Anda di halaman 1dari 14

RESUME 8

KONTROL GENETIK PADA SISTEM IMUN

A. GAMBARAN UMUM RESPON IMUN

Respon imun dipicu oleh masuknya substansi asing atau antigen (seperti selubung protein
virus) ke dalam aliran darah. Protein yang dihasilkan oleh respon imun yaitu antibodi yang
mengikat antigen secara spesifik. Antibodi tersebut dikode oleh sekuen DNA selama
diferensiasi sel penghasil antibodi melalui peristiwa penyusunan kembali kumpulan genom
baru.
Terdapat tiga tipe sel darah putih yang berperan pentting dalam respon imun di vertebrata,
yaitu: (1) limfosit-B (disebut sel-sel B karena mereka dihasilkan dalam sum-sum tulang); (2)
limfosit-T (disebut sel-sel T karena mereka dihasilkan dalam kelenjar tiymus); dan (3)
makrofag.
Skema respon imun dapat dilihat pada Gambar 1

Limfosit T memperantarai
Limfosit B dapat mensintesis
respon imun seluler dengan cara
antibodi yang tetap melekat
mensintesis reseptor antigen
pada membran sel limfosit B
yang mengenali antigen pada
atau pada kondisi tertentu
permukaan sel dan memicu sel
disekresikan ke cairan sel.
yang mengandung antigen
Selama respon imun humoral,
tersebut untuk lisis. Terdapat
antibodi yang disekresikan akan
dua jenis limfosit T yang
mengikat antigen bebas yang
berbeda untuk menjalankan
ada sistem sirkulasi dan
proses tersebut
menggumpalkan antigen
Secara umum, serangan sel T
tersebut sehingga membentuk
terhadap sel yang membawa
kompleks antibodi-antigen yang
antigen sembutuhkan reseptor
kemudian akan didegradasi oleh
sel T spesifik dan satu reseptor
makrofag.
antigen histocompability,
Sistem imun humoral
dicairan tubuh
Gambar 1. Skema Respon Imun pada
Vertebrata

B. PEMBENTUKAN ANTIBODI
Apabila dilihat dari sudut pandang genetika, hal yang paling mencolok dari respon imun
yaitu antibodi yang sangat beranekaragam dan dapat disintesis untuk merespon antigen yang
sebelumnya belum pernah ditemui.

Kita ketahui virus salah satu bentuk antigen yang dapat menyerang sistem imun tubuh. Virus
tersebut sangat lah bermacam-macam sehingg membutuhkan antibodi yang bermacam-
macam . Apabila dikaji dengan seksama, genom lengkap manusia mengandung 3 x 10 9
nukleotida. Jika semua DNA tersebut dalam bentuk sekuens tanpa intron dengan 1000 basa
nukleotida, maka genom akan mengandung maksimum 3 juta gen. Kita ketahui bahwa gen
tersebut digunakan untuk mengkode berbagai macam molekul RNA, enzim, protein
struktural dan gen tersebut juga mengandung intron yang cukup panjang sehingga genom
tidak akan cukup menghasilkan antibodi yang bermacam-macam hingga jutaan. Terdapat tiga
hipotesis untuk menjawab hal tersebut yaitu sebagai berikut:

