Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TAX AUDIT

PEMERIKSAAN PAJAK
Dosen : Sukirno, SE, MM

POLITEKNIK LP3I BANDUNG

Disusun oleh :

KARSINI ( 201003084)
KATA PENGANTAR

Rangkuman yang disusun dalam bentuk makalah ini bertema pemeriksaan pajak
disusun guna memenuhi tugas dan memperoleh nilai pada matakuliah tax audit pada
program pendidikan diploma tiga di Politeknik LP3I Bandung.

Untuk memperoleh hasil terbaik dalam penyusunan laporan atau makalah ini
penyusun telah berupaya maksimal. Namun demikian penyusun sadar bahwa Tak Ada
Gading Yang Tak Retak , maka laporan ini pun masih dirasakan kurang sempurna
mengingat keterbatasan kesempatan dan pengetahuan penyusun. Oleh karena itu penyusun
sangat berharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan kemampuan penyusun.

Penyusun pun berharap laporan ini bisa bermanfaat bagi diri sendiri khususnya dan
semua pihak yang terkait umumnya.

Bandung,07 April 2012

Karsini

Penyusun
Pengertian-pengertian yang ada pada pemeriksaan pajak berdasrakan KMK-
545/KMK.04/2000, SE - 03/PJ.7/2001, SE - 06/PJ.7/2004, SE - 02/PJ.7/2005, KEP -
142/PJ./2005

PEMERIKSAAN PAJAK

Pengertian ( KMK -545/KMK.04/2000, SE - 03/PJ.7/2001, SE - 06/PJ.7/2004, SE -


02/PJ.7/2005, KEP - 142/PJ./2005)

1. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan,


mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
2. Pemeriksaan Kantor adalah pemeriksaan yang dilakukan kepada Wajib Pajak di
Kantor Unit Pelaksana pemeriksaan pajak yang meliputi satu jenis pajak tertentu
pada tahun berjalan dan tahun-tahun sebelumnya yang dapat dilaksanakan
melalui Pemeriksaan Sederhana Kantor atau Pemeriksaan dengan Korespondensi.
3. Pemeriksaan Sederhana Kantor adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan
mengirimkan surat panggilan kepada Wajib Pajak untuk datang ke kantor Dirjen
Pajak dan meminjamkan buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen.
4. Pemeriksa Pajak adalah PNS dilingkungan DJP atau tenaga ahli yang ditunjuk
oleh Dirjen Pajak yang diberi tugas wewenang, dan tanggungjawab untuk
melaksanakan pemeriksaan dibidang perpajakan
5. Kartu Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak adalah kartu yang diterbitkan oleh
Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan Pajak sebagai bukti bahwa pemegang kartu
tersebut adalah pemeriksa pajak.
6. Surat Perintah Pemeriksaan Pajak adalah surat perintah untuk melakukan
pemeriksaan pajak yang diterbitkan oleh Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan
Pajak.
7. Hasil pengelohan data elektronik adalah data yang sifat dan bentuknya
elektronik, dihasilkan oleh komputer atau pengolah data elektronik lainnya,
disimpan di dalam disket, CD, tape backup, hard disk atau media simpan
elektronik lainnya atau data yang masih berada dalam suatu jaringan elektronik.
8. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya serta jumlah harga perolehan dan penyerahan
barang atau jasa yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca
dan perhitungan rugi laba pada setiap tahun pajak berakhir.
9. Pembahasan Akhir Pemeriksaan (Closing Conference) adalah pembahasan yang
dilakukan antara pemeriksa pajak dan Wajib Pajak atas temuan selama
pemeriksaan, dan hasil bahasan temuan tersebut baik yang disetujui maupun
yang tidak disetujui dituangkan dalam Berita Acara Hasil Pemeriksaan yang
ditandatangani oleh Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak.
10. Kertas Kerja Pemeriksaan adalah catatan secara rinci dan jelas yang
diselenggarakan oleh Pemeriksa Pajak mengenai prosedur pemeriksaan yang
ditempuh, pengujian yang dilakukan, bukti dan keterangan yang dikumpulkan
dan kesimpulan yang diambil sehubungan dengan pelaksanaan pemeriksaan.
11. Laporan pemeriksaan pajak adalah laporan terutang hasil pemeriksaan yang
disusun oleh pemeriksa pajak secara ringkas, dan jelas serta sesuai dengan ruang
lingkup dan tujuan pemeriksaan.
12. Bukti permulaan adalah keadaan dan atau bukti-bukti, baik berupa keterangan,
tulisan, perbuatan, atau benda-benda yang dapat memberikan petunjuk bahwa
suatu tindak pidana sedang atau telah terjadi yang dilakukan oleh Wajib Pajak
yang dapat menimbulkan kerugian pada Negara
13. Pemeriksaan bukti permulaan adalah pemeriksaan pajak untuk mendapatkan
bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang
perpajakan
14. Ekstensifikasi adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan
jumlah Wajib Pajak dan atau Pengusaha Kena Pajak (PKP) terdaftar serta untuk
menghitung besarnya angsuran Pajak Penghasilan (PPh) dalam tahunnnn berjalan
dan penyetoran pajak dalam suatu masa pajak.
15. Ruang lingkup pemeriksaan adalah Pemeriksaan Lapangan melalui Pemeriksaan
Sederhana Lapangan (PSL).
16. PSL ekstensifikasi termasuk dalam jenis pemeriksaan rutin untuk tujuan lain,
sehingga daftar Wajib Pajak yang akan dilakukan PSL ekstensifikasi harus
dimasukkan ke dalam daftar nominatif pemeriksaan rutin sebagaimana diatur
dalam kebijakan pemeriksaan yang berlaku.
17. Daftar nominatif adalah daftar usulan pemeriksaan mengenai daftar nama WP
yang akan dilakukan pemeriksaan beserta alasan dilakukannya pemeriksaan yang
diusulkan, dibuat dan diajukan oleh KPP, KP4, Karikpa, Kanwil atau KP DJP
kepada Direktorat P4.
Sehubungan dengan telah berlakunya undang-undang nomor 28 tahun 2007
dengan perubahan ketiga undang-undang nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan
umum dan tata cara perpajakan ( selanjutnya disebut undang-undang KUP ). Dan
ketentuan peraturan pelaksanaannya, terutama dibidang pemeriksaan, yaitu
pertauran pemerintah nomer 30 tahun 2007 tentang tata cara pemeriksaan Hak
dan Kewajiban berdasarkan undang-undang KUP, Peraturan menteri keuangan
nomer 199/PMK 03/2007 tentag tata cara pemeriksaan, peraturan Direktur
jenderal pajak nomer PER-19/PJ 2008 Tentang petunjuk pelaksanaan Lapangan,
peraturan direktur jenderal pajak nomer PER-20/PJ/2008 tentang petunjuk
pelaksanaan pemeriksaan kantor maka untuk meningkatkan efektifitas dan
efensiesi pemeriksaan serta menciptakan tertib administrasi pemeriksaan,
dipandang perlu untuk menetapkan kebijakan pemeriksaan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan tersebut.

Selain mentesuaikan dengan ketentuan-ketentuan baru tersebut


diatas,kebijakan pemeriksaan juga di susun untuk menyelaraskan dengan proses
modernisasi administrasi perpajakan yang telah dan sedang berlangsung hingga
saat ini modernisasi administrasi perpajakan membawa akibat berupa pembubaran
antaran pemeriksaan dan penyidikan pajak ( kanpa ), kantor pelayanan pajak bumi
dan bangunan selain itu modernisasi juga berakibat pada berubahnya pelaksanaan
pembangunan kantor wilaya DJP, yaitu hanya melakukan pemerksaan bukti
permulaan.

