KARAKTERISTIK BALITA
Menurut karakteristik, balita terbagi dalam dua kategori yaitu anak usia 1 3 tahun
(batita) dan anak usia prasekolah (Uripi, 2004). Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif,
artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Laju pertumbuhan masa batita
lebih besar dari masa usia pra-sekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar.
Namun perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya
dalam sekali makan lebih kecil dari anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan
yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering. Pada usia pra-sekolah anak menjadi
konsumen aktif. Mereka sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini anak
mulai bergaul dengan lingkungannya atau bersekolah playgroup sehingga anak mengalami
beberapa perubahan dalam perilaku. Pada masa ini anak akan mencapai fase gemar memprotes
sehingga mereka akan mengatakan tidak terhadap setiap ajakan. Pada masa ini berat badan
anak cenderung mengalami penurunan, akibat dari aktivitas yang mulai banyak dan pemilihan
maupun penolakan terhadap makanan.
Cara mudah mengetahui baik tidaknya pertumbuhan bayi dan balita adalah dengan
mengamati grafik pertambahan berat dan tinggi badan yang terdapat pada Kartu Menuju
Sehat (KMS). Dengan bertambahnya usia anak, harusnya bertambah pula berat dan tinggi
badannya.
A.BERAT BADAN
Ada 2 macam timbangan:
1. Tipe Salter spring balance
Timbangan gantung (Posyandu), Maksimum berat 25 kg dengan ketelitian 100 g
a. Tipe Bathroom scale
Untuk anak yang sudah bisa berdiri sendiri, atau Menimbang anak bersama ibunya,
Maksimum berat 100 kg dengan ketelitian 100 g
B.PANJANG/TINGGI BADAN
Ada 2 macam alat ukur:
1. Baby length board Untuk bayi dan anak kurang 2 tahun, Mengukur crown-heel length
dengan ketelitian 0,1 cm.
2. Vertical measures(microtoise)
Untuk anak yang sudah bisa berdiri sendiri (2 tahun atau >),Mengukur tinggi badan
dengan ketelitian 0,1 cm
LINGKAR LENGAN ATAS (LiLA)
Diukur dengan pita ukur non-elastis Sebagai alternatif bila tidak memungkinkan
mengukur BB dan TB (keadaan darurat atau untuk skrining) Nilai ambang batas untuk balita
12,5 13 cm dapat menggantikan interpretasi BB-TB rendah atau wasting.
ANALISIS HASIL PENGUKURAN
ANTROPOMETRI
Ada 3 cara yang biasa digunakan:
1. Nilai Skor-Z atau SD
2. Nilai persentil
3. Nilai % terhadap median
ANALISIS HASIL PENGUKURAN ANTROPOMETRI
AMBANG
INDEKS STATUS GIZI
BATAS *)
Gizi Lebih > + 2 SD
Gizi Baik -2 SD sampai +2
Berat badan menurut SD
umur (BB/U) Gizi Kurang < -2 SD sampai
-3 SD
Gizi Buruk < 3 SD
Tinggi badan menurut Normal 2 SD
umur (TB/U) Pendek (stunted) < -2 SD
Berat badan menurut Gemuk > + 2 SD
tinggi badan (BB/TB) Normal -2 SD sampai +
2 SD
Kurus (wasted) < -2 SD sampai
-3 SD
Kurus sekali < 3 SD
Status gizi ini diukur sesuai dengan tinggi badan terhadap umur dalam bulan yang hasilnya
kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel 2.1.
Status gizi ini diukur sesuai dengan berat badan terhadap tinggi badan yang hasilnya kemudian
dikategorikan sesuai dengan tabel 2.1
Lingkar lengan atas (LILA) hanya dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu gizi kurang dan gizi
baik dengan batasan indeks sebesar 1,5 cm/tahun.
5) Parameter Berat Badan / Tinggi Badan banyak digunakan karena memiliki kelebihan:
6) Menurut Depkes RI (2005) Parameter berat badan / tinggi badan berdasarkan kategori Z-
Score diklasifikasikan menjadi 4 yaitu:
Suplementasi secara berkala vitamin A dosis tinggi ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
terhadap vitamin A, mencegah defisiensi vitamin A, dan untuk membangun cadangan vitamin A
dalam hati. Pemberian 200.000 IU (dosisi tinggi) kepada anak usia 6-59 bulan akan memberikan
pengaruh pencegahan selama 3 hinggga 6 bulan atau bergantung pada ketergantungan vitamin A
dalam bahan pangan dan kecepatan dalam menggunakan vitamin tersebut. Selain itu pemberian
vitamin A pada anak memberikan berbagai manfaat, diantaranya mengurangi angka kesakitan,
mengurangi angka kematian akibat infeksi campak, diare, mencegah rabun senja, xeroftalmia,
kerusakan kornea dan kebutaan, meningkatkan kekebalan tubuh terhadap serangan infeksi, serta
mencegah anemia.
