Anda di halaman 1dari 2

Beliaupun memberikan contoh umur, misalnya, umur seseorang ditentukan Allah antara

enam puluh tahun dan seratus tahun, takdir pertama (enam puluh tahun) dinamakan
sebagai Qadha Mubram, sementara umur seratus tahun adalah Qadha Muallaq.
Namun penambahan di sini adalah sesuai dengan ilmu Malaikat dan pengetahuannya,
bukan ilmu Allah. Dalam hal ini Ibnu Hajar memilih penafsiran pertama yaitu
menerjemahkan penambahan umur sebagai bentuk keberkatan hidup.

Pada permasalahan lain, misalnya penyakit, dalam satu riwayat disebutkan bahwa,
penyakit dan obat merupakan takdir ilahi.

Ya Rasulallah bagaimana pandangan engkau terhadap Ruqyah-ruqyah yang kami gunakan untuk
jampi, obat-obatan yang kami gunakan untuk mengobati penyakit, perlindungan-perlindungan
yang kami gunakan untuk menghindari dari sesuatu, apakah itu semua bisa menolak takdir
ALLAH ?Jawab Rasulullah saw : Semua itu adalah (juga) takdir ALLAH.
Satu riwayat juga disebutkan bahwa tatkala Umar bin Khattab dan rombongannya
melakukan perjalanan ke suatu tempat di Syiria, dan beliau tiba-tiba dikabarkan bahwa
tempat yang dituju sedang dilanda penyakit wabak, (penyakit menular), kemudian Umar
bermusyawarah dengan rombongan untuk mencari jalan keluar (way out ), lantas Umar
dan rombongan sepakat untuk membatalkan perjalanan tersebut dan kembali ke
Madinah, kemudian salah seorang sahabat yang bernama Abu Ubaidah tiba-tiba
memprotes keputusan Umar yang tidak ingin melanjutkan perjalanan:

Abu Ubaidah bin al-jarrah berkataApakah kita hendak lari menghindari taqdir Allah? Umar
menjawab: Benar, kita menghindari suatu taqdir Allah dan menuju taqdir Allah yang lain.
Hadits ini memberikan gambaran jelas bahwa takdir itu bukan hanya satu melainkan
berbilang.

Untuk mengakhiri bahasan ini saya sebutkan suatu kisah, di mana pada suatu hari
malaikat Izra`il, malaikat pencabut nyawa, memberi kabar kepada Nabi Daud a.s.,
bahwa si Fulan minggu depan akan dicabut nyawanya. Namun ternyata setelah sampai
satu minggu nyawa si Fulan belum juga mati, sehinggalah Nabi Daud bertanya,
mengapa si Fulan belum mati-mati juga, sementara engkau katakan minggu lepas
bahwa minggu depan kamu akan mencabut nyawanya.

Izra`il menjawab, ya betul saya berjanji akan mencabut nyawanya, tapi ketika sampai
masa pencabutan nyawa, Allah memberi perintah kepadaku untuk menangguhkannya
dan membiarkan ia hidup lagi untuk 20 tahun mendatang, Nabi Daud bertanya,
mengapa demikian?, Jawab Izra`il: orang tersebut sangat aktif menyambung
silaturrahim sesama saudaranya. Karena itu Allah memberikan tambahan umur selama
20 tahun kepadanya.
Jadi sebagai kesimpulan, semua peristiwa, kejadian dan keadaan yang telah dan yang
akan kita hadapi, semuanya di dalam pengetahuan dan pengamatan serta kekuasaan
Allah, yang tidak terbelenggu, tidak diikat dan tidak dibatasi oleh masa.

Takdir ada yang boleh berubah dan ada yang tidak akan berubah, yang boleh berubah
dikenal dengan istilah Qada Muallaq, yaitu takdir yang bergantung dan bersayarat,
sementara takdir yang tidak akan berubah dinamakan sebagai Qada Mubram, yaitu
takdir yang pasti berlaku pada diri seseorang.

Adapun langkah untuk merubah takdir (nasib) yang muallaq adalah sebagai berikut:

1) Berusaha, yaitu dengan melakukan aksi terhadap apa saja yang diinginkan terjadi
perubahan atasnya.

2) Berdoa, yaitu memanjatkan harapan kepada Allah terhadap maksud yang diinginkan
diqabulkan olehNya.

3) Tawakkal, yaitu menunggu keputusan, hasil daripada usaha dan doa yang diminta.
Setelah hal di atas dilakukan, maka kita tinggal menunggu ketentuan Allah yang disebut
dengan (takdir). Dan untuk menambahkan keyakinan kita terhadap perubahan takdir
muallaq, ada baiknya kita renungi bersama ayat di bawah ini:


-39 :-
Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan
disisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh Mahfuzh).

Anda mungkin juga menyukai