Menurut undang-undang KUP tujuan pemeriksaan yaitu untuk menguji


kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dengan
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan mengingat
masing-masing tujuan pemeriksaan memiliki karakteristik yang spesifik dan agar
selaras dengan tujuan pemeriksaan tersebut, kebujakan juga dibagi menjadi 2(dua),
yaitu :

a. Kebijakan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenihan kewajiban


perpajakan dan
b. Kebijakan pemeriksaan untuk tujuan lain
Kebijakan pemeriksaan lain akan ditetapkan dalam surat edaran tersendiri
sedangkan kebijakan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan adalah sebagai berikut :

1 KEWAJJIBAN UMUM
A.TUJUAN PEMERIKSAAN
Tujuan pemeriksaan yang diatur dalam surat edaran direktur
jenderal pajak ini hanya menjadi tujuan pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
Pemeriksaan dalam rangka menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan wajib pajak dilakukan dengan menguji
kebenaran surat pemberutahuan pembukuan atau pendapatan.
Dan/atau pemenuhan kewajiban perpajakan lainnya dibandingkan
dengan kegiatan usaha, pekerjaan bebas dan/atau keadaan
sebenarnya dari wajib pajak.
Pelaksanaan dan hasil pemeriksaan dalam rangka menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan wajib pajak di
tuangkan dalam bentuk laporan hasil pemeriksaan yang diikuti
dengan penerbitan surat ketetapan pajak dan surat tagihan pajak.

B. RUANG LINGKUP PEMERIKSAAN

Ruang lingkup pemeriksaan merupakan cakupan dari jenis pajak dan


periode dari pencatatan atau pembukuan yang menjadi objek untuk
dilakukan pemeriksaan.
Ruang lingkup pemeriksaan untuk mengijoi kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan meliputi pemeriksaan atas satu,beberapa
masa pajak,bagian tahun pajak atau tahun pajak baik tahun-tahun
lalu maupun tahun berjalan.

C. JENIS PEMERIKSAAN

1. Jenis pemeriksaan dipengaruhi bobot risiko ketidak patuhan dari


wajib pajak yang di periksa serta ruang lingkup pemeriksaan.
2. Ruang lingkup pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dapat melaksanakan meliputi 2 ( dua ) jenis
pemeriksaan yaitu :
a) Pemeriksaan lapangan yaitu pemeriksaan yang dilakukan
ditempat kedudukan tempat usaha atau pekerjaan bebas,
tempat tinggal wajib pajak atau tempat lain yang ditentukan oleh
jenderal pajib pajak dan
b) Pemeriksaan kantor yaitu pemeriksaan yang dilakaukan dikanror
Direktorat jenderal pajhak.

Semakin tinggi resiko ketidak patuhan wajib pajak


pemeriksaanya dilaksanakan melalui pemeriksaan lapangan.
D. KRITERIA PEMERIKSAAN

1. Kriteria pemeriksaan merupakan pemeriksaan yang dilakukannya


pemeriksaan terhadap wajib pajak
2. Terhadap dua kriteria pemeriksaan yang mendasari dilakukannya
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan wajib pajak,yaitu:
a) Pemeriksaan rutin yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap
wajib pajak sehubungan dengan peraturan hak dan/atau
pelaksanaan kewajiban perpajakannya atau karena diwajibkan
oleh undang-undang KUP.
b) Pemeriksaan berdasarkan risiko (risk based audit) yang
selanjutnya disebut dengan pemeriksaan khusus, merupakan
pemeriksaan yang dilakukan berdasarkan hasil analisis risiko
terhadap ketidak patuhan wajib pajak Analisis risiko terhadap
ketidak patuhan wajib pajak dapat dilakukan secara
komputerisasi atau secara manual.
3. Pemeriksaan rutin yang pelaksanaanya diprioritaskan merupakan
pemeriksaan yang dilakukan terhadap permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 17B
undang-undang KUP
4. Pemeriksaan khusus dibagi menjadi 2 ( dua ) kriteria yaitu:
a) Pemeriksaan khusus dengan analisis risiko ( dari bawah keatas ),
yaitu pemeriksaan khusus berdasarkan hasil analisis risiko
terhadap profil wajib pajak yang dillakukan secara manual oleh
kantor pelayanan pajak dan disampaikan kepada kepala kantor
wilayah DJP atasannya untuk mendapatkan persetujuan;
b) Pemeriksaan khusus dengan analisis risiko bersifat top down (
dari atas kebawah ), yaitu pemeriksaan khusus yang dilakukan
berdasarkan:
1. Hasil analisis dan pengembangan atas
informasi,data,laporan,dan penganduan yang dilakukan
oleh kepala kanwil DJP atau Direktur intelijen dan
penyidikan;
2. Hasil analisis risiko secara komputerisasi ( selama ini
disebut kriteria seleksi) yang berupa skor risiko
ketidakpatuhan dengan memperhatikan variabel-variabel
tertentu serta adanya data dan informasi atau
3. Pertimbangan direktur jenderal pajak.
E. JANGKA WAKTU PEMERIKSAAN