Lantas bagaimana pada bayi dibawah usia 6 bulan, apakah juga diperlukan suplemen
vitamin A ? Sesungguhnya pada bayi yang usianya belum genap 6 bulan, sumber vitamin A
sepenuhnya diperoleh dari ASI, terutama bila ibunya mendapatkan suplemen vitamin A selama
hamil dan setelah melahirkan. Namun jika pemberian ASInya tidak mencukupi dan selama hamil
atau saat masa nifas, ibu tidak mendapatkan vitamin A, maka bayi dapat diberikan vitamin A
dengan dosis 25.000 IU yang diberikan pada interval 2-3 bulan dengan maksimal pemberian 3
dosis, hingga bayi berumur 6 bulan dan bisa diberikan vitamin A dosis 100.000 IU (kapsul biru).
Pemberian vitamin A dosis tinggi selain diberikan pada anak usia dibawah 5 tahun setiap
enam bulan, ibu hamil dan ibu nifas, juga diberikan pada keadaan tertentu seperti pada anak
dengan kasus xeroftalmia, campak dan gizi buruk (marasmus, kwashiorkor dan marasmik
kwashiorkor). Dosis pemberiannya disesuaikan dengan umur anak, diberikan pada hari
pertama (saat ditemukan), hari kedua dan dua atau empat minggu kemudian.
Vitamin A ini diberikan secara gratis dan dapat diperoleh di seluruh sarana fasilitas
kesehatan (rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu (Pustu), polindes/poskesdes, balai
pengobatan, praktek dokter/bidan swasta), posyandu, sekolah Taman Kanak-kanak, Pos PAUD
termasuk kelompok bermain, tempat penitipan anak, dan sebagainya.
3.Pemberian MP-ASI
MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau
anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI (Depkes, 2006). MP-ASI
merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-
ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlah. Hal ini dimaksudkan untuk
menyesuaikan kemampuan alat pencernaan bayi dalam menerima MP-ASI (Depkes RI, 2004).
Adapun waktu yang baik dalam memulai pemberian MP-ASI pada bayi adalah umur 6 bulan.
Pemberian makanan pendamping pada bayi sebelum umur tersebut akan menimbulkan risiko
sebagai berikut :
-Rusaknya sistem pencernaan karena perkembangan usus bayi dan pembentukan enzim yang
dibutuhkan untuk pencernaan memerlukan waktu 6 bulan. Sebelum sampai usia ini, ginjal belum
cukup berkembang untuk dapat menguraikan sisa yang dihasilkan oleh makanan padat.
-Tersedak disebabkan sampai usia 6 bulan, koordinasi syaraf otot
(neuromuscular) bayi belum cukup berkembang untuk mengendalikan gerak
kepala dan leher ketika duduk dikursi. Jadi, bayi masih sulit menelan makanan dengan
menggerakan makanan dari bagian depan ke bagian belakang mulutnya, karena gerakan ini
melibatkan susunan refleks yang berbeda dengan minum susu.
-Meningkatkan resiko terjadinya alergi seperti asma, demam tinggi , penyakit
seliak atau alergi gluten (protein dalam gandum).
-Batuk, penelitian bangsa Scotlandia adanya hubungan antara pengenalan
makanan pada umur 4 bulan dengan batuk yang berkesinambungan.
-Obesitas, penelitian telah menghubungkan pemberian makanan yang berlebih di awal masa
perkenalan dengan obesitas dan peningkatan resiko timbulnya kanker, diabetes dan penyakit
jantung di usia lanjut (Lewis, 2003).
Menurut WHO Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang dianggap baik adalah apabila
memenuhi beberapa kriteria hal berikut :
a). Waktu pemberian yang tepat, artinya MP-ASI mulai diperkenalkan pada bayi ketika usianya
lebih dari 6 bulan dan kebutuhan bayi akan energy dan zat-zat melebihi dari apa yang
didapatkannya melalui ASI
b). Memadai, maksudnya adalah MP-ASI yang diberikan memberikan energy,protein dan zat
gizi mikro yang cukup untuk memenuhi kebutuhan zat gizi anak.
c). Aman, makanan yang diberikan bebas dari kontaminasi mikroorgnisme baik pada saat
disiapkan, disimpan maupun saat diberikan pada anak.
