Respon imun dipicu oleh masuknya substansi asing atau antigen (seperti selubung protein
virus) ke dalam aliran darah. Protein yang dihasilkan oleh respon imun yaitu antibodi yang
mengikat antigen secara spesifik. Antibodi tersebut dikode oleh sekuen DNA selama
diferensiasi sel penghasil antibodi melalui peristiwa penyusunan kembali kumpulan genom
baru.
Terdapat tiga tipe sel darah putih yang berperan pentting dalam respon imun di vertebrata,
yaitu: (1) limfosit-B (disebut sel-sel B karena mereka dihasilkan dalam sum-sum tulang); (2)
limfosit-T (disebut sel-sel T karena mereka dihasilkan dalam kelenjar tiymus); dan (3)
makrofag.
Skema respon imun dapat dilihat pada Gambar 1
Limfosit T memperantarai
Limfosit B dapat mensintesis
respon imun seluler dengan cara
antibodi yang tetap melekat
mensintesis reseptor antigen
pada membran sel limfosit B
yang mengenali antigen pada
atau pada kondisi tertentu
permukaan sel dan memicu sel
disekresikan ke cairan sel.
yang mengandung antigen
Selama respon imun humoral,
tersebut untuk lisis. Terdapat
antibodi yang disekresikan akan
dua jenis limfosit T yang
mengikat antigen bebas yang
berbeda untuk menjalankan
ada sistem sirkulasi dan
proses tersebut
menggumpalkan antigen
Secara umum, serangan sel T
tersebut sehingga membentuk
terhadap sel yang membawa
kompleks antibodi-antigen yang
antigen sembutuhkan reseptor
kemudian akan didegradasi oleh
sel T spesifik dan satu reseptor
makrofag.
antigen histocompability,
Sistem imun humoral
dicairan tubuh
Gambar 1. Skema Respon Imun pada
Vertebrata
B. PEMBENTUKAN ANTIBODI
Apabila dilihat dari sudut pandang genetika, hal yang paling mencolok dari respon imun
yaitu antibodi yang sangat beranekaragam dan dapat disintesis untuk merespon antigen yang
sebelumnya belum pernah ditemui.
Kita ketahui virus salah satu bentuk antigen yang dapat menyerang sistem imun tubuh. Virus
tersebut sangat lah bermacam-macam sehingg membutuhkan antibodi yang bermacam-
macam . Apabila dikaji dengan seksama, genom lengkap manusia mengandung 3 x 10 9
nukleotida. Jika semua DNA tersebut dalam bentuk sekuens tanpa intron dengan 1000 basa
nukleotida, maka genom akan mengandung maksimum 3 juta gen. Kita ketahui bahwa gen
tersebut digunakan untuk mengkode berbagai macam molekul RNA, enzim, protein
struktural dan gen tersebut juga mengandung intron yang cukup panjang sehingga genom
tidak akan cukup menghasilkan antibodi yang bermacam-macam hingga jutaan. Terdapat tiga
hipotesis untuk menjawab hal tersebut yaitu sebagai berikut:
a. Hipotesis germ line yang menyatakan bahwa ada pemisahan gen dari germ line untuk
masing-masing antibodi. Setiap antibodi mempunyai germ line sendiri-sendiri.
b. Hipotesis somatic mutation yang menyatakan bahwa hanya ada satu atau sedikit gen
germ line yang scara spesifik mengkode masing-masing kelas antibodi dan
keanekaragaman antibodi diakibatkan oleh frekuensi mutasi somatik yang tinggi. Mutasi
terjadi di dalam produksi antibodi sel somatik atau keturunan sel produksi antibodi.
Frekuensi mutasi yang tinggi hanya terjadi di gen tertentu dan di dalam gen sel tertentu.
c. Hipotesis minigene yang menyatakan bahwa keanekaragaman diakibatkan oleh banyak
segmen-segmen kecil dan beberapa gen yang mampu melakukan rekombinasi sehingga
menghasilkan kemungkinan kombinasi yang sangat banyak.
Ketiga hipotesis tersebut terbukti benar pada kondisi atau kasus tertentu
Antibodi termasuk dalam kelas protein yang disebut immunoglobulin. Struktur antibodi
merupakan tetramer yang tersusun dari empat rantai polieptida, dua rantai ringan (light
chain) dan dua rantai berat (heavy chain) yang identik satu sama lain dan disatukan oleh
ikatan-ikatan disulfida (Gambar 2a). Rantai ringan memiliki 220 asam amino sedangkan
rantai berat memiliki 445 asam amino. Masing-masing antibodi memiliki daerah variabel dan
daerah konstan. Daerah variabel tersusun atas asam amino yang berbeda pada setiap
antibodi. Sementara itu pada daerah konstan, selama masih dalam satu kelas yang sama,
asam amino nya juga sama.
Daerah protein yang membawa fungsi khusus disebut domain. Masing masing antibodi
memiliki dua sisi pengikatan antigen atau domain, masing-masing membentuk daerah
variabel dimana terdiri dari 1 rantai ringan dan satu rantai berat (Gambar 2b). Daerah konstan
berisi dua rantai berat yang berinteraksi untuk membentuk domain ketiga disebut efektor
function domain, yang bertanggung jawab untuk berinteraksi dengan komponen lain sistem
imun.
Gambar 2. a. Struktur
Terdapat lima kelas dari antibodi yaitu IgM, IgD, IgG, IgE dan IgA. Penentuan kelas dan
fungsi antibodi tersebut ditentukan oleh struktur daerah konstan pada rantai beratnya.
Contohnya yaitu fungsi domain efektor yang dapat menyebabkan IgD tetap berada
dipermukaan sel yang mensintesis antibodi tersebut namun IgG yang biasanya di
sekresikan dan disirkulasikan ke aliran darah.
Rantai ringan antibodi ada dua tipe berdasarkan daerah konstan nya yaitu kappa dan
lambda yang ditentukan oleh struktur daerah konstan rantai ringan. Hanya ada salah satu
tipe rantai ringan, kappa saja atau lambda
Satu sel B bisa menghasilkan lebih dari satu sel B. Antibodi dari satu sel B berbeda
dengan sel B lainnya tetapi selama berasal dari sel yang sama, antibodi nya sama.
Rantai ringan dan rantai berat antibodi dikodekan oleh lokus yang berbeda pada genom.
Dua tipe rantai ringan kappa berada di lokus pada kromosom 2, sedangkan lambda di
lokus kromosom 22 dan satu lokus rantai berat terletak pada kromosom 14
Mekanisme class switching dipengaruhi oleh segmen yang paling dekat dengan segmen J
untuk menentukan kelas antibodi
Gambar 5. Mekanisme pembentukan rantai berat antibodi pada IgM dan IgD dalam limfosit-B
yang sama sebagai hasil alternate mode of splicing hasil transkripsi rantai berat.
Gambar 6. Kontrol genetik bentuk IgM yang terikat membran dan bentuk sekresi. Hanya gen
rantai berat dan produknya yang diperlihatkan karena kedua bentuk mempunyai
rantai ringan yang identik. Polipeptida 5-6 polipeptida hidrofobik yang dapat
menjadi anchor/mengganjal antibodi pada membrane sel
Vk Jk berdekatan
Gambar 10. Peristiwa aktivasi gen heavy light chain LH-VH. Posisi enhancer pada DNA germ line
(atas) dan sesudah rearrangement (bawah)
Peristiwa penyusunan kembali akan memidahkan promotor dari sekuen gen L H-VH
mendekati promotor hal ini dikarenakan enhancer tidak dapat mengaktifkan transkripsi bila
berada berjauhan dari promotor, dicontohkan pada jarak lebih dari 100.000 pasang nukleotida.
Enhancer yang terlibat dalam aktivasi sintesis heavy chain merupakan jaringan yang spesifik.
Enhancer tersebut hanya mengaktivasi transkripsi pada limfosit dan tidak mempengaruhi derivat
sel lain/ jaringan lain. Dapat diduga, proses aktivasi membutuhkan faktor aktivasi transkripsi
yang hanya diproduksi oleh sel limfosit. Mekanisme yang sama juga terjadi pada aktivasi cluster
gen light chainJK gen dan CK.
SELEKSI KLONAL
Teori seleksi klonal menjelaskan bahwa pengikatan antigen asing pada permukaan
limfosit akan merangsang pembelahan sel dan menghasilkan sejumlah besar limfosit B,
misalnya limfosit Bx yang identik dan dalam jumlah banyak akan mengenali antigen
asing. Mekanisme seleksi klonal dapat dilihat pada Gambar 11.
Sel T mengenali antigen di atas permukaan sel maupun protein lain pada permukaan sel.
Protein tersebut adalah hasil dari major histocompability complex. Reseptor sel T tersusun
dari dua rantai polipeptida - dan - yang mirip dengan rantai antibodi masing-masing
ditunjukkan oleh bagian gen L-V, D-J, dan C. Polipetida dan seperti rantai rantai
antibodi berisi variabel daerah yang berasal dari antigen tempat pengikatan dan tempat yang
konstan berbentuk jangkar sebagai reseptor dari permukaan sel.
Gambar 12. Gambar (a) struktur dari reseptor sel T yang merusak membran sel (b) daerah reseptor protein dari dan yang
menyandikan gen segmen L-V, D,J , berturut-turut.
Gen reseptor sel T digabungkan oleh penyambungan genom yang terjadi selama perubahan
llimfosit T saat pembentukan antibodi dalam limfosit B. Seperti rantai antibodi, polipeptida
dan juga mengandung variable region yang membentuk tempat pengikatan antigen dan
constant region yang melekatkan reseptor pada permukaan sel. Variable region pada reseptor sel
T dikode oleh banyak segmen gen L-V, D, J; sedangkan constan region dikode oleh sedikit
segmen gen C. Gen-gen reseptor sel T dirakit oleh penyusunan kembali genom yang terjadi
selama diferensiasi limfosit T dari stem cell seperti gen-gen antibodi dalam perkembangan
limfosit B.
Sel T sebelum bekerja membunuh antigen dan tidak melakukan kerja seperti antibodi, sel T
mempunyai dua reseptor; 1 untuk antigen dan 1 reseptor yang secara alami ada di sel
dihasilkan oleh protein MHC.
Gambar 13. Susunan major histokompatibel complex (HLA) pada kromosom 6 manusia. Lokasi pada
peta lokus dengan gen kompleks yang sangat besar diitunjukkan pada bagian atas. Penataan pada lokus
masih samar. Semua HLA kompleks lebih dari 2 x 106 pasang nukleotida. Setiap lokus dengan HLA
complex memiliki kompleks lokus dengan gen dan pseudogen masing