1. Jangaka waktu pemeriksaan lapangan dihitung sejak tanggal surat


perintsh pemeriksaan ( SP2 ) Sampai dengan tanggal laporan hasil
pemeriksaan (LHP)
2. Jangka waktu pemeriksaan kantor di hitung sejak tanggal wajib
pahak harus datang memenuhi surat panggilan dalam rngka
pemeriksaan kantor sampai dengan tanggal laporan hasil
pemeriksaan.
3. Jangka waktu pemeriksaan lapangan untuk mengiji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan adalah empat ( empat ) bulan
dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 8 (delapan) bulan
4. Apabial ditemukan indikasi transaksi yang terkait dengan transfer
pricing dan/atau transaksi khusus lain yang berindikasi adanya
rekayasa transaksi keuangan.jangka waktu pemeriksaan dapat
diperpanjang mejadi paling lama 2 ( dua ) tahun,kecuali pemeriksaan
yang dilakukan terkait dengan permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 17B.Undang-
undang KUP,Harus memperhatikan jangka waktu penyelesaian
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
5. Jangka waktu pemeriksaan kantor untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan adalah 3 ( tiga ) bulan dan dapat
diperpanjang menjadi paling lama 6 ( enam ) bulan.
6. Apabla ditemukan indikasi transaksi yang terkait dengan transfer
pricing dan / atau transaksi khusus lain yang berindikasi adanya
transaksi rekayasa keuangan,pemeriksaan kantor diubah menjadi
pemeriksaan lapangan.
7. Jangka waktu maksimal setelah perpanjangan jangka waktu
pemeriksaan tidak dapat diperpanjang lagi meskipun terjadi
pergantian tim pemeriksa pajak.
8. Terkait dengan pelaksanaan perpanjangan jangka waktu
pemeriksaan harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut.
a) Perpanjangan jangka waktu pemeriksaan dilakukan
sepanjang tidak melewati jangka waktu maksimal yang
ditetapkan.
b) Dalam hal pemeriksaan dilakukan terkait dengan
permohonan pengembalian kelebiahan pembayaran pajak
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 17B Undang-
Undang KUP , Perpanjangan jangka waktu pemeriksaan harus
memperhatikan jangka waktu penyelesainb permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
c) Pemberitahuan perpanjangan jangka waktu pemeriksaan
hanya disampaikan 1 ( satu ) kali.
d) Perpanjangan jangka waktu pemeriksaanb dilakukan oleh
kepala unit pelaksana pemeriksaan ( UP2 ) Dengan surat
pemberitahuan perpanjangan jangka waktu pemeriksaan
kepada :
1. Kepala kantor wilayah DJP untuk
instruksi/persetujuan/penugasan pemeriksaan yang
diterbitkan oleh kepala kantor wilayah DJP atau
2. Direktur pemeriksaan dan penagih ( Direktur UP2)
intruksi/persetujuan pemeriksaan yang diterbitkan
oleh direktur jenderal pajak atau direktur
pemeriksaan dan penagihan.
e) Surat pemberitahuan jangka waktu pemriksaan dapat
disampaikan secara manual dan/atau elektronik melalui
modul pemeriksaan pada SIDJP.
f) Surat pemberitahuan perpajngan jangka waktu pemeriksaan
harus disampaikan paling lambat 1 ( satu ) minggu sebelum
berakhirnya jangka waktu pemeriksaan.
g) Apabila jangka waktu 4 ( empat ) bualan untuk jenis
pemeriksaan lapangan atau jangka waktu 3 ( tiga ) bulan
untik jenis pemeriksaan kantor telah terlampaui dan kepala
unit pelaksana pemeriksaan tidak menyampaikan surat
pemberitahuan perpanjangan jangka waktu pemeriksaan,
maka kepala unit pelaksana pemeriksaan harus menentukan
tindak lanjut pemeriksaan tersebut.
h) Apabila jangka waktu pemeriksaan telah melewati jangka
waktu maksimal setelah perpanjangan jangka waktu
pemeriksaan tetapi pemeriksaan belum dapat
diselesaikan,maka kepala unit pelaksana pemeriksaan harus
menentukan tindak lanjut pemeriksaan tersebut.
i) Tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada huruf g dan huruf
h dilakuakan dengan cara :

