Anda di halaman 1dari 18

I.

KONSEP MEDIS
A. Definisi

Bronkpneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh


bermacam-macam penyebab seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.
Bronkopneumonia adalah suatu radang parenkim paru yang disebabkan
oleh bakteri, virus, jamur ataupun benda asing yang ditandai dengan gejala
panas yang tinggi, gelisah, dispnoe, nafas cepat dan dangkal, muntah, diare,
batuk kering dan produktif.
Bronkopneumonia adalah inflamasi paru dengan proses konsolidasi dan
eksudasi, akibat aspirasi bahan yang terinfeksi ke dalam paru-paru yang
dimulai disekitar bronkus dan bronkiolus.
B. Etiologi
Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan
oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi
organisme patogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme
pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis
dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman
keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh antara lain :
Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
Virus :Legionella pneumonia
Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-
paru
Terjadi karena kongesti paru yang lama.
Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada
pasien yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal
yang terdapat dalam mulut dan karena adanya pneumocystis cranii,
Mycoplasma.
C. Manifestasi Klinis
Tanda gejala yang muncul pada bronkopneumonia adalah :
Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
Nyeri pleuritik
Nafas dangkal dan mendengkur
Takipnea
Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi, mengecil
kemudian menjadi hilang, krekels, ronki,
Menggigil dan demam 38,8 C sampai 41,1C, delirium
Diafoesis
Anoreksia
Malaise
Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah
menjadi kemerahan atau berkarat
Gelisah
Sianosis, dasar kuku kebiruan
Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati
D. Patofisiologi
Proses terjadinya bronkopneumonia dimulai dari berhasilnya kuman
pathogen masuk ke cairan mukus dalam jalan nafas. Kuman tersebut
berkembang biak di saluran nafas atau sampai di paru-paru. Bila mekanisme
pertahanan seperti sistem transport mukosilia tidak adekuat, maka kuman
berkembang biak secara cepat sehingga terjadi peradangan di saluran nafas
atas, sebagai respon peradangan akan terjadi hipersekresi mukus dan
merangsang batuk. Mikroorganisme berpindah karena adanya gaya tarik
bumi dan alveoli menebal. Pengisian cairan alveoli akan melindungi
mikroorganisme dari fagosit dan membantu penyebaran organisme ke
alveoli lain. Keadaan ini menyebabkan infeksi meluas, aliran darah di paru
sebagian meningkat yang diikuti peradangan vaskular dan penurunan darah
kapiler.
Edema karena inflamasi akan mengeraskan paru dan akan mengurangi
kapasitas paru, penurunan produksi cairan surfaktan lebih lanjut,
menurunkan compliance dan menimbulkan atelektasis serta kolaps alveoli.
Sebagai tambahan proses bronkopneumonia menyebabkan gangguan
ventilasi okulasi partial pada bronkhi dan alveoli, menurunkan tekanan
oksigen arteri, akibatnya darah vena yang menuju atrium kiri banyak yang
tidak mengandung oksigen sehingga terjadi hipoksemia arteri.
Efek sistemik akibat infeksi, fagosit melepaskan bahan kimia yang
disebut endogenus pirogen. Bila zat ini terbawa aliran darah hingga sampai
hipotalamus, maka suhu tubuh akan meningkat sehingga terjadi demam dan
menggigil, hal tersebut juga menyebabkan meningkatnya kecepatan
metabolisme. Pengaruh dari meningkatnya metabolisme adalah penyebab
takhipnea dan takhikardia, tekanan darah menurun sebagai akibat dari
vasodilatasi perifer dan penurunan sirkulasi volume darah karena dehidrasi,
panas dan takhipnea meningkatkan kehilangan cairan melalui kulit
(keringat) dan saluran pernafasan sehingga menyebabkan dehidrasi.
Terdapat cairan purulen pada alveolus juga dapat mengakibatkan
peningkatakan tekanan pada paru sehingga dapat berakibat penurunan
kemampuan mengambil oksigen dari luar juga mengakibatkan berkurangnya
kapasitas paru. Penderita akan berusaha melawan tingginya tekanan
tersebut menggunakan otot-otot bantu pernapasan (otot interkosta) yang
menimbulkan retreksi dada sehingga gerakan dada tidak simetris.
Takipnea pernafasan abnormal cepat dan dangkal, biasanya di
definisikan lebih dari 60 hembusan permenit. Pernafasan abnormal cepat
adalah gejala yang sering di sebabkan oleh penumpukan karbon dioksida
dalam paru-paru. Setiap kali kemampuan untuk membuang karbon dioksida
(CO2) menurun terjadi penumpukan CO2 darah. Hasilnya adalah asidosis
