan dinding dada dan cairan paru.

b. Auskultasi area paru, catat area penemuan tak ada aliran udara dan bunyi naoas
adventisius misalnya : krekels,mengi.

Rasional : penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi
napas bronchial (normal pada bronkus) dapat juga pada area konsolidasi.

c. Bantu pasien latihan napas sering. Tunjukan / bantu pasien memperlajari an


melakukan batuk. Misalnya : menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk
tinggi.

Rasional : Napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru atau jalab napas
lebih kecil.

d. Penghisapan section sesuai indikasi.

Rasional : Merangsang batuk atau pembersihkan jalan napas secara mekanik pada pasien
yang tak mampu melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran.

e. Berikan cairan sedikitnya 2500ml/hari (kecuali kontaindikasi). Tawarkan air hangat


dari pada dingin.

Rasional : cairan khususnya yang hangat memobilisasi dan mengeluarkan sekret.

f. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi.

Rasional : Untuk menurunkan spasne bronkus dengan mobilisasi sekret.

2. Ganguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kapiler


(efek inflamasi).
Tujuan : setelah melakukan tindakan keperawatan diharapkan gangguan pertukaran gas
tidak terjadi.

Kriteria hasil : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA
dalam retan norma dan tidak ada gejala distress pernapasan, berpartisipasi pada tindakan
untuk memaksimalkan oksigenasi.

Intervensi :

a.kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernapas.

Rasional : Manifestasi distres pernapasan tergantung pada / indikasi derajat keterlibatan


paru dan status kesehatan umum.

b. Observasi warna kulit, membrane, dan kuku, catat adanya sianosis perifer atau sianosis
sentral.

Rasional : Sianosi kuju menunjukkan vasokondria atau respon tubuh terhadap demam
atau menggil.

c. Kaji status mental.

Rasional : Gelisah, mudah terangsang bingung dan somnolen dapat menunjukkan


hipoksemi atau penurunan oksigenasi serebral.

d. Pertahanankan istirahat tidur. Dorongan menggunakan teknik relaksasi dan aktivitas


senggang.

Rasional : Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan atau konsumsi oksigen
untuk memudahkan perbaikan infeksi.

e. Awasi frekuensi jantung/ irama

Rasional : Takikardia biasanya ada sebagian akibat demam/dehidrasi tetaoi dapat sebagai
respons terhadap hipoksemia.

f. Kolaborasi dalam pemberian teraoi oksigen, misalnya: dengan nasal atau masker.

Rasional : Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg.


Oksigen diberikan dengan metode yang memberikan tepat dalam toleransi pasien.

3. Resiko tinggi penyebaran ifeksi berhubungan dengan ketidak adekuatan kerja silia,
perlengkapan secret pernapasan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak ada tanda-tanda


infeksi.

Kriteria hasil : Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi, dab
mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko infeksi.
Intervensi :

a. Pantau tanda-tanda vital, khususnya pada awal terapi.

Rasional : Selama periode ini potensi komplikasi fatal (hipotensi/syok) dapat terjadi.

b. Anjurankan pasien mempertahankan pengeluaran sekret dan melaporkan perubahan


warna, jumlah, dan bau sekret.

c. Ubah posisi dengan sering.

Rasional : Meningkatkan pengeluaran sekret dan pembersihkan infeksi.

d. Batasi pengunjung sesuai indikasi.

Rasional : Menurunkan pemajanan terhadap pathogen infeksi lain.

e. Dorongan keseimbangan istirahat adekuat aktivitas sedang.

Tingkatkan masukan nutrisi adekuat.

Rasional : Memudahkan proses penyembuhan dan meningkatkan ketahanan

f. Kolaborasi dalam pemeriksaan antimikrobiologi sesuai indikasi dengan kultur sputum


atau darah.

Rasional : Obat ini digunakan untuk membunuh kebanyakan microbial pneumonia.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen.

Tujuan : Selama dilakukan tindakan keperawatan aktivitas dapat terpenuhi.

Kriteria hasil : menunjukan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat di ukur
dengan tidak adanya dispnea, kelebihan dan keletihan, dan tabda-tanda vital dalam
rentang normal.

a. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas. Catatan laporan dispnea,peningkatan


kelemahan atau kelelahan, dan perubahan tanda-tanda vital selama dan setelah aktivitas.