1) Menerbitkan surat ketetapan pajhak sesuai dengan


temuan pemeriksaan setelah terlebih dahulu
menyampaikan surat pemberitahuan hasil
pemeriksaan ( SPHP ) dan melakuakan pembahasan
dengan wajib pajak.
2) Ditingkatkan kepemeriksaan bukti permulaan apabila
terdapat indikasi tindak pidana di bidang perpajakan;
atau
3) Membuat laporan pemeriksaan sumir berdasarkan
pertimbangan kepala unit pelaksana pemeriksaan.

Pelaksanaan pemeriksaan harus didahului dengan persiapan


yang baik, sesuai dengan tujungan pemeriksaan dan
mendapat pengawasan yang saksama.

F. PERSIAPAN PEMERIKSAAN

1. Persiapan pemeriksaan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh tim


pemeriksa pajak sebelum melaksanakan tindakan pemeriksaan.
2. Kepala unit pelaksana pemeriksaan harus membentuk susunan tim
pemeriksa pajak, yanag terdiri dari supervisor, ketua tim, dan anggota
tim dengan memperhatikan ketentuan sebagaimana diatur dalam
peraturan direktorat jenderal pajak nomor PER-31/PJ/2008 tentang
pedoman penunjukan supervisor dan ketua tim pemeriksa pajak dan
perubahannya serta surat edaran direktorat jenderal pajak nomor SE-
08/PJ.04/2008 tentang penegasan atas pelaksanaan peraturan
direktorat jenderal pajak nomor PER-31/PJ/2008.
3. Pada tahap persiapan pemeriksaan harus diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a) Berdasarkan instruksi/persetujuan penugasan pemeriksaan
atau lembar penugasan pemeriksaan ( LP2 ), kepada unit
pelaksana pemeriksaan harus mendistribusikan penugasan
pemeriksaan kepada tim pemeriksaan kepada tim pemeriksa
pajak yang telah dibentuk dengan membuat nota dinas kepada
supervisor yang ditunjuk melalui kepada seksi pemeriksaan.
b) Berdasarkan nota dinas kepada unit pelaksana pemeriksaan,
tim pemeriksa pajak yang ditunjuk harus meminjam profil,
dokumen, dan berkas wajib pajak yang akan di periksa.
c) Tim pemeriksa pajak yang ditunjuk harus mempelajari dan
menelaah profil wajib pajak termasuk hasil analisis risiko
yang telah dilakukan oleh seksi pengawasan dan konsultasi,
serta dokumen dan berkas wajib pajak sehingga tim
pemeriksa pajak memperoleh gambaran yang lengkap tentang
kegiatan usaha wajib pajak termasuk bencmark, data, dan
informasi yang terkait dengan wajib pajak
d) Tim pemeriksa poajak harus membuat evaluasi terhadap
kondisi wajib pajak berdasarkan hasil penelaahan profil wajib
pajak terutama yang terkait dengan kondisi usahanya, operasi
usahanya, atau strukstur pembiayaan/pemodalannya.
e) Hasil penelaahan dan evaluasi terhadap profil wajib pajak
sebagaimana dimaksud pada huruf C dan huruf D digunakan
sebagai dasar untuk membuat perencanaan penyelesaian
pemeriksaan ( audit planning), merancang program
perencanaan ( audit program ),prosedur pemeriksaan yang
akan ditenpuh serta untuk menentukan teknik pemeriksaan (
metode pengujian ) yang digunakan.
f) Hasil penelaahan profil wajib pajak harus didokumentasikan
kedalam kertas kerja pemeriksaan ( KKP )
g) Dalam hal pemeriksaan dilakukan terhadap wajib pajak yang
ternyata profil wajib pajaknya tidak ada atau belum dibuat,
maka pemeriksaan tidak bileh dilaksanakan ( SP2 tidak boleh
diterbitkan ) ,kecuali pemeriksaan terhadap SPT lebih bayar
restitusi dan pemeriksaan kewajiban perpajakan wajib pajak
lokasi karena adanya permintaan dari unit pelaksana
pemeriksaan domisili. Untuk selanjutnya, profil wajib pajak
yang belum ada tersebut harus segera dibuat dalam jangka
waktu paling lama 1 ( satu ) bulan.
h) Apabila sampai jagka waktu satu bulan sebagaimana
dimaksud pada huruf g pada profil wajib pajak belum dibuat,
pemeriksa pajak diminta untuk melaporkan hal tersebut
kepada kepala kantor wilayah DJP melalui kepala unit
pelaksana pemeriksaan dengan ditembuskan kepada direktur
potensi, kepatuhan dan penerimaan dan kepada direktur
pemeriksaan dan penagihan dengan menggunakan formulir
sebagaimana terhadap dalam lampiran 1 dan pemriksaan
dapat dilaksanakan setelah profil wajib pajak di buat.