3. PEMBERIAN ASI
Dalam deklarasi Innoceti tentang perlindungan, promosi dan dukungan pada pemberian ASI
antara perwakilan WHO dan UNICEF pada tahun 1991, pemberian makanan bayi yang optimal
adalah pemberian ASI eksklusif mulai dari saat lahir hingga usia 4-6 bulan dan terus berlanjut
hingga tahun kedua kehidupannya. Makanan tambahan yang sesuai baru diberikan ketika bayi
berusia sekitar 6 bulan. Selanjutnya WHO menyelenggarakan konvensi Expert Panel Meeting
yang meninjau lebih dari 3000 makalah riset dan menyimpulkan bahwa periode 6 bulan
merupakan usia bayi yang optimal untuk pemberian ASI eksklusif (Gibney, 2008).Pemberian
makan setelah bayi berusia 6 bulan memberikan perlindungan besar dari berbagai penyakit. Hal
ini disebabkan imunitas bayi > 6 bulan sudah lebih sempurna dibandingkan dengan umur bayi <
6 bulan. Pemberian MP-ASI dini sama saja dengan mebuka gerbang masuknya berbagai jenis
kuman penyakit. Hasil riset menunjukan bahwa bayi yang mendapatkan MP-ASI sebelum
berumur 6 bulan lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk pilek dan panas dibandingkan bayi
yang mendapatkan ASI eksklusif. Saat bayi berusia 6 bulan atau lebih, sistem pencernaannya
sudah relatif sempurna dan siap menerima MP-ASI. Beberapa enzim pemecah protein seperti
asam lambung, pepsin, lipase, amilase baru akan diproduksi sempurna. Saat bayi berusia
kurang dari 6 bulan, sel-sel disekitar usus belum siap menerima kandungan dalam makanan,
sehingga makanan yang masuk dapat menyebabkan reaksi imun dan terjadi alergi. Menunda
pemberian MP-ASI hingga 6 bulan melindungi bayi dari obesitas di kemudian hari. Bahkan pada
kasus ekstrim pemberian MP-ASI dini dapat menyebabkan penyumbatan saluran cerna dan harus
dilakukan pembedahan (Gibney, 2009). Selain itu pada tahun 2002, Morten El et Jama
melakukan penelitian pada 3.253 orang di Denmark. Mereka yang disusui kurang dari 1 bulan IQ
-nya lebih rendah dari yang disusui setidaknya 7 hingga 9 bulan. Ini menunjukkan terdapat
korelasi antara lamanya pemberian ASI dan tingkat IQ ( Anonim, 2009).
Nurul Chomaria, S.Psi, dalam buku yang ditulisnya berjudul Panduan Terlengkap Tumbuh
Kembang Anak Usia 0-5 Tahun mencirikan 10 tanda balita sehat, yakni:
Anak yang sehat bisa dilihat dari tinggi dan berat badan yang tumbuh secara seimbang sesuai
umurnya. Tidak terlalu gemuk, tidak terlalu kurus, dan tinggi badan terus bertambah. Kondisi ini
ditentukan oleh: kecukupan nutrisi makro (Gizi seimbang/karbohidrat, lemak, protein) dan
nutrisi mikro (kalsium, seng, yodium, fosfor, vitamin D, dan magnesium).
Kekurangan mineral zinc, protein, juga vitamin C dan D bisa mengakibatkan rambut anak
kemerahan, mudah rontok, kusam, dan tipis. Nutrisi makro yang bisa diberikan setiap hari adalah
daging sapi, telur, kacang-kacangan, dan produk kedelai.
4. Kuku dan kulit bersih, tidak pucat, tidak bersisik, dan tidak kering.
Jika ada tanda gangguan pada kulit, besar kemungkinan si kecil kekurangan vitamin A, C, dan E.
Vitamin-vitamin ini ada pada ikan, kuning telur, sayuran, dan buah-buahan berwarna kuning dan
jingga. Di dalamnya juga terdapat betakaroten sebagai antioksidan.
Wajah ceria dan kulit wajah lembut berkaitan dengan kecukupan vitamin C dan E. Mata jernih
dan bersinar berkaitan dengan asupan vitamin A dan C. Bibir lembap berkaitan dengan asupan
vitamin E dan mineral seng.
Nafsu makan dan buang air besar (BAB) teratur berkaitan dengan kecukupan mineral zinc dan
kalsium. Selain untuk pertumbuhan tulang dan gigi, kalsium juga berperan penting untuk
menjaga kesehatan pencernaan, yaitu menjaga kehidupan bakteri positif di usus dan tetap
menjaga otot-otot usus tetap aktif bergerak mengolah makanan dan mengeluarkan kotoran sisa
metabolisme.
Kalsium berperan penting untuk elastisitas dan kekuatan otot polos dan otot rangka, saraf otak,
dan sinyal saraf, menghaluskan gerakan motorik, dan banyak lainnya. Badan sakit dan pegal
adalah salah satu tanda akan kekurangan kalsium.
STATUS IMUNISASI
1. Pengertian
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Jadi imunisasi adalah suatu upaya untuk
menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga
bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit
ringan.