pernapasan, yang merangsang pusat pernapasan di otak untuk meningkatkan
frekuensi napas dalam upaya menormalkan pH darah. Kontras dengan
bradipnea. Ronchi bunyi gaduh yang dalam, terdengar selama ekspirasi,
penyebab gerakan udara melewati jalan napas yang menyempit akibat
obstruksi napas. Obstruksi sumbatan akibat sekresi, odema, atau tumor.
Sputum cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli. Sputum
yang memenuhi syarat pemeriksaan harus betul-betul dari trakea dan bronki
bukan berupa air ludah. Sputum dapat dibedakan dengan ludah antara lain:
ludah biasa akan membentuk gelembung-gelembung jernih di bagian atas
permukaan cairan,sedang pada sputum hal ini jarang terjadi. Secara
mikroskopis ludah akan menunjukan gambaran sel-sel gepeng sedang pada
sputum.
Jika kuman terbawa bersama makanan akan masuk ke lambung dan
terjadi peningkatan asam lambung, hal inilah yang menyebabkan mual,
muntah dan anoreksia, sehingga timbul masalah pemenuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh. Infeksi traktus respiratorius bagian atas selama
beberapa hari suhu tubuh dapat naik secara mendadak sampai 39-40 dan
disertai kejang karena demam yang tinggi sehingga anak menjadi sangat
gelisah.
Virus, bakteri ataupun jamur yang menjadi penyebab dari penyakit
bronkopneumonia ini masuk lalu mengiritasi saluran nafas bagian bawah
sehingga menimbulkan inflamasi dan suhu tubuh pun meningkat
(hipertermi). Adanya hipertermi tersebut menyebabkan suplai O2 dalam
darah pun menurun dan terjadi hipoksia. Persediaan O2 dalam darah yang
semakin menurun, akan menyebabkan fatique sehingga mengganggu
aktivitas sehari-hari. Selain masuk menuju saluran nafas bawah, kuman juga
menuju ke saluran cerna sehingga terjadi infeksi. Adanya infeksi tersebut
menyebabkan flora normal usus dan gerak peristaltiknya meningkat, karena
hal tersebut membuat terjadinya malabsorpsi sehingga menyebabkan
frekuensi BAB bertambah per harinya.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian
atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39
40C dan mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat
gelisah, dispneu, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping
hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak
dijumpai di awal penyakit, anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari,
dimana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.
E. Pemeriksaan Penunjang
Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi
leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil).
b. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang
spontan dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan
untuk kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius.
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status
asam basa.
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia
e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk
mendeteksi antigen mikroba.
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgenogram Thoraks
b. Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada
infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali
dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus.
c. Laringoskopi/bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas
tersumbat oleh benda padat.
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a. Antibiotic seperti ; penisilin, eritromicin, kindomisin, dan
sefalosforin, cefotaxime, dll
b. Terapi oksigen (O2)
c. Nebulizer, untuk mengencerkandahak yang kental dan pemberian
bronkodilator.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Menjaga kelancaran pernapasan
b. Kebutuhan istirahat
c. Kebutuhan nutrisi dan cairan
d. Mengontrol suhu tubuh
e. Mencegah komplikasi atau gangguan rasa nyaman dan nyaman
G. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul adalah :
1. Atelektasis : Pengembangan paru yang tidak sempurna.
2. Otitis media : Terjadi apabila apabila anak yang mengalami
bronkopnemonia tidak segera diobati sehingga
jumlah sputum menjadi berlebih dan akan masuk ke
dalam tuba eustaci sehingga menghalangi masuknya
udara ke telinga tengah
3. Emfisema : Terdapatnya pus pada rongga pleura.
4. Abses paru : Pengumpulan pus pada jaringan paru yang meradang.
5. Infeksi sistemik
a. Endokarditis : Peradangan pada endokardium.
b. Meningitis : Peradangan pada selaput otak.
II. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama klien, umur, tanggal lahiir, jenis kelamin, agama, alamat, dll.
Identitas Orangtua.
2. Keluhan utama
Sebagian besar keluhan utama bronkopneumonia adalah sesak