a. Hipotesis germ line yang menyatakan bahwa ada pemisahan gen dari germ line untuk
masing-masing antibodi. Setiap antibodi mempunyai germ line sendiri-sendiri.
b. Hipotesis somatic mutation yang menyatakan bahwa hanya ada satu atau sedikit gen
germ line yang scara spesifik mengkode masing-masing kelas antibodi dan
keanekaragaman antibodi diakibatkan oleh frekuensi mutasi somatik yang tinggi. Mutasi
terjadi di dalam produksi antibodi sel somatik atau keturunan sel produksi antibodi.
Frekuensi mutasi yang tinggi hanya terjadi di gen tertentu dan di dalam gen sel tertentu.
c. Hipotesis minigene yang menyatakan bahwa keanekaragaman diakibatkan oleh banyak
segmen-segmen kecil dan beberapa gen yang mampu melakukan rekombinasi sehingga
menghasilkan kemungkinan kombinasi yang sangat banyak.
Ketiga hipotesis tersebut terbukti benar pada kondisi atau kasus tertentu
Antibodi termasuk dalam kelas protein yang disebut immunoglobulin. Struktur antibodi
merupakan tetramer yang tersusun dari empat rantai polieptida, dua rantai ringan (light
chain) dan dua rantai berat (heavy chain) yang identik satu sama lain dan disatukan oleh
ikatan-ikatan disulfida (Gambar 2a). Rantai ringan memiliki 220 asam amino sedangkan
rantai berat memiliki 445 asam amino. Masing-masing antibodi memiliki daerah variabel dan
daerah konstan. Daerah variabel tersusun atas asam amino yang berbeda pada setiap
antibodi. Sementara itu pada daerah konstan, selama masih dalam satu kelas yang sama,
asam amino nya juga sama.
Daerah protein yang membawa fungsi khusus disebut domain. Masing masing antibodi
memiliki dua sisi pengikatan antigen atau domain, masing-masing membentuk daerah
variabel dimana terdiri dari 1 rantai ringan dan satu rantai berat (Gambar 2b). Daerah konstan
berisi dua rantai berat yang berinteraksi untuk membentuk domain ketiga disebut efektor
function domain, yang bertanggung jawab untuk berinteraksi dengan komponen lain sistem
imun.

Gambar 2. a. Struktur

Antibodi; b. fungsional domain pada struktur antibodi

Terdapat lima kelas dari antibodi yaitu IgM, IgD, IgG, IgE dan IgA. Penentuan kelas dan
fungsi antibodi tersebut ditentukan oleh struktur daerah konstan pada rantai beratnya.
Contohnya yaitu fungsi domain efektor yang dapat menyebabkan IgD tetap berada
dipermukaan sel yang mensintesis antibodi tersebut namun IgG yang biasanya di
sekresikan dan disirkulasikan ke aliran darah.
Rantai ringan antibodi ada dua tipe berdasarkan daerah konstan nya yaitu kappa dan
lambda yang ditentukan oleh struktur daerah konstan rantai ringan. Hanya ada salah satu
tipe rantai ringan, kappa saja atau lambda

KEBERANEKARAGAMAN ANTIBODI: PENATAAN ULANG GENOM SELAMA


DIFERENSIASI LIMFOSIT B

Satu sel B bisa menghasilkan lebih dari satu sel B. Antibodi dari satu sel B berbeda
dengan sel B lainnya tetapi selama berasal dari sel yang sama, antibodi nya sama.
Rantai ringan dan rantai berat antibodi dikodekan oleh lokus yang berbeda pada genom.
Dua tipe rantai ringan kappa berada di lokus pada kromosom 2, sedangkan lambda di
lokus kromosom 22 dan satu lokus rantai berat terletak pada kromosom 14

Sintesis rantai ringan kappa


Dikontrol oleh 3 segmen gen yaitu yaitu (1) segmen gen V k (Variable kappa) yang mengkode
N-terminl 95 asam amino dari daerah variabel; (2) segmen gen Jk (joining kappa)
mengkode 13 asam amino daerah variabel menghubungkan LkVk dan Ck; dan (3)
segmen gen Ck, mengkode C-terminal daerah konstan. Antara segmen LkVk dan Jk
dipisahkan oleh sekuens noncoding begitu pula antara Jk dan Ck .
Ada segmen lain yaitu Lk (leader kappa) yang menghasilkan polipeptida leader dengan
fungsi mengarahkan antibodi ke membrane sel. Setelah sampai membrane sel,
polipeptida leader dipotong dan tidak menjadi bagian struktural dari antibodi
Segmen gen kecil-kecil. Vk selalu berpasangan dengan Lk. Sementara itu, Jk selalu
berpasangan dengan Ck.
Segmen gen Vk ada banyak. Sekitar 300 segmendi snustad hanya 40, 5 Jk dan 1 Ck.
Saat sel limfosit B matang, DNA hanya membawa 1 Vk, Jk dan Ck dengan pemilihan
yang bebas/kombinasi. Setiap antibodi memiliki genom arrangement yang berbeda,
antibodi yang dihasilkan atau kappa light chain nya bervariasi. Mekanisme detail terkait
rekombinasi segmen gen pengkode rantai ringan kappa dapat dilihat pada Gambar 3

