Anda di halaman 1dari 11

1.

Anatomi Fisiologi
Pada pria dan wanita payudara adalah sama sampai masa pubertas,
sampai estrogen dan hormon-hormon lainnya mempengaruhi
perkembangan payudara pada wanita dan pria.
Payudara terdiri dari jaringan kelenjar fibrosa, dan lemak. Jaringan-
jaringan ini terpisah dari otot-otot dinding dada, otot pektoralis dan seratus
anterior oleh jaringan ikat. Sedikit di bawah pusat payudara dewasa
terdapat puting (papila mamaria), tonjolan yang berpigmen dikelilingi oleh
areola. putting mempunyai perforasi pada ujungnya dengan beberapa
lubang kecil-kecil, apertura duktus laktiferosa. Tuberkel-tuberkel
montgomery adalah kelenjar lemak pada permukaan areola.
Jaringan kelenjar membentuk 15-25 lobus yang tersusun radier di
sekitar puting dan dipisahkan oleh jaringan lemak yang bervariasi
jumlahnya, yang mengelilingi jaringan ikat (stroma) di antara lobus-lobus.
Setiap lobus berbeda, sehingga penyakit yang menyerang satu lobus tidak
menyerang lobus lainnya. Drainase atau lobus menuju ke dalam sinus
laktiferosa, yang kemudian bermuara ke puting. Di banyak tempat jaringan
ikat akan memadat membentuk pita fibrosa yang tegak lurus terhadap
substansi lemak, mengikat lapisan dalam dari fasia subkutan payudara pada
kulit. Pita ini, yaitu ligamentum cooper, merupakan ligamentum
suspensorium dari payudara.
2. Definisi
Ginekomastia merupakan perkembangan berlebih jaringan
payudara pada pria yang biasanya dialami oleh remaja pria dan pria dewasa
(Brunner and Suddarth, edisi 8, vol, 2002).
Ginekomastia adalah hipertrofi payudara dan dapat bersifat
unilateral maupun bilateral yang terjadi pada anak laki-laki selama
pubertas dan pada pria berusia di atas 50 tahun.
(Sylvia A. Price, edisi 4, buku 2, 1995).

3. Etiologi
- Ketidakseimbangan hormon estrogen/testosterone
- Obat-obatan seperti digitalis, cimetidine, spironolactone, reserpine,
thiazide, isoniazid.
- Kerusakan sistemik seperti sirosis hati, infeksi hepatitis, CRF,
hipertiroid, TBC, malnutrisi kronis.
- Trauma psikologi
- Neoplasma
- Tumor
- Penggunaan terapi estrogen dalam frekuensi waktu sering.

4. Patofisiologi
Ginekomastia dapat terjadi pada pubertas dan usia lebih tua dan
penyebabnya ialah pengaruh estrogen yang berlebihan, biasanya dari
kelenjar adrenal. Ginekomastiaterjadi karena adanya hiperestrinisme, yaitu
bila:
- Penghancuran estrogen terganggu
Pada penderita sirosis hepatis fungsi hati berkurang sehingga terjadi
peninggian kadar estrogen dalam darah.
- Fungsi androgen berkurang
Karena fungsi androgen testis berkurang maka secara relatif estrogen
bertambah. Ditemukan pada usia lanjut dan pada sindrom klinefelter.
- Tumor testis
Pada kronik karsinoma testis juga dapat ditemukan ginekomastia.
Jadi kelainan ini dapat digolongkan dalam displasi: dapat unilateral
biasanya dialami oleh pria berusia di atas 50 tahun dan bilateral terjadi
pada anak laki-laki selama masa pubertas.
Kelainan ini mula-mula dapat diraba sebagai jaringan keras seperti
kancing pada daerah subareola, dan bila telah lanjut maka payudara
menyerupai payudara wanita. Kelainan ini dalam gambaran
mikroskopik menunjukkan proliferasi serabut kolagen, degenerasi
hialin dan hiperplasi epitel duktus. Epitel duktus menjadi hiperplastik
dan bertumpuk-tumpuk tampak disorientasi, tetapi tidak tampak
anaplasi dan membran basalis masih utuh. Kelainan ini tidak
berhubungan dengan karsinoma.

5. Tanda dan Gejala


- Nyeri, nyeri tekan pada payudara
- Timbul sebagai massa lunak di bawah areola
- Retraksi puting
- Ulserasi kulit Bila sudah menjadi kanker
- Benjolan tidak nyeri di bawah areola.

6. Test Diagnostik
Mammografi
Mendeteksi adanya tumor sebelum tumor tersebut secara klinik dapat
teraba.
Galaktografi
Mammogram dengan kontras dilakukan dengan menginjeksikan zat
kontras ke dalam aliran duktus, dilakukan ketika terdapat rabas,
mengandung darah/ketika ditemukan duktus soliter yang mengalami
dilatasi saat mammografi yang merupakan gejala/indikatif adanya lesi
jinak atau kanker.
Ultrasonografi
Untuk membedakan kista yang berisi cairan dengan jenis lesi lainnya.
Aspirasi jarum halus
Dilakukan ketika lesi dideteksi melalui mammografi atau palpasi.
Biopsi bedah
Mencakup eksisi lesi dan mengirimnya ke lab untuk dilakukan
pemeriksaan patologis.
Lokalisasi jarum kabel
Teknik yang digunakan ketika mammografi mendeteksi lesi kalsifikasi
seujung jarum yang sangat kecil atau yang menandakan potensial
malignansi atau lesi yang tidak dapat teraba.