Rasional : Menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien dab memudahkan pilihan


intervensi.

b. Berikan lingkungan tentang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.

Rasional : Menurunkan stress dan rangsangan berlebih, meningkatkan istirahat.

c. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengorbanan dan perlu keseimbangan


aktivitas dan istirahat.
Rasional : Tirah baring dipertahankan selam fase akut untuk menurunkan metabolik,
menghemat energi untuk penyembuhan.

d. Bantuan pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan tidur.

Rasional : Pasien mungkin nyaman dengan posisi semi fowler.

e. Bantu aktivitas perawat diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas
selama fase penyembuhan.

Rasional : Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplay dab kebutuhan


oksigen.

5. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru.

Tujuan : Selama dilakukan mengatakan nyeri hilang atau terkontrol, menunjukan rileks,
istirahat tidur, dan peningkatan aktivitas yang tepat.

Intervensi :

a. Tentukan karakteristik nyeri, misalnya : tajam,konstan, ditusuk.

Pantau perubahan karakter/lokasi/intensitas nyeri.

Rasional : Nyeri dada biasanya ada dalan beberapa derajat pneumonia, juga dapat timbul
komplikasi pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis.

b. Pantauan tanda-tanda vital.

Rasional : perubahan frekuensi jantung atau tekanan darah menunjukkan bahwa


mengalami nyeri.

c. Anjurkan dan bantu klien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.

Rasional : Meningkatkan keefektifan upaya batuk.

d. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian non produktif dan menurunkan mukosa
berlebihan, meningkatkan kenyamanan.

6. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan


metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.

Tujuan : Nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan klien.

Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan napsu makan, dan mempertahankan /


meningkatkan berat badan.

Intervensi :

a. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/muntah,misalnya:


Sputum banyak,dispea,nyeri.

Rasional : Tindakan yang di lakukan tergantung pada penyebab masalah.

b. Doringan untuk kebersihan mulut.

Rasional : Meningkatkan raa bau lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual.

c. Evaluasi status nutrisi dan ukuran berat badan.

Rasional : Mengetahui peningkatan nutrisi selama sakit.

7. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan


berlebih (demam, berkeringat banyak, napas mulut/ hiperventilasi, muntah).

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan cairan terpenuhi.

Kriteria hasil : menunjukan keseimbangan cairan dibuktikan dengan membran mukosa


lembab, turgor kulit baik, tanda-tanda vital stabil.

Intervensi :

a. Kaji perubahan tanda vital

Rasional : Tekanan darah berubah dan peningkatan takikardia menunjukan kekurangan


cairan sistemik.

b. Catat laporan mual dan muntah

Rasional : adanya gejala ini menurunkan masukan oral.

c. Pantau masukan dan pengeluaran, catat warna,karakter urine.

Rasional : Berikan informasi tentang keadaan volume cairan dalam kebutuhan


penggantian.

d. Tingkatkan cairan sedikitnya 2500ml/hari atau sesuai kondisi klien.

Rasional : pemenuhab kebutuhan cairan,menurunkan resiko dehidrasi.

e. Berikan cairan tanbahan IV sesuai keperluan.

Rasional : penggunaan parenteral dapat memperbaiki / mencegah kekurangan cairan.

8. Ganguan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola nafas efektif.

Kriteria hasil : Tidak ada suara nafas tanbahan, tidak ada pernafasan cuping hidung
maupun otot bantu pernapasan, klien merasa nyaman tanpa adanya depresi pernapasan.

a. Posisikan semifowler untuk vebtilasi yang maksimum.


Rasional : jalan nafas terbuka dan memungkinkan ekspresi paru yang maksimum.

b. Hindari pakai yang ketat.

Rasional : pakaian longgar memudahkan dalam bernafas.

c. Tingkatkan istirahat dan tidur dengan penjadwalan yang tepat.

Rasional : istirahat dapat menyimpan energi yang diperlukan,untuk melawan infeksi.

9. Hipertermi berhubungan dengan laju metabolisme umum sekunder dari reaksi sistemik
bakteremia.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapakan suhu tubuh dalam rentang
normal (36,5 - 37,5 C).