Imunisasi adalah tindakan untuk memberikan kekebalan terhadap suatu penyakit atas tubuh
manusia (Kamisa, 1998 : 241). Dalam ilmu kedokteran, imunisasi adalah suatu peristiwa
mekanisme pertahanan tubuh terhadap invasi benda asing hingga terjadi interaksi antara tubuh
dengan benda asing tersebut (T.R. Browry 1984 dalam Wardhana, 2001).
Imunisasi lengkap yaitu 1 (satu) dosis vaksin BCG, 3 (tiga) dosis vaksin DPT, 4 (empat)
dosis vaksin Polio dan 1 (satu) vaksin Campak serta ditambah 3 (dosis) vaksin Hepatitis B
diberikan sebelum anak berumur satu tahun (9-11 bulan) (Depkes RI, 2000).
2. Tujuan
Tujuan imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, dan
menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan
menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar variola.
(Ranuh,2008,p.10).
Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat
mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering
berjangkit. Secara umum tujuan imunisasi, antara lain:
a) Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular.
b) Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular.
c) Imunisasi menurunkan angka morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian)
pada balita.
Menurunkan kesakitan & kematian akibat Penyakit-penyakit yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi (PD3I).
Menurut Depkes RI (2001), tujuan pemberian imunisasi adalah untuk mencegah penyakit
dan kematian bayi dan anak-anak yang disebabkan oleh wabah yang sering muncul. Pemerintah
Indonesia sangat mendorong pelaksanaan program imunisasi sebagai cara untuk menurunkan
angka kesakitan, kematian pada bayi, balita atau anak-anak pra sekolah.
Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, dan
menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan
menghilangkan penyakit tertentu dari dunia, seperti cacar (Matondang, Siregar S., 2005).
Menurut Ali Musa (1988) dalam Wardhana (2001) tujuan dari imunisasi adalah memberikan
suatu antigen untuk merangsang sistem imunologik tubuh untuk membentuk antibodi spesifik
sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan penyakit.
3. Manfaat IMUNISASI
a) Untuk anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat
atau kematian.
b) Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit.
Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya menjalani masa
kanak-kanak yang nyaman.
c) Untuk Negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal
untuk melanjutkan pembangunan negara (Atikah,2010,pp.5-6).
4. Jenis Imnunisasi dan Waktu Pemberian
Imunisasi wajib terdiri atas:
a. Imunisasi rutin;
b. Imunisasi tambahan; dan
c. Imunisasi khusus.
Imunisasi Rutin
A. Imunisasi Dasar
Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk mencapai kadar kekebalan diatas
ambang perlindungan.
a) Bacillus Calmette Guerin (BCG);
b) Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau Diphtheria Pertusis Tetanus-
Hepatitis B-Hemophilus Influenza type B (DPT-HB-Hib);
c) Hepatitis B pada bayi baru lahir;
d) Polio
e) Campak.
Tabel 1. Jadwal pemberian imunisasi dasar
Umur Jenis
0 bulan Hepatitis B0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3
4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4
9 bulan Campak
B. Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan imunisasi ulangan untuk mempertahankan tingkat kekebalan atau
untuk memperpanjang masa perlindungan.
Imunisasi lanjutan diberikan pada :
1) anak usia bawah tiga tahun (Batita);
2) anak usia sekolah dasar;
3) wanita usia subur.
Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia bawah tiga tahun (Batita) terdiri atas:
a) Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis
B-Hemophilus Influenza type B (DPT-HB-Hib)
b) Campak.
Buku Pedoman Pelaksanaan, Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Tumbuh Kembang Anak di Tingkat
Pelayanan Kesehatan Dasar, hal. 10-13. Penerbit, Kementerian Kesehatan RI
Permenkes No. 42 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi
Anak menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usianya ini
merupakan suatu ciri khas yang membedakan antara anak dan dewasa, anak selalu tumbuh dan
berkembang sejak konsepsi sampai berakhirnya masa remaja.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan intraseluler, berarti
bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur
dengan satuan panjang dan berat.
Perkembangan yang dialami anak merupakan rangkaian perubahan yang teratur dari satu tahap
perkembangan ke tahap perkembangan berikutnya yang berlaku secara umum, jadi
perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.
Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang
Masa lima tahun pertama merupakan masa terbentuknya dasar-dasar kepribadian manusia,
kemampuan penginderaan, berfikir, keterampilan berbahasa dan berbicara, bertingkah laku sosial
dan lain-lainnya.
Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal yang merupakan
hasil interaksi banyak factor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Adapun
factor-faktor tersebut antara lain :
1. Faktor dalam ( internal ) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak
a) Ras / etnik atau bangsa
Anak yang dilahirkan dari ras/ bangsa Amerika, maka ia tidak memiliki factor herediter ras/
bangsa Indonesia
b) Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek, gemuk atau kurus.
c) Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama kehidupan dan
masa remaja
d) Jenis kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki-laki. Tetapi
setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.
e) Genetik
Genetik ( heredokonstitusional ) adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi cirri
khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti
kerdil.
f) Kelainan kromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti pada sindroma
Down dan sindroma Turner.