G. PELAKSANAAN TINDAKAN PEMERIKSAAN

1. Tata cara pemeriksaan pemeriksaan harus dilakaukan sesuai dengan :


a) Peratuaran menteri keuanagan nomor 199/PMK.03/2007
tentang tata cara pemeriksaan;
b) Peraturan direktur jenderal pajak nomor 20/PJ/2008 tenatang
petunjuk pelaksanaan pemeriksaan lapangan dan
c) Peraturan direktur jenderal pajak nomor 20/PJ/2008 tentang
petunjuk pelaksanaan pemeriksaan kantor.
2. Pemeriksaan harus dilaksanakan sesuai dengan standar pemeriksaan
yang meliputi standar umum,standar pelaksanaan pemeriksaan dan
standar pelaporan pemeriksaan.
3. Tim pemeriksa pajak harus mencantumkan dasar hukum berupa
ketentuan perundang-undangan perpajakan dan ketentuan
pelaksanaannya serta bukti-bukti pendukungnya, atas setiap temuan
pemeriksaan
4. Temuan pemeriksaan harus diberitahukan kepada wajib pajak
melalui penyampeian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan (
SPHP ) yang penyampaiannya hanya dapat dilakukan 1 (satu ) kali.
5. Wajib pajak harus diberi kesempatan hadir untuk melakukan
pembahasan akhir hasil pemeriksaan. Pembahasan akhir harus
dilakukan sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan, yaitu 1(satu)
bulan untuk pemeriksaan lapangan dan 3 ( tiga ) minggu untuk
pemeriksaan kanto r
6. Dalam hal dilakukan pembahasan oleh tim pembalas, baik tim
pembahas tingkat unit pelaksana pemeriksaan maupun tingkat kantor
wilayah, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Tim pembahas dibentuk oleh kepala unit pelaksana
pemeriksaan atau kepala kantor wilayah DJP atas nama
direktur jenderal pajak yang bertugas untuk membahas
perbrdaan antara pendapat wajib pajak dan pemeriksa pajak
pada saat dilakukan pembahasan ahir hasil pemeriksaan
dengan susunan sebagaimana dimaksud pada lampiran 2.
b. Tim pembahas akan melaksanakan tugasnya dalam hal
terdapat permohonan dari wajib pajak.
c. Pembahasa oleh tim pembahas hanya dilakukan antara tim
pemeriksa pajak dengan tim pembahas tanpa dihadiri oleh
wajib pajak.
7. Apabila hasil pemereiksaan ternyata berbeda dengan profil wajib
pajak tim pemeriksa pajak harus melaksanakan perbedaan tersebut
dalam kertas kerja pemeriksaan dan laporan hasil pemeriksaan serta
mengirimkan data perbedaan tersebut ke seksi pengawasan dan
konsultasi terkait.
8. Dalam hal pemeriksaan dilaksanakan berdasarkan 1 ( satu ) surat
perintah pemeriksaan yang meliputi satu atau beberapa jenis pajak
dan satu atau beberapa masa pajak, maka nota penghitungan dan
surat ketetapan pajak harus diterbitkan untuk setiap masa pajak dan
setiap jenis pajak.

