Anda di halaman 1dari 33

Kelompok 5 Angkatan 2012

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai negara kepulauan, Indonesia mempunyai 17.408 pulau. Negara dengan
julukan zamrud khatulistiwa ini terletak pada posisi silang antara dua benua dan dua
samudera. Indonesia memiliki iklim tropis, cuaca dan musim yang menghasilkan
kondisi alam yang tinggi nilainya, termasuk kekayaan keanekaragaman hayati serta
sumber daya alam yang terkandung dalam perut Republik Indonesia (NKRI) terletak
pada koordinat 940 45 BT dan 1410 05 BT serta pada 060 08 LU dan 110 15 LS.
Luas wilayah mencapai 5,2 juta km2 yang terdiri dari 1,9 juta km2 wilayah daratan
dan 3,3 juta km2 wilayah lautan (Kementerian Lingkungan Hidup, 2010).
Persoalan yang dialami dunia, tak terecuali di Indonesia adalah berkenaan
dengan perubahan iklim. Indonesia sebagai negara tropis dan kepulauan,
dikategorikan sebagai salah satu negara yang rentan terhadap perubahan iklim.
Dampak perubahan iklim sudah menjadi ancaman yang cukup serius bagi lingkungan.
Tanda- tanda dari dampak perubahan iklim di Indonesia dapat dilihat dari adanya
kenaikan temperatur udara, perubahan curah hujan, kenaikan permukaan air laut dan
perubahan musim yang ekstrim. Kondisi ini menyebabkan terjadinya bencana
kekeringan, banjir, longsor dan bencana alam lainnya (Kementerian Lingkungan
Hidup, 2010).
Fenomena El Nino yang terjadi baru-baru ini menambahkan keprihatinan
mengenai kondisi lingkungan hidup di Indonesia. Umumnya El Nino terjadi antara
bulan Mei hingga Juli. Namun di tahun 2015, El Nino diperkirakan berlangsung
hingga akhir tahun 2015. Selain itu ditambah juga dengan adanya kebakaran hutan
yang meluas di berbagai titik di Indonesia yang menjadikan udara begitu tercemar.
Tidak menutup kemungkinan bahwa air dan tanah pun juga tercemar.
Sebagai dampaknya, akan banyak masalah dan penyakit-penyakit yang dapat
muncul karena hal tersebut. Sehingga penulis mempelajari tentang kesehatan
lingkungan, bagaimana terjadinya, penyebabnya, cara penanganan dan pencegahan
untuk mengurangi penyebab penyakit akibat hal tersebut di Indonesia tersebut

Blok 21 Modul 1 Manajemen Kesehatan Berbasis Wilayah 1


Kelompok 5 Angkatan 2012

sebagai upaya promotif untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan


masyarakat Indonesia di tengah kondisi pencemaran lingkungan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari DKK ini di harapkan kami sebagai mahasiswa mampu
memahami dan menjelaskan tentang pencemaran lingkungan berupa pencemaran
udara, air, dan tanah yang mencakup pengertian, persebaran pencemaran, penyebab,
mekanisme terjadinya, tanda pencemaran dan dampak bagi kesehatan, manajemen
tatalaksana dan pencegahan, serta prognosis dari pencemaran tersebut.

1.3 Manfaat
Laporan ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa sebagai sumber referensi
mengenai Manajemen Kesehatan Berbasis Wilayah, terutama tentang pencemaran
lingkungan dan hubungannya dengan kesehatan. Dengan laporan ini, diharapkan
mahasiswa mampu memahami pengertian, persebaran pencemaran, penyebab,
mekanisme terjadinya, tanda pencemaran dan dampak bagi kesehatan, manajemen
tatalaksana dan pencegahan, serta prognosis dari pencemaran udara, air, dan tanah.

BAB II
ISI

Blok 21 Modul 1 Manajemen Kesehatan Berbasis Wilayah 2


Kelompok 5 Angkatan 2012

2.1 Skenario
Kabut Asap dan El Nino

Kabut asap telah terjadi di Indonesia sejak akhir Juni 2015, akhirnya berubah
menjadi masalah regional di Asia Tenggara mulai bulan September 2015.
Pembakaran hutan diduga sebagai penyebabnya, sebagai upaya pembukaan lahan
ilegal, khususnya di Sumatera dan Kalimantan. Pada pertengahan Oktober 2015,
tercatat PSI (Pollutant Standards Index) di Kalimantan Tengah mencapai angka
tertinggi yaitu 330. Lebih dari 28 juta penduduk di Indonesia terkena dampaknya,
dengan lebih dari 140.000 kasus masalah kesehatan pada sistem pernafasan. Kabut
asap semakin bertambah parah akibat adanya dampak El Nino, yang menyebabkan
kekeringan di sebagian besar wilayah Indonesia, sehingga api lebih mudah tersulut &
menyebar kemana-mana.
Dampak El Nino berupa berkurangnya curah hujan di beberapa wilayah
Indonesia, sangat sulit untuk diredam, karena fenomena ini adalah fenomena global.
Kekeringan ini membuat banyak warga masyarakat yang mengalami kesulitan untuk
mendapatkan air bersih. Sering ditemukan warga masyarakat yang terpaksa
menggunakan air dengan kualitas apa adanya. Masalah kesehatan yang muncul dari
penggunaan air yang terkontaminasi, turut menambah panjang deretan masalah
kesehatan, yang melanda Indonesia di penghujung tahun ini.

2.2 Step 1 Identifikasi Istilah


1. El Nino
Gejala penyimpangan kondisi laut, ditandai dengan meningkatnya suhu
permukaan laut, sehingga menyebabkan penyimpangan kondisi atmosfer dan
berdampak pada penyimpangan iklim.

2. PSI (Pollutant Standard Index)


Indeks Standar Polutan Udara yang merupakan laporan kualitas udara kepada
masyarakat untuk menerangkan seberapa bersih atau tercemarnya udara dan

Blok 21 Modul 1 Manajemen Kesehatan Berbasis Wilayah 3


Kelompok 5 Angkatan 2012

bagaimana dampaknya terhadap kesehatan setelah menghirup udara tersebut


selama beberapa jam/hari/bulan.

2.3 Step 2 Identifikasi Masalah


1. Bagaiman interpretasi dari PSI 330 ?
2. Apa hubungan kebakaran hutan dengan pencemaran udara ?
3. Akibat kekeringan, masalah kesehatan apa saja yang bisa timbul ? Dan
bagaimana kandungan air yang terkontaminasi serta masalah kesehatan apa saja
yang timbul ?
4. Pencegahan apa saja yang bisa dilakukan ?
5. Apa yang seharusnya dilakukan atau dibuat oleh pemerintah atau instansi terkait?

2.4 Step 3 Curah Pendapat


1. Berikut merupakan rentang PSI (atau ISPU, Indeks Standar Pencemaran Udara)
a. 0 50: sehat, tingkat kualita udara yang tidak memberi efek kesehatan
manusia atau hewan dan tidak mempengaruhi tumbuhan, bangunan, atau
estetika.
b. 51 100 : moderate, kualitas udara yang tidak berpengaruh pada kesehatan
manusia/hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan dan estetika.
c. 101 200 : tidak sehat, merugikan pada manusia dan kelompok hewan serta
menimbulkan kerusakan pada tumbuhan dan nilai estetika.
d. 201 300 : sangat tidak sehat, tingkatan udara yang daoat merugikan
kesehatan populasi yang terpapar.
e. 301 500 : berbahaya, memiliki efek yang buruk dan dapat menimbulkan
masalah kesehatan yang serius pada populasi.
ISP 330 berarti kondisi udara di lokasi tersebut ada di taraf bahaya, dimana
secara umum merugikan kesehatan dan dapat menimbulkan masalah yang serius
pada populasi yang terpapar.
2. Hubungan

Blok 21 Modul 1 Manajemen Kesehatan Berbasis Wilayah 4


Kelompok 5 Angkatan 2012

Kebakaran dapat menyebabkan banyak gas-gas berbahaya dan partikel debu yang
konsentasinya berlebihan dalam udara. Sehingga mencemari udara dan dapat
berefek buruk bagi populasi.
3. Kekeringan
a. Dampak bagi manusia berupa dehidrasi dan secara umum sumber air bersih
menjadi kurang.
b. Air terkontaminasi dapat disebabkan berbagai jenis kandungan pencemar
misal mikroorganisme patogen seperti bakteri atau virus, dan logam berat
seperti merkuri, besi dan timbal. Dampak yang ditimbulkan seperti diare
atau gatal-gatal
4. Pencegahan
a. Kabut asap : menggunakan masker dan mengurangi aktivitas diluar rumah
b. Kebakaran : jangan merokok dan jangan bakar-bakar
5. Yang bisa dilakukan oleh pemerintah atau instansi terkait berupa pencegaha
pembakaran lagi, misalnya dengan membuat regulasi, menindaktegas pelaku
pembakaran hutan, dan mengadakan penyuluhan tentang bahaya yang dapat
timbul.