nafas. Sesak nafas yang muncul akibat dari adanya eksudat yang
menyebabkan sumbatan pada lumen bronkus.
3. Riwayat Penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran
pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik
sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang karena
demam yang tinggi.
b. Riwayat penyakit dahulu
Anak dengan bronkopneumonia sebelumnya pernah menderita
penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.
c. Riwayat penyakit keluarga
Terdapat anggota keluarga menderita penyakit paru-paru atau
penyakit infeksi saluran pernafasan yang dapat menularkan kepada
anggotanya, keadaan ini dapat memberikan petunjuk kemungkinan
penyakit tersebut diuraikan.
4. Riwayat Kehamilan
Penyakit bronkopneumoni tidak dipengaruhi oleh adanya gangguan
atau kelainan pada kehamilan/persalinan.
5. Riwayat Imunisasi
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk
mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena
sistem pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi
sekunder. Imunisasi yang diperlukan, diantaranya; BCG, DPT, Polio,
Hepatitis B dan Campak.
6. Pola Fungsi Kesehatan
Mengenai pola fungsi kesehatan anak dengan penyakit
bronkopneumonia meliputi :
a. Aktivitas/istirahatnya yang menimbulkan gejala fatigue dan
insomnia, dengan tanda letargi dan penurunan toleransi terhadap
aktivitas. Sirkulasinya yang menimbulkan gejala riwayat gagal
jantung kronis, dengan tanda takikardi dan penampilan keperanan
atau pucat.
b. Integritas ego anak dengan bronkopneumonia akan menerima
banyak stressor sehingga menimbulkan maslah finansialnya.
c. Nyeri/Kenyamanan ditandai dengan sakit kepala, nyeri dada
meningkat dan batuk myalgia, atralgia. Anak akan timbul gejala
kehilangan nafsu makan, mual/muntah, riwayat DM dan ditandai
dengan distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering
dengan turgor buruk dan penampilan malnutrusi. Anak merasakan
sakit kepala pada bagian frontal yang ditandai dengan adanya
perubahan mental. Anak merasakan nyeri pada bagian dada secara
meningkat, batuk myalgia dan atralgia. Pernafasan pada anak
dengan bronkopneumonia akan dangkal menyebabkan pucat atau
sianosis bibir/kuku dan menggunakan bantuan otot aksesori, karena
adanya sputum dan pada perkusi ditemukan pekak diatas area yang
konsolidasi, gesekan friksi pleural dengan bunyi nafas menurun
atau tak ada di atas area yang terlibat atau nafas berkeringat,
menggigil berulang, gemetar, kemerahan, mungkin pada kasus
rubela/varisela.
d. Penyuluhan yang ditujukan untuk setiap pasien atau orang lain
yang membutuhkan bantuan.
7. Pemeriksaan umum
Kesadaran compos mentis sampai koma, keadaan umum lemah dan
gelisah, suhu tubuh 39-400C, nadi cepat dan lemah, respirasi cepat dan
dangkal, BB sesuai dengan umur.
8. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : bentuk kepala, warna rambut, distribusi rambut, ada lesi
atau tidak, hygiene, ada hematoma atau tidak.
b. Mata : sklera berwarna merah (ada peningkatan suhu tubuh),
kaji reflek cahaya, konjungtiva anemis atau tidak, pergerakan bola
mata.
c. Telinga : simetris atau tidak, kebersihan, tes pendengaran
d. Hidung : ada polip atau tidak, nyeri tekan, kebersihan, pernafasan
cuping hidung, fungsi penciuman.
e. Mulut : warna bibir, mukosa bibir lembab atau tidak, mukosa
bibir kering (meningkatnya suhu tubuh), reflek mengisap, reflek
menelan.
f. Dada
Paru paru :
Inspeksi : Irama nafas tidak teratur, pernapasan dangkal,
penggunaan otot bantu napas
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara paru ronchi
Jantung
Inspeksi : Tidak ada pembesaran pada dada sebelah kiri
Perkusi : Suara jantung terdengar redup
Auskultasi : Nada S1 S2 dan lub dup
g. Abdomen
Inspeksi : Bentuk, lesi
Auskultasi : Bising usus meningkat (normal 4-9x/menit)
Palpasi : Splenomegali, hepatomegali, nyeri tekan, nyeri
lepas, turgor kulit < 3 detik
Perkusi : Suara abdomen timpani
h. Ekstremitas : pergerakan sendi terbatas (nyeri sendi), kelelahan
(malaise), kelemahan, CRT <2 detik dan keluhan
i. Genetalia dan anus : kelengkap (laki-laki: penis, skrotum;
perempuan: labia minora, labia mayora, klitoris), fungsi BAB, fungsi
BAK.
B. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan
secret.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan
pengiriman oksigen.
4. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi.
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake inadekuat.
6. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan proses evaporasi.
7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan tubuh.