2. Faktor luar ( eksternal )
a) Faktor Prenatal
Gizi ibu pada waktu hamil
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan
janin.
Mekanis
Truma yang dialami, posisi janin pada uterus dan ketuban.
Toksin / zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin, Thalidomid dapat menyebabkan kelainan kongenital
seperti palatoskisis.
Endokrin
Radiasi
Paparan Radium dan sinar rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti mikrosefali,
spina bifida, retradasi mental dan deformitas anggota gerak, kelainan kongenital mata, kelainan
jantung.
Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH ( Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo
virus, Herpes Simpleks ) dapat menyebabkan kelainan pada janin : katarak, bisu, tuli,
mikrosefali, retradasi mental dan kelainan jantung congenital.
Kelainan imunologi
Eritroblastosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara janin dan ibu sehingga
ibu membentuk antibody terhadap sel
darah merah janin, kemudian melaluiu plasenta masuk dalam peredaran darah janin dan akan
menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan kern icterus
yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.
Anoksia embrio
Anoreksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta menyebabkan pertumbuhan
terganggu dan BBLR
Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diidnginkan, perlakuan salah / kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-
lain.
b) Faktor Persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan
pertumbuhan terganggu.
c) Faktor Pascapersalinan
1. Lingkungan Biologis
Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi diperlukan zat makanan yang adekuat
Penyakit kronis / kelainan congenital
Tuberculosis, anemia, kelainan jantung bawaan, mengakibatkan retradasi pertumbuhan janin
Lingkungan fisis dan kimia
Lingkungan sering disebut Melieu adalah tempat anak tersebut hidup yang berfungsi sebagai
penyedia kebutuhan dasar anak ( provider ). Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya
sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu ( Pb, Mercuri, rokok, dll ) mempunyai
dampak yang negative terhadap pertumbuhan anak.
Psikologis
Hubungan anak dengan orangtua, orang sekitar. Seorang anak yang tidak dikehendaki oleh
orangtuanya atau anak yang selalu merasa tertekan,akam mengalami hambatan di dalam
pertumbuhan dan perkembangannya.
Endokrin
Gangguan hormone, misalnya pada penyakit hipertiroid akan menyebabkan anak mengalami
hambatan pertumbuhan
Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek dan
ketidaktahan, akan menghambat pertumbuhan anak.
Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak.
Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan / stimulasi khususnya dalam keluarga misalnya
penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap
kegiatan anak.
Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan, demikian halnya dengan
pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf pusat yang menyebabkan terhambatnya
produksi hormone pertumbuhan.
2. Faktor Fisik
Cuaca, musim, keadaan geografi suatu daerah
Sanitasi
Keadaan rumah, struktur bangunan, ventilasi, cahaya
Kepadatan hunian
3. Faktor Psikososial
Stimulasi
Motivasi belajar
Stress
Cinta dan kasih sayang
Kualitas interaksi anak-anak tua.
1. Tumbuh kembang fisis meliputi perubahan dalam ukuran besar fungsi organisme.
2. Tumbuh kembang intelektual : berkaitan dengan kepandaian berkomunikasi dan kemampuan
menangani materi yang bersifat abstrak dan simbolik seperti bicara, main, berhitung, membaca.
3. Tumbuh kembang emosional, sehingga mampu melakukan pengelolaan dan pencegahan secara
konsep perlindungan dan disektor kesehatan ( preventive, promotive, curative dan rehabilitative).
Bergantung kepada kemampuan bayi untuk membentuk ikatan batin, kemampuan untuk bercinta
dan berkasih sayang.
Perkembangan terjadi lebih dahulu di dearah kepala, kemudian menuju ke arah / anggota tubuh (
pola sefalokaudal )
Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal ( gerak kasar ) lalu berkembang ke bagian
distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus ( pola proksimodistal )
Proses tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsip-prinsip yang saling berkaitan. Prinsip-
prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar
Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya sesuai dengan potensi
yang ada pada individu. Belajar merupakan perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha.
Melalui belajar, anak memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan dan
potensi yang dimiliki anak.
Pola perkembangan dapat diramalkan
Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan demikian perkembangan
seorang anak dapat diramalkan. Perkembangan berlangsung dari tahapan umum ke tahapan
spesifik dan terjadilah berkesinambungan.
Berdasarkan beberapa kepustakaan, maka periode tumbuh kembang anak adalah sebagai berikut
c) Masa anak dibawah lima tahun ( anak balita, umur 12- 59 bulan )
Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam
perkembangan motorik ( gerak kasar dan gerak halus ) serta fungsi ekskresi.