2.5 Step 4 Strukturisasi Konsep

Blok 21 Modul 1 Manajemen Kesehatan Berbasis Wilayah 5


Kelompok 5 Angkatan 2012

2.6 Step 5 Merumuskan Sasaran Pembelajaran


Mahasiswa mampu mempelajari, memahami, dan menjelaskan definisi, epidemiologi,
penyebab, mekanisme, tanda dan dampak pencemaran, manajemen dan pencegahan,
serta prognosis dari beberapa macam pencemaran lingkungan, yaitu :
1. Udara
2. Air
3. Tanah

2.7 Step 6 Belajar Mandiri


Dalam step 6 ini, masing-masing dari mahasiswa melakukan belajar mandiri untuk
mempelajari learning objective yang ingin dicapai pada Selasa, 24 November 2015
sampai Kamis, 26 November 2015.

2.8 Step 7 Sintesis

Blok 21 Modul 1 Manajemen Kesehatan Berbasis Wilayah 6


Kelompok 5 Angkatan 2012

Menurut UU No. 32 Tahun 2009, pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya


makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau
berubahnya tatanan ingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam sehingga
kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan
menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (DPR
RI, 2009).
1. Pencemaran Udara
a. Definisi dan Epidemiologi
Pencemaran udara adalah peristiwa masuknya atau tercampurnya polutan
(unsur-unsur berbahaya) ke dalam lapisan udara (atmosfer) yang dapat
mengakibatkan menurunnya kualitas udara (lingkungan) (EPA, 2010).
Pencemaran dapat terjadi di mana-mana. Bila pencemaran tersebut terjadi di
dalam rumah, di ruang-ruang sekolah ataupun di ruang-ruang perkantoran maka
disebut sebagai pencemaran dalam ruang (indoor pollution). Sedangkan bila
pencemarannya terjadi di lingkungan rumah, perkotaan, bahkan regional maka
disebut sebagai pencemaran di luar ruang (outdoor pollution) (EPA, 2010).
Umumnya polutan yang mencemari udara berupa gas dan asap. Gas dan asap
tersebut berasal dari hasil proses pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna,
yang dihasilkan oleh mesin-mesin pabrik, pembangkit listrik dan kendaraan
bermotor. Selain itu, gas dan asap tersebut merupakan hasil oksidasi dari
berbagai unsur penyusun bahan bakar yaitu CO2, CO, SOx, dan Nox(EPA,
2010).
Kualitas udara, terutama di kota-kota besar dan metropolitan, sangat
dipengaruhi oleh kegiatan transportasi. Pada tahun 2008 kegiatan transportasi di
Indonesia diperkirakan mengemisikan CO2, CH4, dan N2O masing-masing
sebesar 83 juta ton, 24 ribu ton, dan 3,9 ribu ton (Kementerian Lingkungan
Hidup, 2010).

b. Penyebab dan Mekanisme


Pencemaran udara disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Faktor alam (internal) yang bersumber dari aktivitas alam
Blok 21 Modul 1 Manajemen Kesehatan Berbasis Wilayah 7
Kelompok 5 Angkatan 2012

Contoh:
- abu yang dikeluarkan akibat letusan gunung berapi
- gas-gas vulkanik
- debu yang beterbangan di udara akibat tiupan angin
- bau yang tidak enak akibat proses pembusukan sampah organik
2. Faktor manusia (eksternal) yang bersumber dari hasil aktivitas manusia
Contoh:
- Hasil pembakaran bahan-bahan fosil dari kendaraan bermotor
- Bahan-bahan buangan dari kegiatan pabrik industri yang memakai zat
kimia organik dan anorganik
- Pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara
- Pembakaran sampah rumah tangga
- Pembakaran hutan

Perbandingan antara pertumbuhan ekonomi dengan emisi gas CO2 (EPA,


2010). Ada beberapa polutan yang dapat menyebabkan pencemara udara, antara
lain:
Karbon monoksida (CO)
Gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan bersifat racun. Dihasilkan
dari pembakaran tidak sempurna bahan bakar fosil, misalnya gas buangan
kendaraan bermotor.
Nitrogen dioksida (NO2)
Gas yang paling beracun. Dihasilkan dari pembakaran batu bara di pabrik,
pembangkit energi listrik dan knalpot kendaraan bermotor.
Sulfur dioksida (SO2)

Blok 21 Modul 1 Manajemen Kesehatan Berbasis Wilayah 8


Kelompok 5 Angkatan 2012

Gas yang berbau tajam, tidak berwarna dan tidak bersifat korosi.
Dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang mengandung sulfur
terutama batubara. Batubara ini biasanya digunakan sebagai bahan bakar
pabrik dan pembangkit tenaga listrik.
Partikulat (asap atau jelaga)
Partikulat dikategorisasikan berdasarkan ukuran dari partikulat. Partikulat
dibentuk dari emisi amonia, sulfur dioksida, dan oksida nitrogen, serta
dari emisi bahan organik seperti sumber pembakaran dan vegetasi.
Polutan udara yang paling jelas terlihat dan paling berbahaya. Dihasilkan
dari cerobong pabrik berupa asap hitam tebal (Defra, 2000).
Macam-macam partikel, yaitu:
Aerosol : partikel yang terhambur dan melayang di udara
Fog (kabut) : aerosol yang berupa butiran-butiran air dan berada di
udara
Smoke (asap) : aerosol yang berupa campuran antara butir padat dan
cair dan melayang berhamburan di udara
Dust (debu) : aerosol yang berupa butiran padat dan melayang-
layang di udara
Hidrokarbon (HC)
Uap bensin yang tidak terbakar. Dihasilkan dari pembakaran bahan bakar
yang tidak sempurna.
CFC
Gas yang dapat menyebabkan menipisnya lapisan ozon yang ada di
atmosfer bumi. Dihasilkan dari berbagai alat rumah tangga seperti kulkas,
AC, alat pemadam kebakaran, pelarut, pestisida, alat penyemprot
(aerosol) pada parfum dan hair spray.
Timbal (Pb)
Logam berat yang digunakan manusia untuk meningkatkan pembakaran
pada kendaraan bermotor. Hasil pembakaran tersebut menghasilkan
timbal oksida yang berbentuk debu atau partikulat yang dapat terhirup
oleh manusia.
Karbon dioksida (CO2)
Gas yang dihasilkan dari pembakaran sempurna bahan bakar kendaraan
bermotor dan pabrik serta gas hasil kebakaran hutan.
c. Dampak Pencemaran

Blok 21 Modul 1 Manajemen Kesehatan Berbasis Wilayah 9


Kelompok 5 Angkatan 2012

Pencemaran udara dapat berdampak pada lingkungan dan manusia.