C. Intervensi Keperawatan
No Dx. Kep. Tujuan Intervensi Rasional
1 Bersihan Setelah a. Observasi tanda tanda a. Untuk
jalan dilakukan vital (nadi, respirasi, mengetahui
napas tindakan suhu, tekanan darah). keadaan umum
tidak kep.selama klien.
efektif b/d 3x24 jam b. Kaji frekuensi b. Untuk
penumpuk gangguan pernafasan, catat rasio mengetahui status
an sekret bersihan jalan inspirasi/ ekspirasi. pernafasan klien.
napas teratasi c. Auskultasi bunyi c. Bersihan jalan
nafas, catat adanya nafas yang tidak
KH: bunyi nafas. efektif dapat
Bunyi napas Misalnya: mengi, dimanifestasikan
bersih krekels dan ronki. dengan adanya
RR normal bunyi nafas
Tidak sesak adventisius.

Tidak d. Ajarkan klien batuk d. Untuk membantu

sianosis efektif. mengeluarkan


Klien tampak sekret.
tidak batuk e. Berikan posisi semi e. Posisi semi
Sekret fowler. fowler akan
dapat keluar mempermudah
pada waktu pasien untuk
batuk bernafas.
Pada saat f. Berikan minum f. Hidrasi
diauskultasi hangat sedikit sedikit menurunkan
tidak tapi sering. kekentalan sekret
terdengar dan
suara ronchi mempermudah
pengeluaran.
g. Penatalaksanaan g. Untuk membantu
pemberian terapi obat. mengencerkan
dahak dan
memvasodilatasi
saluran napas

No Dx. Kep. Tujuan Intervensi Rasional


2 Pola nafas Setelah a. Observasi tanda-tanda a. Untuk
tidak dilakukan vital mengetahui
efektif b/d tindakan keadaan umum
hiper- kep.selama b. Monitor respirasi dan b. Mengetahui
ventilasi 3x24 jam pola status O2 jumlah
napas tidak pemberian O2
efektif teratasi c. Bersihkan mulut, c. Menghilangkan
KH: hidung dan secret hambatan pada
Mendemonst trakea jalan napas
rasikan batuk d. Pertahankan jalan d. Mencegah
efektif dan nafas yang paten terjadinya jalan
suara nafas napas yang tidak
yang bersih, paten
tidak ada e. Berikan posisi yang e. Memberi
sianosis dan nyaman kenyamanan pada
dyspneu pasien
Menunjukka f. Observasi adanya f. Mencegah
n jalan nafas tanda tanda terjadinya
yang paten hipoventilasi hipoventilasi
Tanda-
Tanda vital
dalam
rentang
normal

No Dx. Kep. Tujuan Intervensi Rasional


3 Gangguan Setelah a. Kaji frekuensi, a. Manifestasi
pertukaran dilakukan Kedalaman dan distres pernafasan
gas b/d tindakan kemudahan tergantung pada
perubahan kep.selama pernafasan. derajat
membran 3x24 jam keterlibatan paru
alveolus gangguan dan status
kapiler, pertukaran gas kesehatan umum
gangguan teratasi, b. Observasi warna b. Sianosis
kapasitas menunjukan kulit, membran menunjukkan
pembawa fungsi paru mucosa dan kuku vasokontriksi
oksigen yang optimal apakah terdapat atau respon tubuh
darah, KH sianosis. terhadap demam/
gangguan Sesak hilang menggigil dan
pengirima Tidak ada terjadi
n oksigen sianosis pada hipoksemia.
kulit, c. Pertahankan istirahat c. Menghemat
membran dan tidur. penggunaan
mucosa dan oksigen dengan
kuku. Istirahat dan tidur
d. Penatalaksanaan d. Mempertahankan
pemberian oksigen PaO2 di atas 60
dengan benar sesuai mmHg
dengan indikasi