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita. Pertumbuhan dasar yang
berlangsung pada masa balita akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak
selanjutnya.
Pada masa ini, selain lingkungan di dalam rumah maka lingkungan di luar rumah mulai
diperkenalkan. Anak mulai senang bermain di luar rumah.
Pemeriksaan
Pemeriksaan anak merupakan kunci untuk menentukan status kesehatan anak. Pemeriksaan fisik
meliputi, pemeriksaan BB, TB, keadaan kulit maupun lingkar kepala.
Usia Berat Badan Tinggi Badan
- Bayi Lahir 6 Bertambah 140 220 gr / mg (2 x Bertambah 2,5 cm / bulan
Bulan BBL) 1,25 cm / lebih
- Usia 6 12 Bulan 85 140 gr / mg 2 tahun dewasa
- Balita 2 3 kg / tahun 4 tahun : 2 : PBL
- Pra Sekolah 2 3 kg / tahun Sesudah 7 tahun : 5 cm /
- Usia Sekolah 2 3 kg / tahun tahun
- Pubertas Wanita : 7 25 kg (17,5) 5 25 cm / tahun
Pria : 7 30 kg (23,7) 10 30 cm / tahun
Lingkar kepala bayi yang baru lahir di Indonesia rata-rata 33 cm dan di negara maju sekitar 35
cm. Kemudian pada usia 6 bulan menjadi 40 cm (bertambah 1,5 cm setiap bulan). Pada umur
satu tahun LK mencapai 45 47 cm (bertambah 0,5 cm setiap bulan). Pada usia 3 tahun menjadi
50 cm dan pada usia 10 tahun menjadi 53 cm, sedangkan pada orang dewasa sekitar 55 58 cm.
Ukuran lingkar kepala sangatlah penting untuk mengetahui perubahan dalam pertumbuhan otak.
Pertumbuhan gigi pada anak, dimana jumlah gigi primer pada anak sebanyak 20 buah yang
lengkap tumbuh pada umur 2,5 tahun.
Pengukuran Fisiologis
1. Nadi dapat diukur pada arteri radialis dan femoralis pada anak umur lebih dari 1 tahun
Usia Waktu Bangun Tidur Demam
Bayi Baru Lahir 100 180 80 160 > 220
1 minggu 3 bulan 100 220 80 200 > 220
2 bulan 2 tahun 80 150 70 120 > 200
2 10 tahun 60 90 60 90 > 200
10 tahun - dewasa 55 90 50 90 > 200
3. Pernafasan Anak dihitung sama dengan orang dewasa kecuali pada bayi dihitung dari gerakan
diafragma atau gerakan abdominal
4. Tekanan darah merupakan pengukuran tanda vital yang biasa diukur pada anak 3 tahun keatas.
Penampilan Umum
Yang dilihat :
1. Penampilan fisik
Raut muka, kesan subjektif dan penampilan anak
2. Nutrisi
Pemberian nutrisi pada anak harus cukup baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya
3. Tingkah Laku
Tingkah laku anak termasuk penampilan tingkat aktivitas, reaksi terhadar stres atau frustasi,
interaksi dengan orang lain termasuk oarang tua, tingkat kesiapan, respon terhadap rangsangan
penting untuk dikaji dalam kesehatan keluarga.
4. Kulit
Yang dikaji pada kulit adalah warna, struktur, suhu, kelembapan, turgor
5. Leher
Pada leher dilihat adanya pembengkakan pada kelenjar dibawah rahang seperti pada keadaan
campak, infeksi mulut dan saluran pernafasan.
6. Mata
Pemeriksaan pada mata termasuk pemeriksaan apakah ada infeksi, bagaimana struktur, ukuran
simetris/tidak, kornea dan keadaan retina.
7. Telinga
Pemeriksaan pada telinga apakah simetris letaknya atau tidak, adanya infeksi atau tidak.
8. Hidung
Diperiksa apakah membengkak, ada cairan, warna, kemungkinan infeksi pada jalan nafas.
9. Mulut dan Tenggorokan
Apakah tonsil, tekak, oropharing, dengan menyuruh anak mengucapkan kata-kata.
10. Perut
Apakah ada hernia femoralis, apakah buncit, bagaimana kebersihannya.