Pencemaran udara dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan alam, antara
lain:
1. Hujan asam
Hujan asam adalah presipitasi yang terdiri dari sejumlah nitrit dan asam sulfat
yang berbahaya. Asam-asam ini dibentuk dari nitrogen oksida dan sulfur
oksida yang dilepas ke atmosfer ketika bahan bakar fosil mengalami
pembakara. Komponen asam ini jatuh ke permukaan bumi ketika mengalami
presipitasi basah (hujan, salju, kabut) atau presipitasi kering (gas dan
partikulat) (Patrick, 2009).
SO2, NO2, dan NO3 yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar
fosil dan pembakaran batubara menguap ke udara. Sebagian lainnya
bercampur dengan O2 yang dihirup oleh makhluk hidup dan sisanya akan
langsung mengendap di tanah sehingga mencemari air dan mineral tanah. SO2
dan Nox yang menguap ke udara akan bercampur dengan embun. Dengan
bantuan cahaya matahari, senyawa tersebut akan diubah menjadi tetesan-
tetesan asam yang kemudian turun ke bumi sebagai hujan asam. Namun, bila
H2SO2 dan HNO2 dalam bentuk butiran-butiran padat dan halus turun ke
permukaan bumi akibat adanya gaya gravitasi bumi, maka peristiwa ini
disebut dengan deposisi asam (Patrick, 2009).
2. Penipisan lapisan ozon
Ozon (O3) adalah sebuah gas yang terbentuk di permukaan bumi dan di
lapisan stratosfer. Di permukaan bumi, ozon adalah sebuah polutan yang dapat
membahayakan kesehatan manusia. Fungsi dari stratosfer adalah untuk
melindungi bumi dari radiasi sinar ultraviolet yang dipancarkan sinar matahari
dan berbahaya bagi kehidupan (Patrick, 2009).
Namun zat kimia buatan manusia yang disebut sebagai bahan perusak ozon
ternyata mampu merusak lapisan ozon sehingga akhirnya lapisan ozon
menipis. Hal ini dapat terjadi karena zat kimia buatan tersebut dapat
membebaskan atom klorida yang akan mempercepat lepasnya ikatan O3
menjadi O2. Lapisan ozon yang berkurang disebut sebagai lubang ozon
(Patrick, 2009).

Blok 21 Modul 1 Manajemen Kesehatan Berbasis Wilayah 10


Kelompok 5 Angkatan 2012

3. Pemanasan Global
Kadar CO2 yang tinggi di lapisan atmosfer dapat menghalangi pantulan panas
dari bumi ke atmosfer sehingga permukaan bumi menjadi lebih panas.
Peristiwa ini disebut dengan efek rumah kaca. Efek rumah kaca ini
mempengaruhi terjadinya kenaikan suhu udara di bumi (pemanasan global).
Pemanasan global adalah kenaikan suhu rata-rata di seluruh dunia dan
menimbulkan dampak berupa berubahnya pola iklim (Patrick, 2009).
Permukaan bumi akan menyerap sebagian radiasi matahari yang masuk ke
bumi dan memantulkan sisanya. Namun, karena meningkatnya CO2 di lapisan
atmosfer maka pantulan radiasi matahari dari bumi ke atmosfer tersebut
terhalang dan akan kembali dipantulkan ke bumi. Akibatnya, suhu di seluruh
permukaan bumi menjadi semakin panas (pemanasan global). Peristiwa ini
sama dengan yang terjadi di rumah kaca. Rumah kaca membuat suhu di dalam
ruangan rumah kaca menjadi lebih panas bila dibandingkan di luar ruangan.
Hal ini dapat terjadi karena radiasi matahari yang masuk ke dalam rumah kaca
tidak dapat keluar (Patrick, 2009).
Dampak pencernaan udara bagi manusia (EPA, 2010).
1. Nitrogen dioksida
Menyebabkan timbulnya penyakit paru, yang didahului gejala pulmonal serta
meningkatkan kemungkinan infeksi respirasi dan serangan asma.
2. Karbon Monoksida (CO)
Mengurangi jumlah oksigen yang bersirkulasi di dalam tubuh, memicu
penyakit jantung, dan nyeri dada. Karbon monoksida mampu mengikat Hb
(Hemoglobin) sehingga pasokan O2 ke jaringan tubuh terhambat. Hal tersebut
menimbulkan gangguan kesehatan berupa: rasa sakit pada dada, nafas pendek,
sakit kepala, mual, menurunnya pendengaran dan penglihatan menjadi kabur.
Selain itu, fungsi dan koordinasi motorik menjadi lemah. Bila keracunan berat
(70-80% Hb dalam darah telah mengikat CO) dapat menyebabkan pingsan
dan diikuti dengan kematian.
3. Ozon
Menyebabkan iritasi pada hidung, tenggorokan terasa terbakar dan
memperkecil paru-paru.
4. Hidrokarbon
Menyebabkan kerusakan otak, otot, dan jantung.
Blok 21 Modul 1 Manajemen Kesehatan Berbasis Wilayah 11
Kelompok 5 Angkatan 2012

5. Timbal
Menyebabkan gangguan pada tahap awal pertumbuhan fisik dan mental serta
mempengaruhi kecerdasan otak.

6. CFC
Menyebabkan melanoma khususnya bagi orang-orang berkulit terang, katarak,
dan melemahnya sistem daya tahan tubuh.
7. NO2
Menyebabkan iritasi pada paru-paru, mata dan hidung (EPA, 2010).
d. Parameter Pencemaran (berdasar ISPU atau PSI)
Status kualitas udara dilihat dari data pemantauan. Pemantauan kualitas udara
di Indonesia dilakukan dengan beberapa metode, yaitu:
Alat pemantauan otomatis dari Jaringan AQMS yang dilakukan di 10 kota
besar di Indonesia dengan data dilaporkan secara kontinu ke KLH .
Alat pemantauan manual aktif; dilakukan secara ad hoc atau teratur di
beberapa titik. Data ini tidak selalu tersedia.
Alat pemantauan pasif yang dilakukan di sekitar 30 ibukota provinsi.
Parameter pencemar yang dipantau umumnya adalah parameter pencemar
kriteria, yaitu SOx, Nox , CO, O3 dan partikulat PM10. Pemantauan terhadap
Gas Rumah Kaca dan komposisi kimia air hujan dilakukan di beberapa kota di
Indonesia oleh berbagai institusi seperti LAPAN dan BMKG, selain oleh
Pusarpedal KLH (Kementerian Lingkungan Hidup, 2010).
Kementerian Lingkungan Hidup mengembangkan Jaringan Pemantauan
Kualitas Udara (Air Quality Monitoring System) dengan alat pemantau udara
secara otomatis sebanyak 43 stasiun yang tersebar di 10 kota, dengan jumlah
rata-rata lokasi pemantauan per kota. Dari hasil pemantauan adalah untuk
menentukan Index Standar Pencemar Udara (ISPU) yang merupakan indikator
kualitas udara suatu kota. Berikut merupakan rentang angka indeks tersebut
(Kementerian Lingkungan Hidup, 2010).
0 50: sehat, tingkat kualita udara yang tidak memberi efek kesehatan
manusia atau hewan dan tidak mempengaruhi tumbuhan, bangunan, atau
estetika.

Blok 21 Modul 1 Manajemen Kesehatan Berbasis Wilayah 12


Kelompok 5 Angkatan 2012

51 100 : moderate, kualitas udara yang tidak berpengaruh pada


kesehatan manusia/hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan dan
estetika.
101 200 : tidak sehat, merugikan pada manusia dan kelompok hewan
serta menimbulkan kerusakan pada tumbuhan dan nilai estetika.
201 300 : sangat tidak sehat, tingkatan udara yang daoat merugikan
kesehatan populasi yang terpapar.
301 500 : berbahaya, memiliki efek yang buruk dan dapat menimbulkan
masalah kesehatan yang serius pada populasi.
e. Manajemen Pencemaran
Untuk mengendalikan emisi dari sumber bergerak telah dilakukan beberapa
respons, baik program baru maupun lanjutan, yang dilakukan oleh Kementerian
Lingkungan Hidup, maupun sektor-sektor terkait. KLH mencanangkan Program
Langit Biru sejak tahun 2004, termasuk pengembangan standard dan teknologi
untuk emisi dan kebisingan kendaraan bermotor, bahan bakar bersih, inspeksi dan
perawatan kendaraan bermotor, pengembangan kapasitas dan partisipasi
masyarakat (Kementerian Lingkungan Hidup, 2010).
Kementerian Perhubungan sebagai sektor yang paling terkait dengan
pelaksanaan pengendalian emisi mengembangkan program Bus Rapid Transit
(BRT) dan pemberian penghargaan Wahana Tata Nugraha kepada kota-kota yang
mengembangkan transportasi berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.
Deskripsi dari berbagai kegiatan tersebut sebagian telah diberikan pada SLHI
2009. Kegiatan baru yang dilaksanakan oleh Kementerian Perhubungan adalah
Public Transport Day. Pada program ini adalah program internal di dalam
Kemenhub yang mewajibkan penggunaan kendaraan umum 1 hari dalam
seminggu (Kementerian Lingkungan Hidup, 2010).
Kementerian Lingkungan Hidup telah melakukan pendataan beban emisi dari
beberapa industri, seperti pembangkit listrik dan eksplorasi minyak dan gas sejak
tahun 2009, terdiri dari pencemar udara SOx, Nox, partikulat, CO, NMHC dan gas
rumah kaca yaitu CO2, CH4, N2O. Tindakan ini dilakukan guna mengurangi emisi
dari perusahaan-perusahaan (Kementerian Lingkungan Hidup, 2010).