H. REVIEU ATAU TELAAHAN SEJAWAT ( PEER REVIEW )

1. Dalam rangka melakukan pengawasan dan peningkatan kualitas


hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh unit pelaksana
pemeriksaan, perlu dilkukan reviu terhandap konsep laporan hasil
pemeriksaan
2. Reviu atau telaahan sejawat ( peer reviu ) dilaksanakn untuk
menguji apakah pemeriksaan yang dilaksanakan oleh unit
pelaksana pemeriksaan telah sesuai dengan standar pemeriksaan
3. Reviu terhadap konsep laporan hasil pemeriksaan terutama
dilkukan terhadap pemeriksaan yang dilaksanakan karena adanya
pengaduan atau laporan dari pihak ekternal atau karena terkait
kasus-kasus tertentu.
4. Reviu dilakasanakan oleh direktur pemeriksaan dan penagihan
atau kepala kantor wilayah DJP sesuai dengan pejabat yang
menerbitkan instruksi pemeriksaan.
5. Telaahan sejawat ( peer reviu ) dapat dilaksankan oleh direktur
pemeriksaan dan penagihan atau kepala kantor wilayah DJP.

I. PERLUASAN PEMERIKSAAN

1. Pemeriksaan dapat diperluas ketahun-tahun pajak yang belum


dilakukan pemeriksaan dalam hal :
a. SPT tahunan PPH wajib pajak orang pribadi atau badan
untuk tahun-tahun pajak sebelumnya tersebut menyatakan
rugi atau
b. Berdasarkan data dan informasi, pemeriksaan perlu
diperluas ke tahun-tahun pajak lainnya yang belum
dilakukan pemeriksaan.
2. Perluasan pemeriksaan yang disebabkan karena alasan
sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf a dilakukan dengan
menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada :
a. Kepala kantor wilayah DJP dalam hal unit pelaksana
pemeriksaannya adalah kantor pelayanan pajak atau
b. Direktur pemeriksaan dan pengihan dalam hal unit
pelaksana pemeriksaannya adalah direktorat pemeriksaan
dan penagihan dengan menggunakan formulir seperti
terdapat pada lampiran 3
3. Apabila perluasaan pemeriksaan yang disebabakan karena kriteria
sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf a mencakup periode
lebih dari 1 ( satu ) tahun pajak, pemberitehuan perluasan
pemeriksaan harus dilakukan dengan menggunakan satu surat
pemberitahuan untuk setiap tahun pajak.
4. Berdasarkan pemberitahuan perluasaan pemeriksaan sebagaimana
dimaksud pada angka 2, kepada kantor wilayah DJP atau direktur
pemeriksaan dan penagihan memeberikan penugasan pemeriksaan
dengan menggunakan formulir seperti terdapat pada lampiran 4.
5. Kode pemeriksaan atas perluasaan pemeriksaan yang disebabkan
karena kriteria sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf a
menggunakan kriteria pemeriksaan rutin dengan kode
pemeriksaan SPT tahunan PPH rugi tidak rugi bayar.
6. Dalam hal perluasan pemeriksaan disebabkan karena alasan
sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf b, usul perluasannya
harus dilakukan dengan mengikuti prosedur pemeriksaan khusus.

Anda mungkin juga menyukai