11. Anus
Keadaan lubang anus, apakah ada haemorrhoid
12. Ekstremitas
Apakah simestris, lengkap atau tidak terutama jumlah jari, kebersihan kuku, kaki dan ketiak
13. Genitalia
Pada laki-laki dilihat :
- Apakah ada gland penisnya
- Bagaimana testis, apakah sudah turun benar
- Keadaan Skruktum apakh simetris
Pada wanita dilihat : Keadaan vulva, labia, vagina, kelenjar, uretra, apakah ada tanda-tanda
infeksi
Perkembangan Psikologis
Perkembangan psikologis muncul dan menjadi sensitif ketika lingkungan telah mulai
mempengaruhi perkembangan pribadi secara maksimal. Antara usia 1 dan 5 tahun anak mulai
berdiri dan berjalan serta mengenali lingkungan di sekitarnya. Begitu pula ia akan mulai berfikir,
berbicara dan mengekspresikan dirinya
Umur 18 24 bulan
Umur 24 36 bulan
Umur 36 48 bulan
Umur 48 60 bulan
Kurangnya rangsangan lingkungan pada usia balita telah diketahui dapat menyebabkan
kelambatan dan gangguan perkembangan anak. Karena itu, balita perlu mendapatkan rangsangan
sejak awal untuk perkembangannya. Kegiatan membina kemampuan dasar anak merupakan
upaya untuk mencegah kelambatan dan meningkatkan perkembangan anak.
Kegiatan-kegiatan tersebut dikelompokan ke dalam 4 jenis, yaitu :
Usia 12 15 bulan
Kemampuan bergaul dan mandiri
Permainan balok
Memasukan dan mengeluarkan benda
Memasukan benda yang satu ke benda lainnya
Kemampuan gerak kasar
Menarik mainan
Berjalan mundur
Berjalan naik dan turun tangga
Berjalan sambil berjinnjit
Menangkap dan melempar
Kemampuan berbicara dan bahasa
Membuat suara
Bicara
Menyebut bagian tubuh
Pembicaraan
Usia 15 18 bulan
Kemampuan bergaul dan mandiri
Meniup
Membuat untaian ( manik-manik besar)
Kemampuan gerak kasar
Usia 18 24 bulan
Kemampuan gerak halus dan kecerdasan
Menentukan ukuran dan bentuk
Permainan puzzle
Menggambar wajah atau bentuk
Membentuk adonan ( adonan kue atau lilin )
Kemampuan gerak kasar
Melompat
Keseimbangan tubuh
Menjalankan mainan
Kemampuan bergaul dan madiri
Mengancing
Rumah buatan
Berpakaian
Memisahkan diri
Kemampuan berbicara dan bahasa
Menonton televise
Menceritakan isi dari buku bergambar
Usia 2 3 tahun
Kemampuan gerak halus adn kecerdasan
Gambar tempelan
Memilih dan mengelompokan benda-benda menurut jenisnya
Mencocokan gambar dan benda
Mengelompokan benda
Bermain dengan balok mainan anak
Kemampuan berbicara dan bahasa
Menyebutkan nama
Menceritakan kejadian-kejadian yang pernah dialami anak
Menyebut nama benda-benda
Menyatakan keadaan suatu benda
Kemampuan bergaul dan mandiri
Berdandan
Berpakaian
Kemampuan gerak kasar
Latihan menghadapi rintangan ( ajak anak untuk bermain ular naga, berjinjit,
melompat, mengelilingi kursi-kursi, dll )
Lompat jauh
Melempar dan menangkap
Usia 3 4 tahun
Kemampuan gerak halus dan kecerdasan
Memotong
Buku cerita tempelan
Gambar tempelan
Menjahit
Mengenal angka
Menggambar/menulis
Menghitung
Menggambar dengan jari
Mencampur warna
Membuat gambar tempel
Kemampuan bicara dan bahasa
Mengancingkan
Makan
Memasak
Mencuci tangan dan kaki
Menentukan batasan
Usia 4 5 tahun
Kemampuan gerak halus dan kecerdasan
Menggambar
Mencocokan dan menghitung
Memotong
Membandingkan
Berkebun
Kemampuan gerak kasar
Mengingat
Mengenal kata
Permainan angka
Majalah
Mengenal musim
Melengkapi kalimat
Buku kegiatan keluarga
Perpustakaan
Ketika saya masih kecil
Membuat kesalahan
Membantu di dapur
Berikut ni adalah pola pemberian makanan untuk anak usia 0-2 bulan
Usia Macam Makanan Pemberian Dalam Sehari
02 ASI Sekehendak
24 ASI Sekehendak
46 Buah (diperkenalkan) 1 2 kali
ASI Sekendak
Bubur Susu 2 kali
68 ASI Sekehendak
Buah 1 kali
Bubur Susu 2 kali
8 10 ASI 3 4 kali
Buah 1 kali
Bubur Susu 1 kali
Nasi Tim halus 2 kali
10 12 ASI 3 4 kali
Buah 1 kali
Nasi Tim / Makanan Keluarga 3 kali
12 24 ASI 2 3 kali
Buah 1 kali
Nasi Tim / Makanan Kelurga 3 kali
Makanan Kecil 1 kali
Makanan Tambahan
Kesehatan Gigi
Masa tumbuhnya gigi tetap mempunyai waktu yaitu dalam periode 6 12 tahun. Gigi susu
adalah merupakan jalan gigi tetap untuk tumbuh sebagai gigi pengganti, sehingga bila gigi susu
sudah tanggal sebelum waktunya maka akan memperlambat tumbuhnya gigi tetap.