Blok 21 Modul 1 Manajemen Kesehatan Berbasis Wilayah 13


Kelompok 5 Angkatan 2012

Untuk dampak dari pencemaran udara, dapat dicegah dengan pemakaian


masker. Dan apabila sudah muncul tanda dan gejala penyakit infeksi saluran
napas, masyarakat diharapkan segera mendatangi pelayanan kesehatan primer.

2. Pencemaran Air
a. Definisi
Pencemaran air dapat terjadi di sungai, air tanah, maupun laut. Menurut
peraturan pemerintah (PP) No. 82 tahun 2001 mengenai lingkungan, pencemaran
air adalah masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi dan atau
komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun
hingga tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai
dengan peruntukkannya (Kementerian Lingkungan Hidup, 2010).
Pengertian lain dari pencemaran air yaitu masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain ke dalam air atau berubahnya
tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas air
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau tidak
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Kementerian Lingkungan Hidup,
2010).
b. Penyebab dan Mekanisme
Pencemaran air dapat bersumber dari limbah rumah tangga, limbah pertanian,
dan limbah industri. Pencemaran air dapat berwujud padat dan cair dan ada yang
bersifat organik atau anorganik. Polusi air yang berat dapat menyebabkan polutan
meresap ke dalam air tanah yang menjadi sumber air untuk kehidupan sehari-hari
seperti mencuci, mandi, memasak, dan untuk air minum. Air tanah yang sudah
tercemar akan sulit sekali untuk dikembalikan menjadi air bersih. Pengenceran
dan penguraian polutan pada air tanah sulit sekali karena airnya tidak mengalir
dan tidak mengandung bakteri pengurai yang aerob (Kistinnah, 2006).
Penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan merupakan salah satu
sumber pencemaran air. Pupuk dan pestisida yang larut di air akan menyebabkan
eutrofikasi yang mengakibatkan ledakan (blooming) tumbuhan air, misalnya alga
dan ganggang. Keadaan ini akan mengganggu kehidupan makhluk hidup di
Blok 21 Modul 1 Manajemen Kesehatan Berbasis Wilayah 14
Kelompok 5 Angkatan 2012

dalam air karena tertutupnya permukaan air oleh tumbuhan air akan menghalangi
masuknya cahaya matahari ke dalam air. Hal ini berpengaruh pada kegiatan
fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton yang semakin berkurang. Secara
tidak langsung juga terjadi pengurangan ketersediaan oksigen di dalam air yang
sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup yang ada di dalam air untuk respirasi.
Selain itu, adanya populasi tumbuhan air yang sangat cepat juga memicu
terjadinya pendangkalan sungai. Akibat selanjutnya adalah cepat rusaknya
bendungan dan mudahnya terjadi banjir (Kistinnah, 2006).
Secara umum, pencemaran air dapat disebabakan oleh berbagai jenis polutan
yang dapat dikategorikan sebagai berikut (Kistinnah, 2006).
1. Infection Agent (Agen Infeksius)
Infection agent (agen infeksius) merupakan bahan pencemar yang dapat
menyebabkan gangguan kesehatan manusia (penyakit). Bahan pencemar ini
berupa mikroorganisme patogen yang berasal dari excreta manusia dan hewan
yang tidak dikelola dengan baik. Untuk mendeteksi keberadaan
mikroorganisme patogen di dalam air, dapat digunakan bakteri Coliform
sebagai bakteri penunjuk (indicator organism). Jika dalam sampel air tersebut
ditemui indicator organism, air tersebut sudah tercemar oleh tinja
(mikroorganisme patogen). Akan tetapi, jika di dalam air tidak ditemukan
indicator organism, air tersebut tidak tercemar oleh tinja (mikroorganisme
patogen) (Kistinnah, 2006).
2. Zat-Zat Pengikat Oksigen (Dissolved Oxygen)
Dissolved oxygen atau jumlah oksigen terlarut adalah indikator yang baik
untuk menentukan kualitas air. Kandungan oksigen dalam air di atas 6 ppm
dapat mendukung kehidupan tumbuhan, ikan, dan makhluk hidup dalam air.
Kandungan oksigen kurang dari 2 ppm hanya dapat mendukung kehidupan
cacing, bakteri, jamur, dan mikroorganisme pengurai (Kistinnah, 2006).
Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari difusi oksigen dan proses
fotosintesis fitoplankton. Oksigen digunakan untuk proses respirasi makhluk
hidup air dan proses kimia dalam air. Apabila dalam suatu perairan banyak

Blok 21 Modul 1 Manajemen Kesehatan Berbasis Wilayah 15


Kelompok 5 Angkatan 2012

kemasukan sisa makanan, jumlah mikroorganisme dalam perairan tersebut


akan meningkat. Hal ini akan berakibat pada peningkatan jumlah oksigen
dalam air yang digunakan untuk pernapasan mikroorganisme sehingga
menurunkan jumlah oksigen terlarut (Kistinnah, 2006).
Jika bahan organik telah habis, jumlah mikroorganisme akan berkurang
pula sehingga secara alamiah kandungan oksigen di dalam akan naik dan
kembali stabil. Hal ini dapat membahayakan kehidupan makhluk hidup di
dalam air jika pembuangan sisa makanan ke dalam perairan tersebut terjadi
secara terus-menerus (Kistinnah, 2006).
3. Sedimen
Sedimen terdiri atas tanah dan pasir yang masuk ke air dari erosi atau
banjir dan dapat menimbulkan pendangkalan aliran sungai. Selain itu,
sedimentasi dapat menimbulkan kekeruhan air yang menghalangi penetrasi
cahaya matahari sehingga mengganggu proses fotosintesis fitoplankton yang
berarti pula berkurangnya pasokan oksigen dalam air (Kistinnah, 2006).
4. Nutrisi atau Unsur Hara (Nitrat dan Posfat)
Nutrisi atau unsur hara dapat mengakibatkan peningkatan produktivitas
primer yang ditimbulkan oleh adanya penyaringan air dengan unsur hara yang
dibutuhkan oleh tumbuhan (Eutrofikasi). Keadaan ini dapat meningkatkan
populasi ganggang dan bakteri dalam perairan tersebut. Akibatnya, air
menjadi keruh dan bau. Selain itu, juga menghambat proses masuknya
oksigen ke perairan yang secara tidak langsung dapat menurunkan kadar
oksigen di dalam air (Kistinnah, 2006).

5. Pencemar Anorganik
Bahan pencemar anorganik adalah logam, garam, asam, dan basa. Merkuri,
kadmium, timbel, dan nikel adalah logam dengan kadar yang relatif kecil
sudah dapat mengakibatkan pencemaran. Asam dapat masuk ke dalam air dari
produk samping proses industri dan pelapisan logam. Asam dan basa ini dapat
menyebabkan perubahan pH air yang dapat mengganggu kehidupan di dalam