Gambar 3. Kontrol Genetik Rantai Ringan Kappa


Sintesis Rantai Ringan Lambda
Gen rantai ringan lambda juga dirakit dari segmen yang berbeda selama perkembangan
limfosit B. Perbedaan dengan rantai ringan kappa yaitu Jlambda mempunyai Clambda sendiri
sendiri. Contoh: Jl1-Cl1
Penyusunan genom pada rantai lambda yaitu menghubungkan segmen Llambda-Vlambda
dengan segmen Jlambda-Clamdbda.
Tikus hanya mempunyai 4 Jlambda-Clamdbda (5 % antibodi tikus merupakan rantai ringan
tipe lambda) sedangkan manusia 6 Jlambda-Clamdbda (40% dari antibodi manusia
mempunyai rantai ringan lambda)

Sintesis Rantai Berat


Pengkode informasi genetik rantai berat antibodi diatur oleh segmen gen LH-VH, JH, dan CH
yang analog pada rantai ringan kappa, tetapi terdapat satu segmen gen tambahan diantara
VH dan JH yaitu D untuk Diversity (keanekargaman menghasilkan kombinasi yang lebih
tinggi daripada rantai ringan) yang mengkode 2-13 asam amino yang berada di daerah
variabel.
Saat sintesis antibodi dimulai dalam perkembangan sel limfosit B, semua segmen gen tersebut
tetap ada. Kemudian selanjutnya akan diproses melalui mekanisme class switching sehingga
menghasilkan antibodi dengan kelas tersendiri. Mekanisme class switching dapat dilihat
pada Gambar 4.

Gambar 4. Kontrol Genetik Rantai Berat

Mekanisme class switching dipengaruhi oleh segmen yang paling dekat dengan segmen J
untuk menentukan kelas antibodi

KEANEKARAGAMAN ANTIBODI: JALUR ATERNATIF SPLICING TRANSKRIP


Antibodi sel B bisa tetap di membrane dan terlepas dari membrane dipengaruhi oleh
alternative splicing. Contoh mekanisme alternative splicing dapat dilihat pada Gambar 5
dan Gambar 6

DNA dengan segmen gen VkJk (VlJl


dan VhDhJh yang utuh

Transkrip primer dengan Chmiu dan


Ch
Ada dua kemungkinan yaitu Chmiu di
delete sehingga menjadi IgD rantai
berat atau Ch didelete sehingga
menjadi IgM

Gambar 5. Mekanisme pembentukan rantai berat antibodi pada IgM dan IgD dalam limfosit-B
yang sama sebagai hasil alternate mode of splicing hasil transkripsi rantai berat.
Gambar 6. Kontrol genetik bentuk IgM yang terikat membran dan bentuk sekresi. Hanya gen
rantai berat dan produknya yang diperlihatkan karena kedua bentuk mempunyai
rantai ringan yang identik. Polipeptida 5-6 polipeptida hidrofobik yang dapat
menjadi anchor/mengganjal antibodi pada membrane sel

SEKUEN SINYAL YANG MENGATUR PENYUSUNAN ULANG GENOM


Pada penyusunan genom rantai ringan V selalu dengan J, J-C sementara pada rantai berat
V-D, D-J, J-C. Penyusunan tersebut diatur oleh sekuen sinyal yang mencegah agar tidak
terjadi kesalahan pemasangan. Sekuen sinyal tersebut dapat dilihat pada Gambar 8.

Sekuen sinyal setelah segmen Vk dan


Jk yang terdiri atas heptamer (7
nukleotida) atau nonamer (9
nukleotida) yang dipisahkan oleh
spacer yang dapat terdiri atas 12
nukleotida atau 22 nuklotida. Dengan
demikian, spacer tersebut yang akan
mengatur agar segmen tidak salah
berpasangan
Gambar 8. Sekuen sinyal dan perannya dalam penggabungan VKJK. (a dan c ) menunjukkan
penyusunan kembali germ line dan DNA limfosit B. Pada (b) menunjukkan
struktur intermediet hypothetical stem-loop

KEANEKARAGAMAN ANTIBODI: TEMPAT PENEMPELAN YANG BERVARIASI


DAN MUTASI SOMATIK
Tempat penempelan V dan J bervariasi sehingga menyebabkan asam amino bervariasi dan
antibodi nya pun bervariasi karena perbedaan set penempelan. Mekanisme terkait tempat
penempelan yang bervariasi dapat dilihat pada Gambar 9.