Pola Tidur
Anak yang mulai besar akan mulai berkurang waktu tidurnya karena kegiatan fisiknya
meningkat, terutama bermain pada anak umur 6 12 tahun.
Mengenai kapan akan tidur tergantung pada keadaan umur, kesehatan, kegiatan sehari-hari dan
bagaimana kegiatan anaknya.
Imunisasi
Imunisasi adalah suatu usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap penyakit
tertentu.
Ada 2 jenis imunisasi :
1. Kekebalan Aktif
Adalah : kekebalan yang dibuat sendiri oleh tubuh untuk menolak terhadap suatu penyakit
tertentu dimana prosesnya lambat tetapi sdapat bertahan lama.
2. Kekebalan Pasif
Yaitu : Tubuh anak tidak membuat zat anti bodi sendiri tetapi kekebalan tersebut diperolah dari
luar setelah memperoleh zat penolak.
Macam-macam vaksin :
1. Vaksin BCG
Tujuannya untuk membuat kekebalan aktif terhadap penyakit TBC. Sebelum disuntikkan vaksin
ini harus dilarutkan dengan 4 cc pelarut / Na Cl 0,9 %. Jadwal pemberian imunisasi adalah bayi
umur 0 11 bulan, tetapi sebaiknya diberikan pada umur 0 2 bulan dengan dosis 0,05 cc dan
vaksinasi ulang umur 5 tahun. Efek samping adalah reaksi secara normal akan timbul selama 2
minggu, seperti pembengkakan kecil, merah pada tempat penyuntikan yang kemudian menjadi
ebses kecil. Kontra indikasi dari vaksin ini adalah anak sakit kulit, anak yang menunjukkan uji
Mountrox positif dan anak yang tidak terjangkit penyakit TBC. Tempat penyuntikan vaksin ini
adalah 1/3 bagian lengan atas.
2. Vaksin DPT
Tujuannya adalah untuk menberi kekebalan aktif bersamaan dengan difteri, pertusis, tetanus.
Anak yang telah mendapatkan DPT pada waktu bayi diberikan DT satu kali saja dengan dosis
0,5 cc dengan cara IM, dan tidak mendapatkan DPT pada waktu bayi diberikan DT sebanyak 2
kali dengan interval 4 minggu dengan dosis 0,5 cc secara IM.
Reaksi yang mungkin terjadi setelah pemeriksaan imunisasi adalah demam ringan,
pembengkakan dan rasa nyeri pada tempat penyuntikan selama 1 2 hari.
Kontra indikasi adalah pemberian DPT adalah bila anak sedang sakit parah, riwayat kejang jika
demam, panas tinggi yang lebih dari 38 derajat celcius, penyakit gangguan kekebalan.
3. Vaksin polio
Tujuan pemberian vaksin poloi adalah untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit
poliomelitis.
Vaksin polio terdapat 2 kemasan :
- Vaksin yang mengandung virus yang dimatikan, cara pemberiannya adalah dengan cara
disuntikkan.
- Vaksin yang mengandung virus polio yang masih hidup yang telah dilemahkan, cara
pemberiannya adalah melalui oral.
Biasanya pemberian vaksin polio diberikan bersamaan dengan vaksin DPT, tetapi pemberiannya
dengan interval 2 jam.
Efek samping dari pemberian vaksin polio hampir tidak ada, bila ada kemungkinan berupa
kelumpuhan anggota gerak.
Kontra indikasi adalah anak dengan diare berat, anak sakit parah dan anak penderita defisiensi
kekebalan.
4. Vaksin Campak
Tujuan pemberian vaksin campak adalah untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit
campak. Vaksin campak mengandung virus hidup yang sudah dilemahkan.
Jadwal pemberian vaksin campak adalah pada umur 9 11 bulan dengan satu kali pemberian
dengan dosis 0,5 cc dengan suntikan subkutan. Apabila pemberian vaksin campak kurang dari 9
bulan harus duilangi pada usia 15 bulan.
Reaksi yang ditimbulkan setelah penyuntikan vaksin campak adalah demam ringan dan tampak
sedikit bercak merah pada pipi, dibawah telinga pada hari ke 7 dan ke 8 setelah penyuntikan,
mungkin juga terjadi pembengkakan pada tempat penyuntikan.
Efek samping sangat jarang mungkin terjadi, kejang ringan danm tidak berbahaya pada hari ke
10 dan ke 11 setelah penyuntikan.
Kontra indikasi pada pemberian vaksin campak adalah anak sakit parah, menderita TBC,
defisiensi gizi, defisiensi kekebalan, demam yang lebih dari 38 derajat celcius.