7. Terapi dan Pengelolaan Medik


a. Mastektomi radikal
Yang dilakukan adanya keterlibatan dari otot pektoralis.
b. Terapi radiasi
Mungkin digunakan setelah operasi.
d. Reseksi jaringan payudara yang berlebihan dilakukan untuk alasan
psikologik
e. Biopsi dilakukan untuk menyingkirkan keganasan
f. Obat-obatan antara lain seperti anti estrogen: tamoxifen atau androgen
sintetik: dan azol
g. Kemoterapi

8. Komplikasi
- Kanker payudara
- Pemanjanan terhadap radiasi
- Sindrom klinefelter (kondisi kromosom yang mencerminkan penurunan
kadar testosteron).

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Pola nutrisi metabolik
- Kehilangan nafsu makan
- Adanya penurunan berat badan
b. Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas yang melibatkan banyak gerakan tangan
c. Pola tidur dan istirahat
Pola tidur (contohnya: tidur tengkurap)
d. Pola persepsi kognitif
Nyeri pada penyakit yang luas/metastatik
e. Pola persepsi dan konsep diri
Stres akut tentang diagnosa, prognosis, harapan yang akan datang
Ketidaknyamanan atau perasaan lucu pada jaringan payudara
f. Pola reproduksi-seksualitas
- Perubahan pada ukuran dan kesimetrisan payudara
- Perubahan pada warna kulit payudara atau rabas puting yang tidak
biasanya, gatal, rasa terbakar, atau puting meregang
- Masalah tentang seksualitas/keintiman

2. Diagnosa Keperawatan
a. Sebelum Operasi/Pre Operasi
1) Kecemasan b.d. diagnosis kanker payudara, pengobatan dan
prognosisnya.
2) Gangguan konsep diri b.d. sifat pembedahan dan efek samping
radiasi dan/atau kemoterapi.
b. Setelah Operasi/Post Operasi
1) Kerusakan integritas kulit b.d pengangkatan jaringan, perubahan
sirkulasi, adanya drainase.
2) Nyeri b.d. trauma insisi.
3) Kurang perawatan diri b.d. imobilitas parsial ekstremitas atas pada
sisi yang dilakukan pembedahan payudara.
4) Gangguan harga diri b.d. prosedur bedah yang mengubah gambaran
tubuh.

3. Rencana Keperawatan
Pre Operasi
DP.1. Kecemasan b.d. diagnosis kanker payudara, pengobatan dan
prognosisnya.
HYD: Kecemasan, stress emosional dan ketakutan berkurang.
Intervensi :
1. Kaji perasaan pasien mengenai diagnosis penyakitnya.
R/ Faktor ini sangat mempengaruhi perilaku dan kemampuan pasien
menghadapi diagnosis pembedahan, dan pengobatan tindak lanjut.
2. Berikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaan cemas
dan takutnya.
R/ Memberi kesempatan untuk mengidentifikasi dan memperjelas
kesalahan konsep dan menawarkan dukungan emosi.
3. Berikan kesempatan pada pasien untuk bertanya
mengenai penyakitnya.
R/ Ketakutan akan ketidaktahuan menurun.
4. Berikan lingkungan perhatian, keterbukaan, penerimaan juga privasi untuk
pasien atau orang terdekat.
R/ Waktu dan privasi diperlukan untuk memberikan dukungan, diskusi
perasaan tentang antisipasi kehilangan dan masalah.
DP.2. Gangguan konsep diri b.d. sifat pembedahan dan efek samping radiasi
dan/atau kemoterapi.
HYD: Adaptasi realistik terhadap perubahan yang akan terjadi relatif
terhadap modalitas pengobatan.
Intervensi:
1. Anjurkan kepada keluarga untuk orang terdekat untuk dapat memahami
perasaan pasien dan untuk mengunjungi pasien.
R/ Sistem pendukung yang bermakna bagi pasien akan lebih langgeng
dibanding dukungan dari orang lain.
2. Jelaskan kepada pasien bahwa adanya rasa berduka ketika mengalami
kehilangan bagian tub uh adalah normal.
R/ Dengan pengertian ini, pasien dapat dengan bebas beralih pada tingkat
koping selanjutnya.
3. Diskusikan bersama pasien penggunaan protesis.
R/ Meningkatkan penerimaan positif terhadap rencana pengobatan.