Blok 21 Modul 1 Manajemen Kesehatan Berbasis Wilayah 16


Kelompok 5 Angkatan 2012

air. Contoh lain, kasus keracunan kobalt yang terjadi di Nebraska merupakan
penyakit tidak menular yang disebabkan oleh kontaminasi kobalt di dalam air.
Akibat keracunan ini timbul penyakit jantung, kerusakan kelenjar gondok,
darah tinggi, dan kaki bengkak (Kistinnah, 2006).
6. Zat Kimia Organik
Banyak zat kimia organik yang mempunyai toksisitas yang tinggi.
Kontaminasi antara zat kimia organik dengan air dapat mengancam kesehatan
makhluk hidup di dalamnya. Zat kimia organik digunakan dalam industri
kimia, misalnya, untuk pembuatan pestisida, plastik, produk farmasi, pigmen,
dan produk lainnya (Kistinnah, 2006).
7. Energi Panas
Kualitas air akan turun jika terjadi perubahan temperatur. Pembuangan air
limbah yang mengandung panas mengakibatkan kenaikan temperatur yang
menyebabkan turunnya kadar oksigen dalam air. Air yang panas pada
permukaan air dapat menghambat masuknya oksigen ke dalam air di level
bawah (Kistinnah, 2006).
8. Zat Radioaktif
Zat radioaktif yang teraplikasi dalam teknologi nuklir yang digunakan pada
berbagai bidang dapat menimbulkan sisa pembuangan. Dapat saja sisa zat
radioaktif tersebut terbawa ke dalam lingkungan air. Pengaruh radioaktif ini
dapat mengakibatkan gangguan pada proses pembelahan sel, rusaknya
kromosom, dan lebih jauh dalam waktu yang lama dapat terjadi kerusakan
sistem reproduksi dan sel tubuh (Kistinnah, 2006).
c. Dampak Pencemaran
Polutan dalam air mencakup unsur-unsur kimia, pathogen/bakteri dan
perubahan sifat fisika dan kimia dari air. Banyak unsur-unsur kimia merupakan
racun yang mencemari air. Patogen/bakteri mengakibatkan pencemaran air
sehingga menimbulkan penyakit pada manusia dan binatang, misalnya diare yang
disebabkan oleh kuman E. Coli. Adapuan sifat fisika dan kimia air meliputi
derajat keasaman, konduktivitas listrik, suhu dan pertilisasi permukaan air. Di

Blok 21 Modul 1 Manajemen Kesehatan Berbasis Wilayah 17


Kelompok 5 Angkatan 2012

negara-negara berkembang, seperti Indonesia, pencemaran air (air permukaan


dan air tanah) merupakan penyebab utama gangguan kesehatan
manusia/penyakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di seluruh dunia, lebih
dari 14.000 orang meninggal dunia setiap hari akibat penyakit yang ditimbulkan
oleh pencemaran air (Bahtiar, 2007).
d. Parameter Pencemaran
Untuk mengetahui tingkat pencemaran air dapat dilihat melalui besarnya
kandungan O2 yang terlarut. Ada 2 cara yang digunakan untuk menentukan
kadar oksigen dalam air, yaitu secara kimia dengan COD (Chemical Oxygen
Demand) dan BOD (Biochemical Oxygen Demand). Makin besar harga BOD
makin tinggi pula tingkat pencemarannya (Kistinnah, 2006).
e. Manajemen dan Pencegahan Pencemaran
Pada prinsipnya ada tiga (3) hal yang dapat dilakukan dalam rangka
pelestarian, pencegahan, dan penanggulangan kerusakan lingkungan akibat
pencemaran, yaitu (Bahtiar, 2007).
Tindakan secara administratif
Penanggulangan secara administratif dilakukan oleh pemerintah, dengan
mengeluarkan berbagai peraturan dan undang-undang. Antara lain peraturan
pemerintahan yang disetujui DPR tanggal 25 februari 1982. Disahkan
presiden tanggal 11 Maret 1982 menjadi UU No. 4 tahun 1982 yang berisi
ketentuan pengelolaan lingkungan hidup (Bahtiar, 2007).
Sebelum membangun pabrik atau proyek lainnya, para pengembang
diharuskan melakukan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL).
Analisis dampak dari berdirinya industri tersebut tujukan kepada pengelolaan
santasi secara luas terhadap lingkungan sekitarnya. Pemerintah juga
mengeluarkan baku mutu lingkungan, yaitu standar yang ditetapkan untuk
menentukan mutu lingkungan. Selain itu pemerintah juga mengeluarkan
program yang meliputi berbagai sektor dalam pembangunan berkelanjutan
sehingga di harapkan pembangunan dapat berlangsung lestari dengan
mempertahankan fungsi lingkungan lestari (Bahtiar, 2007).

Blok 21 Modul 1 Manajemen Kesehatan Berbasis Wilayah 18


Kelompok 5 Angkatan 2012

Tindakan dengan Menggunakan Teknologi


Penanggulangan secara teknologis, adalah dengan cara membangun unit
pengolahan limbah. Misalnya unit pengolah limbah yang mengolah limbah
cair sebelum dibuang ke lingkungan. Jika pengolahannya menggunakan
mikroba maka disebut pengolahan secara biologis dengan menggunakan
bakteri pengurai limbah (Bahtiar, 2007).
Tindakan Melalui Edukasi/Pendidikan
Penanggulangan secara edukatif adalah dengan mengadakan kegiatan
penyuluhan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya
kelestarian alam. Masyarakat rumah tangga mempunyai peranan yang cukup
besar dalam pencemaran lingkungan, khususnya air akibat sampah rumah
tangga. Karena itu perlu dipikirkan teknologi sederhana yang dapat diterapkan
kepada masyarakat untuk mengelola sampah rumah tangga secara swadaya.
Sampah rumah tangga secara umum dapat dibagi dua ada sampah anorganik
seperti plastik, gelas dan kaca serta botol kaleng dan sampah organik, seperti
sisa makanan, sisa sayuran dan lain-lain (Bahtiar, 2007).

3. Pencemaran Tanah
a. Definisi
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia
masuk dan merubah lingkungan tanah alami (Veegha, 2008). Darmono (2001)
menyatakan bahwa ada dua sumber utama kontaminasi tanah yaitu kebocoran
bahan kimia organik dan penyimpanan bahan kimia dalam bunker yang disimpan
dalam tanah, dan penampungan limbah industri yang ditampung dalam suatu
kolam besar yang terletak di atas atau di dekat sumber air tanah (Simangunsong,
2011).
b. Etiologi dan Mekanisme Pencemaran

Blok 21 Modul 1 Manajemen Kesehatan Berbasis Wilayah 19


Kelompok 5 Angkatan 2012

Pencemaran tanah biasanya terjadi karena beberapa penyebab kebocoran


limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan
pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-
permukaan; kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah;
air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung
dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping)
(Simangunsong, 2011).
Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka
ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran
yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di
tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia
ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya
(Simangunsong, 2011).
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah),
yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki
lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi,
limbah ini terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik. Dengan konsentrasi
dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap
lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan
penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh
limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah (Simangunsong, 2011).
Limbah industri yang bisa menyebabkan pencemaran tanah berasal dari:
pabrik, manufaktur, industri kecil, industri perumahan, bisa berupa limbah padat
dan cair (Simangunsong, 2011).
1. Limbah industri yang padat atau limbah padat yang adalah hasil buangan
industri berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses pengolahan.
Misalnya sisa pengolahan pabrik gula, pulp, kertas, rayon, plywood,
pengawetan buah, ikan daging dll.

Blok 21 Modul 1 Manajemen Kesehatan Berbasis Wilayah 20


Kelompok 5 Angkatan 2012

2. Limbah cair yang adalah hasil pengolahan dalam suatu proses produksi,
misalnya sisa-sisa pengolahan industri pelapisan logam dan industri kimia
lainnya. Tembaga, timbal, perak, khrom, arsen dan boron adalah zat hasil dari
proses industri pelapisan logam.
Limbah yang telah mencemari lingkungan akan membawa dampak yang
merugikan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerugian
secara langsung, apabila pecemaran tersebut secara langsung dan cepat dapat
dirasakan akibatnya oleh manusia. Kerugian secara tidak langsung, apabila
pencemaran tersebut mengakibatkan lingkungan menjadi rusak sehingga daya
dukung lingkungan terhadap kelangsungan hidup manusia menjadi menurun.
Kondisinya dapat lebih parah lagi apabila daya dukung lingkungan sudah tidak
mampu lagi menopang kebutuhan manusia, sehingga malapetaka bagi kehidupan
manusia tidak terhindar.Sebagai contoh adalah kesuburan tanah sangat menurun
sehingga mengganggu sektor pertanian yang berakibat menurunnya produksi
pangan dan juga sumber air minum yang sehat sudah sulit didapatkan sehingga
masyarakat kekurangan air untuk kebutuhan hidup sehari-hari (Sunu, 2001).
Pada dasarnya kontaminasi logam dalam tanah pertanian bergantung pada:
Jumlah logam yang ada pada batuan tempat tanah terbentuk.
Jumlah mineral yang ditambahkan pada tanah sebagai pupuk.
Jumlah deposit logam dari atmosfer yang jatuh ke dalam tanah.
Jumlah yang terambil pada proses panen ataupun merembes ke dalam tanah
yang lebih dalam (Simangunsong, 2011).
Logam Berat
Logam berat adalah komponen alamiah lingkungan yang mendapatkan
perhatian berlebih akibat bahaya yang mungkin ditimbulkan. Bagaimanapun
logam berat tersebut berbahaya terutama apabila diserap oleh tanaman, hewan
atau manusia dalam jumlah besar. Namun demikian beberapa logam berat
merupakan unsur esensial bagi tanaman atau hewan (Simangunsong, 2011).
Karakteristik daripada logam berat adalah sebagai berikut:
1. Memiliki spesifikasi graffiti yang sangat besar.

Blok 21 Modul 1 Manajemen Kesehatan Berbasis Wilayah 21


Kelompok 5 Angkatan 2012

2. Mempunyai nomor atom 22-34 dan 40-5- serta unsur-unsur lantanida dan
aktinida.
3. Mempunyai respon biokimia khas (spesifik) pada organisme hidup.
Sedangkan menurut Darmono dalam Simangunsong (2011), sifat logam berat
sagatlah unik, yaitu tidak dapat dihancurkan secara alami dan cenderung
terakumulasi dalam rantai makanan melalui proses biomagnifikasi. Pencemaran
logam berat ini menimbulkan berbagai permasalahan diantaranya
(Simangunsong, 2011):
1. Berhubungan dengan estetika (perubahan bau, warna dan rasa air).
2. Berbahaya bagi kehidupan tanaman dan binatang.
3. Berbahaya bagi kesehatan manusia.
4. Mengakibatkan kerusakan pada ekosistem.
Sebagian dari logam berat bersifat essensial bagi organisme air untuk
pertumbuhan dan perkembangan hidupanya, antara lain dalam pembentukan
haemosianin dalam sistem darah dan enzimatik pada biota. Sudarmaji, dkk
(2008) dalam Simangunsong (2011) mengatakan bahwa diantara semua unsur
logam berat, Hg menduduki urutan pertama dalam hal sifat racunnya,
dibandingkan dengan logam berat lainnya, kemudian diikuti oleh logam berat
antara lain Cd, Ag, Ni, Pb, As, Cr, Sn, Zn. Kandungan logam dalam tanah sangat
berpengaruh terhadap kandungan logam pada tanaman yang tumbuh diatasnya,
kecuali terjadi interaksi diantara logam itu sehingga terjadi hambatan penyerapan
logam tersebut oleh tanaman. Akumulasi logam dalam tanaman tidak hanya
tergantung pada kandungan logam dalam tanah, tetapi juga tergantung pada
unsur kimia tanah, jenis logam, pH tanah, dan spesies tanaman). Pemasok logam
berat dalam tanah pertanian antara lain bahan agrokimia (pupuk dan pestisida),
asap kendaraan bermotor, bahan bakar minyak, pupuk organik, buangan limbah
rumah tangga, industri, dan pertambangan (Simangunsong, 2011).
Limbah yang biasa mengandung logam berat berasal dari pabrik kimia, listrik
dan elektronik, logam dan penyepuhan elektro (electroplating), kulit, metalurgi
dan cat serta bahan pewarna. Limbah padat pemukiman juga mengandung logam
berat. Pestisida juga memberikan masukan logam berat ke dalam tanah. Serapan

Blok 21 Modul 1 Manajemen Kesehatan Berbasis Wilayah 22


Kelompok 5 Angkatan 2012

pestisida oleh tanaman tergantung pada dosis pemberian pestisida, jenis tanah,
dan kemampuan tanaman dalam menyerap pestisida. Pemisahan antara unsur
yang beracun, yang berdaya guna atau bahkan yang diperlukan oleh tumbuhan
tidak dapat dipilahkan secara jelas. Seperti halnya logam berat Fe, Cu dan Zn
yang merupakan unsur hara mikro yang diperlukan oleh tumbuhan, namun dalam
jumlah banyak akan bersifat racun. Logam Ni dan Cd juga dalam jumlah sedikit
diduga menjalankan peran fisiologi penting dalam tumbuhan, namun dalam
jumlah lebih banyak akan menjadi racun. Peran Pb sebagai hara tumbuhan juga
belum diketahui. Unsur ini merupakan pencemar kimiawi utama terhadap
lingkungan dan sangat beracun bagi tumbuhan, hewan dan manusia
(Simangunsong, 2011).
Pb (Timbal)
Penyebaran logam timbal di bumi sangat sedikit. Jumlah timbal yang terdapat
diseluruh lapisan bumi hanyalah 0,0002% dari jumlah seluruh kerak bumi.
Jumlah ini sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah kandungan logam
berat lainnya yang ada di bumi (Palar, 2008). Selain dalam bentuk logam murni,
timbal dapat ditemukan dalam bentuk senyawa inorganik dan organik. Semua
bentuk Pb tersebut berpengaruh sama terhadap toksisitas pada manusia
(Darmono, 2001). Soepardi (1983) dalam Charlena (2004) menjelaskan bahwa
timbal (Pb) tidak akan larut ke dalam tanah jika tanah tidak masam. Pengapuran
tanah mengurangi ketersediaan timbal (Pb) dan penyerapan oleh tanaman.
Timbal akan diendapkan sebagai hidroksida fosfat dan karbonat ((Simangunsong,
2011).
Sudarmaji, dkk (2008) dalam (Simangunsong, 2011) juga mengatakan bahwa
secara alami Pb juga ditemukan di udara yang kadarnya berkisar antara 0,0001-
0,001 g/m3. Tumbuh-tumbuhan termasuk sayur-mayur dan padi-padian
dapat mengandung Pb, penelitian yang dilakukan di USA kadarnya berkisar
antara 0,1-1,0 g/kg berat kering. Logam berat Pb yang berasal dari tambang
dapat berubah menjadi PbS (golena), PbCO3 (cerusite) dan PbSO4 (anglesite)
dan ternyata golena merupakan sumber utama Pb yang berasal dari tambang.

Blok 21 Modul 1 Manajemen Kesehatan Berbasis Wilayah 23


Kelompok 5 Angkatan 2012

Logam berat Pb yang berasal dari tambang tersebut bercampur dengan Zn (seng)
dengan kontribusi 70% kandungan Pb murni sekitar 20% dan sisanya 10% terdiri
dari campuran seng dan tembaga. Kandungan Pb total pada tanah pertanian
berkisar antar 2-200 ppm (Nriagu, 1978). Kadar unsur Pb yang tersedia dalam
tanah sangat rendah, tetapi dibutuhkan tanaman dalam jumlah sangat sedikit.
Hasil analisis jaringan tanaman (rerumputan) pada masaa pertumbuhan aktif
menunjukkan bahwa kandungan Pb berkisar dari 0,3-1,5 mg/kg bahan kering.
Cd (Kadmium)
Logam Cd atau cadmium mempunyai penyebaran yang sangat luas di alam.
Seperti halnya unsur-unsur lainnya terutama golongan logam, logam Cd
mempunyai sifat fisika dan kimia tersendiri. Logam cadmium ini sangat banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari manusia. Penggunaan Cd dan
persenyawaannya ditemukan dalam industri pencelupan, fotografi dan lain-lain
(Simangunsong, 2011).
Unsur Cd tanah terkandung dalam bebatuan beku sebesar 0,10,3 ppm, pada
batuan metamorfik sekitar 0,11,0 ppm Cd, sedangkan pada bebatuan sedimen
mengandung sekitar 0,311 ppm. Pada umumnya kandungan dalam tanah (tanah
berasal dari hasil proses pelapukan dari bebatuan) 1,0 ppm atau lebih rendah
(Alloway, 1995). Sudarmaji, dkk (2008) juga mengatakan bahwa sebagian besar
cadmium dalam tanah berpengaruh pada pH, larutan material organik, logam
yang mengandung oksida, tanah liat dan zat organik maupun anorganik. Rata-rata
kadar cadmium alamiah dikerak bumi sebesar 0,1-0,5 ppm (Simangunsong,
2011).
Unsur Cd memiliki sifat kimia yang hampir sama dengan Zn terutama
dalam proses penyerapan oleh tanaman dan tanah. Namun Cd lebih bersifat racun
yang dapat mengganggu aktivitas enzim. Kadar Cd yang berlebihan dalam
makanan dapat merusak fungsi ginjal sehingga mengganggu metabolisme Ca dan
P, serta menimbulkan penyakit tulang (Simangunsong, 2011). Cu (Tembaga).
Unsur tembaga (Cu), seperti juga unsur-unsur mikro lainnya, bersumber dari
hasil pelapukan/pelarutan mineral-mineral yang terkandung dalam bebatuan.

