Panca Sila
Panca Sila
1. Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi yang luas. Wilayah negara terbagi
dalam beberapa provinsi. Provinsi tersebut adalah Nanggroe Aceh Darussalam, Bali,
Banten, Bengkulu, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta,
Gorontalo, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kepulauan Riau, Kalimantan
Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Lampung,
Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Papua, Papua
Barat, Riau, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Barat, Sumatra Barat, Sumatra Utara, dan Sumatra Selatan.
3. Pemegang kekuasaan eksekutif adalah Presiden yang merangkap sebagai kepala negara
dan kepala pemerintahan. Presiden dan wakilnya dipilih dan diangkat oleh MPR untuk
masa jabatan 5 tahun. Namun pada pemilu tahun 2004, Presiden dan Wakil Presiden
dipilih secara langsung oleh rakyat dalam satu paket untuk masa jabatan 2004 2009.
4. Kabinet atau menteri diangkat dan diberhentikan oleh presiden, serta bertanggung
jawab kepada presiden.
5. Parlemen terdiri atas 2 bagian (bikameral), yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan
Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Para anggota DPR dan DPD merupakan anggota
MPR. DPR terdiri atas para wakil rakyat yang dipilih melalui pemilu dengan sistem
proporsional terbuka. Anggota DPD adalah para wakil dari masing-masing provinsi
yang berjumlah 4 orang dari tiap provinsi. Anggota DPD dipilih oleh rakyat melalui
pemilu dengan sistem distrik perwakilan banyak. Selain lembaga DPR dan DPD,
terdapat DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota yang anggotanya juga dipilih
melaui pemilu. DPR memiliki kekuasaan legislatif dan kekuasaan mengawasi jalannya
pemerintahan.
7. Sistem pemerintahan negara Indonesia setelah amandemen UUD 1945, masih tetap
menganut Sistem Pemerintahan Presidensial, karena Presiden tetap sebagai kepala
negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Presiden juga berada di luar pengawasan
langsung DPR dan tidak bertanggung jawab pada parlemen. Namun sistem
pemerintahan ini juga mengambil unsur-unsur dari sistem parlementer dan melakukan
pembaharuan untuk menghilangkan kelemahan-kelemahan yang ada dalam sistem
presidensial.
1. Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul DPR. Jadi, DPR
tetap memiliki kekuasaan mengawasi presiden meskipun secara tidak langsung.
4. Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undang-undang
dan hak budget (anggaran).
b. Sistem Konstitusional
Pemerintahan berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar). Sistem ini memberikan
ketegasan cara pengendalian pemerintahan negara yang dibatasi oleh ketentuan
konstitusi, dengan sendirinya juga ketentuan dalam hukum lain yang merupakan
produk konstitusional, seperti Ketetapan-Ketetapan MPR, Undang-undang, Peraturan
Pemerintah, dan sebagainya.
b. Sistem Konstitusional
Secara eksplisit tidak tertulis, namun secara substantif dapat dilihat pada pasal-pasal
sebagai berikut :
- Pasal 2 ayat (1)
- Pasal 3 ayat (3)
- Pasal 4 ayat (1)
- Pasal 5 ayat (1) dan (2)
- Dan lain-lain
Pada periode 1999-2002, UUD 1945 mengalami amandemen. Amandemen dilakukan dengan
melakukan berbagai perubahan pada pasal-pasal maupun memberikan tambahan-tambahan.
Dalam kurun waktu tersebut UUD 1945 mengalami empat kali amandemen. Amandemen terakhir
disahkan pada tanggal 10 Agustus 2002.
UUD 1945 hasil amandemen dinyatakan bahwa kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat. Hal
ini berarti terjadi reformasi kekuasaan tertinggi dalam negara yang semula berada di tangan
Majelis Permusyawaratan Rakyak (MPR).
Adapun rincian lembaga-lembaga negara atau alat-atal perlengkapan negara menurut UUD 1945
hasil amandemen adalah sebagai berikut:
4. Presiden
Presiden Repoblik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD 1945
(Pasal 4 Ayat 1). Presiden dibantu oleh satu orang wakil presiden dalam melaksanakan
kewajibannya.
Menurut sistem pemerintahan negara berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen 2002,
presiden dipilih oleh rakyat secara langsung. Dengan demikian, presiden memiliki
legitimasi (pengesahan) yang lebih kuat karena didukung secara langsung oleh rakyat.
Terjadi pula pergeseran kekuasaan pemerintahan negara yakni kekuasaan presiden ini tidak
lagi di bawah MPR melainkan setingkat dengan MPR. Namun, presiden bukan berarti
diktator, sebab jika presiden melanggar undang-undang, dalam melaksanakan tugasnya,
maka MPR dapat memberhentikan presiden dalam masa jabatannya.
Presiden merupakan kepala eksekutif, namun juga melaksanakan tugas legislatif bersama
DPR, antara lain dalam hal sebagai berikut :
a. Membentuk undang-undang (Pasal 5 Ayat 1)
b. Menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-undang bila keadaan
memaksa (Pasal 22)
c. Presiden berhak menetapkan peraturan pemerintah untuk melaksanakan undang-
undang (Pasal 5 ayat 2).
6. Lembaga Kehakiman
Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan (Pasal 24 Ayat 1). Merdeka yang
dimaksud disini berarti tidak dapat dipengaruhi oleh kekuasaan pemerintah maupun
DPR/MPR.
Lembaga-lembaga yang berkaitan dengan kekuasaan kehakiman adalah sebagai berikut.
a. Mahkamah Agung (MA)
Mahkamah Agung merupakan badan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman. Tugas
mahkamah agung adalah mengawasi jalannya undang-undang dan member sanksi
terhadap segala pelanggaran terhadap undang-undang. Ketua dan wakil ketua MA
dipilih dari dan oleh hakim agung.