Vk Jk berdekatan

Setiap perbedaan site, kodon


berbeda, asam amino berbeda,
sehingga didaerah joining, variasi nya
banyak

Gambar 9. Mekanisme Diversitas VkJk


pada Daerah Joining
Terdapat mekanisme lain yang menyebabkan keanekaragaman antibodi selain dengan
adanya penggabungan kelompok besar segmen gen V, D dan J serta pergantian posisi
rekombinasi selama reaksi penggabungan. Mekanisme tersebut berkaitan dengan peristiwa
mutasi yang terjadi di segmen yang jauh dari daerah penggabungan. Mutasi tersebut terjadi di
limfosit yang merupakan sel somatic dengan laju mutasi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan sel lainnya peristiwa mutasi yang ikut bertanggungjawab terhadap
keberanekaragaman antibodi yang lajunya lebih tinggi dari laju mutasi gen lain disebut
dengan hipermutasi somatic.
Hal tersebut dapat diketahui dengan membandingkan (1) sekuen pasangan nukleotida yang
diekspresikan dengan sekuen segmen gen dari germ line, (2) sekuen asam amino
sesungguhnya dari rantai antibodi dengan sekuen yang diprediksikan dari sekuen nukleotida
gen tersebut. Misalnya adalah sekuen asam amino yang terbentuk dari rantai 1 berbeda
dengan sekuen asam amino yang telah diprediksikan (yaitu berdasarkan sekuen pasangan
nukleotida dari segmen gen 1) dari rantai ringan , perbedaan tersebut dapat ditemukan
pada daerah variabel (variable region) yang jauh dari daerah penggabungan (junction sites).
Sedangkan, berdasarkan penelitian lainnya terdapat di daerah variable rantai ringan.
Perubahan tersebut kemungkinan dihasilkan oleh adanya substitusi pada satu pasang
nukleotida. Substitusi tersebut terjadi 1-2% dari pasangan basa dari segmen gen yang
mengkode variable region dari antibodi. Subtitusi pasangan basa tersebut diduga terjadi
melalui beberapa mekanisme mutasi somatis yang terbatas pada sekeuen DNA yang
mengkode variable region dari rantai antibodi. Karena adanya perubahan pada segmen
variable dari gen antibodi maka terjadi dengan frekuensi yang tinggi, dan proses tersebut
disebut dengan somatic hypermutation.
Manfaat adanya Somatic hypermutation dari gen antibodi yang mengkode daerah pengikatan
antigen yaitu tubuh dapat menyiapkan pertahanan terhadap perlawanan perubahan komposisi
antigen virus dan komponen lingkungan lainnya (yang sangat cepat berevolusi) serta dapat
dengan cepat membentuk antibodi yang spesifik terhadap antigen

BERAPA BANYAK KOMBINASI?


Salah satu contoh yang menunjukkan bahwa sebagian besar keanakaragaman dapat
dihasilkan dengan adanya penggabungan segmen gen antibodi yaitu misalnya, jumlah rantai
ringan kappa yang mungkin berbeda pada manusia: 300 segmen gen V K x 5 segmen JK =
1500 fusi gen VKJK. Daerah variabel rantai berat menyediakan keragaman yang lebih besar
karena segmen gen D berlipat. Jika ada 300 segmen gen V H, 25 segmen gen D, dan 6
segmen gen JH pada germ line manusia, maka terdapat 45.000 variable region pada rantai
berat bisa dirakit. Berdasarkan hasil prediksi, sebanyak 67.500.000 sisi pengikatan antigen
berbeda yang bisa diproduksi dengan hanya menggunakan rantai ringan Kappa. hanya
dari arrangement genom. Tetapi masih banyak mekanisme lain mutasi, tempat pelekatan
yang bervariasi. Dengan demikian jumlah kombinasi yang dihasilkan sangatlah banyak