No Dx. Kep. Tujuan Intervensi Rasional


4 Hiper- Setelah a. Kaji TTV klien tiap a. Untuk
termi b/d dilakukan 4-6 jam sekali mengetahui
inflamasi tindakan keadaan umum
terhadap kep.selama klien
infeksi 3x24 jam suhu b. Berikan kompres b. Menurunkan
saluran tubuh klien hangat basah pada suhu tubuh secara
nafas. kembali ketiak, lipatan paha, konduksi
normal kening
KH: c. Anjurkan pasien c. Peningkatan suhu
suhu pasien untuk banyak minum tubuh
turun atau mengakibatkan
normal (36,5 penguapan cairan
37,5C) tubuh meningkat,
pasien tidak sehingga
menggigil diimbangi dengan
akral teraba intake cairan
hangat yang banyak
d. Anjurkan d. Pakaian yang
mengenakan pakaian tipis mengurangi
yang minimal atau penguapan cairan
tipis tubuh
e. Penatalaksanaan e. Antipiretik
pemberian antipiretik efektif untuk
sesuai indikasi menurunkan
demam

No Dx. Kep. Tujuan Intervensi Rasional


5 Nutrisi Setelah a. Kaji reflek menelan a. Untuk
kurang dilakukan klien mengetahui
dari tindakan kemampuan
kebutuhan kep.selama menelan klien
b/d intake 3x24 jam b. Monitor BB/hari b. Mengetahui
inadekuat kebutuhan dengan timbangan status
nutrisi bisa yang sama perkembangan
terpenuhi nutrisi klien
dengan baik. c. Lakukan Oral hygiene c. Mencegah
KH: setiap selesai terjadinya
nafsu makan memberikan makan kebasian sisa
pasien makanan dan
meningkat terjadinya
Klien tidak pertumbuhan
lemas jamur
BB pasien d. Kaji makanan d. Meningkatkan
ideal, mual kesukaan klien dan keinginan untuk
muntal Berikan Makanan makan
berkurang kesukaan klien
e. Berikan makanan e. Meningkatkan
selagi hangat dengan pemasukan via
porsi sedikit tapi oral klien
sering
f. Monitor intake dan f. Mengetahui
output status
keseimbangan
nutrisi dalam
tubuh
g. Penatalaksanaan g. Untuk
pemberian terapi mempercepat
farmakologi proses perbaikan
kondisi klien

No Dx. Kep. Tujuan Intervensi Rasional


6 Kekurang Setelah a. Observasi tanda-tanda a. Untuk
an volume dilakukan vital menunjukkan
cairan b/d tindakan adnya
proses kep.selama kekurangan
evaporasi 2x24 jam cairan sisitemik
kekurangan b. Kaji turgor kulit. b. Indikator
volume cairan langsung
dapat keadekuatan
terpenuhi masukan cairan
dengan baik. c. Catat intake dan out c. Memberikan
KH: put cairan informasi tentang
Meningkatny keadekuatan
a masukan volume cairan
cairan. dan kebutuhan
tidak ada penggantian
tanda -tanda d. Penatalaksanaa d. Memperbaiki
kurang pemberian obat sesuai ststus kesehatan
volume indikasi
cairan.
No Dx. Kep. Tujuan Intervensi Rasional
7 Into- Setelah a. Membantu aktivitas a. Anak
leransi dilakukan anak untuk memenuhi membutuhkan
aktifitas tindakan kebutuhan sehari-hari. bantuan dalam
b/d kep.selama keadaan sakit
kelemah- 2x24 jam untuk memenuhi
an tubuh intoleransi kebutuhannya
aktivitas dapat b. Menyarankan b. Aktifitas yang
terpenuhi keluarga untuk berlebih akan
dengan baik. membatasi aktivitas membutuhkan
KH: anak yang berlebihan banyak tenaga
Mampu yang dapat dan akan
toleran menimbulkan menimbulkan
terhadap kelelahan. kelelahan pada
aktivitas anak
sesuai c. Menyarankan untuk c. Dengan aktifitas
kemampuan / melakukan aktivitas yang dilakukan
kondisi anak. secara bertahap. bertahap
diharapkan energi
yang dikeluarkan
tidak berlebih
DAFTAR PUSTAKA

Aziz Alimul Hidayat. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Edisi 2. Jakarta :
Salemba Medika

Doenges, Marilynn.(2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakata : EGC.

DR. Nursalam, M.Nurs, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta :
Salemba Medika

Mansjoer Arif : Pneumonia dalam Kapita selekta Kedokteran jilid 2, edisi 3.


Media Aesculapius FKUI, Jakarta : 2005

Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI : Pneumonia dalam buku kuliah jilid 3
Imu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu Kesehatan anak FKUI: Jakarta, 2006

Anda mungkin juga menyukai