Post Operasi
DP.1. Kerusakan integritas kulit b.d. pengangkatan jaringan, perubahan sirkulasi,
adanya drainase.
HYD: Meningkatkan waktu penyembuhan luka, bebas drainase purulen.
Intervensi:
1. Kaji balutan/luka untuk karakteristik drainase. Awasi kemerahan, nyeri
pada insisi dan lengan.
R/ Drainase terjadi karena trauma prosedur dan manipulasi banyak
pembuluh darah dan limfatik pada area tersebut. Pengenalan dini terjadi
infeksi dapat memampukan pengobatan dengan cepat.
3. Berikan posisi semi fowler pada punggung atau sisi yang tak sakit dengan
lengan tinggi dan disokong dengan bantal.
4. Jangan melakukan pengukuran TD, menginjeksikan obat,
pada lengan yang sakit.
R/ Meningkatkan potensial konstriksi, infeksi, dan
limfedema pada sistem yang sakit.
5. Kosongkan drain luka, secara periodik catat jumlah dan karakteristik
drainase.
R/ Akumulasi cairan drainase meningkatkan penyembuhan dan
menurunkan kerentanan terhadap infeksi.
6. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik sesuai indikasi.
R/ Untuk mengobati infeksi khusus dan meningkatkan penyembuhan.

DP. 2. Nyeri b.d. trauma insisi.


HYD : - Mengekspresikan penurunan nyeri/ketidaknyamanan
- Tampak rileks, mampu
tidur dengan tepat
Intervensi:
1. Kaji intensitas, sifat dan letak nyeri.
R/ Memberikan dasar untuk mengkaji keefektifan tindakan pereda nyeri.
2. Berikan posisi yang nyaman.
R/ Peninggian lengan, ukuran baju, dan adanya drain mempengaruhi
kemampuan pasien untuk rileks dan istirahat secara efektif.
3. Ajarkan untuk menekan dada saat latihan batuk dan nafas dalam.
R/ Memudahkan partisipasi pada aktivitas tanpa timbul ketidaknyamanan.
4. Berikan obat nyeri tepat pada jadwal teratur sebelum nyeri berat.
R/ Mempertahankan tingkat kenyamanan.
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik sesuai indikasi.
R/ Memberikan penghilangan rasa nyeri dan memfasilitasi tidur,
partisipasi pada terapi pasca operasi.

DP.3. Kurang perawatan diri b.d. imobilitas parsial ekstremitas atas pada sisi yang
dilakukan pembedahan payudara.
HYD: Menghindari kerusakan mobilitas dan pencapaian perawatan diri hingga
tingkat yang paling tinggi.

Intervensi:
1. Anjurkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif dalam perawatan pasca
operatif.
R/ Keterlibatan pasien meningkatkan dan memfasilitasi proses penyembuhan.
2. Buat modifikasi progresif dalam program latihan pasien sesuai tingkat
kenyamanan dan toleransi.
R/ Menurunkan ketegangan pada jaringan, perbaikannya konsisten.
3. Bantu dalam aktivitas perawatan diri sesuai keperluan.
R/ Menghemat energi.
4. Motivasi pasien untuk menggunakan lengan untuk kebersihan diri, seperti
makan, menyisir rambut, mencuci muka.
R/ Peningkatan sirkulasi, membantu meminimalkan edema dan
mempertahankan kekuatan dan fungsi lengan dan tangan.

DP.4. Gangguan harga diri b.d. prosedur bedah yang mengubah gambaran tubuh.
HYD: - Menunjukkan gerakan ke arah penerimaan diri dalam situasi.
- Pengenalan dan ketidaktepatan perubahan dalam konsep diri tanpa
mengaktifkan harga diri. Intervensi:
1. Motivasi pertanyaan mengenai situasi saat ini dan harapan yang akan
datang.
R/ Kehilangan payudara menyebabkan reaksi perubahan gambaran diri,
takut jaringan parut, dan takut reaksi pasangan terhadap perubahan
tubuh.
2. Motivasi pasien untuk mengekspresikan perasaannya.
R/ Kehilangan bagian tubuh suatu proses kehilangan yang
membutuhkan penerimaan sehingga pasien dapat membuat rencana
untuk masa depan.
3. Berikan penguatan positif untuk peningkatan/perbaikan dan partisipasi
perawatan diri/program pengobatan.
R/ Mendorong kelanjutan perilaku sehat.

4. Discharge Planning
Pasien dapat menerima situasi dan kondisinya secara nyata.
Mencegah atau meminimalkan komplikasi yang mungkin terjadi.
Program latihan dilakukan secara rutin.
Proses penyakit, prosedur pembedahan, prognosis dan program terapi medik
dilakukan di rumah.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 2.
Jakarta EGC. Doengoes, Marilyn & Friends (1999). Rencana Asuhan Keperawatan:
Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta
EGC.
Price, Sylvia Anderson and Lorraine Mc. Carty Wilson (1999). Patofisiologi: Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4, Buku 2, Jakarta EGC.
Lewis, Sharon M. (2002). Medical Surgical Nursing. Volume 2. Jakarta. EGC.

Black, Joyce M. (1993). Luckman and Sorensens. Medical Surgical Nursing, Assessment
and Management of Clinical Problems. Third Edition. Mosby Inc.

Anda mungkin juga menyukai