Kriteria hasil : suhu tubuh normal (36,5 - 37,5 C), tidak wda peningkatan suhu tubuh,
klien tenang, membran mukosa lembab.

Intervensi :

a. Kaji suhu tubuh klien saat timbulnya demam.

Rasional : Mengidentifikasi pola denam

b. Kaji tanda-tanda vital tiap 3 jam atau lebih sering.

c. Berikan antipireptik sesuai yang diresepkan.

Rasional : Mempercepat penurunan suhu tubuh.

d. Berikan antibiotik sesuai yang diresepkan.

Rasional : Mencegah penyebaran infeksi kuman lebih luas.


G. Terapi Penyakit Pneumonia

Terapi infeksi Subgrup Obat Pilihan Utama Alternatif


Pernapasan bawah
Infeksi pernapasan Semua grup Amoksilin atau co-Amoxiclav
bawah Tetrasiklin macrolide
levofloxacin,moxifloxacin
PPOK Ringan Amoksilin atau co-Amoxiclav,
Tetrasiklin macrolide,
Levofloxacin
Moxifloxacin.
Sedang co-amoxiclave
Berat dan risiko ciprofloxacin
p.aeruginosae p.aeruginosae

Pneumonia Ringan Penisilin Gimacrolid levofloxacin,moxi


Aminopenisilinimacrolid floxacin
Co-amoxiclavimacrolid
Cephalosporin generasi cephalosporin
Ke 2 dan 3
Berat Cephalosporin generasi
generasi ke-3+
Berat & Resiko Ke 3 dan maklorida
p.aeruginosae

H. Komplikasi
Menurut Bararah dan Jauhar (2013) komplikasi yang dapat terjadi pada
pneumonia yaitu :
1. Efusi pleura
2. Hipoksia
3. Fibrosis aru
4. Atelektasis absorpsi
5. Rusaknya jalan nafas
6. Kematian
I. Pathway
Jamur, Bakteri, Protozoa

Masuk ke dalam Masuk


tubuh Alveoli

Resiko tinggi
penyebaran infeksi

Bakteri bekerja sebagai Kongresif (4-12 jam)


antigen akan Eksudat dan Serous
mempengaruhi sistem imun masuk Alveoli
Nyeri Pleureitik

Hepatitis merah (48) jam. Penumpukan cairan


Paru-paru tampak merah dalam alveoli
Sel darah putih diproduksi dan bergranul karena SDM
lebih banyak untuk dan Leukosit DMN mengisi
meningkatkan pertahanan
tubuh melawan infeksi
Hepatitis kelabu (3-8 hari ) paru-
paru tampak kelabu karena
Leukosit dan Fibin mengalami
Konsolidasi di dalam Alveoli
Peningkatan
suhu tubuh PMN
Konsolidasi jaringan Gangguan
Meningka Pertukaran gas
paru
t

Compliance Paru Menurun

Bekeringat Metabolisme
meningkat
Gangguan Suplai
Resiko pola nafas oksigen Sputum
Nutrisi
tinggi menurun kental
kurang dari
kekurangan
kebutuhan
volume Intoleransi
tubuh
airan Aktivitas

Mual Gangguan bersihan


muntah jalan nafas
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pneumonia merupakan jenis penyakit yang dapat membahayakan nyawa
manusia apabila tidak segera ditangani. Terutama pada orang-orang tua, anak-
anak, dan mereka yang mempunyai masalah medis lain seperti pennyakit COPD,
penyakit jantung, diabetus millitus, dan kanker. Antibiotik atau terapi dari medis
sangat diperlukan dalam hal ini. Banyak masalah pneumonia yang berhasil
disembuhkan apabila mengikuti alur pengobatan yang benar. Penyebab penyakit
penumonia ini umumnya disebabkan oleh jenis bakteri streptococcus yang lebih
banyak menyerang pada orang tua, karena terdapat riwayat merokok.
B. Saran
Setelah mengetahui penyebab dan bahaya dari penyakit pneumonia, alahkah
baiknya kita menghindari faktor penyebab dan resiko yang menyebabkan penyakit
bertambah parah. Menerapkan pola hidup sehat dengan berolahraga secara rutin.
Menghidari rokok dan minuman yang mengandung alkohol saat remaja ataupun
dewasa.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai