Anda di halaman 1dari 5

KLB Ringkasan

SILABUS1 [PENGERTIAN ...]

Dari bahasa Indonesia (Sansekerta) buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Pendapat
lain budaya adalah sebagai suatu perkembangan dari kata majemuk budi-daya
E.B.Tylor (Primitive Culture): keseluruhan kompleks yang mengandung ilmu pengetahuan lain seperti kebiasaan manusia
yang bermasyarakat.
R.Linton (The Cultural Background of Personality): konfigurasi dari tingkah laku yang pembentukannya didukung dan
diteruskan anggota masyarakat tertentu
Prof. Dr. Koentjaara Ningrat : keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil kelakuan yang teratur oleh tata kelakuan
yangharus didapat degan belajar. Dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.
Lintas Budaya adalah studi ilmiah tentang perilaku manusia dan proses mental, termasuk variabilitas dan invarian, di
bawah kondisi budaya yang beragam.
Segall, Dasen, dan Poortinga, psikologi lintas budaya adalah kajian ilmiah mengenai perilaku manusia dan penyebarannya,
sekaligus memperhitungkan cara perilaku itu dibentuk dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial budaya
bahwa psikologi lintas-budaya adalah sebuah studi komparatif dan kritis mengenai pengaruh-pengaruh budaya pada
psikologi manusia. Studi-studi lintas budaya membahas dan menguji tingkah laku manusi a dalam berlatar belakang,
misalnya jenis kelamin, ras, suku, kelas sosial, gaya hidup. Hal ini membuat pengetahuan kita mengenai tingkah laku
manusia dan budaya tempat manusia tersebut berada menjadi semakin kaya.
Dalam mendefinisikan konseling lintas budaya, kita tidak dapat terlepas dari istilah konseling dan budaya.
Konseling lintas budaya atau cross cultural counselling adalah konseling yang melibatkan konselor dan klien yang berasal
dari latar belakang budaya yang berbeda dan karena itu proses konseling yang sangat rawan oleh terjadinya bias-bias
budaya
Menurut Mamat Supriana, Konseling Lintas budaya adalah berbagai hubungan konseling yang melibatkan para peserta
yang berbeda etnik atau hubungan konseling yang melibatkan konselor dan klien yang secara rasial dan etnik sama tetapi
memiliki perbedaan budaya yang dikarenakan variebel lain seperti seks, factor sosio ekonomik dan usia

SILABUS2 [TEMA SENTRAL]

1. Pengertian Konseling, Budaya Dan Konseling Lintas Budaya Serta Persepsi Terhadap Pluralisme Budaya
Di Negara-negara seperti Indonesia dan America dengan kondisi masyaraat yang berbudaya ganda (Multikultural) dan
tren demografis yang mengarah pada konfigurasi budaya plural, telah mendorong berkembangnya layanan konseling
yang bersifat generik. Penggunaan berbagai pendekatan dan teknik konseling diharapkan mampu memberikan layanan
yang lebih efektif dalam kondisi pluralitas budaya.
2. Memahami Manusia Sebagai Suatu Dinamika
Kelebihan manusia dari makhluk lain adalah karunia al akli, akal pikiran yang berekembang dan dapat dikembangkan,
yang sehingganya terciptalah suatu budaya. Oleh karena itu,umat manusia dengan akal pikiran dan kebudayaannya
senantiasa mengalami perkembangan dan kemajuan.
3. Hakekat Komunikasi Antarbudaya
Kultur yaitu gaya hidup yang relatif khusus dari suatu kelompok masyarakat yang terdiri atas nilai-nilai, kepercayaan,
artifak, cara berperilaku, serta cara berkomunikasi yang ditularkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Komunikasi antarbudaya mengacu pada komunikasi antara orang-orang dari kultur yang berbeda antara orang-orang
yang memiliki kepercayaan, nilai atau cara berperilaku kultural yang berbeda.
4. Hubungan Bilateral Antara Konselor-Konseli
Yang dimaksud hubungan bilateral disini ialah hubungan konselor-konseli yang mengacu pada tingkat proses belajar
dalam konseling yang mempengaruhi konselor maupun konseli. Pengalaman konseling merupakan proses belajar
bilateral, pengaruh timbal balik konselor dan konseli. Apabila kesenjangan budaya antara konselor dan konseli
dijembatani, maka pengalaman subjektif yang dikomunikasikan dalam proses konseling akan menjadi jendela yang
melaluinya orang akan memandang budaya orang lain dengan kerangka acuan yang tepat yaitu dunia subjektif.
5. Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan Ilmu Lainnya
6. Implementasi Nilai-nilai Agama dalam Konseling Lintas Budaya
Kebudayaan mempunyai unsur-unsur yang mencangkup pola perilaku, ide dan nilai, termasuk nilai agama. Oleh karena
itu, konselor hendaknya menempatkan nilai-nilai agama kliennya dalam perspektif lintas budaya. Artinya bahwa dalam
proses konseling ia harus mengetahui beberapa informasi tertentu tentang klien. Informasi tentang nilai-nilai agama
tertentu, merupakan bagian penting bagi persiapan konselor dalam memahami diri kliennya dalam proses konseling.
Sedangkan dalam menetapkan tujuan konseling, konselor perlu juga memahami pandangan kliennya, tentang
konstitusi kesehatan jiwa dan dari mana kesehatan jiwa itu dapat diperoleh. Misalnya kelompok orang yang beragama
Jehovahi (orang mempercayai Tuhan dalam perjanjian lama) mempercayai bahwa kesehatan adalah pemberian Tuhan,
dan hanya bisa diperoleh atau diusahakan melalui Tuhan pula.
Lebih lanjut, menurut Pedersesn, Lonner dan Draguns (dalam Carter, 1991) dinyatakan bahwa beberapa aspek dalam
konseling lintas budaya adalah:
latar belakang budaya yang dimiliki oleh konselor,
latar belakang budaya yang diimiliki oleh klien,
asumsi-asumsi terhadap masalah yang akan dihadapi selama konseling, dan
nilai-nilai yang mempengaruhi hubungan konseling, yaitu adanya kesempatan dan hambatan yang berlatar belakang
tempat di mana konseling itu dilaksanakan.

Bbrp hal ini perlu dipahami

Memahami nilai nilai pribadi serta asumsinya tentang perilaku manusia dan mengenali bahwa tiap manusia berbeda.
Sadar bahwa tidak ada teori yang netral secara politik don moral
Memahami bahwa kekuatan susio-politik akan mempengaruhi dan menajamkan perbedaan budaya dalam kelompok
Dapat berbagi pandangannya tentang dunia klien dan tidak tertutup
Jujur dalam konseling eklektik, mempergunakan keterampilannya daripada kepentingan mereka untuk membedakan
pengalaman dan gaya hidup mereka.

SILABUS3 [SENSITIVITAS/KEPEKAAAN BUDAYA]

1. Berry, at all, (1992) menegaskan


Budaya sebagai sesuatu yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, dan hukum, adat
istiadat, kemampuan dan kebiasaan yang diperoleh individu sebagai anggota masyarakat.
2. Latar belakang KLB
Pertama,kehidupan demokratisasi
Kedua, transparansi sebagai dampak dari
perkembangan jenis media dan informasi yang semakin beragam, yang menuntut
kemampuan memproses dan memproduksi secara cerdas
Ketiga, efisiensi dalam pemanfaatan waktu yang menuntut manusia untuk pandai
membuat keputusan dalam bentuk perencanaan,
pelaksanaan, penilaian, dan penaksiran serta penerimaan risiko dari setiap keputusan secara bertanggungjawab.
3. Latar belkaang klien KLB
percepsi (perception),
ingatan (memories), dan
sisa sejarah yang membisu (histories remain silent).
Waktu yang mengiris pada sesi konseling akan memperluas horizontally yang meliputi sejarah dan masa depan klien,
serta ketegak lurusan (vertically), kepenggabungan makna budaya itu.
4. Skala Empati
Skala empati telah menyampaikan suatu keberhasilan dan ketercapaian yang tidak dapat di bandingkan status
nominalnya dalam masyarakat Amerika, status yang tak dibubuhi tanda (unmarked) akan memperkeruh salah satu
konotasi negatif atau makna fungsi nagatif. Dalam sejarah psikologi goesbac di amerika pada tahun 1909 ketika
titchener menuliskan terjemahan dari Theodore Lipps (1903), khususnya menterjemahkan ke konsep Einfuhlung as
Empthy . Masyarakat penduduk asli jerman mengenai suatu pengalaman aesthetic dan arti dari cara berbaring rapat
dengan cara menirukan motor (Allport,1968). Itu hanya akan berakhir ketika konsep yang diperoleh artinya pada
kecakapan umum untuk memahami orang lain. Arti dari empati adalah suatu perubahan bagi masyarakat amerika,
teristimewa oleh nilai- nilai empati yang menekankan kesamaan dan persepsi mereka sendiri . defenisi empati
sekarang adalah sering membingungkan dangan kedua potensi interface antara person- sympathy, suatu konsep yang
lama dalam sejarah yang sulit. Pada waktu yang terdahulu adam smith, pada penjelasan akhirnya merasakan suatu
keburukan (disrepute), dan mengetahui adanya batas terutama untuk permintaan dari rasa keharuan (compassion) dan
untuk study anak- anak (Allport, 1968).
5. Kendala Ras dan Etnis dalam Konseling
Beragam ras dan etnis orang-orang Amerika adalah sesuatu yang tidak dapat disangkal. Para pengamat menggolongkan
negara sebagai melting pot (tempat bercampur) sebagai konsep sederhana yang mengemukakan perbedaan budaya
warga negara yang akan kehilangan perbedaan identitas mereka dan pada akhirnya semua akan menjadi sama. Pada
konseo ini dideskripsikan menjadi real Americans (orang asli Amerika) dalam hal budaya dan sosial, identitas, serta
lebih setia terhadap budaya tuan rumah dibandingkan dengan komunitas etnis dan budaya asli mereka. Setidaknya
asimilasi-orientasi-imigran dibatasi memlalui perkampungan etnis tertentu, kebanggan menggunakan bahsa mereka,
penghormatan terhadap cara mereka dan secara umum menjaga kelangsungan sub-budaya etnik mereka.
6. Dinamisasi Konseling
Konseling merupakan suatu proses yang dinamis. Lingkungan secara psikologis menyebabkan perubahan yang konstan
dan tidak terlihat. (Imperceptibly). Hal yang dipengaruhi klien -- hubungan sosial mereka, ras, dan latar belakang etnis,
harapan mereka, dan harapan mereka dengan bantuan profesional; hal yang dipengaruhi konselor -- ras, jenis kelamin,
usia/umur, pengalaman profesional, dan kepribadian; hal yang dipengaruhi sifat masalah klien; dan banyaknya
variabel-variabel yang lain. Walaupun berubah sifat hubungan, usaha yang dibuat untuk mengkaji berbagai aspek-
aspek perbedaan interaksi sebagai suatu relasi untuk membantu individu dalam kelompok minoritas.
7. Basa-basi dalam Konseling
"Basa-basi" yang dibentuk pada awal hubungan tidak akan menimbulkan kesalahpahaman, hal tersebut dibentuk untuk
membawa klien agar lebih mudah membantunya. Hal itu merupakan suatu dinamika yang harus dipertahankan
sepanjang proses indiviu. Selama hubungan berlangsung, partisipan secara terus-menerus saling menjaga satu sama
lainnya. Mereka memperhatikan bagaimana individu lain mengemukakan tentang dirinya: apa yang dikatakan dan
bagaimana mengatakannya. Ciri-ciri komunikasi, baik secara eksplisit maupun implisit dapat menyebabkan klien
menimbulkan sikap kehati-hatian atau memperlihatkan sikap permusuhan yang jelas. Penyelidikan terhadap hal-hal
yang berhubungan dengan eg secara umum memerlukan hubungan yang lebih positif dibandingkan yang lain.
8. Observasi di Amerika
Di Amerika Serikat, kaum minoritas dirugikan oleh anggotanya yang berpindah kelompok ras atau etnis. Di satu pihak,
mereka melihat hal yang mereka capai merupakan suatu kolaborasi dengan "musuh" (enemy). Bagaimanapun mereka
akan diberi suatu sangsi. Di lain pihak, mereka dipenuhi oleh perasaan cemburu, mereka merasa lebih baik tetapi
mereka tidak bisa berkembang. Pertentangan ini akan bertambah buruk ketika timbul perasaan benci pada diri.mereka
sendiri menjadi pertanyaan yang meliputi kaum minoritas. Sebagai contoh, pemahaman mengenai ilmu dinamika yang
kompleks dari konseling untuk orang-orang kulit hitam, satu hal yang harus diingat bahwa pertentangan klien terhadap
konselor dan perasaan benci terhadap dirinya sendiri saling mempengaruhinya. Kebencian terhadap diri sendiri
merupakan salah satu penyebab penolakan diri. Fenomena ini menjelaskan kenapa konselor yang berkulit putih
mungkin lebih efektif dalam konseling dengan orang yang berkulit hitam dibandingkan dengan konselor yang berkulit
hitam sendiri.
Observasi ini menjadi usulan secara umum untuk mengadakan suatu hubungan dengan kaum minoritas, khususnya
bagi orang yang tidak mempunyai kelanjutan hubungan dengan anggota kelompok budaya dominan. Pertama, konselor
harus berusaha untuk menghindari perbedaan perilaku. Secara umum, konselor harus mengurangi basa-basi mereka
ketika memulai interview, khususnya apabila mereka tahu basa-basi yang tepat. Basa-basi mungkin dirasa perlu oleh
konselor sebagai usaha untuk menunda situasi yang tidak menyenangkan. Karenanya akan menimbulkan suatu
kegelisahan. Konselor akan memulia interview secara langsung tetapi sopan, dan hal itu akan diikuti oleh klien sendiri.
Kebanyakan contoh terhadap perlawanan kaum minoritas dalam hubungan dengan konseling. Suatu hal yang nyata
adalah mengabaikan janji yang telah dibuatnya. Orang Amerika keturunan Indian, sebagai contoh enggan untuk bekerja
sama, khususnya dengan orang yang memiliki status yang lebih tinggi dibandingkan mereka. Keengganan juga diamati
pada orang yang berkulit hitam dengan status yang rendah di wilayah Selatan, dalam situasi konseling dengan orang
berkulit putih, meskipun mungkin dari berbagai alasan yang berbeda.
9. "Transfarensi" menunjukkan reaksi klien terhadap suatu hal yang sama sebanding dengan respon mereka terhadap orang
lain dalam kehidupannya (Lagache, 1952: 92). Dengan kata lain, fenomena ini merupakan suatu pengulangan atau hal
yang baru dari suatu hubungan yang telah lama dibina. Baik hal yang positif maupun hal yang negatif, hal tersebut
merupakan suatu bentuk perlawanan yang tidak disadari terhadap tujuan konseling (Harrison & Carek, 1966). Secara
umum dalam hal psikoterapi, transfarensi merupakan wadah khusus konseling bagi kaum mayoritas-minoritas atau
kelompok karena anggota kelompok minoritas memiliki suatu hubungan emosi yang hebat dari pengalaman dengan
kelompok mayoritas (Carter & Haizlip, 1972).
10. "Kontertransfarensi" merupakan transfarensi konselor terhadap klien. Rekan/teman imbangan (counterpart) dalam
transfarensi, mungkin akan memberikan suatu perilaku yang tidak pantas kepada klien, penilaian dalam ketegangan tidak
diungkapkan dalam hubungan konseling (Wolstein, 1959: 93). Meskipun konselor menghargai transfarensi sebagai suatu
kenyataan, mereka kesulitan untuk menerima kemungkinan bahwa mereka tidak menerima, respek, atau seperti terdapat
pada klien mereka (Harrison & Carek, 1966). Pengalaman profesional mereka menanamkan pada.diriereka aspek-aspek
empati, hal yang positif, hal positif yang tidak dikondisikan, dan kesesuaiannya.
Secara umum, kontertransfarensi merupakan problematik yang luas dari klien dan konselor sebagai suatu perbedaan
ras dan budaya. Perbedaan, nyata atau tidak, mempengaruhi perilaku psikoterapi dengan formasi yang salah, pre-
judgement, harapan, serta distorsi persepsi.
Banyak permasalahan yang muncul dalam konseling dari klien kelompok minoritas. Seluruhnya itu muncul karena
adanya suatu kendala lintas-budaya yang menyebabkan komunikasi yang bersifat statis dan distorsi dalam interaksi
individu dari latar belakang budaya yang berbeda. Dalam kenyataannya bahwa klien yang berasal dari sub-budaya
yang berbeda akan menjadi suatu kendala bagi konselor untuk menyelesaikan, mencegah, dan atau meringankan
kesulitan diri klien.
Dalam konseling yang bersifat merugikan kaum minoritas, banyak konselor merekomendasikan secara eksplisit atau
implisit, langsung atau tidak langsung, segera atau dalam jangka waktu tertentu untuk membantu klien beranjak dari
pengaruh ras dan budaya kepada suatu status dan gaya hidupnya.
11. Beberapa variable yang berkenaan dengan sensitivitas atau kepekaan dalam KLB:
Variabel pertama: Hal yang dipengaruhi klien
i. hubungan sosial mereka,
ii. ras, dan latar belakang etnis,
iii. harapan mereka, dan
iv. harapan mereka dengan bantuan profesional;
Variabel kedua: Hal yang dipengaruhi konselor
i. ras,
ii. jenis kelamin,
iii. usia/umur,
iv. pengalaman profesional, dan
v. kepribadian;
Variabel ketiga : hal yang dipengaruhi sifat masalah klien;
i. dan banyaknya variabel-variabel yang lain.
12. Walaupun berubah sifat hubungan, usaha yang dibuat untuk mengkaji berbagai aspek-aspek perbedaan interaksi sebagai
suatu relasi untuk membantu individu dalam kelompok minoritas.
SLIDE KHUSUS [KOMUNIKASI ANTARBUDAYA-MINGGU6] c. Mengurangi ketidakpastian
d. Kesadaran diri dan perbedaan antarbudaya
1. Arti penting komunkasi antarbudaya
e. Interaksi awal dan perbedaan antarbudaya
a. Mobilitas
f. Memaksimalkan hasil interaksi
b. Saling ketergantungan ekonomi
6. Pintu masuk komunikasi antarbudaya
c. Teknologi Komunikasi
a. Menghindari hambatan
d. Pola Imigrasi
b. Memanfaatkan prinsip-prinsip interaksi antar
e. Kesejahteraan Politik
pribadi yang efektif
2. Faktor penyebab kesuitan memahami komunikasi
7. Hambatan-hambatan Komunikasi Antarbudaya
antarbudaya
a. Mengabaikan perbedaan antara Anda dan
a. Etnosentrisme yakni kecenderungan untuk
kelompok yang secara kultural berbeda
mengevaluasi nilai, kepercayaan dan perilaku
b. Mengabaikan perbedaan antara kelompok
dalam kultur sendiri sebagai lebih baik, lebih logis,
kultural yang berbeda
dan lebih wajar ketimbang dalam kultur lain
c. Mengabaikan perbedaan dalam makna
b. Kesadaran dan ketidaksadaran. Bila Anda dalam
d. Melanggar adat kebiasaan kultural
keadaan tidak sadar, akan bertindak dengan
e. Menilai perbedaan secara negatif
asumsi yang biasanya tidak layak secara
f. Kejutan budaya
intelektual.
8. Menghindari hambatan
3. Hakekat Komunikasi antarbudaya
a. Sadari perbedaan antar anda dengan orang dari
a. Kultur yaitu gaya hidup yang relatif khusus dari
kultur yang berbeda
suatu kelompok masyarakat yang terdiri atas
b. Sadari bahwa perbedaan selalu ada dalam
nilai-nilai, kepercayaan, artifak, cara berperilaku,
kelompok apapun
serta cara berkomunikasi yang ditularkan dari
c. Ingat bahwa makna ada pada orang bukan pada
satu generasi ke generasi berikutnya.
kata-kata atau gerak gerik
b. Komunikasi antarbudaya mengacu pada
d. Ingat kebiasaan budaya dari konteks komunikasi
komunikasi antara orang-orang dari kultur yang
antarbudaya
berbeda antara orang-orang yang memiliki
e. Hindari evaluasi negatif terhadap perbedaan
kepercayaan, nilai atau cara berperilaku kultural
kultur
yang berbeda
f. Hindari kejutan budaya
c. Enkulturasi adalah proses di mana kultur
9. Memanfaatkan prinsip-prinsip interaksi antarpribadi
ditransmisikan dari satu generasi ke generasi
secara efektif
dengan cara belajar bukan mewarisinya lewat
a. Keterbukaan
keluarga, sekolah, pergaulan, dsb.
b. Empati
d. Akulturasi yakni proses di mana kultur seseorang
c. Sikap mendukung
dimodifikasi melalui kontak langsung dengan
d. Sikap positif
kultur lain
e. Kesetaraan
e. Subkultur adalah kelompok-kelompok kecil yang
f. Percaya diri
tinggal dan berinteraksi dalam kultur yang lebih
g. Kedekatan
besar dan dominan
h. Manajemen Interaksi
4. Bentuk-bentuk komunikasi antarbudaya
i. Daya ekspresi
a. Komunikasi antarbudaya
j. Berorientasi pada pihak lain
b. Komunikasi antar ras
c. Komunikasi antaretnis
d. Komunikasi antaragama
e. Komunikasi antar bangsa
f. Komunikasi antar subkultur
g. Komunikasi antar subkultur dengan kultur
dominan
h. Komunikasi antara jenis kelamin yang berbeda
5. Prinsip-prinsip Komunikasi Antarbudaya
a. Relativitas bahasa
b. Bahasa sebagai cermin budaya

Anda mungkin juga menyukai