Blok 21 Modul 1 Manajemen Kesehatan Berbasis Wilayah 24


Kelompok 5 Angkatan 2012

Alloway (1995) dalam (Simangunsong, 2011) mengemukakan bahwa ada 10


jenis bebatuan dan 19 mineral utama yang mengandung Cu. Kandungan Cu
dalam bebatuan berkisar 2200 ppm dan dalam berbagai mineral berkisar 23
100%. Kebanyakan Cu-mineral dalam bentuk kristal dan bentuk lainnya lebih
mudah larut daripada Cu-tanah. Penambahan Cu ke tanah melalui polusi dapat
terjadi pada industri-industri tembaga, pembakaran batubara, pembakaran kayu,
minyak bumi, dan buangan di area pemukiman/perkotaan. Unsur yang dapat
terekstrak dapat mencapai 510 kali pada lahan di wilayah pedesaan. Kabel
listrik tegangan tinggi dapat juga mengkontaminasi lahan di bawahnya selebar 20
m (Simangunsong, 2011).
Kelebihan kadar Cu dalam tanah yang melewati ambang batas akan mejadi
pemicu terjadinya keracunan khususnya pada tanaman. Kandungannya di dalam
tanah antara 2 sampai 250 ppm, sedangkan dalam jaringan tanaman yang tumbuh
normal sekitar 5-20 ppm Cu. Kondisi kritis dalam tanah 60-125 ppm, dan dalam
jaringan tanaman 5-60 ppm Cu. Pada kondisi kritis pertumbuhan tanaman mulai
terhambat sebagai akibat keracunan Cn.
Zn (Seng)
Zn diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Zn++ dan dalam tanah alkalis
mungkin diserap dalam bentuk monovalen Zn(OH)+. Seperti unsur mikro lain,
Zn dapat diserap lewat daun. Kadar Zn dalam tanah berkisar antara 16-300 ppm,
sedangkan kadar Zn dalam tanaman berkisar antara 20-70 ppm. Mineral Zn yang
ada dalam tanah antara lain sulfida (ZnS), spalerit [(ZnFe)S], smithzonte
(ZnCO3), zinkit (ZnO), wellemit (ZnSiO3 dan ZnSiO4) (Rioardi, 2009).
Penambahan logam Zn ke tanah melalui polusi umumnya terjadi di daerah-
daerah industri peleburan bahan tambang seng. Penelitian-penelitian berdasarkan
analisis contoh tanah berasal dari daerah industri logam menemukan kadar Zn
sekitar 25037200 mg/kg (di Inggris), 16654245 mg/kg (di Polandia), 400
4245 mg (di Rusia), 13101780 mg/kg tanah khususnya pada tanah tergenang di
Jepang sedangkan kandungan total Zn tanah rataan hanya sekitar 50 mg/kg tanah
(Simangunsong, 2011).

Blok 21 Modul 1 Manajemen Kesehatan Berbasis Wilayah 25


Kelompok 5 Angkatan 2012

Untuk pertumbuhan, tanaman membutuhkan unsur Zn hanya dalam jumlah


sedikit dibandingkan dengan unsur hara makro. Hal ini terlihat dari hasil analisis
Zn pada jaringan tanaman berkisar 21120 ppm dari bahan kering jaringan
tanaman yang sehat, bila kandungan 1125 ppm dikatakan rendah, di bawah
angka 10 ppm disebut kurang (defisien), dan tinggi atau berlebihan bila
kandungan Zn di atas 71 atau 81 ppm (Lindsay, 1972). Ketersediaan Zn dalam
tanah dipengaruhi oleh pH tanah, kadar P dalam tanah, bahan organik tanah,
adanya lempung dan penggenangan. Bila pH tinggi, maka ketersediaan Zn
menurun. Sebaliknya, bila pH tanah rendah Zn tersedia meningkat. Kekahatan Zn
umumnya terjadi pada pH tanah alkalis (pH tinggi). Pemupukan tanah dapat
menyebabkan perubahan pH tanah (Simangunsong, 2011).
c. Dampak Pencemaran
Pencemaran tanah atau daratan umumnya adalah berupa limbah padat, baik
organik maupun anorganik. Dampak dari pencemaran tersebut dapat dibedakan
menjadi dampak langsung dan tidak langsung. Dampak langsung pencemaran
daratan adalah adanya bau yang tidak sedap dari sampah organik karena adanya
proses penguraian oleh mikroorganisme. Selain itu, secara langsung dampak
pencemaran daratan adalah adanya pemandangan yang kotor, kumuh akibat
tumpukan sampah dalam jumlah yang besar.
Dampak tidak langsung pencemaran daratan adalah munculnya berbagai
penyakit akibat pemanfaatan timbunan sampah oleh organisme pembawa
penyakit, seperti tikus, lalat, nyamuk dan lain-lain. Binatang-binatang tersebut
memanfaatkan sampah sebagai sumber makanan dan tempat berkembang biak.
Penyakit yang ditimbulkan diantaranya adalah penyakit pes, malaria dan demam
berdarah.
d. Parameter Kesehatan Tanah
Kesehatan tanah ialah integrasi dan optimasi sifat tanah yang bertujuan untuk
peningkatan produktivitas dan kualitas tanah, tanaman, dan lingkungan (Idowu,
et al. 2008, Gugino dkk., 2007, Weil, 2010). Indikator kinerja tanah ialah sifat

Blok 21 Modul 1 Manajemen Kesehatan Berbasis Wilayah 26


Kelompok 5 Angkatan 2012

tanah yang terukur dan dapat menunjukkan tanda bahwa tanah menjalankan
fungsinya atau tidak.
Kesehatan tanah tidak dapat diukur langsung, tetapi diukur dengan
menggunakan indikator kinerja tanah. Perubahan indikator kinerja tanah dapat
berguna untuk menentukan apakah kesehatan tanah perlu dipelihara dengan
praktek konservasi tanah. Ciri tanah yang sehat adalah tanah mudah diolah, jeluk
tanah cukup dalam, unsur hara cukup tidak berlebihan, populasi hama dan
penyakit tanaman kecil, drainase sangat baik, populasi organisme tanah yang
menguntungkan sangat banyak, gulma sangat kecil, bebas bahan kimia dan
toksin, tahan degradasi, lentur (resilience) ketika terjadi kondisi yang buruk
(Gugino, dkk, 2007).
Degradasi tanah dapat menurunkan kesehatan tanah, kualitas tanah, dan
produktivitas tanah. Keberlanjutan kesehatan tanah terjamin bila fungsi tanah
dapat berjalan lancar. Konservasi tanah dan air mempunyai peranan penting
dalam menjaga fungsi tanah agar tanah tetap sehat. Fungsi tanah untuk tempat
produksi pertanian, pengatur asupan dan kualitas air, tempat hidup aneka-ragam-
hayati, mendaur-ulang bahan organik dan unsur hara, dan filter bahan pencemar
(Romanya, Serrasolses, Vallejo, 2008, Riwandi, 2007). Kesehatan tanah dibagi
ke dalam 5 kelas sebagai berikut: >80% tanah Sangat Sehat, 80-60% tanah Sehat,
60-40% tanah Cukup Sehat, 40-20% tanah Kurang Sehat, dan <20% tanah Tidak
Sehat (OSU, 2009).
e. Manajemen
Melakukan penanggulangan sampah dan limbah. Sampah dapat ditanggulangi
dengan menggunakan konsep 3R yaitu Reduce, Reuse, Recycle. Sedangkan
penanggulangan limbah adalah dengan menggunakan limbah padat yang
dikeringkan sebagai bahan bakar (misalnya biogas).
Remediasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang
tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ
(atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi.

