Inem Ode*
Staf Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Darussalam Ambon
ABSTRACT
Vibrio sp disease cause bacteria kind vibriosis the presence very harm fish cultivation effort because
in a short time can evoke hight mortality. the infection can pass water or direct contact delivers fish
and scattered very fast in fishes that maintained with hight density. Fish dies to guessed caused by
toxin, lose liquid in backside digestion channel, and doesn't functioned it a part organ. Fast not it fish
experiences death very depend on level patogenitas. patogenitas bacteria can be influenced by toxin
with enzymes that produced by bacteria.
Keywords: Pathology, bacteria Vibrio sp, infection, fish, enzymes.
355
Bimafika, 2012, 3, 355 - 359
tumbuh pada media selektif Thiosulphate sering terjadi adalah mata menonjol
Citrate Bile Sucrose Agar (TCBSA) dengan (exopthalmia), perut kembung berisi cairan
koloni berwarna kuning atau hijau. warna kuning muda, pendarahan hemorhagik)
Berdasarkan database Gene bank (2003), pada insang, mulut, tubuh, usus, dan organ
bakteri Vibrio sp. diklasifikasikan sebagai dalam. Kamiso (1996) mengemukakan bahwa
berikut : apabila sampai fase ini ikan belum mati gegala
Phylum : Bacteria penyakit seperti kulit koreng atau nekrosis
Class : Schizomycetes pada beberapa bagian tubuh. Merurut Ransom
Order : Vibrionales (1978) dalam Ode (2009) tanda-tanda lain
Family : Vibrionaceae adalah jumlah leukosit akan menurun, bakteri
Genus : Vibrio banyak terdapat dalam darah (septisemia).
Jenis : Vibrio sp. Ikan mati diduga karena adanya toksin,
Dinding sel bakteri gram negative terdiri kehilangan cairan pada saluran pencernaan
atas senyawa kompleks yang mengandung bagian belakang, dan tidak berfungsinya
fosfolipid dan karbohidrat (Lipopolisakarida, sebagian organ. Cepat tidaknya ikan
LPS), pili yang merupakan struktur protein mengalami kematian sangat tergantung pada
berbentuk batang yang terdapat pada tingkat patogenitas bakteri pathogen.
permukaan bakteri, outer membrane, dan Patogenitas bakteri dapat dipengaruhi
peptidoglycan. Di alam, bakteri vibrio sp. oleh toksin serta enzim-enzim yang dapat
mempunyai keragaman atau heterositas yang diproduksi. Beberapa enzim tersebut menurut
tinggi. Heterogenitas pada bakteri vibrio sp. Pelezar, et.al. (1986) adalah sebagai berikut :
Khususnya pada heterogenitas serotype, a. Hyaluronidase, enzim ini
keanekaragan sifat biokimia dan mempengaruhi masuknya pathogen
keanekaragaman patogenitas (Pelezar, et.al. ke dalam jaringan dengan cara
1986) menghidrolisis asam hialuronat. Asam
ini merupakan bahan utama perekat
Patogenitas dan Patologi Bakteri Vibrio sp.
sel dan jaringan. Hialuronat
Patogenitas adalah potensi suatu
merupakan enzim adaptif dan hanya
mikroorganisme (bakteri) menimbulkan
dibentuk oleh mikroorganisme
penyakit atau menginfeksi. Sedangkan
tertentu.
patologi adalah pengetahuan tentang
b. Lesitinase, enzim ini mempunyai
perubahan-perubahan fisik dan fungsional
kemampuan merusak sel-sel jaringan,
pada tubuh organisme akibat serangan
terutama menyebabkan lisis pada sel
pathogen.
darah merah.
Vibriosis tergolong penyakit gram
c. Kolagenase, mempunyai kemampuan
negative septisemia (bakteri Vibrio sp.) banyak
merusak kolagen yaitu serabut
terdapat dalam darah dan dapat menyebabkan
jaringan yang terdapat dalam otot,
suhu tinggi yang disebarkan ke seluruh tubuh
tulang, sera tulang rawan, dan
inang. Bakteri dapat menular melalui
membentuk semacam jala di tempat
persinggungan dengan ikan yang sakit atau
jaringan sel terbentuk.
yang paling sering adalah melalui air.
d. Koagulase, merupakan activator
Serangan dapat melalui luka, insang, kulit dan
plasma untuk mengubah fibrinogen
saluran pencernaan (Wood et.al., 1981 dalam
menjadi fibrin.
Murdjani,2002). Gejala yang ditimbulkan
e. Leokosidin, adalah enzim yang dapat
tergantung tingkat serangan, yaitu kronis dan
membunuh leukosit.
akut. Pada tingkat kronis, gejala penyakit yang
f. Hemolisin, adalah substansi yang
ditimbulkan cukup jelas. Beberapa gejala yang
melisis sel-sel darah merah,
terlihat adalah punggung kehitam-hitaman,
membebaskan haemoglobinnya.