REGULASI TRANSKRIPSI: enhancer yang spesifik terhadap jaringan tertentu


Enhancer : segmen DNA yang mampu mengaktivasi gen yang lain yang letaknya jauh
dari gen yang akan diekspresikan
Ketika sel B belum dewasa, sudah mempunyai DNA dengan segmen VK JK CK dengan
jumlah banyak dan letaknya berjauhan, tetapi belum terjadi transkripsi. transkripsi baru terjadi
ketika sel B sudah dewasa. Hal ini dikarenakan adanya enhancer. Contoh dapat dilihat pada
Gambar 10

Pada awalnya, enhancer didaerah


antara Jk dan Ck, promotor di daerah
setelah Lk. Posisi enhacer dan
promotor sangat jauh sehingga
enhancer tidak dapat mengaktivasi
promotor transkripsi tidak terjadi

Adanya proses genome


rearrangement, enhancer-promotor
berdekatan terjadi transkripsi

Gambar 10. Peristiwa aktivasi gen heavy light chain LH-VH. Posisi enhancer pada DNA germ line
(atas) dan sesudah rearrangement (bawah)

Peristiwa penyusunan kembali akan memidahkan promotor dari sekuen gen L H-VH
mendekati promotor hal ini dikarenakan enhancer tidak dapat mengaktifkan transkripsi bila
berada berjauhan dari promotor, dicontohkan pada jarak lebih dari 100.000 pasang nukleotida.
Enhancer yang terlibat dalam aktivasi sintesis heavy chain merupakan jaringan yang spesifik.
Enhancer tersebut hanya mengaktivasi transkripsi pada limfosit dan tidak mempengaruhi derivat
sel lain/ jaringan lain. Dapat diduga, proses aktivasi membutuhkan faktor aktivasi transkripsi
yang hanya diproduksi oleh sel limfosit. Mekanisme yang sama juga terjadi pada aktivasi cluster
gen light chainJK gen dan CK.

SELEKSI KLONAL
Teori seleksi klonal menjelaskan bahwa pengikatan antigen asing pada permukaan
limfosit akan merangsang pembelahan sel dan menghasilkan sejumlah besar limfosit B,
misalnya limfosit Bx yang identik dan dalam jumlah banyak akan mengenali antigen
asing. Mekanisme seleksi klonal dapat dilihat pada Gambar 11.

Semua sel B antibodi nya beda-beda

Ketika antigen masuk, antigen akan


berlekatan dengan antibodi yang
sesuai kemudian menginduksi sel B
membelah secara cepat sel B
bentuk A akan meledak populasinya

EKSKLUSI (pembuangan Alel)


Seluruh sel B hanya mempunyai satu tipe antibodi.
Sel B merupakan sel yang ada pada organisme eukariot. Diketahui bahwa sel eukariot
merupakan sel diploid. Sel diploid memiliki gen sepasang yang dapat melakukan genome
rearrangement. Asumsi peneliti terkait dihasilkannya satu tipe antibodi oleh satu sel B yaitu
ketika salah satu pasangan sel diploid telah melakukan genome rearrangement dan
menghasilkan antibodi, satu pasangan alel tersebut akan menghambat ekspresi alel lainnya.
fenomena tersebut dikenal dengan allelic exclusion atau pembuangan alel karena ada salah
satu alel yang tidak diekspresikan.

VARIABILITAS RESEPTOR SEL T


Sel T merupakan komponen respon imun selular yang bertugas mengenali antigen pada
permukaan sel dan membunuh sel yang membawa antigen. Oleh karena itu respon sel T
menunjukkan tingkat spesifisitas yang tinggi. Sel T menghasilkan reseptor yang berikatan
dengan membran, mirip dengan antibodi yang dihasilkan oleh limfosit B.

Sel T mengenali antigen di atas permukaan sel maupun protein lain pada permukaan sel.
Protein tersebut adalah hasil dari major histocompability complex. Reseptor sel T tersusun
dari dua rantai polipeptida - dan - yang mirip dengan rantai antibodi masing-masing
ditunjukkan oleh bagian gen L-V, D-J, dan C. Polipetida dan seperti rantai rantai
antibodi berisi variabel daerah yang berasal dari antigen tempat pengikatan dan tempat yang
konstan berbentuk jangkar sebagai reseptor dari permukaan sel.

Gambar 12. Gambar (a) struktur dari reseptor sel T yang merusak membran sel (b) daerah reseptor protein dari dan yang
menyandikan gen segmen L-V, D,J , berturut-turut.

Gen reseptor sel T digabungkan oleh penyambungan genom yang terjadi selama perubahan
llimfosit T saat pembentukan antibodi dalam limfosit B. Seperti rantai antibodi, polipeptida
dan juga mengandung variable region yang membentuk tempat pengikatan antigen dan
constant region yang melekatkan reseptor pada permukaan sel. Variable region pada reseptor sel
T dikode oleh banyak segmen gen L-V, D, J; sedangkan constan region dikode oleh sedikit
segmen gen C. Gen-gen reseptor sel T dirakit oleh penyusunan kembali genom yang terjadi
selama diferensiasi limfosit T dari stem cell seperti gen-gen antibodi dalam perkembangan
limfosit B.
Sel T sebelum bekerja membunuh antigen dan tidak melakukan kerja seperti antibodi, sel T
mempunyai dua reseptor; 1 untuk antigen dan 1 reseptor yang secara alami ada di sel
dihasilkan oleh protein MHC.

KOMPLEKS HISTOCOMPATIBILITY MAJOR (MAJOR HISTOCOMPATIBILITY


COMPLEX
MHC adalah ikatan kompleks multigen berupa antigen transplantasi yang bertanggungjawab
atas penolakan terhadap jaringan asing dalam operasi transplantasi.
Pada manusia, protein-protein MHC disandikan oleh locus HLA (Human Leukocyte Antigen
complex) di kromosom ke 6; pada tikus, locus MHC dilambangkan dengan H-2
(Histocompatibiliey locus 2) dan berada pada kromosom 17. Gen ini memiliki allel khusus
dalam jumlah banyak sehingga kemungkinan dua individu memiliki MHC yang identik akan
sangat kecil. Gen MHC bersifat sangat polimorfik karena ada sejumlah besar allel dari gen
tersendiri yang biasanya mengalami segregasi pada populasi tertentu.
Gen MHC mengkode tiga kelas protein berbeda yang terlibat dalam aspek respon imun yang
berbeda, yaitu:
1. Gen kelas I mengkode antigen transplantasi
Bentuk protein MHC yaitu glikoprotein integral dengan determinan antigenik yang
terletak di luar sel dan bertugas mengkode antigen transplantasi. Antigen berperan pada
pengenalan dan penghancuran sel yang membawa antigen. Gen MHC kelas I ini memiliki
tanggungjawab dalam penolakan jaringan asing dalam proses transplantasi jaringan. Sebuah sel
T reseptor diyakini dapat mengenali antigen asing sekaligus antigen histokompatibilitas kelas I
pada saat respon imun.
2. Gen kelas II mengkode polipeptida yang terutama terletak dipermukaan limfosit B dan
makrofag.
Gen MHC kelas II mengkode polipeptida yang berada di permukaan limfosit B dan makrofag.
Gen ini menghasilkan limfosit T khusus yang disebut sel T pembantu (T-helper) yang mampu
mengenali diri sendiri dan mampu memfasilitasi komunikasi antara berbagai tipe sel yang
terlibat pada respon imun.
3. Gen kelas III mengkode protein komplemen yang berinteraksi dengan ikatan kompleks
antibodi-antigen dan merangsang sel untuk lisis.
Antigen MHC kelas I dan II terikat pada membran sel dan memiliki struktur yang sangat mirip
dengan struktur sel T reseptor. Namun keragaman antigen MHC jauh lebih rendah dari pada
keragaman antibodi dan sel T reseptor, dan antigen MHC tidak mengalami proses penyusunan
ulang. Keragaman pada MHC diakibatkan oleh hadirnya sejumlah besar gen-gen MHC yang
bersifat sangat polimorfik.

Gambar 13. Susunan major histokompatibel complex (HLA) pada kromosom 6 manusia. Lokasi pada
peta lokus dengan gen kompleks yang sangat besar diitunjukkan pada bagian atas. Penataan pada lokus
masih samar. Semua HLA kompleks lebih dari 2 x 106 pasang nukleotida. Setiap lokus dengan HLA
complex memiliki kompleks lokus dengan gen dan pseudogen masing

Anda mungkin juga menyukai