Blok 21 Modul 1 Manajemen Kesehatan Berbasis Wilayah 27


Kelompok 5 Angkatan 2012

Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan,
venting (injeksi), dan bioremediasi (Amzani, 2012).
Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan
kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah
tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan
di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki
tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang
kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site
ini jauh lebih mahal dan rumit (Amzani, 2012).
Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan
menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk
memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang
beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air) (Amzani, 2012).
f. Pencegahan
Tindakan pencegahan dan tindakan penanggulangan terhadap terjadinya
pencemaran dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan macam bahan
pencemar yang perlu ditanggulangi. Langkah-langkah pencegahan dan
penanggulangan terhadap terjadinya pencemaran antara lain dapat dilakukan
sebagai berikut. Pada umumnya pencegahan ini pada prinsipnya adalah berusaha
untuk tidak menyebabkan terjadinya pencemaran, misalnya mencegah/mengurangi
terjadinya bahan pencemar, antara lain (Amzani, 2012).
Sampah organik yang dapat membusuk/diuraikan oleh mikroorganisme antara
lain dapat dilakukan dengan mengukur sampah-sampah dalam tanah secara
tertutup dan terbuka, kemudian dapat diolah sebagai kompos/pupuk.
Sampah senyawa organik atau senyawa anorganik yang tidak dapat
dimusnahkan oleh mikroorganisme dapat dilakukan dengan cara membakar
sampah-sampah yang dapat terbakar seperti plastik dan serat baik secara
individual maupun dikumpulkan pada suatu tempat yang jauh dari
pemukiman, sehingga tidak mencemari udara daerah pemukiman. Sampah

Blok 21 Modul 1 Manajemen Kesehatan Berbasis Wilayah 28


Kelompok 5 Angkatan 2012

yang tidak dapat dibakar dapat digiling/dipotong-potong menjadi partikel-


partikel kecil, kemudian dikubur.
Pengolahan terhadap limbah industri yang mengandung logam berat yang
akan mencemari tanah, sebelum dibuang ke sungai atau ke tempat
pembuangan agar dilakukan proses pemurnian.
Penggunaan pupuk, pestisida tidak digunakan secara sembarangan namun
sesuai dengan aturan dan tidak sampai berlebihan.
Usahakan membuang dan memakai detergen berupa senyawa organik yang
dapat dimusnahkan/diuraikan oleh mikroorganisme.

BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan

Blok 21 Modul 1 Manajemen Kesehatan Berbasis Wilayah 29


Kelompok 5 Angkatan 2012

Menurut UU No. 32 Tahun 2009, pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya


makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau
berubahnya tatanan ingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam sehingga
kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan
menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Pencemaran udara adalah peristiwa masuknya atau tercampurnya polutan (unsur-
unsur berbahaya) ke dalam lapisan udara (atmosfer) yang dapat mengakibatkan
menurunnya kualitas udara (lingkungan).
Pencemaran air dapat terjadi di sungai, air tanah, maupun laut. Menurut peraturan
pemerintah (PP) No. 82 tahun 2001 mengenai lingkungan, pencemaran air adalah
masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke
dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun hingga tingkat tertentu
yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya.
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk
dan merubah lingkungan tanah alami. Ada dua sumber utama kontaminasi tanah yaitu
kebocoran bahan kimia organik dan penyimpanan bahan kimia dalam bunker yang
disimpan dalam tanah, dan penampungan limbah industri yang ditampung dalam
suatu kolam besar yang terletak di atas atau di dekat sumber air tanah.
Pencemaran lingkungan sebenarnya disebabkan oleh dua hal utama, yaitu secara
alami (misalnya karena letusan gunung berapi) dan karena kegiatan manusia. Namun
penyumbang terbesar pencemaran adalah kegiatan manusia. Hal ini sebenarnya
merupakan variabel yang dapat diubah. Pencemaran lingkungan dapat berdampak
lebih buruk bagi lingkungan dan membahayakan kehidupan manusia, hewan, dan
tumbuhan yang terpapar dengannya. Upaya manajemen dan pencegahan pencemaran
lingkungan (air, udara, dan tanah) terutama di bidang kesehatan mutlak harus
dilakukan.
1.2 Saran
Dengan memahami LO yang didapat, penulis menyarankan pembaca dapat
termotivasi untuk mendalami materi yang kami ulas, sehingga nantinya saat diklinik
atau rotasi klinik para mahasiswa dapat menerapkannya. Mengingat masih banyaknya

Blok 21 Modul 1 Manajemen Kesehatan Berbasis Wilayah 30


Kelompok 5 Angkatan 2012

kekurangan dari kelompok kami, baik dari segi diskusi kelompok, penulisan laporan
dan sebagainya, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari dosen dan para
pembaca yang membaca laporan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Amzani, Fuad. 2012. Pencemaran Tanah Dan Cara Penanggulannya. Jurusan


Budidaya Tanaman Pangan Politeknik Negeri Lampung. Diakses pada tanggal

Blok 21 Modul 1 Manajemen Kesehatan Berbasis Wilayah 31


Kelompok 5 Angkatan 2012

29 November 2015 dari https://hortikulturapolinela.files.com/2012/10/fuad-


amzani.pdf
Bahtiar, Ayi. 2007. Makalah: Polusi Air Tanah Akibat Limbah Industri Dan Rumah
Tangga Serta Pemecahannya Diakses pada 26 November 2015 dari
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2009/04/polusi_air_tanah_akibat_limbah_industri.pdf
Defra. 2000. What are the causes of air pollution. Department for Environment Food
and Rural Affairs. Diakses dari uk-
air.defra.gov.uk/assets/documents/What_are_the_causes_of_Air_Pollution.pdf
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Diakses 30 November 2015 dari
http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2009_32.pdf
EPA. 2010. Air Pollution. Diakses dari
www3.epa.gov/airtrends/2010/report/airpollution.pdf.
Gugino, B.K., Idowu, O.J.,Schindelbeck, R.R., van Es, H.M., Wolfe, D.W., Thies,
J.E. and Abawi, G.S. 2007. Cornell Soil Health Assessment Training Manual,
Edition 1.2, Cornell University, Geneva, N.Y 59 pp.
Idowu, J., van Es H., Schindelbeck, R.R., Abawi G., Wolfe D., Thies J., Gugino, B.,
Moebius B., Clune, D. 2008. Soil Health Assessment and Management: The
Concepts.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2010. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Indonesia
2010. Diakses pada 29 November 2015 dari
http://datin.menlh.go.id/assets/berkas/Laporan-IKLH-2010.pdf
Kementerian Lingkungan Hidup. 2010. Status Lingkungan Hidup Indonesia 2010.
Diakses pada 29 November 2015 dari
http://www.menlh.go.id/DATA/SLHI_2010.pdf
Kistinnah I, Lestari ES. 2006. Biologi Makhluk Hidup dan Lingkungannya. Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
OSU. 2009. Ohio State Health Card. OSU Centers at Piketon: Piketon Research &
Extension Enterprise Center, OHIO.
Blok 21 Modul 1 Manajemen Kesehatan Berbasis Wilayah 32
Kelompok 5 Angkatan 2012

Patrick, Deval. 2009. Health & Environment Effects of Air Pollution. Boston:
Department of Environmental Protection. Diakses dari
www.mass.gov/eea/docs/dep/air/aq/health-and-env-effects-air-pollutions.pdf
Romanya, J., Serrasolses, I, and Vallejo, R.V. 2010. Defining a framework to measure
soil quality. Diakses dari
www.ias.surrey.ac.uk/reports/DEFNBEST/Romanyaetal_abstract.pdf .
.Y Simangunsong, 2011. Skripsi: Evaluasi Tingkat Pencemaran Tanah Oleh
Beberapa Logam Berat Di Desa Tanjung Morawa-B Kecamatan Tanjung
Morawa Kabupaten Deli Serdang. Universitas Sumatera Utara. Diakses pada
tanggal 28 November 2015 dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30344/5/Chapter%20II.pdf

Blok 21 Modul 1 Manajemen Kesehatan Berbasis Wilayah 33

Anda mungkin juga menyukai