bercak merah pada pangkal sirip, sisik tegak,
Tidak semua pathogen yang masuk ke
bergerak lamban, keseimbangan terganggu,
dalam tubuh ikan akan menimbulkan penyakit,
dan nafsu makan kurang. Gejala lain yang
356
Bimafika, 2012, 3, 355 - 359
357
Bimafika, 2012, 3, 355 - 359
Mekanisme kerja endotoksin dicirikan dengan cara untuk mencegah timbulnya penyakit
timbulnya demam (phyrogenisitas), gangguan adalah dengan menjaga lingkungan, yaitu
aliran darah bahkan dapat menyebabkan shok. menjaga kualitas air tetap baik terutama
Menurut Wren (1992) toksin dibagi kandungan bahan organik. disamping itu
menjadi beberapa kelompok sesuai dengan pengenceran air dapat dilakukan agar jumlah
3
aktivitasnya (misalnya enterotoksin, bakteri tidak mencapai 10 sel/ml atau lebih
neurotoksin, cytotoksin, haemolisin, leukosidin rendah dari LD50. Cara lain yang dapat juga
dan ciliostatis toksin). Meskipun demikian, dilakukan adalah dengan memutus atau
beberapa toksin tersebut ada yang mengurangi sumber penular antara lain
memperlihatkan aktivitas ganda sperti shiga dengan memusnahkan ikan yang terserang
toksin yang bersifat neurotoksik, sitotoksik dan atau terinfeksi bakteri serta mengurangi atau
enterotoksik. Berdasarkan aktiviatsnya (mode mencegah kontak dengan hewan air termasuk
of action) pada inang, toksin yang dihasilkan ikan liar yang membawa bakteri (Murdjani
oleh bakteri pathogen dapat dikelompokkan 2002).
menjadi 3 tipe, yaitu ;
Type I : toksin yang melakukan KESIMPULAN
penempelan pada permukaan sel kemudian 1. Gejala patologi akibat serangan bakteri
masuk ke dalam molekul transmembrane Vibrio pada ikan yaitu punggung kehitam-
signal hitaman, bercak merah pada pangkal sirip,
Type II : toksin yang langsung berada pada sisik tegak, mata menonjol (exopthalmia),
membrane sel atau dengan formasi saluran perut kembung berisi cairan warna kuning
atau dengan menggunakan lipid bilayer. muda, pendarahan (hemorhagik) pada
Type III : toksin langsung berada pada insang, mulut, tubuh, usus, dan organ
cytosol melalui translokasi komponen dalam. tanda-tanda lain adalah jumlah
enzim yang dimodifikasi sebagai target leukosit akan menurun, bakteri banyak
molekul intrasellular dengan modifikasi terdapat dalam darah (septisemia).
tempat transkripsi. perubahan perilaku, yaitu bergerak
lamban, keseimbangan terganngu, yaitu
Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap berputar-putar (whirling) dan nafsu makan
Timbulnya Penyakit berkurang.
2. Ikan mati diduga karena adanya toksin,
Lingkungan terutama sifat fisika, kimia
kehilangan cairan pada saluran
dan biologi perairan akan mempengaruhi
pencernaan bagian belakang, dan tidak
keseimbangan antara ikan sebagai inang dan
berfungsinya sebagian organ.
bakteri sebagai penyebab penyakit.
3. Infeksi bakteri diawali dengan perlekatan,
Lingkungan yang baik akan meningkatkan
kolonisasi dan invasi.
daya tahan ikan sedangkan lingkungan yang
kurang baik akan menyebabkan ikan mudah
stress dan menurunkan daya tahan terhadap DAFTAR PUSTAKA
serangan bakteri, pada dasarnya kehadiran Austin,B and D.A. Austin. 1989. Methods for
penyakit adalah merupakan hasil interaksi the Micribiological Examination of Fish
antara lingkungan, inang dan pathogen (Ode, and Shellfish. Ellis Horwood Ltd.
2009). Chichester, England. 317 p.
Mengingat bakteri Vibrio bersifat
oportunistik, maka serangan akan timbul Chen, S.C., S.L. Huang and G.H. Kou, 1992.
apabila bakteri telah berkembang cukup Studies on epizootiology and
banyak dan daya tahan inang lemah. Salah phatogenicity of bacterial infections in
satu faktor yang menentukan timbulnya cultured giant tiger prawns, Penaeus
penyakit adalah kualitas lingkungan yang monodon in Taiwan. Oceanic Institute,
rendah, misalnya tingginya kandungan bahan Honolulu
organik di perairan. Oleh karena itu salah satu
358
Bimafika, 2012, 3, 355 - 359
Gene Bank.,2003. Classification of Vibrio Pelezar, M.J., E.S.C Chan and N.R. Krieg,
algynolyticus. 1986. Microbiology.pp. 687-702. McGraw-
Hill Book Company.
Kamiso, H.N. 1996. Vibriosis pada ikan dan
alternative cara penanggulangannya. Sunyoto, P.,1994. Pembesaran kerapu di
Jurnal Perikanan UGM. keramba jarring apung. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Koesharyani, I.,mahardika,K., Yuasa,K. 2004.
Infeksi VNN pada ikan kerapu bebek, Wijayati, A., dan N.,Hamid. 1997. Identifikasi
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. bakteri pada pembenihan ikan kerapu
tikus. Ditjen. Perikanan. Deptan., 9 hal.
Murdjani. M. 2002. Identifikasi dan patologi
Vibrio alginolyticus pada ikan kerapu tikus Wren, B.W. 1992. Bacterial enterotoxin
(Cromyleptes altivelis) Disertasi Program interaction. In molecular biology of
Pascasarjana Universitas Brawijaya bacterial phatogen, Aeromonas
Malang. hydrophila by bacteriophage AH 1. J. of
Fish pathology. 15 (3/4): 271-276.
Ode, I.,2009. Identifikasi dan ekspresi protein
reseptor organ otak ikan kerapu tikus dan Yuasa, K., Des Roza., I. Koesharyani., F.
spesifikasinya pada infeksi vibriosis. Johnny and K. Mahardika. 2000. General
Tesis. Pascasarjana Universitas Remarks On Fish Desease Diagnosis. Pp.
Brawijaya Malang. 5-18. Lolitkanta-JICA Booklet No. 12.
359